Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH CASE STUDY

KONSEP DIRI

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2

AINUN 1710913320003
DINA ANGGRAINY 1710913220007
FITRI ROHAINA 1710913120003
GUSTI RAUDAH SA’DIYAH 1710913320011
HIDAYATI FITRI 1710913220015
MUHAMMAD HILMAN 1710913310019
MUHAMMAD KHOLILLURRAHMAN 1710913310020
SISKA RAHMAWATI DEWI 1710913220022
RAHMATUN NI'MAH 1710913320031

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Mata Kuliah : Psikososial dan Budaya

Dosen Pengampu : Endang Pertiwiwati, Ns., M. Kes.

Kelompok :2

Nama Anggota : AINUN 1710913320003


DINA ANGGRAINY 1710913220007
FITRI ROHAINA 1710913120003
GUSTI RAUDAH SA’DIYAH 1710913320011
HIDAYATI FITRI 1710913220015
MUHAMMAD HILMAN 1710913310019
M. KHOLILLURRAHMAN 1710913310020
SISKA RAHMAWATI DEWI 1710913220022
RAHMATUN NI'MAH 1710913320031

Banjarbaru, 22 Februari 2019

Endang Pertiwiwati Ns., M.Kes.

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan. Makalah Case Study Psikososial dan Budaya tentang “Konsep
Diri”. Makalah case study ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan
kerjasama antar anggota kelompok 2. Untuk itu, kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah case study ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat, tata bahasanya maupun dalam analisis
kasusnya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah case study ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah Psikososial dan Budaya tentang
“Konsep Diri” ini dapat memberikan pengetahuan yang luas dan manfaat terhadap
pembaca.

Banjarbaru, 22 Februari 2019

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

COVER
LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I KASUS 1
BAB II PEMBAHASAN 2
A. Pengertian Konsep Diri 2
B. Komponen Konsep Diri 3
C. Pembentukan Konsep Diri 4
D. Faktor Yang Memengaruhi Konsep Diri 7
E. Proses Keperawatan dan Konsep Diri 8
Analisa Kasus 10
BAB III PENUTUP 17
DAFTAR PUSTAKA 18

iii
BAB I
KASUS
KONSEP DIRI

Andri 20 tahun, mahasiswa dari salah satu perguruan tinggi di Banjarmasin,


mengalami kecelakaan lalu lintas 3 hari yang lalu . Akibat kecelakaan tersebut
Andri harus menjalani amputasi pada kaki kirinya. Ibu Andri terus menemaninya
selama berada di rumah sakit dan selalu memberikan dukungan. Ayah Andri jarang
berada di rumah sakit karena belum percaya dengan kejadian yang menimpa
putranya. Andri adalah seorang mahasiswa yang berprestasi, ia adalah kapten tim
basket di Faklutasnya dan bulan depan Andri dijadwalkan untuk mengikuti
kompetesi basket tingkat nasional yang selama ini ia impikan.

Kondisi Andri saat ini sudah mulstabil dan ia direncanakan menjalani


program rehabilitas. Dokter juga merencanakan akan memasang kaki prostetik pada
Andri. Anda melakukan tindakan perawatan luka amputasi. Selama tindakan, Andri
tidak mau melihat bagian kakinya yang terluka dan menolak untuk mendiskusikan
program rehabilitasi yang akan ia jalani. Ibu Andri juga mengatakan kepada Anda
bahwa putranya menjadi pemurung dan tidak banyak bicara.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Konsep Diri


Konsep diri merupakan konsep dasar yang perlu diketahui perawat untuk
mengerti perilaku dan pandangan klien terhadap dirinya, masalahnya serta
lingkungannya. Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus dapat
meyakini bahwa klien adalah mahluk bio-psiko-sosio-spiritual yang uth dan unik
sebagai satu kesatuan dalam berinteraksi terhadap lingkungannya yang diperoleh
melalui pengalaman yang unik dengan dirinya sendiri dan orang lain.
Konsep diri juga merupakan ide, pikiran, perasaan, kepercayaan dan
pendirian yang diketahui oleh individu dalam berhubungan dengan orang lain.
Konsep diri berkembang secara bertahap dimulai dari bayi dapat mengenali dan
membedakan orang lain. Proses yang berkesinambungan dari perkembangan
konsep diri diluspengaruhi oleh pengalaman interpersonal dal kultural yang
memberikan perasaan positif, memahami kompetensi pada area yang bernilai
bagi individu dan dipelajari melalui akumulasi kontak-kontak sosial dan
pengalaman dengan orang lain. Dalam merencanakan asuhan keperawatan yang
berkualitas perawat dapat menganalisis respon individu terhadap stimulus atau
stesor dari berbagai komponen konsep diri yaitu citra tubuh, idea diri, harga diri,
identitas dan peran. Dalam memberikan asuhan keperawatan ada lima prinsip
yang harus diperhatikan yaitu memperluas kesadaran diri, mengagali sumber-
sumber diri, menetapkan tujuan yang realistik serta bertanggung jawab terhadap
tindakan. (Suliswati,dkk,2005)
Menurut para ahli :
1. Stuart & Sundeen,1998 Konsep diri merupakan suatu pikiran, keyakinan, dan
kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui siapa dirinya dan
memengaruhi hubungannya dengan orang lain.
2. Sunaryo, 2004 Konsep diri merupakan Cara individu melihat pribadinya
secara utuh,menyangkut aspek fisik,emosi, intelektual,sosial dan spritual,
termasuk didalamnya persepsi individu tentang sifat dan potensi yang
dimilikinya, interaksinya dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang

2
berkaitan dengan pengalaman dan objek tertentu, serta tujuan, harapan, dan
keinginan individu itu sendiri. (Wahit Iqbal Mubarak dan Nurul
Chayatin,2008)
B. Komponen Konsep Diri (Personal Identity, Body Image, Role Performance,
dan Self-Esteem)
Terdapat lima komponen konsep diri, yaitu body image (gambaran diri), self
ideal (ideal diri), self esteem (harga diri), self role (peran diri) dan self identity
(identitas diri) (Sunaryo. 2004).
1. Body image (gambaran diri)
Gambaran diri adalah sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara
sadar maupun tidak sadar, meliputi: performance, potensi tubuh, fungsi tubuh,
serta persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk tubuh. Cara individu
memandang diri berdampak penting terhadap aspek psikologis. Gambaran
yang realistik terhadap menerima dan menyukai bagian tubuh, akan memberi
rasa aman dalam menghindari kecemasan dan meningkatkan harga diri.
Individu yang stabil, realistik, dan konsisten terhadap gambaran dirinya, dapat
mendorong sukses dalam kehidupan.
2. Self ideal (ideal diri)
Ideal diri adalah persepsi individu tentang perilakunya, disesuaikan
dengan standar pribadi yang terkait dengan cita-cita, harapan, dan keinginan,
tipe orang yang diidam-idamkan, dan nilai yang ingin dicapai.
3. Self esteem (harga diri)
Harga diri adalah penilaian individu terhadap hasil yang dicapai,
dengan cara menganalisis seberapa jauh perilaku individu tersebut sesuai
dengan ideal diri. Harga diri dapat diperoleh melalui orang lain dan diri
sendiri. Aspek utama harga diri adalah dicintai, disayangi, dikasihi orang lain
dan mendapat penghargaan dari orang lain.
4. Self role (peran diri)
Peran diri yang diartikan sebagi pola perilaku, sikap, nilai, dan aspirasi
yang diharapkan individu berdasarkan posisinya di masyarakt. Setiap individu
disibukkan oleh berbagai macam peran yang terkait dengan posisinya pada
setiap saat, selama ia masih hidup.

3
5. Self identity (identitas diri)
Identitas diri adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari
observasi dan penilaian yang merupakan sitesa dari semua aspek konsep diri
sebagi suatu kesatuan yang utuh. Seseorang yang mempunyai perasaan
identitas diri yang kuat akan memandang dirinya berbeda dengan orang lain,
unik dan tidak ada duanya. Kemandirian timbul dari perasaan yang berharga,
kemampuan dan penguasaan diri seseorang yang mandiri dapat mengatur dan
menerima dirinya.
C. Pembentukan Konsep Diri
Konsep diri bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir. Kita tidak
dilahirkan dengan konsep diri tertentu. Bahkan ketika kita lahir, kita tidak
memiliki konsep diri, tidak memiliki pengetahuan tentang diri, dan tidak
memiliki pengharapan bagi diri kita sendiri, serta tidak memiliki penilaian apa
pun terhadap diri kita sendiri.
Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan atau herediter. Konsep diri
merupakan faktor bentukan dari pengalaman individu selama proses
perkembangan dirinya menjadi dewasa. Proses pembentukan tidak terjadi dalam
waktu singkat melainkan melalui proses interaksi secara berkesinambungan.
Burns (1979) menyatakan bahwa konsep diri berkembang terus sepanjang hidup
manusia, namun pada tahap tertentu, perkembangan konsep diri mulai berjalan
dalam tempo yang lebih lambat. Secara bertahap individu akan mengalami
sensasi dari tubuhnya dan lingkungannya, dan individu akan mulai dapat
membedakan keduanya. Perkembangan konsep diri adalah proses sepanjang
hidup. Setiap tahap perkembangan mempunyai aktivitas spesifik yang
membantu seseorang dalam mengembangkan konsep diri yang positif.
1. Bayi
Apa yang pertama kali dibutuhkan seorang bayi adalah pemberi
perawatan primer dan hubungan dengan pemberi perawatan tersebut. Bayi
menumbuhkan rasa percaya dari konsistensi dalam interaksi pengasuhan dan
pemeliharaan yang dilakukan oleh orang tua atau orang lain. Kontak dengan
orang lain, dan penggalian lingkungan memperkuat kewaspadaan diri. Tanpa
stimulasi yang adekuat dari kemampuan motorik dan penginderaan,

4
perkembangan citra tubuh dan konsep diri mengalami kerusakan. Pengalaman
pertama bayi dengan tubuh mereka yang sangat ditentukan oleh kasih sayang
dan sikap ibu adalah dasar untuk perkembangan citra tubuh.
2. Anak Usia Bermain
Anak-anak beralih dari ketergantungan total kepada rasa kemandirian dan
keterpisahan diri mereka dari orang lain. Mereka mencapai keterampilan dengan
makan sendiri dan melakukan tugas higien dasar. Anak usia bermain belajar
untuk mengoordinasi gerakan dan meniru orang lain. Mereka belajar mengontrol
tubuh mereka melalui keterampilan locomotion, toilet training, berbicara dan
sosialisasi.
3. Usia prasekolah
Pada masa ini seorang anak memiliki inisiatif, mengenali jenis kelamin,
meningkatkan kesadaran diri, meningkatkan keterampilan berbahasa, dan
sensitive terhadap umpan balik keluarga. Anak-anak belajar menghargai apa
yang orang tua mereka hargai. Penghargaan dari anggota keluarga menjadi
penghargaan diri. Kaluarga sangat penting untuk pembentukan konsep diri anak
dan masukan negatif pada masa ini akan menciptakan penurunan harga diri
dimana orang tersebut sebagai orang dewasa akan bekerja keras untuk
mengatasinya.
4. Anak usia sekolah
Pada masa ini seorang anak menggabungksn umpan balik dari teman
sebaya dan guru. Dengan anak memasuki usia sekolah, pertumbuhan menjadi
cepat dan lebih banyak tdidapatkan keterampilan motorik, sosial dan intelektual.
Tubuh anak berubah, dan identitas seksual menguat, rentan perhatian meningkat
dan aktivitas membaca memungkinkan ekspansi konsep diri melalui imajinasi
ke dalam peran, perilaku dan tempat lain. Konsep diri dan citra tubuh dapat
berubah pada saat ini karna anak terus berubah secara fisik, emosional, mental
dan sosial.
5. Masa remaja
Masa remaja membawa pergolakan fisik, emosional, dan sosial.
Sepanjang maturasi seksual, perasaan, peran, dan nilai baru harus diintegrasikan
ke dalam diri. Pertumbuhan yang cepat yang diperhatikan oleh remaja dan orang

5
lain adalah faktor penting dalam penerimaan dan perbaikan citra tubuh. Masa
remaja merupakan masa peralihan atau transisi dari masa anak-anak ke masa
dewasa yang sering dihadapkan kepada ketidakpastian.
Remaja atau diartikan pula sebagai adolescence adalah masa
perkembagan dari masa naka-naka menuju masa dewasa yang mencakup
perkembangan biologis, kognitif, dan sosial emosional.
Perkembangan konsep diri dan citra tubuh sangat berkaitan erat dengan
pembentukan identitas. Pengamanan dini mempunyai efek penting. Pengalaman
yang positif pada masa kanan-kanak memberdayakan remaja untuk merasa baik
tentang diri mereka. Pengalaman negatif sebagai anak dapat mengakibatkan
konsep diri yang buruk. Mereka mengumpulkan berbagai peran perilaku sejalan
dengan mereka menetapakan rasa identitas.
6. Masa dewasa muda
Pada masa dewasa muda perubahan kognitif, sosial dan perilaku terus
terjadi sepanjang hidup. Dewasa muda adalah periode untuk memilih. Adalah
periode untuk menetapakan tanggung jawab, mencapai kestabilan dalam
pekerjaan dan mulai melakukan hubungan erat. Dalam masa ini konsep diri dan
citra tubuh menjadi relatif stabil.
Konsep diri dan citra tubuh adalah kreasi sosial, penghargaan dan
penerimaan diberikan untuk penampilan normal dan perilaku yang sesuai
berdasarkan standar sosial. Konsep diri secara konstan terus berkembang dan
dapat diidentifikasi dalam nilai, sikap, dan perasaan tentang diri.
7. Usia dewasa tengah
Usia dewasa tengah terjadi perubahan fisik seperti penumpukan lemak,
kebotakan, rambut memutih dan varises. Tahap perkembangan ini terjadi sebagai
akibat perubahan dalam produksi hormonal dan sering penurunan dalam
aktivitas mempengarui citra tubuh yang selanjutnya dapat mengganggu konsep
diri.
Tahun usia tengah sering merupakan waktu untuk mengevaluasi kembali
pengalaman hidup dan mendefinisikan kembali tentang diri dalam peran dan
nilai hidup. Orang usia dewasa tengah yang manerima usia mereka dan tidak

6
mempunyai keinginan untuk kembali pada masa-masa muda menunjukkan
konsep diri yang sehat.
8. Lansia
Perubahan pada lansia tampak sebagai penurunan bertahap struktur dan
fungsi. Terjadi penurunan kekuatan otot dan tonus otot. Konsep diri selama masa
lansia dipengaruhi oleh pengalaman sepanjang hidup. Masa lansia adalah waktu
dimana orang bercermin pada hidup mereka, meninjau kembali keberhasilan dan
kekecewaan dan dengan demikian menciptakan rasa kesatuan dari makna
tentang diri makna tentang diri mereka dan dunia membentu generasi yang lebih
muda dalam cara yang positif sering lansia mengembangkan perasaan telah
meninggalkan warisan
D. Faktor Yang Memengaruhi Konsep Diri (Tahap Perkembangan, Keluarga
dan Budaya, Stressor, Pengalaman Keberhasilan dan Kegagalan di Masa
Lalu, Resources, dan Penyakit)
a. Tahap Perkembangan
Dukungan mental, pertumbuhan dan perlakuan terdapat anak akan
mempengaruhi konsep diri mereka. Seiring perkembangannya, faktor-faktor
yang mempengaruhi konsep diri individu akan mengalami perubahan.
Sebagaimana contoh, bayi membutuhkan lingkungan yang mendukung dan
penuh kasih sayang, sedang kanak-kanak membutuhkan kebebasan untuk
belajar dan menggali hal-hal baru.
b. Keluarga dan Budaya
Individu sering mengadopsi nilai yang terkait dengan konsep diri dari
orang-orang yang terdekat dengan dirinya. Dalam konteks ini, anak-anak
banyak mendapat pengaruh nilai dari budaya dan keluarga tempat ia tinggal.
Selanjutnya, perasaan akan diri mereka akan banyak dipengaruhi oleh teman
sebayanya. Perasaan akan diri ini akan terganggu saat anak harus
membedakan antara harapan orang tua, budaya, dan harapan teman sebaya.
c. Stressor
Stressor dapat memperkuat konsep diri seseorang apabila ia mampu
mengatasinya dengan sukses. Di sisi lain, stressor juga dapat menyebabkan
respon mal-adaptif, seperti akan menarik diri, ansietas, bahkan akan

7
menyalahgunakan zat. Mekanisme koping yang gagal dapat menyebabkan
seseorang merasa cemas, menarik diri, depresi, mudah tersinggung, rasa
bersalah, marah, dan hal ini akan mempengaruhi konsep diri mereka.
d. Pengalaman Keberhasilan dan Kegagalan Di Masa Lalu
Pengalaman ada kecenderungan bahwa konsep diri yang tinggi berasal
dari pengalaman masa lalu yang sukses. Demikian pula sebaliknya, riwayat
kegagalan masa lalu akan membuat konsep diri menjadi rendah. Sebagai
contoh, individu yang pernah mengalami kegagalan. Sedangkan individu
yang pernah mengecap kesuksesan akan memiliki konsep diri yang lebih
positif.
e. Resources
Yang dimaksud dengan resources adalah sumber daya, skill,
pengetahuan, asset, dan proses.
f. Penyakit
Kondisi sakit juga dapat mempengaruhi konsep diri seseorang.
Misalnya seseorang wanita yang menjalani operasi mastekomi mungkin akan
mengaggap dirinya kurang menarik, dan ini akan mempengaruhi caranya
dalam bertindak dan menilai diri sendiri.
E. Proses Keperawatan dan Konsep Diri
1. Proses keperawatan dan konsep diri yang meliputi:
a. Pengkajian, yaitu:
1) Aspek penting yang harus dikaji oleh perawat?
Dalam mengkaji konsep diri, perawat harus mengumpulkan data
objektif dan subjektif yang berfokus pada stresor konsep diri baik yang
aktual maupun potensial dan pada perilaku yang berkaitan dengan
perubahan konsep diri. Data objektif selanjutnya termasuk perilaku yang
diperlihatkan oleh klien, seperti preokupasi terhadap perubahan citra
tubuh, keengganan untuk mencoba hal-hal baru, dan interaksi verbal dan
nonverbal antara klien dengan orang lain. Misalnya pengekspresian rasa
malu atau kegagalan untuk melihat pada bagian tubuh yang mengalami
perubahan. Data subjektif dikumpulkan untuk menentukan pandangan
klien tentang diri dan lingkungan. Persepsi orang terdekat adalah sumber

8
data yang penting. Bagaimana keluarga dan orang terdekat merasakan
respons klien terhadap ancaman pada harga diri.
Penting juga untuk mengkaji aktivitas peningkatan kesehatan yang
dilakukan klien. Misalnya, apakah klien menghindari kelompok dukacita
atau kelompok bercerai untuk mendapat dukungan selama peristiwa hidup
yang menegangkan. Suatu tinjauan tentang sumber didalam komunitas
klien dan keinginan atau minat klien dalam menggunakan sumber
komunitas tersebut juga membantu dalam menetapkan rencana
perawatan.
2) Hal-hal yang harus diperhatikan oleh perawat pada saat melakukan
pengkajian konsep diri klien
a. Pengkajian keperawatan harus mencakup pertimbangan tentang
perilaku koping sebelumnya, sifat, besar, dan intensitas stressor, dan
sumber internal dan eksternak klien.
b. Mengkaji bagaimana klien mengatasi stresor di masa lalu.
c. Catatan medis klien adalah sumber data objektif lainnya yang dapat
menunjukkan riwayat koping negatif melalui penggunaan alkohol atau
bahan terlarang lainnya.
3) Cara perawat membina hubungan saling percaya ketika melakukan
pengkajian dan tindakan keperawatan.
Perawat memberikan salam, senyum, memberikan keramah-
tamahan kepada pasien, memperkenalkan diri, menanyakan nama pasien
dan menanyakan keluhan pasien, dan lain-lain. Pada tahap orientasi,
sangat diperlukan sentuhan hangat dari perawat dan perasaan simpati
dan empati agar pasien merasa tenang dan merasa dihargai. Pada tahap
kerja, perawat memfokuskan arah pembicaraan pada masalah khusus
yaitu tentang keadaan pasien, dan keluhan-keluhan pasien. Selain itu
hendaknya perawat juga melakukan komunikasi interpersonal yaitu,
dengan seringnya berkomunikasi dengan pasien, mendengarkankeluhan
pasien, memberikan semangat dan dorongan kepada pasien, serta
memberikan anjuran kepada pasien untuk makan, minum obat yang
teratur dan istirahat teratur, dengan tujuan adanya penyembuhan.

9
ANALISIS KASUS

1. Pengertian konsep diri


Konsep diri adalah konseptualisasi individu terhadap dirinya sendiri.
Konsep diri secara langsung mempengaruhi harga diri dan perasaan seseorang
tentang dirinya sendiri (Potter & Perry, 2010). Data menunjukkan bahwa rasa
diri sering mempengaruhi secara negatif perubahan fisik berhubungan dengan
kesedihan (Robins et al dalam Potter & Perry, 2010).Teori kehilangan secara
konstan mengakui respons dari individu. Teori kehilangan menggambarkan
bagaimana individu beradaptasi dengan kehilangan dan memahami kematian
dari orang terdekat (Kubler-Ross dalam Potter & Perry, 2010). Salah satu
peristiwa kehilangan yang mempengaruhi konsep diri : harga dir mengenai
Amputasi.
2. Komponen konsep diri dan berdasarkan kasus komponen konsep diri mana
yang terganggu pada anda

Dari kasus dapat dikatakan bahwa Andri memasuki komponen konsep diri
yang terganggu yaitu gambaran diri (body image). Saat perawat ingin melakukan
tindakan perawatan luka amputasi, selama tindakan Andri tidak mau melihat
bagian kakinya yang terluka dan menolak untuk mendiskusikan program
rehabilitasi yang akan ia jalani, dan ibu Andri juga mengatakan bahwa anaknya
menjadi pemurung dan tidak banyak biacara.
Cara individu memandang diri berdampak penting terhadap aspek
psikologisnya, gambaran yang realistik terhadap menerima dan menyukai bagian
tubuh, akan memberi rasa aman dalam menghindari kecemasan dan
meningkatkan harga diri. Sedangkan Andri yang mengalami kecelakaan dan
bagian kakinya terluka, Andri mengalami gangguan gambaran diri yang mana
Andr adalah seorang kapten tim basket di fakultasnya dan bulan depan Andri
dijadwalakan untuk mengikuti kompetensi basket tingkat nasional yang selama
ini ia impikan. Tapi tidak bisa lagi untuk mengikuti kompetisi tersebut

10
dikarenakan kakinya yang terluka, itu yang menyebabkan Andri menjadi murung
dan tidak banyak bicara.

3. Perkembangan konsep diri

Perkembangan konsep diri adalah proses sepanjang hidup. Setiap tahap


perkembangan mempunyai aktivitas spesifik yang membantu seseorang dalam
mengembangkan konsep diri yang positif. Perkembangan konsep diri dimulai
dari bayi, anak usia bermain, usia prasekolah, anak usia sekolah, masa remaja,
dewasa muda, dewasa tengah, dan lansia. Andri berusia 20 tahun yang dapat
dikatakan dalam dewasa muda, andri yang mengalami kecelakaan yang mana
kaki kirinya harus diamputasi. Andri menjadi seorang pemurung dan tidak
banyak bicara hal ini karena kondisi nya belum stabil. Setelah beberapa bulan
dia perlahan akan menerima nya dengan dukungan keluarga dan teman teman
terdekatnya. Dimana Pada masa dewasa muda perubahan kognitif, sosial dan
perilaku terus terjadi sepanjang hidup. Dewasa muda adalah periode untuk
memilih danmenetapakan tanggung jawab, mencapai kestabilan dalam pekerjaan
dan mulai melakukan hubungan erat. Dalam masa ini konsep diri dan citra tubuh
menjadi relatif stabil.

4. Faktor yang mempengaruhi konsep diri. Berdasarkan kasus, faktor mana


yang menjadikan Andri mengalami perubahan pada konsep dirinya?

Berdasarkan kasus tersebut, faktor yang mempengaruhi konsep diri Andri


adalah stressor dan penyakit. Karena pada kasus tersebut dikatakan bahwa
“Andri tidak mau melihat bagian kakinya yang terluka” hal ini termasuk faktor
yang mempengaruhi konsep diri yaitu faktor penyakit, karena mungkin Andri
menganggap bahwa ketika kakinya diamputasi hal tersebut akan berpengaruh
pada penampilan dirinya dan dia akan sulit bermain basket lagi. “dan menolak
untuk mendiskusikan program rehabilitasi. Ibu Andri juga mengatakan bahwa
putranya menjadi pemurung dan tidak banyak bicara”. Hal ini termasuk faktor
yang mempengaruhi konsep diri yaitu stressor karena Andri menarik diri.
5. Proses keperawatan dan konsep diri yang meliputi :

a. Pengkajian, yaitu :
1) Aspek penting yang harus dikaji oleh perawat

11
2) Hal-hal yang harus diperhatikan oleh perawat pada saat
melakukan pengkajian konsep diri klien
3) Cara perawat membina hubungan saling percaya ketika
melakukan pengkajian dan tindakan keperawatan.
b. Diagnosis keperawatan
c. Intervensi keperawatan untuk meningkatkan konsep diri
d. Implementasi
e. Evaluasi

Pengkajian
Pengkajian terhadap masalah konsep diri adalah presepsi diri atau pola
konsep diri, pola berhubungan atau peran, pola reproduksi, koping terhadap stres,
serta adanya nilai keyakinan dan tanda tanda ke arah perubahan fisik, seperti
kecemasan, ketakutan, rasa marah, rasa bersalah, dan lain lain. Contoh stresor yang
mungkin dirasakan perawat selama mengumpulkan riwayat keperawatan termasuk
kehilangan pekerjaan, awitan penyakit kronis, atau tuna wisma.

1. Citra tubuh
a. Kehilangan/ kerusakan bagian tubuh ( anatomi dan fisiologi)
b. Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh akibat penyakit
c. Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi tubuh
d. Proses pengobatan seperti radiasi dan kemoterapi
Contoh pertanyaan yang diajukan dalam pengkajian citra diri:
1) Apakah ada bagian dari tubuh anda yang anda ingin ubah?
2) Apakah anda merasa nyaman mendiskusiakan mengenai pembedahan anda?
3) Apakah anda merasa berbeda atau inferior terhadap orang lain?
4) Bagaimana perasaan anda mengenai penampilan anda?
5) Perubahan seperti apa yanga anda harapkan terjadi pada tubuh anda setelah
pembedahan?
6) Bagaimana orang terdekat anda beraksi terhadap perubahan pada tubuh
anda?
2. Harga diri
a. Penolakan
b. Kurang penghargaan
c. Pola asuh overprotektif, otoriter, tidak konsisten, terlalu dituruti, terlalu
dituntut
d. Persaingan antar saudara
e. Kesalahan dan kegagalan berulang

12
f. Tidak mampu mencapai standar
Contoh pertanyaan ang diajukan pada pengkajian harga diri:
1) Apakah anda puas dengan hidup anda?
2) Apakah yaga anda rasakan mengenai diri sendiri?
3) Apakah anda mendapat yang diiinginkan?
4) Tujuan apa dalam hidup anda yang penting?
3. Peran
a. Sterotipik peran seks
b. Tuntutan peranan kerja
c. Harapan peran cultural
Contoh pertanyaan yang diajukan dalam pengkajian performa peran, adalah :
1) Ceritakan mengenai keluarga anda
2) Bagaimana hubungan anda dengan orang terdekat?
3) Apa tanggung jawab anda dalam keluarga?
4) Peran atau tanggung jawab yang ingin anda ubah?
5) Apakah anda bangga akan anggota keluarga anda?
4. Identitas
a. Ketidakpercayaan orang tua
b. Tekanan dari peer group
c. Perubahan struktur sosial
Contoh pertanyaan yang diajukan dalam pengkajian identitas diri:
1) Bagaimana anda menggambarkan karakteristik anda?
2) Bagaimana orang lain menggambarkan diri anda?
3) Apa yang disukai dalam diri anda?
4) Apa yang ada kerjakan dengan baik?
5) Apa saja kekuatan, bakat dan kemampuan anda?
6) Apa yang anda ingin ubah pada diri anda dan jika anda bisa mengubahnya
yang sangat mengganggu anda, jika anda berpikir seseorang tidak
menyuakai anda?
Diagnosa keperawatan dan Intervensi
1) Gangguan citra tubuh.
Gangguan citra tubuh adalah konfusi dalam gambaran mental
tentang diri-fisik individu.

13
Batasan karakteristik : Menghindari melihat tubuh dan tidak ada
bagian tubuh.
Faktor yang berhubungan : Cedera dan prosedur bedah.
NIC 1 (Diagosa 1): Peningkatan citra tubuh
1. Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh yang berubah
2. Tentukan persepsi pasien dan keluarga terkait dengan perubahan
citra diri dan realitas
3. Identifikasi strategi-strategi penggunaan koping oleh orang tua
dalam berespon terhadap perubahan penampilan anak
4. Identifikasi cara untuk menurunkan dampak dari adanya perubahan
bentuk
5. Fasilitasi kontak dengan individu yang mengalami perubahan yang
sama dalam hal citra tubuh
NIC 2 (Diagnosa 1): Peningkatan harga diri
1. Bantu pasien untuk emnemukan penerimaan diri
2. Dukung pasien untuk bisa mengidentifikasi kekuatan
3. Bantu untuk mengatur tujuan yang realistic dalam rangka mencapai
harga diri yang lebih tinggi
4. Buat pernyataan positif mengenai pasien
2) Duka cita
Duka cita adalah proses kompleks normal yang meliputi respons
dan perilaku emosional, fisik, spiritual, sosial dan intelektual yang
individu, keluarga dan komunitas kehilangan yang actual, adaptif atau
dipersepsikan ke dalam kehidupan sehari-hari.
Batasan karakteristik : memisahkan diri
Faktor yang berhubungan: Kehilangan objek penting (bagian tubuh)
NIC 1(Diagnosa 2): Peningkatan koping
1. Gunakan pendekatan yang tenang dan memberikan jaminan
2. Berikan suatu penerimaan
3. Bantu psien dalam mengembangkan penilaian terkait dengan
kejadian dengan lebih objektif
4. Dukung sikap terkait dengan ahrapan yang realistic sebagai upaya
untuk mengatasi perasaan ketidakberdayaan
5. Mengenalkan pasien pada seseorang yang telah berhasil melewati
pengalaman yang sama
6. Dukung verbalisasi peraan, persepsi, dan rasa takut

Implementasi
1) Gangguan citra tubuh.

14
Gangguan citra tubuh adalah konfusi dalam gambaran mental tentang
diri-fisik individu.Batasan karakteristik : Menghindari melihat tubuh dan tidak
ada bagian tubuh.Faktor yang berhubungan : Cedera dan prosedur bedah.
NIC 1 (Diagosa 1): Peningkatan citra tubuh
1. Memonitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh yang berubah
2. Membantu menentukan persepsi pasien dan keluarga terkait dengan
perubahan citra diri dan realitas
3. Mengidentifikasi strategi-strategi penggunaan koping oleh orang tua dalam
berespon terhadap perubahan penampilan anak
4. Mengidentifikasi cara untuk menurunkan dampak dari adanya perubahan
bentuk
5. Memfasilitasi kontak dengan individu yang mengalami perubahan yang
sama dalam hal citra tubuh
NIC 2 (Diagnosa 1): Peningkatan harga diri
1. Membantu pasien untuk menemukan penerimaan diri
2. Mendukung pasien untuk bisa mengidentifikasi kekuatan
3. Membantu untuk mengatur tujuan yang realistic dalam rangka mencapai
harga diri yang lebih tinggi
4. Membuat pernyataan positif mengenai pasien
2) Duka cita
Duka cita adalah proses kompleks normal yang meliputi respons dan
perilaku emosional, fisik, spiritual, sosial dan intelektual yang individu, keluarga
dan komunitas kehilangan yang actual, adaptif atau dipersepsikan ke dalam
kehidupan sehari-hari.
Batasan karakteristik : memisahkan diri
Faktor yang berhubungan: Kehilangan objek penting (bagian tubuh)
NIC 1(Diagnosa 2): Peningkatan koping
1. Menggunakan pendekatan yang tenang dan memberikan jaminan
2. Memberikan suatu penerimaan
3. Membantu pasien dalam mengembangkan penilaian terkait dengan kejadian
dengan lebih objektif

15
4. Mendukung sikap terkait dengan harapan yang realistic sebagai upaya untuk
mengatasi perasaan ketidakberdayaan
5. Mengenalkan pasien pada seseorang yang telah berhasil melewati pengalaman
yang sama
6. Mendukung verbalisasi peraan, persepsi, dan rasa takut
Evaluasi
Keberhasilan dalam memenuhi setiap tujuan klien memerlukan
penggunaan kriteria evaluasi objektif. Evaluasi serig terhadap kemajuan klien
dianjurkan sehingga perubahan dapat dengan cepat ditangani bila perlu.
Tujuannya mungkin tidak realistik atau tidak tepat karena perubahan kndisi klien
atau informasi baru dipelajari.
Hasil yag diinginkan untuk klien dengan gangguan konsep diri dapat
mencakup pernyataan penerimaan diri dan penerimaan terhadap perubahan
dalam penampilan atau fungsi. Interaksi sosial, perawatan diri adekuat,
penerimaan penggunaan alat prostetik dan pernyataan yang menunjukkan
pemahaman tentang penyuluhan, semua menunjukkan adanya kemajuan. Sikap
positif ke arah rehabilitasi dan peningkatan gerakan kearah kemandirian
memudahkan kembalinya pada peran sebelumnya di tempat kerja atau di rumah.
Adaptasi klien terhadap perubahan besar membutuhkan waktu satu tahun
atau lamatetapi kenyataannya bahwa periode ini tidak selalu bermakna
meladaptasi. Perawat harus mencari tanda bahwa klien mengalami penurunan
stresor. Pengaturan konsep diri memerlukan waktu. Oleh karena itu memerukan
beberapa tahun untuk pengaturan ulang ini berkembang, dan perubahan serta
perkembangan tambahan juga memerlukan waktu. Meskipun perubahan
mungkin lambat, perawat klien dengan gangguan konsep diri dapat memberikan
dampak positif.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Konsep diri merupakan konsep dasar yang perlu diketahui perawat untuk
mengerti perilaku dan pandangan klien terhadap dirinya, masalahnya serta
lingkungannya. Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus dapat
meyakini bahwa klien adalah mahluk bio-psiko-sosio-spiritual yang uth dan
unik sebagai satu kesatuan dalam berinteraksi terhadap lingkungannya yang
diperoleh melalui pengalaman yang unik dengan dirinya sendiri dan orang lain.
B. Saran
Konsep diri berkembang secara bertahap dimulai dari bayi dapat
mengenali dan membedakan orang lain. Proses yang berkesinambungan dari
perkembangan konsep diri diluspengaruhi oleh pengalaman interpersonal dal
kultural yang memberikan perasaan positif, memahami kompetensi pada area
yang bernilai bagi individu dan dipelajari melalui akumulasi kontak-kontak
sosial dan pengalaman dengan orang lain.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Suliswati, dkk. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta :


EGC
2. Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Pendidikan. Jakarta: EGC.
3. Monks, F.J, Knoers, A. M. P, Haditono, S, Psikologi Perkembangan: Pengantar
Dalam Berbagai Bagiannya (Yogyakarta: Gajahmada University Press, 1998),
hlm. 260.
4. Santrock J. W, Life Span Development Jilid 1 (Jakarta: Erlangga, 1995), hlm. 26.
5. Handry,M dan Heyes,S .Pengantar Psikologi (Jakarta:Erlangga, 1989), hlm. 46
6. Hidayat, A.Aziz Alimun. 2002. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC

AINUN : Materi 5 + Analisa (Bag. B dan C)

18
DINA ANGGRAINY : Materi 2 Analisis No. 2
FITRI ROHAINA : Bab 3 + print jilid + analisa 5 (Bag. D dan
E)
GUSTI RAUDAH SA’DIYAH : Materi 3 Analisis No. 3
HIDAYATI FITRI : Materi 5 Analisis No. 5 (Bag.A)
MUHAMMAD HILMAN : Edit + Lempeng, dapus, bab 1,kata
pengantar, daftar isi
M. KHOLILLURRAHMAN : Materi 1 Analisis No. 1
SISKA RAHMAWATI DEWI : Materi 4 Analisis No. 4
RAHMATUN NI'MAH : Pemateri + PPT

19

Anda mungkin juga menyukai