SKENARIO
Jauhi Virusnya, Rangkul Korbannya
Oleh :
KELOMPOK IX
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2019
LAPORAN KASUS
BELAJAR BERDASARKAN MASALAH (BBM)
INTERPROFESSIONAL EDUCATION (IPE)
SKENARIO
Jauhi Virusnya, Rangkul Korbannya
Disusun Oleh :
KELOMPOK IX
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................... iii
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Skenario.................................................................... 1
B. Analisa Kasus............................................................. 1
BAB II TINJAUAN DAN ANALISIS
A.Tinjauan Kasus Berdasarkan Sasaran Belajar............. 27
B.Analisis Kasus Secara Mendalam dan Bersitasi......... 33
C.Rekomendasi dan Solusi............................................. 42
BAB III PENUTUP
A.Simpulan ..................................................................... 45
B.Saran............................................................................ 46
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PEDAHULUAN
A. Skenario
“Jauhi Virusnya, Rangkul Korbannya”
Kasus HIV/AIDS di sebuah kabupaten selalu meningkat di setiap
tahunnya. Salah satu upaya yang dilakukan oleh dinas kesehatan setempat
melalui puskesmas adalah gencar melakukan skrining tes HIV terutama pada
ibu hamil sebagai kelompok berisiko. Dari 510 orang yang dites didapatkan 112
orang yang positif HIV. Umumnya mereka mengaku memiliki pasangan yang
tinggal berjauhan. Dari 112 orang tersebut, didapatkan 5 orang ibu hamil yang
terinfeksi HIV yang didampingi oleh petugas dan dirujuk ke layanan PDP
(pengobatan, dukungan dan perawatan). Akan tetapi, tidak semua patuh
menjalankan terapi karena takut menerima stigma dan diskriminasi, serta
belum merasakan gejala penyakitnya. Ibu hamil penderita HIV disarankan
untuk melakukan persalinan secara sectio caesaria di rumah sakit dan
mendapat pengobatan serta perawatan khusus. Asupan gizi yang baik juga
diperlukan. Selain itu juga dilakukan konseling, baik pada penderita maupun
keluarganya. Program pencegahan HIV/AIDS pada kelompok berisiko lain
dilakukan berupa promosi untuk menggunakan alat pelindung pada saat
melakukan hubungan seks berisiko, namun untuk program penjangkauan
belum dapat dilaksanakan secara optimal oleh dinas kesehatan. Kepala Dinas
Kesehatan kemudian mengundang berbagai profesi kesehatan dan profesi lain
yang terkait guna menanggulangi permasalahan tersebut.
B. Analisa Kasus
Langkah 1 Identifikasi Masalah
1. Skrining
1
2
Skrining atau deteksi dini adalah rangkaian prosedur yang dilakukan untuk
mendeteksi potensi gangguan kesehatan atau penyakit tertentu yang
mana dilakukan dalam masyarakat.
2. Stigma
Pandangan masyarakat dari sisi negatif
3. Sectio Caesaria
Adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam
keadaan utuh serta berat janin diatas 1000 gram atau umur kehamilan > 28
minggu
4. Kelompok Berisiko
Kelompok yang berisiko terserang penyakit tertentu
sebagai metode penularan utama (92%) infeksi HIV pada anak berusia <13
tahun. Transmisi intrauterin terjadi melalui penyebaran hematogen
melewati plasenta atau ascending infection ke cairan dan membran amnion.
Transmisi saat persalinan terjadi melalui kontak mukokutan antara bayi
dengan darah ibu, cairan amnion, dan sekret servikovaginal saat melewati
jalan lahir. Transmisi saat persalinan juga dapat terjadi melalui ascending
infection dari serviks serta transfusi fetal maternal saat uterus berkontraksi
pada saat persalinan. Sehingga karena melihat dari resiko penularan antara
ibu hamil terhadap bayinya sangat tinggi yaitu 92% maka pada ibu hamil
perlu dilakukan skrining.
3. Apa tujuan pelayanan PDP dan bagaimanakah sistemnya?
tahun hidup dengan AIDS. Di Amerika Serikat sendiri, tercatat 71% terinfeksi
HIV terjadi pada wanita berumur 25 sampai 44 tahun dan 20% dari kasus
tersebut mengidentifikasi wanita berkulit hitam. Sebanyak 80% kasus
disebabkan oleh hubungan heteroseksual, 20% akibat terkontaminasi jarum
suntik dan sisanya melalui transfusi darah dan transmisi perinatal.
HIV tipe 1 lebih banyak ditemukan di Amerika Serikat, sedangkan HIV tipe 2
merupakan virus endemik di Afrika, Portugal dan Perancis. Meskipun
demikian, kedua jenis virus ini akan berkembang menjadi AIDS dan
menyebabkan kematian.
10. Bagaimana pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak?
Menjalani terapi kombinasi atau terapi antiretroviral (highly active
antiretroviral therapy/HAART) selama masa kehamilan. Sekitar 1 dari 4
bayi yang lahir dari ibu yang positif mengidap HIV dan tidak menjalani
terapi ini akan tertular HIV.
Bayi menerima pengobatan antiretroviral pada saat proses persalinan
dan setelah lahir.
Menyusui bayi dengan ASI tetap disarankan oleh WHO, namun
diharapkan ibu menjalani pengobatan antiretroviral secara
berkelanjutan, untuk mencegah penularan HIV pada bayi.
Jika ibu dengan HIV telah mendapat pengobatan secara teratur
hingga virus tidak lagi terdeteksi dalam darah melalui pemeriksaan viral
load, maka ibu dapat dipertimbangkan untuk bisa melahirkan dengan
proses normal, tanpa meningkatkan risiko penularan HIV kepada bayi.
Namun pada sebagian kasus lain, dokter mungkin akan mememberikan
rekomendasi ibu hamil untuk melahirkan dengan operasi caesar untuk
mengurangi risiko penularan. Hal ini dilakukan jika sebelumnya sang ibu
tidak menjalani terapi kombinasi dan jika kadar virus masih dapat terdeteksi
dalam darah.
11. Apa dampak HIV/AIDS untuk kesehatan?
7
Gejala pertama dari HIV mirip dengan infeksi virus lainnya, yaitu:
Demam
Sakit kepala
Kelelahan
Nyeri otot
Kehilangan berat badan
Pembengkakan kelenjar getah bening di tenggorokan, ketiak, atau
pangkal paha
Jika HIV dibiarkan, kondisi ini bisa mengarah pada AIDS dengan gejala
yang lebih parah. Berikut berbagai gejala AIDS yang biasanya muncul,
yaitu:
Sariawan, luka pada lidah atau mulut yang disebabkan oleh infeksi
jamur
Infeksi jamur vagina yang parah atau berulang
Penyakit radang panggul kronis
Infeksi parah dan sering mengalami kelelahan ekstrem tanpa sebab,
bersamaan dengan sakit kepala dan/atau pusing
Turunnya berat badan lebih dari 5 kg yang tidak disebabkan karena
olahraga atau diet
Lebih mudah mengalami memar
Diare yang lebih sering
Sering demam dan berkeringat di malam hari
Pembengkakan atau mengerasnya kelenjar getah bening di
tenggorokan, ketiak, atau pangkal paha
Batuk kering terus-menerus
Sering mengalami sesak napas
Perdarahan pada kulit, mulut, hidung, anus, atau vagina tanpa
penyebab yang pasti
Ruam kulit yang sering atau tidak biasa
8
bahasa tubuh yang negatif oleh pekerja kesehatan, juga akses yang
terbatas untuk fasilitas-fasilitas rumah sakit.
Akses untuk perawatan: ODHA seringkali tidak menerima akses yang sama
seperti masyarakat umum dan banyak yang juga tidak mempunyai akses
untuk pengobatan ARV, mengingat tingginya harga obat-obatan tersebut.
Bahkan ketika pengobatan ARV tersedia, beberapa kelompok mungkin
tidak bisa mengaksesnya, misalnya karena persyaratan tentang
kemampuan mereka untuk mengonsumsi sebuah zat obat, yang mungkin
terjadi pada kelompok pengguna narkoba suntikan.
Diskriminasi HAM: Penghilangan kesempatan ODHA untuk bekerja, dalam
pelayanan kesehatan bahkan perlakuan yang berbeda pada ODHA oleh
petugas kesehatan.
Peradilan moral yang tidak sesuai: Sikap yang menyalahkan ODHA karena
penyakitnya dan menganggap sebagai orang yang tidak bermoral serta
keengganan untuk melibatkan ODHA dalam suatu kelompok atau
organisasi. Termasuk juga penghilangan kesempatan ODHA untuk bekerja
dan membuka status HIV dan AIDS seseorang pada orang lain tanpa seizin
penderita.
Start small. Mulailah dari hal-hal kecil untuk membantu menurunkan
diskriminasi dan stigma pada ODHA, antara lain:
Jadilah contoh yang baik. Terapkan apa yang sudah kita ketahui,
pikirkanlah kata-kata yang kita gunakan dan bagaimana
memperlakukan ODHA, lalu cobalah untuk mengubah pikiran dan
tindakanmu.
Berbagilah pada orang lain mengenai hal-hal yang sudah kita ketahui
dan ajaklah mereka untuk membicarakan tentang stigma dan
bagaimana mengubahnya. Berikan pengertian bahwa stigma itu
melukai orang lain.
12
mendesak. Layanan PDP juga merupakan salah satu bentuk dari layanan
komprehensiv HIV dan IMS berkesinambungan. Pelaksanaaan PDP
diharapkan terstruktur baik dari segi struktur organisasi maupun
pembagian tugas dan kewajiban yang harus dijalankan. Penetapan lokasi
layanan dan penunjukan tim yang bertugas, menunjukan keseriusan
manajemen dalam memberikan layanan terhadap pasien ODHA yang
berobat ke rumah sakit. Hal ini perlu dicontoh oleh rumah sakit atau
penyedia layanan lainnya dalam melayani pasien ODHA.
4. Mengapa pada ibu hamil yang terinfeksi HIV disarankan melakukan
persalinan dengan sectio caesaria?
Karena awal infeksi HIV biasanya terjadi dengan cara paparan cairan tubuh
yang berasal dari orang yang terinfeksi HIV dan persalinan dengan sectio
caesaria ini dinilai dapat meminimalkan terpaparnya janin terhadap darah
maternal akibat pecahnya selaput plasenta dan sekresi maternal atau saat
janin melewati jalan lahir.
5. Apa saja gizi yang diperukan oleh ibu hamil yang terinfeksi HIV?
Gizi yang baik adalah penting buat kita semua, apalagi waktu hamil. Gizi
buruk terbukti meningkatkan angka penularan HIV dari ibu-ke-bayi. Gizi
yang baik membantu tubuh menyerang infeksi, mengurangi masalah
kelahiran (berat badan bayi rendah, kematian bayi), membantu khasiat
ARV, dan dapat mengurangi efek samping obat. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa ada manfaat pada Odha perempuan bila dipakai
tambahan vitamin waktu hamil. Multi-vitamin (vitamin B1, B2, B6, dan B12,
niacin, vitamin C, vitamin E, dan asam folat) diberi pada perempuan hamil
dapat memperpanjang masa tanpa gejala. Sebaliknya, manfaat
penggunaan tambahan vitamin A belum jelas, dan kelebihan tidak
membantu
6. Apa yang menjadi kendala program penjangkauan pada kasus sehingga
menjadi tidak optimal?
Salah satu program yang dilakukan selama penjangkauan adalah penilaian
perilaku beresiko yang diberikan sebagai upaya untuk memperkuat dan
15
Kelelahan
Nyeri otot
Jika HIV dibiarkan, kondisi ini bisa mengarah pada AIDS dengan gejala
yang lebih parah. Berikut berbagai gejala AIDS yang biasanya muncul, yaitu:
Sariawan, luka pada lidah atau mulut yang disebabkan oleh infeksi jamur
Infeksi jamur vagina yang parah atau berulang
Perdarahan pada kulit, mulut, hidung, anus, atau vagina tanpa penyebab
yang pasti
b. Dukungan sosial:
1. dukungan emosional, pasien merasa nyaman; dihargai; dicintai; dan
diperhatikan
2. dukungan informasi, meningkatnya pengetahuan dan penerimaan pasien
terhadap sakitnya
3. dukungan material, bantuan / kemudahan akses dalam pelayanan
kesehatan pasien
13. Bagaimana peran setiap profesi kesehatan untuk ODHA?
a. Peran Perawat dalam Pemberian ARV
Penggunaan obat ARV Kombinasi
1. Manfaat penggunaan obat dalam bentuk kombinasi adalah:
– Memperoleh khasiat yang lebih lama untuk memperkecil kemungkinan
terjadinya resistensi
– Meningkatkan efektifitas dan lebih menekan aktivitas virus. Bila timbul
efek samping, bisa diganti obat lainnya dan bila virus mulai resisten
terhadap obat yang sedang digunakan, bisa memakai kombinasi lain.
jangka pendek terjadi segera setelah minum obat dan berkurang setelah
beberap minggu. Selama beberapa minggu penggunaan ARV,
diperbolehkan minum obat lain untuk mengurangi efek samping.
2. Efek samping jangka panjang ARV belum banyak diketahui
3. Efek samping pada wanita: efek samping pada wanita lebih berat dari
pada pada laki-laki, salah satu cara mengatasinya adalah dengan
menggunakan dosis yang lebih kecil. Beberapa wanita melaporkan
menstruasinya lebih berat dan sakit, atau lebih panjang dari biasanya,
namun ada juga wanita yang berhenti sama sekali menstruasinya.
Mekanisme ini belum diketahui secara jelas.
g) Kepatuhan minum obat
1. Kepatuhan terhadap aturan pemakaian obat membantu mencegah
terjadinya resistensi dan menekan virus secara terus menerus.
2. Kiat penting untuk mengingat minum obat:
– Minumlah obat pada waktu yang sama setiap hari
– Harus selalu tersedia obat di tempat manapun biasanya pasien berada,
misalnya di kantor, di rumah, dll
– Bawa obat kemanapun pergi (di kantong, tas, dll asal tidak
memerlukan lemari es)
– Pergunakan peralatan (jam, HP yang berisi alarm yang bisa diatur agar
berbunyi setiap waktunya minum obat (Yayasan Kerti Praja, 1992).
14. Bagaimana cara menghilangkan stigma negatif masyarakat?
Tempat layanan kesehatan yang diskriminatif
Lembaga yang diharapkan memberikan perawatan dan dukungan, pada
kenyataannya merupakan tempat pertama di mana orang mengalami stigma
dan diskriminasi. Misalnya, memberikan mutu perawatan medis yang kurang
baik, menolak memberikan pengobatan. Masih saja ada rasa takut tertular
yang melatarbelakangi sikap-sikap tersebut.
23
Berbagilah pada orang lain mengenai hal-hal yang sudah kita ketahui
dan ajaklah mereka untuk membicarakan tentang stigma dan
bagaimana mengubahnya. Berikan pengertian bahwa stigma itu
melukai orang lain.
Fisik
Anamnesis Penunjang
HIV/AIDS
Epidemiologi
Etiologi
Definisi
Klinis Tata
Faktor
Fatofisiologi
Komplikasi
Laksana
Risiko
25
Kepatuhan
berobat kurang
27
28
tentang HIV dan penularannya serta memberikan dukungan total mulai dari
sosial, psikologis, spiritual hingga ekonomi. Hal ini disebabkan pada
kegiatan konseling kita dapat menggali atau mengetahui kebutuhan apa
saja yang diperlukan bagi klien ODHA, sehingga dalam aspek psikologis
emosional klien terfasilitasi dan dapat juga kita berikan dukungan
emosional dan sosial beserta keluarganya, serta dalam aspek spiritual dapat
dilakukan konseling spiritual oleh tokoh agama seperti rohaniawan atau
ustadz agar spiritualitas dan harapan hidupnya dapat meningkat (6).
Selain itu, dukungan psikososial dapat diberikan oleh pasangan dan
keluarga, kelompok dukungan sebaya, kader kesehatan, tokoh agama dan
masyarakat, tenaga kesehatan dan Pemerintah. Bentuk dukungan
psikososial tersebut dapat berupa empat macam, yaitu (7):
a. Dukungan emosional, berupa empati dan kasih sayang;
b. Dukungan penghargaan, berupa sikap dan dukungan positif;
c. Dukungan instrumental, berupa dukungan untuk ekonomi keluarga;
d. Dukungan informasi, berupa semua informasi terkait HIV-AIDS dan
seluruh layanan pendukung, termasuk informasi tentang kontak
petugas kesehatan/LSM/kelompok dukungan sebaya.
* Bagaimana cara menyamakan persepsi antar profesi kesehatan pada
ODHA?
Jawaban:
Terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi stigma tenaga
kesehatan terhadap ODHA. Faktor yang memengaruhi stigma pada tenaga
kesehatan antar profesi yaitu stigma atau pikiran atas ketakutannya tertular
virus HIV. Selain itu, tenaga kesehatan juga dapat kurang terpapar informasi
terkait penularan HIV, serta sikap dan perilaku terkait stigmatisasi bahwa
HIV merupakan dampak perilaku amoral, sehingga pelayanan kesehatan
berupa perawatan dan pengobatan terhadap ODHA juga berpengaruh
kurang optimal. Pemberantasan stigma dapat dimulai dengan mengetahui
terlebih dahulu apa saja itu stigma ODHA pada tenaga kesehatan yang
31
lainnya. Skrinning atau deteksi dini tersebut berupa kegiatan VCT atau
Voluntary Counselling Test yang kegiatannya terdiri dari pre-test konseling,
post-test konseling dan konseling berkelanjutan. VCT adalah suatu
pembinaan dua arah atau dialog yang berlangsung tak terputus antara
konselor dan kliennya berupa kelompok berisiko yang bertujuan untuk
mencegah penularan HIV dengan memberikan dukungan moral, informasi
terkait HIV/AIDS pada kelompok berisiko, sehingga setelah dilakukan
kegiatan ini orang-orang yang berada pada kelompok berisiko mau
dilakukan pemeriksaan diagnostik dan bercerita terkait masalah HIV/AIDS
karena sudah mengetahui dampak, pemeriksaan dan hal-hal lainnya
mengenai penyakit HIV/AIDS (6).
Kemudian, setelah dilakukan deteksi dini tersebut, dapat dilakukan
kolaborasi dengan peran tenaga kesehatan masyarakat, yaitu memberikan
edukasi dan informasi tentang HIV/AIDS kepada masyarakat khususnya ibu
rumah tangga dan keluarganya. Memberikan edukasi dapat dilakukan
dengan berbagai cara seperti penyuluhan atau promosi kesehatan. Peran
tenaga kesehatan sangat berpengaruh, sebab petugas sering berinteraksi,
sehingga pemahaman terhadap kondisi fisik maupun psikis lebih baik,
dengan sering berinteraksi akan sangat mempengaruhi rasa percaya dan
menerima kehadiran petugas bagi dirinya, serta edukasi dan konseling yang
diberikan tenaga kesehatan sangat besar artinya terhadap penderita HIV
(10).
2. HIV dapat dideteksi dengan uji screening yang mudah, murah, dan
noninvasif.
3. Pasien yang terinfeksi HIV memiliki harapan untuk lebih lama hidup bila
pengobatan dilakukan sedini mungkin, sebelum timbulnya gejala.
4. Biaya yang dikeluarkan untuk screening sebanding dengan manfaat yang
akan diperoleh serta dampak negatif yang dapat diantisipasi.
Menurut UNAIDS/WHO terdapat empat jenis model screening HIV,
antara lain (14):
Pemeriksaan dan konseling HIV (voluntary counselling and testing)
1. Pemeriksaan HIV yang didorong oleh kemauan klien untuk mengetahui
status HIV-nya ini masih dianggap penting bagi keberhasilan program
pencegahan HIV.
2. Pemeriksaan HIV diagnostik, diindikasikan pada pasien dengan
tanda dangejala yang sejalan dengan penyakit-penyakit yang terkait HIV
atau AIDS, termasuk pemeriksaan terhadap tuberkulosis sebagai
pemeriksaan rutin
3. Pemeriksaan HIV dengan inisiatif dari tenaga kesehatan (ProviderInitiated
Testing and Counseling - PITC) dilakukan pada pasien yang:
- Sedang menjalani pemeriksaan terhadap penyakit menular seksual
(PMS)di klinik umum atau khusus infeksi menular seksual (IMS).
- Sedang hamil, untuk mengatur pemberian antiretroviral untuk
mencegah transmisi dari ibu ke bayi
- Dijumpai di klinik umum atau puskesmas di daerah dengan prevalens
HIV yang tinggi dan tersedia obat antiretroviral, namun tidak memiliki
gejala.
4. Screening HIV wajib UNAIDS/WHO mendukung diberlakukannya
Screening wajib bagi HIV dan penyakit yang dapat ditransmisikan lewat
darah bagi semua darah yang ditujukan untuk transfuse atau pengolahan
produk darah lainnya. Screening wajib dibutuhkan sebelum
35
A. Simpulan
Dalam diskusi tutorial ini, kita telah mempelajari tentang konsep
penyakit HIV/AIDS. Dapat diketahui HIV sendiri adalah singkatan dari human
immunodeficiency virus yaitu sejenis retrovirus (virus yang dapat
menggandakan dirinya sendiri pada selsel yang ditumpanginya) yang merusak
sistem kekebalan tubuh manusia atau sel-sel darah putih (sel darah putih juga
disebut lifosit). HIV/AIDS dapat dilakukan deteksi dini dengan melakuakan
skrining pada kelompok-kelompok beresiko. setelah didapatkan positif dapat
di rujik ke pelayanan PDP merupakan singkatan dari perawatan, dukungan dan
pengobatan (Care, Support and Treatment), adalah suatu layanan terpadu dan
berkesinambungan untuk memeberikan dukungan baik aspek manajerial,
medis, psikologis maupun sosial untuk mengurangi atau menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi ODHA selama perawatan dan pengobatan. Masih
tingginya stigma dan diskriminasi dari masyarakat maupun tenaga kesehatan
tentang HIV/AIDS yang perlu diperhatikan. Selain itu juga dilakuakan berbagai
kebijakan maupun program untuk mencegah dan menanggulangi penyebaran
HIV & AIDS oleh pemerintah dan juga peran penting dari berbagai profesi
bidang kesehatan juga ikut menanggulangi maslah HIV/AIDS.
45
46
B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah kami banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kata kesempurnaan. Untuk kritik dan saran diharapkan agar kami dapat
lebih baik lagi untuk kedepannya. Terkait masalah HIV/AIDS disarankan agar
masyarakat maupun tenaga kesehatan sendiri untuk tidak memberikan
stigama dan diskriminasi kepada ODHA dan memberikan dukungan-dukungan
kepada ODHA agar dapat memiliki semangat untuk berobat dan melanjutkan
hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA
10. Isni K. Dukungan keluarga, dukungan petugas kesehatan dan perilaku ibu
HIV dalam pencegahan penularan HIV/AIDS ke bayi. Jurnal Kesehatan
Masyarakat 2016; 11(2): 96-104.
11. Syahrina IA, Pranata AY. Stigma internal hubungannya dengan interaksi
sosial orang dengan hiv/aids di yayasan taratak jiwa hati Padang.
Psikovidya 2018; 22(1): 1-9
12. Mongan DJK, Maramis FRR, Ratag BT. Hubungan antara Pengetahuan dan
Sikap dengan Tindakan Pencegahan HIV/AIDSpada Masyarakat di
Kelurahan Sagerat Weru Kecamatan Matuari Kota Bitung. Jurnal KESMAS
2018; 7(5): 1-5.
14. Dewi DMSK, Wulandari LPL, Wirawan DL. Determinan Sosial Kerentanan
Perempuan Terhadap Penularan Ims Dan Hiv. JPH Recode . 2018; 2(1): 19-
31.
15. Baroroh dkk. Analisis upaya penemuan kasus HIV AIDS di RSUD Kraton
Kabupaten Pekalongan. Jurnal Siklus 2017; 6(1): 169-175
17. Lestari HEP. Stigma dan diskriminasi odha di Kabupaten Madiun. Jurnal
elektronik 2016; 4(3): 110-114.
18. Juliarti W, Ariani Y. Gambaran Faktor Indikasi Ibu Bersalin Sectio Ceasarea
Di Rsud Arifin Achmad Tahun 2013 Widya Juliarti1 , Yuli Ariani. Journal Of
Midwifery Science 2017; 1(2): 66-73.
20. Anderson K, Pramudo Sg, Sofro Mau. Hubungan Status Gizi Dengan
Kualitas Hidup Orang Dengan Hiv/Aids Di Semarang. Jurnal Kedokteran
Diponegoro 2017; 6(2): 692-704.