Anda di halaman 1dari 21

i

PEREMPUAN BERPRICE TAG: MEMANGKAS HUMAN


TRAFFICKING CASE MELALUI PROGRAM P2TPA KOMPRENTIF
DI BUMI BATARA GURU

Disusun oleh:

Yindriani Moghuri, H03118021; 2018

Husna Rangsi, G021181027; 2018

Zhinta Fitri Yusrian, ; 2018

UKM KPI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2019
ii

Kata Pengantar

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam

semoga tercurah kepada Rasulullah SAW beserta keluarganya. Penulisan karya

tulis ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai perempuan berprice tag:

memangkas human trafficking case melalui program P2TPA komprentif di bumi

batara guru. Dalam penyusunan karya tulis ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa

karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan karena pengalaman dan pengetahuan

penulis yang terbatas. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat

kami harapkan demi terciptanya proposal yang lebih baik lagi untuk masa

mendatang.

Makassar, 1 November 20019

ii
iii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .......................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................... 4
BAB III METODE PENULISAN
3.1 Studi Pustaka ............................................................................. 8
3.2 Prosedur Kerja.................................................................. 8

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS.................................................. 9


BAB V PENUTUP
KESIMPULAN..................................................................................... 14
SARAN .................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 15
LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Tim .............................................................. 16

iii
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perdagangan manusia (tracfficking) sebagai salah satu perlakuan terburuk


dalam pelanggaran harkat dan martabat manusia, peristiwa tersebut bukan lagi hal
yang baru terjadi di Indonesia, bahkan zaman sekarang perdagangan manusia
sungguh memprihatinkan, selain jumlah korban yang semakin besar, juga terbentuk
jaringan antar pelaku prostitusi yang cukup rapi, dan modus yang dilakukan
menggunakan cara yang semakin canggih. Pemberdayaan perempuan, menyatakan
bahwa secara empiris sebagian besar korban perdagangan manusia adalah
perempuan, dalam budaya masyarakat yang patriarki masih terdapat diskriminasi
gender, perempuan seolah-olah hanya pelengkap seksualitas dan dianggap rendah.
Budaya yang sudah mengakar sejak dahulu itu sangat sulit untuk diubah.
Seperti halnya yang terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan Kabupaten Luwu
Timur (bumi batara guru) kasus perdagangan manusia terutama perempuan
semakin laris dan tidak ada matinya, hal ini dibuktikan pada senin (19/6/17) dini
hari Di Luwu Timur tepatnya di kecamatan tomoni dalam operasi yang dilakukan
oleh satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Luwu Timur dan Polres
Luwu Timur, ditemukan sebanyak 25 orang diantaranya 15 PSK dan 10 pria yang
sedang berduaan di beberapa kamar hotel, selain itu petugas juga menyita beberapa
minuman keras yang diperjualbelikan secara bebas di rumah-rumah warga dalam
operasi ini. Operasi yang dilakukn oleg Satpol PP ini bertujuan untuk
menindaklanjuti laporan masyarakat dalam rangka menjaga kondusifitas keamanan
dan kenyamanan selama bulan puasa hingga menjelang Hari Raya Idul Fitri
( PALOPO, SUARDEWAN.com )
Hal sama terjadi di Bendungan, Desa Asuli, Kec. Towuti, Kabupaten Luwu
Timur pada tanggal 16 septenber 2018 ditemukan 8 orang pekerja seks komersial
yang terjaring dalam operasi Satpol PP namun setelah dilakukan razia ditempat ini
beberapa kali, belum selang 1 hari tempat razia ini kembali dioperasikan. Penjajaan
PSK trlag berlangsung lama dan diduga telah berkembang menjadi temoat transaksi
2

narkoba dan perdagangan anak dibawah umur bahkan bisnis prostitusi tidak lagi
menjadi sesuatu yang dianggap tabu di masyarakat.
Dalam hal ini tentunya usaha pemerintah pusat maupun daerah perlu
meningkatkan kinerja dalam memberantas pelaku pelanggaran hak dan martabat
manusia, dan tentunya juga harus didukung oleh respon dari masyarakat. Upaya
yang dilakukan oleh pemerintah yaitu dikeluarkannya Rencana Aksi Nasional
penghapusan perdagangan perempuan dan anak melalui surat keputusan presiden
Republik Indonesia nomor 88 tahun 2002. Serta diharapkan adanya keterlibatan
orang tua dalam perdagangan perempuan dan telah ditetapkannya Undang-Undang
Republik Indonesia nomor 21 tahun 2007 tentang pemberantasan tindak pidana
perdagangan orang, dimana dalam salah satu pasalnya yaitu pasal 57 ayat (1)
pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, dan keluarga wajib mencegah
terjadinya tindak pidana perdagangan orang.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dibahas ialah :

1. Apa penyebabnya terjadiya Human trafficking case di Bumi Batara Guru ?


2. Bagaimana perkembangan kasus human trafficking di Bumi Batara Guru ?

3. Bagaimana cara memangkas angka human trafficking case di Bumi Batara


Guru ?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan ialah :

1. Untuk Mengetahui penyebabnya terjadinya Human trafficking case di Bumi


Batara Guru
2. Mengetahui perkembangan kasus human trafficking di Bumi Batara Guru
3. Mengetahui cara untuk memangkas human trafficking case di Bumi Batara
Guru
3

1.4 Manfaat Penulisan

Dengan adanya tulisan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran


masyarakat terutama remaja perempuan akan buruknya prostitusi sehingga
menurunkan bahkan menghilangkan angka kasus perdagangan manusia di luwu
timur dan melakukan pemberdayaan kepada korban prostitusi secar mental, fisik,
dan ekonomi agar siap kembali ke lingkungan sosialnya.
4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perdangan Orang/Manusia

Dalam Undang-Undang Republik lndonesia Nomor 21 tahun 2007 tentang


Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan orang, pada ketentuan umum disebut
bahwa perdagangan orang adalah tindakan perekrutan, pengangkutan,
penampungan, pengiriman, pemindahan atau penerimaan seseorang dengan
ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan,
penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan ulang atau
memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetuiuan dari orang yang
memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan dalam negara
maupun antar negara untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang
tereksploitasi. Eksploitasi adalah tindakan dengan atau tanpa persetujuan korban
yang meliputi, tidak terbatas pada pelacuran, kerja atau pelayanan paksa,
perbudakan atau praktik serupa perbudakan, penindasan, pemerasan pemanfaatan
fisik, seksual, organ reproduksi atau secara melawan hukum memindahkan atau
mentransplantasi organ dan atau jaringan tubuh atau memanfaatkan tenaga atau
kemampuan seseorang oleh pihak lain untuk mendapatkan keuntungan baik materiil
maupun imateril. Sedangkan eksploitasi seksual adalah bentuk pemanfaatan organ
tubuh seksual atau organ tubuh lain dari korban untuk mendapatkan keuntungan,
termasuk tetapi tidak terbatas pada semua kegiatan pelacuran don pencabulan.

Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2007


tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan orang disebutkan bahwa
perempuan dan anak adalah kelompok yang paling banyak menjadi korban tindak
pidana perdagangan orang, dan hal itu telah meluas dalam bentuk jaringan kejahatan
baik secara terorganisasi maupun tidak terorganisasi. Dengan penjelasan tersebut
berarti perdagangan perempuan dan anak termasuk dalam definisi perdagangan
orang.
5

lrwonto, dkk (dalam Sofian,dkk,2004: 12) mencatat sedikitnya terdapat lima


jenis perdagangan anak yang dijumpai di Indonesia, yaitu: (l) perdagangan anak
untuk tujuan pelacuran; (2) perdagangan anak untuk dijadikan pembantu rumah
tangga; (3) perdagangan anak untuk dijadikan pengemis; (4) perdagangan anak
untuk dipekerjakan pada tempat tempat berbahaya jermal ; dan (5). Perdagangan
anak untuk jadikan pengedar narkoba . selanjutnya Sofian mengatakan bahwa
kantor menteri negara Pemberdayaan perempuan, mengidentifikasikan sedikitnya
sebelas bentuk perdagangan anak dan perempuan, yaitu : (1) pekerja seksual
komersial; (2) buruh migroa; (3) buruh murah; (4) pekerja domestik (PRT); (5)
Pengemis; (6) pengedar narkoba; (7) pekerja di tempat hiburan; (8) konsumsi
pengidap paedofilia; (9) pengantin pesanan; (1 0) adopsi; dan (11) pemindahan
organ tubuh.

Ketentuan mengenai larangan perdagangan orang/manusia pada dasarnya


telah diatur dalam kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), terutama pasal
297. Pasal 83 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak menentukan larangan memperdagangkan, menjual, atau
menculik anak untuk diri sendiri atau untuk dijual. Namun, ketentuan KUHP dan
Undang-Undang Perlindungan Anak tersebut tidak merumuskan pengertian
perdagangan manusia yang tegas secara hukum. Oleh karena itu, diperlukan undang
undang khusus tentang tindak pidana perdagangan manusia yang mampu
menyediakan landasan hukum material dan formal. Dengan dasar itu ditetapkan
Undang undang Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2007 tentang pemberantasan
tindak pidana perdagangan orang. lni merupakan wujud dari kepedulian atau
perhatian pemerintah Indonesia terhadap meningkatnya kasus perdagangan
manusia, terutama perempuan dan anak.

2.2 Faktor Penyebab

faktor utama yang menyebabkan terjadinya perdagangon perempuan dan anak,


adalah karena: kemiskinan, pendidikon rendah, menikah usia dini, dan
ketidaktaatan terhadap ajaran agama. Faktor-foktor penyebab tersebut merupakan
akar permasalahan terjadinya kasus tindak pidana ini.
6

1. Kemiskinan

Tingkat ekonomi yang rendah seringkali menjadi sumber munculnya sejumlah


masalah sosial, antara lain semakin banyak jumlah pengemis dan anak-anak
terlantar. Tidak jarang kemiskinan menjadi pangkal bagi munculnya disharmoni
keluarga, termasuk di dalamnya muncul praktik perdagangan anak perempuan
untuk tujuan pelacuran (Firdaus, 2004: 12). Kemiskinan dianggap sebagai faktor
penting yang menjadi penyebab terjadinya perdagangan perempuan dan anak.
Penduduk miskin tidak hanya memiliki keterbatasan pilihan-pilihan untuk mencari
sumber penghidupan, tetapi mereka juga hanya memiliki sebagian kekuasaan sosial
untuk mengontrol kondisi lingkungan yang menekan dirinya. Keinginan untuk
memperbaiki kondisi yang demikian seringkali membuat banyak perempuan
memilih untuk melakukan migrosi. Karena ketidaktahuan informasi tentang arah
tujuan dan keinginan untuk memperbaiki nasib, mereka justru menghadapi resiko
untuk diperdagangkan.

2. Pendidikan rendah

Tingkat pendidikan yang rendah, juga menjadi salah satu faktor yang dapat
menjerumuskan anak perempuan ke dalam praktik perdagangan manusia. lni dapat
dipahami mengingat dalam komunitas yang mengedepankan nilai-nilai patriarki,
anak perempuan ditempatkan sebagai warga kelas dua, dan anak laki-laki yang
diutamakan untuk mendapat pendidikan yang lebih tinggi (Firdaus, 2004: 13).
Dengan pendidikan yang rendah mudah sekali ditipu oleh para calo yang
menjanjikan pekerjaan yang "baik" dengan gaji yang besar, namun sesungguhnya
suatu trik tipuan untuk dipekerjakan di tempat atau lokasi pelacuran.

3. Menikah usia dini

Batas minimal usia nikah dalam Undang Undang Perkawinan sebagaimana


dinyatakan dalam pasal 7 ayat (1) adalah 19 tahun bagi laki-laki dan 16 tahun bagi
perempuan (Mulia, 2007 : 140). Selanjutnya Mulia mengutip hasil penelitian yang
dilaksanakan oleh UIN Jakarta (2000) mengungkapkan temuan rata-rata usia ideal
perempuan untuk menikah berkisar 19,9 tahun dan laki-laki 23,4 tahun.
Kematangan usia tersebut idealnya berupa akumulasi kesiapan fisik, ekonomi,
sosial, mental dan kejiwaan agama dan budaya. Perkawinan pada usia dini bagi
7

perempuan menimbulkan berbagai resiko,baik bersifat biologis seperti kerusakan


organ reproduksi, kehamilan muda, dan resiko psikologis berupa ketidakmampuan
mengemban fungsi-fungsi reproduksi dengan baik. Kehidupan keluarga menuntut
adanya peran dan tanggungjawab yang besar bagi laki-laki don perempuan.

D. Ketidaktaatan Menurut Ajaran Agama

Faktor yang juga penting untuk menjelaskan persoalan trafficking secara


umum adalah adanya keterlibatan orangtua sebagai salah satu unsur pelaku
trafficking tersebut. Beberapa studi tentang perdagangan anak rnelaporkan bahwa
cukup banyak kasus perdagangan anak melibatkan orangtua. Hasil studi Firdaus
tentang "Respons LSM terhadap Perdagangan Anak di Surabaya", menegaskan
bahwa fenomena kasus dua orangtua menjadi germo bagi anaknya sendiri (Firdaus,
2004: 18-19). Kasus trafficking di kota Bandung dan Jawa Barat secara umum yang
melibatkan orang tua sebagai pelaku lebih banyak disebabkan kondisi ekonomi
keluarga yang kurang mampu (lrwanto,kk,2001 dalam Nuh, 2005:83). Kemudian
penelitian yang dilakukan ILO di Jakarta dan Jawa Timur tentang perdagangan anak
untuk eksploitasi seksual menunjukkan jaringan perdagangan tersebut melibatkan
berbagai pihak (Imelda, 2004:26). Pertama, dari orang-orang terdekat korban,
seperti orangtua yang mempersiapkan anak-anaknya, baik secara sosial, psikologis,
maupun spiritual, saudara atau tetangga yang biasanya berperan sebagai mata-mata
untuk menyeleksi anak-anak yang dapat direkrut. Kedua, calo yang berperan
sebagai mediator dalam bisnis seksual. Ketiga, tokoh formal maupun informal yang
memperlancar sistem kerja bisnis seksual tersebut. Keempat, adalah mucikari yang
bertanggungjawab terhadap fasilitas yang memungkinkan terjadinya tranksaksi
seksual antara korban dan pemakai.
8

BAB III

METODE PENULISAN

3.1 Studi Pustaka


Metode penulisan bersifat studi pustaka. Studi kepustakaan adalah segala
usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan
dengan topic atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Studi kepustakaan adalah
teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-
buku, literature-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada
hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. Informasi diperoleh dari buku-
buku, jurnal, dan laporan penelitian.

3.2 Prosedur Kerja


1) Mengumpulkan sumber-sumber kepustakaan berupa hasil dari penelitian.
2) Membaca sumber-sumber kepustakaan hasil dari penelitian.
3) Membuat kesimpulan dari berbagai sumber pustaka dan membandingkannya
untuk dijadikan judul.
4) Menganalisis seluruh hasil penelitian pada masing-masing sumber pustaka
yang dipilih untuk dijadikan analisis pustaka.
5) Membuat karya tulis ilmiah dengan bahan dari sumber pustaka.
9

BAB IV

ANALISIS DAN SINTESIS

Terjadinya human trafficking di bumi Batara guru menjadi suatu


permasalahan yang sangat memprihatinkan, mengingat terlalu banyak faktor yang
menyebabkan sehingga banyak korban yang terjaring dalam kasus prostitusi, secara
umun anak-anak dan perempuan merupakan pihak yang rentan menjadi korban
perdagangan dan eksploitasi. Mereka yang menjadi korban sebagian besar berasal
dari kelompok masyarakat yang rentan. Faktor yang merupakan akar permasalahan
terjadinya kasus tindak pidana perdagangan perempuan dan anak yaitu sebagai
berikut :
1. Kemiskinan, tingkat ekonomi yang rendah seringkali menjadi sumber
munculnya sejumlah masalah social, antara lain semakin banyak jumlah
pengemis dan anak-anak terlantar. Tidak jarang kemiskinan menjadi pangkal
bagi munculnya disharmoni keluarga, termasuk didalamnya muncul praktik
perdagangan anak perempuan untuk tujuan pelacuran. Kemiskinan dianggap
sebagai faktor penting yang menjadi penyebab terjadinya perdagangan
perempuan dan anak. Penduduk miskin tidak hanya memeiliki keterbatasan
pilihan untuk mencari sumber penghidupan, tetapi mereka juga hanya memiliki
sebagian kekuasaan social untuk mengontrol kondisi lingkungan yang menekan
dirinya.
2. Tingkat pendidikan rendah, pendidikan yang rendah, juga menjadi salah satu
faktor yang dapat menjerumuskan anak perempuan ke dalam praktik
perdagangan manusia, ini dapat dipahami mengingat dalam komunitas yang
mengedepankan nilai-nilai patriarki, anak perempuan ditempatkan sebagai
warga kelas dua, dan anak laki-laki yang diutamakan untuk mendapat
pendidikan yang lebih tinggi. Dengan pendidikan yang rendah mudah sekali
ditipu oleh para calo yang menjanjikan pekerjaan yang baik dengan gaji yang
besar, namun sesungguhnya suatu trik tipuan untuk dipekerjakan di tempat atau
lokasi pelacuran.
3. Kawin usia dini, batas minimal usia nikah dalam undang-undang perkawinan
sebagaimana dinyatakan dalam pasal 7 ayat (1) adalah 19 thun bagi laki-laki dan
10

16 tahun bagi perempuan. Kematangan usia tersebut idealnya berupa akumulasi


kesiapan fisik, ekonomi, social, mental, dan kejiwaan agama dan budaya.
Perkawinan pada usia dini bagi perempuan menimbulkan berbagai resiko, baik
bersifat biologis seperti kerusakan organ reproduksi, kehamilan muda, dan
resiko psikologis berupa ketidakmampuan mengemban fungsi-fungsi
reproduksi dengan baik. Kehidupan keluarga menuntut adanya tanggungjawab
yang besar bagi laki-laki dan perempuan.
4. Ketidak menuru pada ajaran agama, faktor yang juga penting untuk menjelaskan
persoalan trafficking secara umum adalah adanya keterlibatan orang tua sebagai
salah satu unsur pelaku trafficking tersebut. Beberapa studi tentang perdagangan
anak melaporkan bahwa cukup banyak kasus perdagangan anak melibatkan
orang tua.
Dalam perkemabangannya human trafficking kini masih meraja lela dimana-
mana yang berbungkus berbagai modus untuk mempengaruhi para korban, modus
yang mereka gunakan terus diperbahrui seiring dengan perkembangan zaman untuk
menjerat korbannya, iming-iming gaji bulanan dengan jumlah yang fantastis masih
sering digunakan, tetapi para pemangsa mulai menggunakan media social untuk
menjerat targetnya.
Seperti halnya yang peristiwa yang terjadi di Luwu Timur, terdapat beberapa
gadis yang terjebak sebagai korban dari para calo yang memiliki tempat hiburan
malam yang berada di daerah tersebut, para korban diba ke daerah ini di janjikan
akan dipekerjakan dan mendapat gaji yang lumayan besar, tetapi ternyata hal
tersebut merupakan salah satu trik dari pada calo untuk menjerat korban. Namun
fatalnya para penyidik yang kebetulan melakukan tugasnya sebagai abdi Negara
dan menjaga keamanan dalam masyarakat menemukan para korban yang masih
dibawa umur yakni usia 14-15 tahun.

Ditinjau dari banyaknya jumlah pekerja seks komersial yang tertanggap


dalam operasi satpol PP di berbagai titik daerah di kabupaten luwu timur, dimana
tempat mereka melaangsungkan penjajan sebagaian besar berada di fasilitas umum
seperti gedung hotel, taman, bendungan dan tempat lainnya. Hal ini menunjukkan
bahwa perdagangan manusia terutama perempuan masih berlangsung hingga
sekarang bukan hanya di kota besar indonesia namun merembek ke berbagai
11

penjuru daerah termasuk kabupaten luwu timur. Kejadian ini harusnya menjadi
sorotan perhatian pemerintah sebagai upay perlindungan bagi masyarakatnya
terutama para korban yang terjerumus dalam perdagangan manusia secara paksa,
efek jera bagi para calo atau mucikari penyedia jasa penjajaan perempuan maupun
masyarakat sekitar yang merasa terganggu akan adanya kegiatan ini dimana
perdagangan manusia merupakan tindak pidana yang diatur dalam Undang-undang
No 20 tahun 2007 tentang tindak pidana perdagangan orang (TTPO).

Dalam bentuk upaya memangkas atau menurunkan bahkan menghilangkan


kasus perdagangan manusia di Bumi Batara Guru maka ditawarkan solusi untuk
membangun Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak
(P2TPA) yang berpusat di malili sebagai ibu kota kabupaten Luwu Timur, dimana
tujuan dari didirikannya P2TPA di Malili diharapkan akan mendapat pengawasan
langsung dari para aparat dan pejabat pemerintahan yang berkantor di lokasi yang
sama.

Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak merupakan


kegiatan terpadu yang didirikan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak dan menyediakan pelayanan bagi masyarakat Indonesia
terutama Perempuan dan Anak korban tindak kekerasan. Pusat Pelayanan Terpadu
Pemberdayaan Perempuan dan Anak melakukan pendampingan terhadap
perempuan dan anak korban kekerasan misalnya kekerasan dalam rumah tangga
meliputi kekerasan terhadap anak, kasus pelecehan seksual, dan perkosaan.
P2TP2A mendampingi semua perempuan dan anak korban kekerasan berperspektif
gender tanpa membedakan agama, golongan, suku ataupun status sosial.
Keterkaitan tindak kekerasa dalam hal perdagangan manusia terutama perempuan
ialah dimana para PSK tidak menutup kemungkinam merupakan para perempuan
yang dipekerjakam atas dasar paksaan dan perempuan yang masih dibawah umur.
Adapun bentuk program pelayanan yang tersedia pada pusat pelayanan terpatu
perempuan dan ank ini meliputi 3 bentuk pelayanan yaitu :
12

a . Pelayanan preventif (pencegahan)

Dalam upaya memangkas bahkan menghilangkan kasus perdagangan manusia


kita tidak hanya perlu mencari solusi dalam mengatasi kasus yang telah ada tetapi
kita juga perlu untuk melakukan upaya pencegahan agar kasus kasus baru tidak lagi
muncul. Pelayanan preventif yang ditawarkan berupa sosialisasi mengenai edukasi
kepada para perempuan terutama remaja perempuan yang berada dijenjang
pendidikan. Baik secara dini melakukan sosialisasi di sekolah dasar, sekolah
menengah pertama dan sekolah menengah akhir agar para remaja baik perempuan
maupun laki laki yang baru menginjak usia remaja semakin jeli dalam memilih
lingkungan pergaulan yang baik dan memberikan gambaran akan buruknya
perdagangan manusia baik itu pelaku penjajaan,pekerja maupun pemakai layanan
prostitusi sehingga ia dapat menjaga dirinya sendiri dari kejahatan perdagangan
manusia yang semakin marak terjadi di lingkungan sekitarnya.

b . Pelayanan kuratif ( penanganan )

Dalam upaya penangan kasus perdagangan manusia meliputi penanganan


dengan memberi bantuan medis kepada parah korban perdagangan manusiayang
mendapat kekerasan fisik, dan pelayanan hukum terhadap laporan kasus yang
diterima dari pengadu korban perdagangan manusia. Selama menjalani proses
penanganan, korban menjadi tanggunh jawab dari pusat pelayanan terpadu
pemberdayaan perempuan dan anak hingga kondisi fisiknya membaik dan kasus
hukumnya selesai.

c . Pelayanan rehabilitatif (pemulihan)

Pelayanan rehabilitatif mencakup pendampingan psikologis guna membantu


parah korban mengalami keadaan baik secara fisik dan mentalnya, sebab
perdagangan manusia tidak jarang memberi efek trauma mendalam pada diri
korban apalagi jika korban telah terlanjur terjerumus pada kasus ini maka ia pun
harus diberi pendapingan psikologis lebih intensif untuk menjamin kesehatan
mentalnya, dapat beraktifitas sehari hari hingga siap kembali ke masyarakat.
13

Selain dalam segi keadaan baik secara fisik dan psikis,para korban juga harus
dipastikan baik dalam segi ekonomi. Hal ini bertujuan agar para korban tidak lagi
terjerus pada kegiatan perdagangan manusia atau prostitusi dengan alasan pekerjaan
atau faktor ekonomi yang rendah, maka pusat pelayanan terpadu pemberdayaan
perempuan dan anak memberikan penunjang ekonomi kepada korban berupa
pemberian modal usaha, pelatihan memasak agar para korban dapat membuka
usaha rumah makan ataupun keterampilan menjahit dan lain sebagainya.
14

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa:


1. Penyebabnya terjadinya Human trafficking case di Bumi Batara Guru yaitu
kemisikinan, pendidikan rendah, menikah usia dini, dan ketidaktaatan
menurut ajaran agama
2. Perkembangan human trafficking di Bumi Batara guru terus berkembang
seiring dengan semakin banyaknya tempat-tempat hiburan malam yang ada
di beberapa kecamatan di Bumi Batara Guru
3. Memangkas human trafficking case di Bumi Batara Guru melalui program
P2TPA (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak).

5.2 Saran

Perlu adanya inovasi lebih lanjut mengenai human trafficking yang terjadi

di bumi batara guru, agar pembaca tidak mengalami kebingungan mengenai

informasi yang telah diperolehnya setelah membaca karya tulis ini.


15

DAFTAR PUSTAKA

Firdous.2004.Respons LSM terhodap perdogangon onok perempuan, Yogyakarta :


Kerjasoma Ford Foundation dengon Pusot Studi Kependudukan don Kebijokan
Universitas Godjoh Mada.

Goode, J Williom.2007 .Sosiologi Keluorga,Jakarta: Bumi Aksara.

lmelda,Johanna Debora,dkk.2004 .Utang Selilit Pinggang-Sistem ljon dalam


Perdagangan Anak Perempuan, Yogyakarta : Kerjasama Ford Foundation dengan
Pusat Studi Kependudukan don Kebijakan Universitos Gadjah Mada.

Nuh, Mohammad.2005. Jejaring Anti Traficking, Strategi Penghapusan


Perdagangan Perempuan don Anak, Yogyakarta : Kerjasama Ford Foundation

Rien, Cm Kuntari.2008." Hikoyat Wiralodra,Geliat Bongas,Kompos 18 April.

Sofian,dkk.2004.Menggagas Model Penanganan Perdagangan Anak, Kasus


Sumatera Utara, Yogyakarta:kerjasama Ford Foundation dengan Pusat Studi
Kependudukan don Kebijakan Universitas Gadjah Mada.

Sulistiati.2004.Pembangunan Sosial don Pemberdayaan Sosial, dalam lsu-isu


Tematik Pembangunan sosial ; Konsepsi don strategi, Jakarta : Badon Pelatihan don
Pengembangan Sosial, Deportemen Sosial RI.
16

Lampiran 1. Biodata Tim

FORMAT BIODATA

A. Identitas Diri
No
1 Nama Lengkap YINDRIANI MOGHURI
2 NIM H031181021
3 Tempat Tanggal Lahir WAWESA, 23 05 2000
4 Alamat JL.POLITEKNIK NO 66
5 Nomor HP 081340340709

B. Riwayat Pendidikan
S-1
Nama Perguruan Tinggi UNIVERSITAS HASANUDDIN
Fakultas MIPA
Jurusan KIMIA
Angkatan Universitas 2018

C. Pengalaman Kegiatan/Organisasi
No Kegiatan/Organisasi Penghargaan/jabatan
1. HMK (HIMPUNAN Anggota
MAHASISWA KIMIA)
17

FORMAT BIODATA

ANGGOTA

D. Identitas Diri
No
1 Nama Lengkap HUSNA RANGSI
2 NIM G021181027
3 Tempat Tanggal Lahir 31 OKTOBER 1999
4 Alamat
5 Nomor HP

E. Riwayat Pendidikan
S-1
Nama Perguruan Tinggi UNIVERSITAS HASANUDDIN
Fakultas PERTANIAN
Jurusan AGRIBISNIS
Angkatan Universitas 2018

F. Pengalaman Kegiatan/Organisasi
No Kegiatan/Organisasi Penghargaan/jabatan
- - -
18

FORMAT BIODATA

ANGGOTA

G. Identitas Diri
No
1 Nama Lengkap ZHINTA FITRI YUSRIAN
2 NIM
3 Tempat Tanggal Lahir
4 Alamat
5 Nomor HP

H. Riwayat Pendidikan
S-1
Nama Perguruan Tinggi UNIVERSITAS HASANUDDIN
Fakultas KESEHATAN MASYARAKAT
Jurusan KESEHATAN MASYARAKAT
Angkatan Universitas 2018

I. Pengalaman Kegiatan/Organisasi
No Kegiatan/Organisasi Penghargaan/jabatan
- - -

Anda mungkin juga menyukai