Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) adalah salah satu jenis penyakit degenerative yang
mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Diabetes
Mellitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme yang bersifat
kronis dengan karakteristik hiperglikemia. Berbagai komplikasi dapat timbul
akibat kadar gula darah yang tidak terkontrol, misalnya neuropati, hipertensi,
jantung coroner, retinopati, nepropati, ganggren dan lain-lain (Mihardja,
2012). Kadar gula darah dapat dikendalikan melalui diet, olahraga, dan obat-
obatan. Upaya mencegah terjadinya komplikasi kronis, diperlukan
pengendalian DM dengan baik. Dimana sasaran dengan kreteria nilai baik
untuk diabetes diantaranya gula darah 80-200 mg/dl, trigliserida <150 mg/dl,
IMT 18,5-22,9 kg/m2 dan tekanan darah < 130/80 mmHg (Perkeni, 2012).
Data dari International Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat prevalensi
global penderita DM pada tahun 2012 sebesar 8,4 % dari populasi penduduk
dunia, dan mengalami peningkatan dari 382 juta kasus tahun 2013, meningkat
menjadi 387 juta kasus pada tahun 2014. Pada tahun 2035 jumlah insiden DM
akan mengalami peningkatan menjadi 55% (592 juta) diantara usia penderita
DM 40-59 tahun (IDF, 2015). Indonesia merupakan negara urutan ketujuh
dengan kejadian diabetes mellitus tertinggi di dunia dengan jumlah 8,5 juta
penderita.
Laporan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian
Kesehatan (RISKESDAS) Tahun 2013 menyebutkan terjadi peningkatan
prevalensi pada penderita diabetes mellitus yang diperoleh berdasarkan
wawancara yaitu 1,1% pada tahun 2007 menjadi 1,5% pada tahun 2013
sedangkan prevalensi diabetes mellitus berdasarkan diagnosis dokter atau
gejala pada tahun 2013 sebesar 2,1% dengan prevalensi terdiagnosis dokter
tertinggi pada daerah Sulawesi Tengah (3,7%) dan pada daerah jawa barat
(10%) (Depkes RI, 2013).

1
Penderita Diabetes Melitus telah menyebar di seluruh provinsi Jawa Barat
yang merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mempunyai jumlah
penderita Diabetes Melitrus yang cukup tinggi. Penderita Diabetes Melitus
yang melakukan rawat jalan di beberapa sebuah rumah sakit di jawa barat
pada tahun 2007 berjumlah 39.853 orang, dan sedangkan penderita Diabetes
Melitus yang menjalani rawat inap di rumah sakit di provinsi jawa barat
sebanyak 6.668 orang, sebagai ibu kota nya provinsi Jawa Barat yaitu
Bandung merupakan salah satu dari kota Jawa Barat dimana penderita
Diabetes Melitus sebanyak 10%, penyakit Diabetes Melitus juga menempati
urutan ke-12 dari 20 penyakit terbanyak pada tahun 2014. Dinas Kesehatan
Kota Bandung ( Dinkes ) bahwa mengatakan penderita penyakit Diabetes
Melitus pada tahun 2014 di seluruh kota Bandung dengan jumlah sebanyak
22.372 orang ( Dinkes, 2008).
Prevalensi dari penderita diabetes mellitus cenderung meningkat pada
perempuan dibandingkan pada laki-laki. Penatalaksanaan yang baik sangat
dibutuhkan untuk menurunkan terjadinya komplikasi akibat DM. Dalam
penatalaksanaan DM di kenal empat pilar utama yaitu perencanaan makan
(diet), latihan jasmani (olahraga), obat berkhasiat hipoglikemik, penyuluhan
(edukasi) (PERKENI, 2012). Fisher dkk (1998) dalam Mihardja (2012) telah
mengidentifikasi empat faktor yang dihubungkan dengan pengelolaan diabetes
yaitu karakteristik pasien, stress, hubungan antara penyediaan layanan
kesehatan, dan hubungan sosial.
Penatalaksanaan DM yaitu dengan pengendalian gula darah salah satunya
adalah dengan senam. Senam diabetes yang digunakan yaitu senam aerobic
yang bisa meningkatkan pemakaian glukosa oleh otot aktif sehingga secara
langsung dapat menurunkan glukosa darah (Sudirman, 209) Iiyas dalam
Soegondo (2007) menjelaskan latihan jasmani menyebabkan terjadinya
peningkatan aliran darah, jala-jala kapiler lebih banyak terbuka sehingga lebih
banyak tersedia reseptor insulin dan reseptor menjadi lebih aktif yang akan
berpengaruh terhadap penurunan glukosa darah pada pasien diabetes.

2
Jenis olahraga yang dianjurkan pada penderita DM adalah olahraga
aerobik yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran tubuh
khususnya meningkatkan fungsi dan efisiensi metabolism tubuh. Olah raga
aerobik seperti jogging, berenang, senam kelompok dan bersepeda tepat
dilakukan pada penderita DM karena menggunakan otot-otot besar, pernafasan
dan jantung. Pada senam aerobik misalnya, dari variasi gerakan terutama
gerakan dasar pada kaki dan jalan dapat memenuhi kreteria CRIPE
(Continous, Rhythmical, Interval, Progresif dan Endurance). Senam aerobik
yang dilakukan secara berkelompok akan memberi rasa senang pada anggota
dan juga dapat memotivasi anggota yang lain untuk terus melakukan olah raga
secara kontinue dan teratur (I11yas, 2007).
Penelitian yang dilakukan oleh dwi putra (2010) menunjukan perbedaan
kadar gula darah sewaktu sebelum dan sesudah senam yaitu sebesar 1,2 kali
pada kelompok intervensi disbanding kelompok kontrol. Penelitian lain yang
terkait dengan senam diabetes adalah penelitian yang dilakukan oleh Baequny
dkk (2009) dalam penelitianya tentang pengaruh senam diabetes mellitus
terdapat penurunan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus yang
menunjukan hasil ada perubahan yang signifikan pada gula darah setelah
melakukan senam. Selain ada pengaruh terhadap kadar gula darah, latihan
kaki pada senam dapat memperbaiki sirkulasi darah tungkai, pergelangan,
telapak, dan jari-jari kaki.
Data prevalensi diabetes mellitus di UPT Puskesmas Babakan Sari tahun
2018 meningkat menjadi 77 orang, pengelolaan yang dilakukan puskesmas
untuk mengatasi peningkatan tersebut adalah dengan pengelolaan
farmakologis berupa pemberian obat hipoglikemik oral dan pengelolaan non
farmakologi dengan senam aerobik. Kegiatan senam aerobic di UPT
Puskesmas Babakan Sari dalam sebulan dilaksanakan 2 kali. Kegiatan pertama
adalah pengambilan sampel darah puasa dan post prandial. Kegiatan kedua
pemberian Obat Hipoglikemik Oral (OHO).
Berdasarkan fenomena di atas, peneliti tertarik menentukan judul :

3
“ Pengaruh Senam Aerobik terhadap Kadar Gula Darah Puasa Penderita
Diabetes Mellitus Tipe 2 Di UPT Puskesmas Babakan Sari ’’

B. Rumusan Masalah
Olah raga aerobik bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran
tubuh khususnya meningkatkan fungsi dan efisiensi metabolisme tubuh.
Berdasarkan hasil pemeriksaan gula darah setelah senam aerobic ternyata
kadar glukosa darah peserta ada yang turun dan ada yang naik. Berdasarkan
uraian di atas dapat dirumuskan masalah : “ apakah ada pengaruh senam
aerobik terhadap kadar gula darah puasa penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di
UPT Puskesmas Babakan Sari ’’.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
senam aerobic terhadap kadar gula darah puasa penderita Diabetes
Melittus Tipe 2 di UPT Puskesmas Babakan Sari.
2. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus dalam penelitian ini adalah :
a. Untuk mendiskripsikan karakteristrik responden (umur, jenis
kelamin, pendidikan, dan lama menderita).
b. Untuk mendiskripsikan kadar gula darah puasa sebelum dilakukan
senam aerobik secara rutin.
c. Untuk mendiskripsikan kadar gula darah puasa sesudah dilakukan
senam aerobik secara rutin.
d. Menganalisis pengaruh senam aerobik terhadap kadar gula darah
puasa penderita Diabetes Melitus tipe 2 di UPT Puskesmas Babakan
Sari.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

4
1. Manfaat bagi Puskesmas
Memberikan tambahan informasi dan pengembangan pelayanan
kesehatan di Puskesmas pada penderita Diabetes Mellitus dalam
meningkatkan kualitas hidup dan pelayanan kesehatan khususnya untuk
melaksanakan kegiatan senam aerobik dalam rangka mencapai angka
normal dari kadar gula darah.
2. Manfaat bagi Institusi Pendidikan
Memberikan gambaran dan menyediakan data dasar yang dapat
digunakan untuk penelitian selanjutnya yang terkait dengan kasus
diabetes mellitus.
3. Manfaat bagi Perawat
Sebagai bahan pertimbangan bahwa senam aerobik dapat dijadikan
olah raga pilihan dalam kegiatan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak
Menular (Posbindu PTM) berhubungan dengan dampaknya terhadap
kadar gula darah puasa penderita diabetes mellitus tipe 2.
4. Manfaat bagi Peneliti Lain
Memberikan data dan gambaran untuk penelitian selanjutnya
mengenai diabetes mellitus.
5. Manfaat bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan digunakan sebagai pembelajaran bagi
peneliti dalam melakukan penelitian terkait dampak senam aerobik
terhadap kadar gula darah puasa serta mampu merencanakan kegiatan
senam yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat
khususnya pada penderita Diabetes Mellitus Tipe 2.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Diabetes Mellitus
1. Pengertian
Diabetes Mellitus (DM) merupakan kelainan kronis defisiensi atau
resistensi insulin yang absolut atau relative. Diabetes mellitus dapat
ditandai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak
(Saputra, Lyndon, 2014). Diabetes Mellitus merupakan penyakit menahun
yang ditandai oleh kadar gula darah yang tinggi dan gangguan
metabolisme pada umumnya, yang pada perjalanannya bila tidak
dikendalikan dengan baik akan menimbulkan berbagai komplikasi baik
yang akut maupun menahun. Kelainan dasar dari penyakit ini ialah
kekurangan hormon insulin yang dihasilkan oleh pankreas, yaitu
kekurangan jumlah dan atau dalam kerjanya. Uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa DM merupakan gangguan sistem endokrin yang
dicirikan dengan kadar glukosa dalam darah meningkat yang disebabkan
oleh gangguan penghasil insulin dan penggunaan insulin (Arisman, 2011).
2. Klasifikasi Diabetes Mellitus
Menurut Arisman (2011), klasifikasi Diabetes Mellitus sebagai
berikut:
a. Diabetes Mellitus Tipe 1
DM Tipe 1 merupakan adanya kerusakan pada sel beta pankreas
ditandai kadar gula dalam darah meningkat yang diakibatkan oleh
ketidakmampuan pankreas untuk menghasilkan insulin. Diabetes tipe
ini dapat ditemui sebelum usia 25-30 tahun tetapi tidak menutup
kemungkinan orang dewasa dan lansia dapat mengalami diabetes
mellitus tipe 1).
b. Diabetes Mellitus Tipe 2
Diabetes Mellitus Tipe 2 terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Pada
DM Tipe 2 ini pankreas mampu menghasilkan insulin tetapi glukosa
sulit masuk ke dalam sel.

6
c. Diabetes Gestasional (Diabetes pada Kehamilan)
Kejadian diabetes gestasional ini sering muncul pada kehamilan
trimester kedua atau ketiga (minggu ke-24). Apabila penanganannya
kurang baik berakibat pada bayi dengan berat badan lahir mencapai ≥
4 kg.
d. Diabetes Mellitus tipe 3 atau tipe lain
Diabetes tipe ini terjadi akibat penyakit pankreas dan sindrom
hormonal yang dapat mengganggu kinerja insulin, mengkonsumsi
obat-obatan yang mengganggu penghasil insulin, dan faktor genetik
e. Diabetes Mellitus malnutrisi
Diabetes tipe ini disebabkan oleh rusaknya sistem endokrin akibat
terjadinya penkreatitis yang ditandai dengan nyeri perut menjalar ke
punggung, BMI < 20, malnutrisi pada anak/bayi, dan hiperglikemi.
Diabetes mellitus tipe ini mulai tampak gejala pada usia muda, 10-40
tahun (sebagian besar di bawah umur 30 tahun).
3. Faktor Penyebab Diabetes Mellitus
Faktor penyebab Diabetes Mellitus menurut Saputra, Lyndon (2014)
adalah.
a. Diabetes mellitus tipe 1
Diabetes mellitus Tipe 1 disebabkan oleh ketidakmampuan sel-sel
beta di dalam pulau langerhans pankreas untuk memproduksi insulin
endogen. Faktor pendukung DM tipe 1 yaitu genetik, imunologi
(respon autoimun) dan lingkungan (infeksi virus diperkirakan
menimbulkan destruksi sel beta).
b. Diabetes mellitus tipe 2
Diabetes mellitus Tipe 2 disebabkan kurangnya pelepasan insulin
atau terganggunya reseptor insulin di dalam jaringan perifer. Faktor
resiko yang lain yaitu usia, obesitas dan gaya hidup.
4. Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus
Tanda dan gejala Diabetes Mellitus adalah :
a. Tanda gejala akut

7
Kadar gula darah sewaktu ≥ 200 mg/dl, kadar gula darah puasa ≥
126 mg/dl, poliuri (frekuensi buang air kecil yang berlebih), polidipsi
(merasa haus sehingga memiliki keinginan minum yang berlebih),
polifagi (nafsu makan meningkat), Berat Badan menurun 5-10 kg
dalam waktu cepat (2-4 minggu), merasa mudah lelah, timbul rasa
mual dan muntah (Tjokroprawiro, 2006).
b. Tanda gejala kronik
Mudah mengantuk, kesemutan pada kaki, kulit terasa panas dan
tebal, penglihatan berkurang, sering merasa kram pada kaki, timbul
rasa gatal di organ genetalia, rangsang seksual yang menurun, bagi
penderita hamil sering mengalami keguguran, dan apabila melahirkan
bayi dengan berat badan ≥ 4 kg (Tjokroprawiro, 2006).
5. Komplikasi Diabetes Mellitus
Komplikasi Diabetes Mellitus secara umum adalah :
a. Komplikasi akut
Komplikasi akut merupakan reaksi komplikasi pada jangka waktu
yang pendek akibat dari ketidakseimbangan konsentrasi kadar glukosa
dalam darah. Komplikasi akut yang dialami penderita DM berupa
hipoglikemi, hiperglikemi, koma diabetik, diabetes ketoasidosis,
hiperosmolar non ketotik (Tjokroprawiro, 2006)
b. Komplikasi kronis
Komplikasi kronis sebagai penyebab kematian dan kecacatan
akibat dari DM, sehingga berpengaruh pada seluruh sistem tubuh,
fisik, mental sosial dan ekonomi pada penderita DM. Komplikasi
kronis yang dialami penderita DM berupa angiopati, retinopati,
nefropati, neuropati, komplikasi pada kaki dan kulit, stroke, gagal
ginjal kronis, penyakit vaskular perifer (Saputra, L 2014)
6. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
Penatalaksanaan Diabetes Mellitus pada dasarnya berprinsip pada
upaya preventif dari segala macam komplikasi diabetes mellitus. Tujuan
dari penatalaksanakan DM yaitu menghilangkan keluhan, gejala,

8
mempertahankan rasa nyaman, dan mencapai glukosa darah yang stabil.
Adapun penatalaksanaan DM dibagi atas 4 pilar. Pertama pendidikan
kesehatan yang komprehensif sebagai dukungan bagi penderita DM.
Kedua pengaturan pola makan (diit) dengan cara menjaga keseimbangan
makan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi yang diperlukan
individu serta menekankan ketaatan dalam hal jumlah makan, jenis makan
dan jadwal makan. Ketiga aktivitas fisik yang teratur 3-4 kali seminggu
selama kurang lebih 30 menit. Keempat obat farmakologi (Waspadji dkk,
2007)
B. Kadar Gula Darah
1. Pengertian
Kadar gula darah adalah tingkat glukosa di dalam darah Konsentrasi
gula darah atau tingkat glukosa serum diatur dengan ketat di dalam tubuh.
Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi untuk
sel-sel tubuh (Wikipedia, 2012). Glukosa darah adalah gula yang terdapat
dalam darah yang terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan
sebagai glikogen di hati dan otot rangka (Joyce LeeFever, 2007).
2. Macam-macam Pemeriksaan Gula Darah
a. Gula darah sewaktu
Pemeriksaan gula darah yang dilakukan setiap waktu sepanjang
hari tanpa memperhatikan makanan terakhir yang dimakan dan kondisi
tubuh orang tersebut (Depkes RI, 2007).
b. Gula darah puasa dan 2 jam setelah makan
Pemeriksaan gula darah puasa adalah pemeriksaan glukosa yang
dilakukan setelah pasien berpuasa selama 8-10 jam, sedangkan
pemeriksaan glukosa 2 jam setelah makan adalah pemeriksaan yang
dilakukan 2 jam dihitung setelah pasien menyelesaikan makan (Depkes
RI, 2007).
c. Nilai Normal Kadar Gula Darah

9
Nilai normal kadar gula darah dalam darah dapat dihitung dengan
berbagai cara dan kriteria yang berbeda. Berikut ini tabel
penggolongan kadar glukosa dalam darah dengan metode enzimatik.

Tabel 1.1
Kadar glukosa darah sewaktu dengan metode enzimatik

Tabel 1.2
Kriteria DM berdasarkan nilai diagnostik kadar glukosa
darah secara enzimatik setelah beban glukosa

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kadar Gula Darah


a. Diet
Kadar glukosa darah dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia,
penyakit lain, makanan, latihan fisik, obat hipoglikemia oral, insulin,
emosi dan stress. Makanan atau diet merupakan faktor utama yang

10
berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa darah pada pasien
diabetes terutama setelah makan (Holt, 2010). Respon peningkatan
kadar glukosa darah setelah makan berhubungan dengan sifat
monosakarida yang diserap, jumlah karbohidrat yang dikonsumsi,
tingkat penyerapan dan fermentasi kolon (Wolever, 2008).
b. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik yang kurang juga dapat menyebabkan peningkatan
kadar glukosa darah. Aktivitas fisik merupakan gerakan yang
dihasilkan oleh kontraksi otot rangka yang memerlukan energi
melebihi pengeluaran energi selama istirahat.Latihan merupakan
bagian dari aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur dengan
gerakan secara berulang untuk meningkatkan atau mempertahankan
kebugaran fisik (Sigal, 2006). Selama melakukan latihan otot menjadi
lebih aktif dan terjadi peningkatan permiabilitas membran serta adanya
peningkatan aliran darah akibatnya membran kapiler lebih banyak
yang terbuka dan lebih banyak reseptor insulin yang aktif dan terjadi
pergeseran penggunaan energi oleh otot yang berasal dari sumber asam
lemak ke penggunaan glukosa dan glikogen otot. Aktivitas fisik
meningkatkan transport glukosa melalui Glucose Transporter-4
(GLUT-4) ke dalam membran sel yang memungkinkan terajadinya
mekanisme peningkatan AMP otot. AMP kinase menyebabkan
perubahan metabolisme termasuk metabolisme glukosa sehingga
dengan meningkatnya intensitas dan durasi latihan akan lebih banyak
menggunakan pemecahan karbohidrat (Sigal, 2006). Pada fase
pemulihan setelah aktivitas terjadi proses pengisian kembali cadangan
glikogen otot dan hepar yang berlangsung sampai 12-72 jam sesuai
dengan berat dan ringannya latihan yang dilakukan (Soegondo,
Soewondo, Subekti 2009).
c. Penggunaan obat
Kadar glukosa darah juga dapat dipengaruhi oleh penggunaan obat
hipoglikemia oral maupun dengan insulin. Mekanisme kerja obat

11
dalam menurunkan kadar glukosa darah antara lain dengan
merangsang kelenjar pankreas untuk meningkatkan produksi insulin,
menurunkan produksi glukosa dalam hepar, menghambat pencernaan
karbohidrat sehingga dapat mengurangi absorpsi glukosa dan
merangsang receptor. Insulin yang diberikan lebih dini dan lebih
agresif menunjukkan hasil klinis yang lebih baik terutama berkaitan
dengan masalah glukotoksisitas yang ditunjukan dengan adanya
perbaikan fungsi sel beta pankreas (Sudoyo dkk, 2007).
d. Stress
Stress dapat meningkatkan kandungan glukosa darah karena stress
menstimulus organ endokrin untuk mengeluarkan ephinefrin,
ephinefrin mempunyai efek yang sangat kuat dalam menyebabkan
timbulnya proses glikoneogenesis di dalam hati sehingga akan
melepaskan sejumlah besar glukosa ke dalam darah dalam beberapa
menit (Guyton and Hall, 2007). Hal ini yang menyebabkan
peningkatan kadar glukosa darah pada saat stress atau tegang. Penyakit
ini hanya dapat dikendalikan saja tanpa bisa diobati dan komplikasi
yang ditimbulkan juga sangat besar seperti penyakit jantung, stroke,
disfungsi ereksi, gagal ginjal dan kerusakan sistem syaraf (Dhania,
2009).
C. Senam Aerobik
1. Pengertian
a. Pengertian Senam
Ada beberapa pengertian tentang senam dengan mengutip
pernyataan Mahendra (2007), senam dalam bahasa Indonesia sebagai
salah satu cabang olahraga merupakan terjemahan langsung dari
bahasa Inggris Gymnastics. Sedangkan Hidayat dalam Agusta (2009),
mendefinisikan senam sebagai suatu latihan tubuh yang terpilih dan
dikonstruk dengan sengaja, dilakukan secara sadar dan terencana
disusun secara sistematis dengan tujuan meningkatkan kesegaran

12
jasmani, mengembangkan keterampilan, dan menanamkan nilai-nilai
mental spiritual.
Menurut Peter H Werner dalam Muhajir (2006), senam adalah
latihan tubuh pada lantai atau pada alat yang dirancang untuk
meningkatkan daya tahan, kekuatan kelenturan, kelincahan,
koordinasi, serta kontrol diri Untuk memberikan batasan senam yang
tepat, sangat sukar oleh karena itu semua pengertian dan bidang yang
terkandung didalamnya harus tercakup namun batasan itu harus ada.
Oleh karena itu kita harus memberikan batasan yang mendekati
kebenaran, merumuskan apa itu senam, ciri dan kaidah kaidahnya
yaitu: gerakan gerakannya selalu dibuat atau diciptakan dengan
sengaja, gerakanya harus selalu berguna untuk mencapai tujuan
tertentu (meningkatkan kelentukan, memperbaiki sikap dan
gerakan/keindahan tubuh, menambah ketrampilan, meningkat- kan
keindahan gerak, meningkatkan kesehatan tubuh), gerakannya harus
selalu tersusun dan sistematis.
b. Pengertian Senam Aerobik
Aerobik adalah suatu cara latihan untuk memperoleh oksigen
sebanyak-banyaknya. Senam Aerobik adalah serangkaian gerak yang
dipilih secara sengaja dengan cara mengikuti irama musik yang juga
dipilih sehingga melahirkan ketentuan ritmis, kontinuitas dan durasi
tertentu. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan jantung
dan paru-paru serta pembentukan tubuh dan juga olahraga untuk
peningkatan kesegaran jasmani bukan olahraga prestasi, akan tetapi
olahraga preventif yang dapat dilakukan secara masal
(Hitachisulandari, 2008 yang dikutip oleh Sari, dkk, 2012).
Dalam arti harfiah, "aerobic" berarti "dengan oksigen". Yakni
penggunaan oksigen dalam pembuatan energi seperti yang dilakukan
oleh otot-otot. Olahraga aerobik adalah setiap jenis kegiatan fisik yang
dilakukan pada tingkat intensitas sedang untuk jangka waktu tertentu.
Dalam hal ini, oksigen digunakan untuk "membakar" lemak dan gula

13
untuk menghasilkan adenosin trifosfat yang merupakan pembawa
dasar dari energi di tingkat sel (Lynne, 2012).
Agar lemak dapat terbakar sempurna selama latihan fisik, perlu
oksigen. Moderasi yang diperlukan dalam sebuah latihan aerobik
memungkinkan sel otot untuk terus disuplai dengan oksigen yang
cukup. Contoh kegiatan aerobik salah satunya adalah berjalan jarak
jauh dengan kecepatan sedang. Bermain tenis tunggal dianggap
sebagai kegiatan aerobik karena grakannya yang kontinyu. Namun golf
dan tenis ganda tidak dianggap sebagai kegiatan aerobik, karena
mereka lebih sering istirahat.
Aerobik adalah istilah umum yang digunakan untuk latihan yang
menggabungkan beberapa elemen olahraga aerobik, peregangan, dan
pelatihan kekuatan dengan tujuan utama meningkatkan kemampuan
(fleksibilitas, kebugaran kardiovaskular, dan kekuatan otot) seseorang.
Dipopulerkan oleh selebriti dan guru olahraga selebriti, latihan aerobik
biasanya dilakukan dengan musik dan dengan kelompok. Biasanya,
ada instruktur yang memimpin gerakan dan isyarat dari perubahan
gerakan olahraga. Aerobik saat ini telah berkembang menjadi sesuatu
yang dilakukan dengan berbagai gerakan seperti beberapa gerakan tari
yang mirip dengan gerakan olahraga. Selain itu, kelas aerobik sekarang
dibagi ke dalam beberapa tingkatan intensitas dan kompleksitas
(Dinata, 2007).
2. Macam-Macam Senam Aerobik
Berdasarkan cara melakukan dan musik pengiringnya, senam aerobik
dapat dibagi menjadi lima macam, antara lain sebagai berikut :
a. High impact aerobic (senam aerobik aliran/gerakan keras)
b. Low impact aerobic (senam aerobik aliran/gerakan ringan)
c. Discrobic (kombinasi anrata gerakan-gerakan aerobik aliran keras dan
ringan/disco)
d. Rockrobic (kombinasi gerakan-gerakan aerobik keras dan ringan serta
gerakan-gerakan rock and roll).

14
e. Aerobic sport (kombinasi antara gerakan - gerakan aerobik keras dan
ringan serta gerakan - gerakan melatih kelenturan/fleksibilitas tubuh)
(Akhiajun, 2010).
Menurut intensitasnya senam aerobik dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Aerobik Rendah
Low-impact Aerobics yaitu, olahraga aerobik yang cenderung
santai dan meningkatkan denyut jantung secara perlahan-lahan,
contohnya jalan kaki, joging dan renang. Sesuai namanya, low-
impact tidak mencakup kegiatan yang dapat membahayakan tulang dan
sendi seperti melompat dan terpental. Gerakan yang dilakukan
memiliki intensitas yang lebih rendah, sehingga mengurangi risiko
cedera. Dalam olahraga ini, satu atau kedua kaki harus selalu
menyentuh lantai.
Dengan olahraga low-impact, Anda tidak perlu langsung
memulainya pada tingkat yang tinggi. Anda bisa mulai melakukannya
di tingkat yang lebih lambat dan akan meningkat secara bertahap.
Aerobik low-impact sangat ideal untuk manula, penderita obesitas dan
kelebihan berat badan serta wanita hamil (Lynne, 2004).
b. Aerobik Tinggi
High-impact Aerobics yaitu, olahraga aerobik yang bisa
meningkatkan denyut jantung secara cepat, contohnya berlari, tenis
dan menari. Aerobik high-impact menggunakan gerakan yang berbeda,
seperti gerakan melompat, berputar, menyeret, penggandaan, dan lain-
lain. Gerakan semacam ini dimaksudkan untuk membangun daerah
perut, betis, dan juga sistem kardiovaskular.
Bagi Anda yang lincah dan aktif, maka aerobik high- impact
mungkin pilihan yang terbaik. Tapi jika Anda seorang pemula, maka
dianjurkan untuk mengikuti aerobik low-impact. Perlu diingat bahwa
saran dokter sangatlah penting. (Lynne, 2004)
3. Tahap-Tahap Melakukan Senam Aerobik
Tahap-tahap melakukan senam aerobik adalah sebagai berikut :

15
a. Pemanasan selama 10 menit
b. Latihan inti selama 15–20 menit
c. Pendinginan/pelemasan selama 5 menit (Akhiajun, 2010).
4. Prosedur Senam Aerobik
a. Prosedur dari Senam Aerobik adalah : (Soempono, 2010).
1) Fase I Latihan Pemanasan
Pemanasan (warming up) merupakan tahap awal sebelum
melakukan senam aerobik. Fase ini diawali dengan kegiatan
stretching, yaitu penguluran otot-otot tubuh dan dilanjutkan
dengan gerakan dinamis pemanasan. Tujuan dari latihan ini adalah
untuk meningkatkan elastisitas otot dan ligamen di sekitar
persendian, sehingga dapat mencegah kemungkinan cedera yang
berbahaya. Selain itu, pemanasan juga dapat meningkatkan suhu
tubuh dan denyut nadi, untuk menyiapkan tubuh menghadapai
latihan yang lebih intensif.
2) Fase II Latihan Inti
Latihan ini merupakan tahap utama dari keseluruhan senam
aerobik. Aktivitas yang dapat dilakukan adalah melakukan senam
aerobik low impact, moderate impact, high impact, atau kombinasi
ketiga kategori tersebut (mix impact). Intensitas latihan pada fase
ini cukup tinggi dengan durasi 25 hingga 55 menit. Pada fase
inilah sasaran latihan harus tercapai, yaitu dengan mengetahui
bahwa latihan telah mencapai training zone. Training zone
merupakan daerah ideal denyut nadi dalam fase latihan. Jangkauan
training zone ini 60% - 90% dari denyut nadi maksimal seseorang
(DNM). Oleh karena tingkat usia manusia berbeda, berarti denyut
nadi yang dimiliki juga berbeda.
3) Fase III Pendinginan
Pendinginan (cooling down) merupakan usaha untuk
menurunkan kondisi tubuh dari kerja dengan intensitas yang tinggi
secara bertahap dan teratur, agar kembali ke keadaan semula. Fase

16
ini dilakukan selama 5 - 10 menit tergantung kebutuhan tiap
individu. Cara melakukannya dengan tetap melakukan kegiatan
fisik dan intensitas yang paling rendah, dengan diiringi musik
yang nyaman, yaitu maat 3/4 atau 4/4 lambat.
b. Prosedur Senam Aerobik di UPT Puskesmas Babakan Sari Bandung
1) Pemanasan
a) Jalan di tempat (2x8 hitungan)
b) Jalan di tempat sambil tarik nafas dan buang nafas
(2x8 hitungan)
c) Jalan di tempat, kepala tunduk tegak (1x8 hitungan)
d) Jalan di tempat, kepala menoleh ke kanan dan kiri (1x8
hitungan)
e) Jalan di tempat, kepala rebah ke kanan dan kiri (1x8 hitungan)
f) Jalan di tempat, kepala diputar ke kanan dan kiri (1x8 hitungan)
g) Jalan satu langkah ke samping kanan dan kiri bahu diputar ke
depan (1x8 hitungan)
h) Jalan satu langkah ke samping kanan dan kiri bahu diputar ke
belakang (1x8 hitungan)
i) Jalan satu langkah ke samping kanan dan kiri bahu digerakkan
naik turun (2x8 hitungan)
j) Kaki dibuka, lutut ditekuk, kedua tangan didorong ke depan
(4x8 hitungan)
k) Kaki dibuka, lutut ditekuk, kedua tangan didorong ke atas (4x8
hitungan).
l) Kaki dibuka, lutut ditekuk, kedua tangan digerakkan ke
samping (4x8 hitungan)
m) Kaki dibuka,lutut ditekuk, kedua tangan ditekuk kemudian
digerakkan ke depan (4x8 hitungan)
n) Kaki dibuka, lutut dan tangan ditekuk digerakkan bergantian ke
kanan dan ke kiri, naik dan turun (4x8 hitungan).

17
o) Kaki dibuka lutut kemudian ditekuk, tepuk di paha (2 hitungan)
sambil diselingi tepuk tangan (2 hitungan) sebanyak (4x8
hitungan).
p) Kaki dibuka, kedua tangan dilambaikan ke atas (4x8 hitungan).
q) Kaki dibuka, kedua tangan digerakkan ke samping kanan dan
kiri (4x8 hitungan).
r) Kaki dibuka, kedua tangan digerakkan ke atas dan ke bawah (2
hitungan) sebanyak (4x8 hitungan) .
s) Tangan kiri didorong ke kanan bergantian tangan kanan
didorong ke kiri (1x4 hitingan). Kedua tangan didorong ke
kanan bergantian dengan kedua tangan didorong ke kiri (1x4
hitungan), dilakukan (4x8 hitungan).
t) Tangan kiri didorong ke kanan atas bergantian dengan tangan
kanan didorong ke kiri atas (1x4 hitungan). Kedua tangan
didorong ke atas (1x4 hitungan), lakukan (4x8 hitungan).
u) Tangan kanan lurus ke samping sedang tangan kiri ditekuk di
depan dada, digerakkan ke samping kanan dan kiri (1x4
hitungan), lakukan secara bergantian.
v) Kedua tangan ditekuk di pinggang, gerakkan setengah
lingkaran ke kanan dan kiri (1x4 hitungan), lakukan (4x8
hitungan).
2) Latihan Inti
a) Kaki dibuka kedua tangan lurus ke samping, badan digerakkan
ke samping kanan dan kiri (1x8 hitungan).
b) Kaki kanan ditekuk, kaki kiri lurus, tangan kanan diletakkan di
atas paha, tangan kiri lurus ke atas (gerakan menahan) (1x8
hitungan).
c) Badan hadap kanan, kaki kanan lurus ke belakang, kedua
tangan lurus ke depan (gerakan menahan) (1x8 hitungan).

18
d) Badan hadap kanan, kaki kanan lurus ke belakang, kedua
tangan diletakkan di paha kanan (gerakan menahan) (1x8
hitungan).
e) Badan menghadap kanan, kaki kanan lurus, kaki kiri ditekuk,
tangan kanan lurus ke bawah menyentuh kaki kanan, tangan
kiri lurus ke atas (gerakan menahan) (1x8 hitungan).
Gerakan 1 s/d 5 diulang bergantian arah.
f) Badan tegak menghadap ke depan kaki dibuka, tangan kanan
ditekuk ke kiri tangan kiri menahan tangan kanan (1x8
hitungan).
g) Badan tegak menghadap ke depan kaki dibuka, tangan kanan
ditekuk diletakkan di atas bahu kiri (1x8 hitungan).
h) Badan tegak menghadap ke depan kaki dibuka, tangan kanan
ditekuk di belakang kepala tangan kiri di belakang kepala
menahan siku tangan kanan (1x8 hitungan). Gerakan 6 s/d 8
diulang dengan tangan kiri
i) Badan tegak kedua tangan dikaitkan didorong ke belakang (1x8
hitungan).
j) Lutut ditekuk kedua tangan di atas paha badan miring ke kiri
(1x8 hitungan), bergantian arahke kanan (1x8 hitungan).
k) Jalan di tempat kedua tangan diputar (hitungan pertama) tepuk
2 kali (hitungan ke-2), hitungan ke- 3 dan ke- 4 mengulang
hitungan ke- 1 dan 2, jalan di tempat tangan kanan lurus ke
depan (hitungan 5) tangan kiri lurus ke depan (hitungan 6),
kedua tangan diayun ke atas (hitungan 7), kedua tangan diayun
ke bawah sambil teriak ha... (hitungan 8)
l) Kaki satu langkah ke kanan dan kiri sambil kedua tangan
didorong ke depan (hitungan 1 s/d 4), tangan kanan didorong ke
kiri, tangan kiri di pinggang (2 hitungan) gerakan dilakukan
bergantian (5 s/d 8 hitungan), diulang 4x8 hitungan.

19
m) Kaki dua langkah ke kanan dan kiri tangan digerakkan lurus
keatas (1 s/d 4 hitungan), satu langkah ke kanan dan kiri kedua
tangan ditekuk digerakkan ke depan dan samping (5 s/d 8
hitungan), diulang 4x8 hitungan
n) Kaki melangkah ke depan dan belakang kanan, kiri, buka, tutup
(easywalk) kedua tangan diayun bergantian ke kanan dan kiri (1
s/d 4 hitungan), mendorong tumit menyentuh lantai (heel touch)
tangan ditekuk didorong ke belakang (5 s/d 8 hitungan), diulang
4x8 hitungan
o) Kaki melangkah maju dan mundur 2 langkah (1 s/d 4 hitungan),
mengangkat kaki kanan dan kiri sebatas pangkal paha (knee
up), kedua tangan didorong ke depan (5 s/d 8 hitungan),
gerakan diulang 4x8 hitungan. Mengulang gerakan no. 1
p) Dua langkah serong kanan, depan, dan kiri tangan kanan lurus,
tangan kiri di pinggang (1 s/d 4 hitungan), dua langkah serong
kanan, kiri, dan belakang, kedua tangan lurus (5 s/d 8
hitungan), diulang 4x8 hitungan
q) Kaki melangkah maju dan mundur satu langkah (traveling)
kedua tangan diayun keatas (1 s/d 4 hitungan), medorong kaki
ke kanan dan ke kiri (lunges) tangan diagonal sesuai arah badan
(5 s/d 8 hitungan), diulang 4x8 hitungan
r) Satu langkah serong kanan kiri depan dan serong kanan kiri
belakang tangan ditekuk digerakkan naik turun (1 s/d 4
hitungan), kaki menendang ke kanan dan kiri (side kick) (5 s/d
8 hitungan), diulang 4x8 hitungan
s) Kaki dua langkah ke kanan dan kiri tangan ditekuk dan dorong
ke samping (1 s/d 4 hitungan), satu langkah ke samping kanan
dan kiri kedua tangan ditekuk didorong ke samping kanan kiri
bergantian (5 s/d 8 hitungan), diulang 4x8 hitungan. Mengulang
gerakan no. 1
3) Pendinginan

20
a) Badan tegak kedua tangan lurus ke atas (1x8 hitungan)
b) Badan tegak kedua tangan di belakang kepala sambil
menunduk (1x8 hitungan).
c) Badan tegak kedua tangan di bawah dagu kepala tengadah ke
atas (1x8 hitungan)
d) Badan tegak tangan kiri lurus ke samping tangan kanan
memegang kepala sambil ditarik ke arah kanan (1x8
hitungan), diulang bergantian ke kiri (1x8 hitungan).
e) Kaki dibuka selebar bahu, kedua tangan lurus ke samping
digerakkan ke kanan dan kiri (1x8 hitungan).
f) Kaki dibuka kedua tangan lurus ke samping, badan
digerakkan ke samping kanan dan kiri (1x8 hitungan).
g) Kaki kanan ditekuk kaki kiri lurus tangan kanan diletakkan di
atas paha tangan kiri lurus ke atas (gerakan menahan) (1x8
hitungan).
h) Badan hadap kanan, kaki kanan lurus ke belakang, kedua
tangan lurus ke depan (gerakan menahan) (1x8 hitungan).
i) Badan hadap kanan kaki kanan lurus ke belakang, kedua
tangan diletakkan di paha kanan (gerakan menahan) (1x8
hitungan).
j) Badan hadap kanan kaki kanan lurus kaki kiri ditekuk, tangan
kanan lurus ke bawah menyentuh kaki kanan, tangan kiri lurus
ke atas (gerakan menahan 1x8 hitungan).
Gerakan 1 s/d 5 diulang bergantian arah.
k) Kaki dibuka lutut ditekuk tangan kanan dan kiri didorong ke
depan dari bawah ke atas (1 s/d 4 hitungan), kedua tangan
lurus ke samping kanan dan kiri (5 s/d 6 hitungan), kedua
tangan lurus ke bawah (7 s/d 8 hitungan), diulang (2x8
hitungan).
l) Badan tegak tangan digerakkan ke atas dan bawah sambil
tarik nafas lalu buang nafas (4x8 hitungan).

21
5. Manfaat Senam Aerobik
Beberapa manfaat senam aerobik yaitu: meningkatkan fungsi jantung,
meningkatkan kinerja paru-paru dan meningkatkan stamina serta
kekuatannya, meningkatkan koordinasi tubuh, khususnya yang sudah
memasuki usia renta, meningkatkan kekebalan tubuh, mencegah berbagai
penyakit, termasuk diabetes, kolesterol, tekanan darah dan lainnya,
melawan depresi, karena olahraga mampu meningkatkan perasaan
menyenangkan pada seseorang, membantu menurunkan berat badan,
aerobik membantu membentuk tubuh lebih sempurna (Yanuaristya, 2012).
Berdasarkan penelitian sebelumnya diketahui bahwa aktivitas fisik
secara teratur yaitu berolahraga minimal 3 kali dalam seminggu, dilakukan
minimal 30 menit setiap kali latihan, dan selama 12 minggu akan dapat
menurunkan berat badan (Kayman et al., 2000). Sedangkan penelitian lain
yang dilakukan pada anggota klub kebugaran diketahui bahwa dengan
olahraga dan latihan secara teratur yang dilakukan minimal 6 sampai 8
minggu dengan durasi setiap latihan minimal 30 menit akan memberikan
pengaruh terhadap penurunan berat badan seseorang (Amalia, 2005).
Kegiatan olahraga sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia. Berbagai
hasil penelitian (Warbuton et al., 2006) sangat mendukung pernyataan
tersebut :
a. Meningkatkan kerja dan fungsi jantung, paru dan pembuluh darah yang
ditandai dengan denyut nadi istirahat menurun, penumpukanasam
laktat berkurang, meningkatkan pembuluh darah kolateral,
meningkatkan HDL kolesterol dan mengurangi aterosklerosis.
b. Meningkatkan kekuatan otot dan kepadatan tulang pada anak, pada
orang dewasa menurunkan nyeri sendi kronis pada pinggang,
punggung dan lutut.
c. Meningkatkan kelenturan (fleksibilitas) pada tubuh sehingga dapat
mengurangi cedera.
d. Meningkatkan metabolisme tubuh untuk mencegah kegemukan dan
mempertahankan berat badan ideal.

22
e. Mengurangi resiko terjadinya berbagai penyakit, seperti tekanan darah
tinggi, penyakit jantung koroner, diabetes melitus, infeksi
(meningkatkan sistem imunitas).
f. Meningkatkan sistem hormonalmelalui peningkatan sensitifitas
hormon terhadap jaringan tubuh.
D. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelusuran yang dilakukan, belum pernah ditemukan pada
penelitian yang sama, namun ada beberapa penelitian terdahulu yang dapat
dijadikan acuan, hal ini dapat disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 1.3
Keaslian Penelitian

No Nama Peneliti Judul Metode Hasil


1. Mulyaningtyas Pengaruh senam Jenis penelitian ini Senam efektif
, dkk (2012) terhadap kadar adalah kohort. dalam menurunkan
gula darah Populasi terpapar dalam kadar gula darah.
penderita diabetes. penelitian ini adalah
pasien
diabetes mellitus tipe 2
berjumlah 42 orang.
Analisis data
dilakukan secara
univariat dan bivariat
(menggunakan uji
wilcoxon dengan p =
0,05).

23
2. Erlina (2013) Pengaruh senam Desain penelitian Senam
diabetes terhadap quasi experiment. diabete
kadar glukosa Rancangan penelitian s berpengaruh
darah pasien DM pretest and post test terhadap
Tipe 2. group design tanpa kadar
kelompok glukosa darah
kontrol. Sampel 15 pasien DM tipe 2
orang. Teknik (P=0,006).
analisis data dengan
uji t-test.
3. Priyanto, dkk Pengaruh senam Penelitian ekspe- Kadar gula darah
(2013) kaki terhadap rimen semu desain lebih baik pada
sensitivitas kaki dan pre and post test lansia
kadar gula darah group sesuda
pada agregat lansia design with control h diberikan senam
DM. group. Sampel secara kaki (p value
aksidental atau 0,000). Sensi-
convenience sampling, tivitas kaki lebih
125 responden. Alat baik pada lansia
analisis data dengan sesuda
uji t-test. h
diberikan latihan
senam kaki (p
value 0,000).

E. Kerangka Teori
Secara skematis kerangka teori dalam penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut :

24
Manfaat Senam Aerobik:

1. Meningkatkan kerja dan fungsi


jantung, paru dan pembuluh
darah.
2. Meningkatkan kekuatan otot Faktor-faktor yang
dan kepadatan tulang.
mempengaruhi :
3. Meningkatkan
4. Meningkatkan metabolism
e 1) Diet
tubuh.
5. Mengurangi resiko 2) Obat-obatan
terjadinya 3) Stres
berbagai penyakit. 4) Aktivitas fisik
(Olahraga)

Prolanis
DM Tipe 2:

1. Konsultasi, Senam Kadar Gula


pemeriksaan, Aerobik Darah Puasa
peresepan
obat oleh
Faskes Tingkat
I.
2. Pemeriksaa
n
laboratoriu
m
3. Pemantaua
n
kesehatan
4. Konsultasi dan
pemeriksaan
oleh dokter
spesialis di RS
5. Pertemua
6.
7. n bulanan
(olahraga
/senam, penkes)

8. Home visit
9. Reminder lewat
sms atau
telepon

25
Bagan 1.1. Kerangka Teori: Sumber: Holt (2010), Yanuaristya (2012), Lynne
(2012)

F. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori di atas maka dapat digambarkan kerangka
konsep penelitian sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Senam Aerobik Kadar Gula Darah Puasa

Bagan 1.2.

Kerangka Konsep

G. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari penelitian, patokan duga, atau
dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian
(Notoatmodjo, 2010). Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak ada pengaruh senam aerobik terhadap kadar gula darah puasa
penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di UPT Puskesmas Babakan Sari
Ha : Ada pengaruh senam aerobik terhadap kadar gula darah puasa penderita
Diabetes Mellitus Tipe 2 di UPT Puskesmas Babakan Sari

26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan eksperimen
semu/quasi eksperimen yaitu rancangan percobaan tidak murni dengan
penelitian uji klinis tetapi melakukan perlakuan tehnik pendekatan dengan
terapi non farmakologi dengan melakukan senam aerobik pada pasien
Diabetes Mellitus Tipe 2 (Soegiyono, 2009). Penelitian ini menggunakan
rancangan one group pre and post test design yaitu rancangan perlakuan
menggunakan satu kelompok sampel yang sama dengan dua penilaian setelah
perlakuan. Menurut Sugiyono (2008), rancangan one-group pretest- posttest
design merupakan pengamatan pada satu kelompok sebelum diberikan
perlakuan dan sesudah diberi perlakuan.
Hal ini dapat digambarkan seperti tampak pada gambar berikut :

Subjek Pre Perlakuan Post

K O X OX

Keterangan :

K : Subjek, yaitu pasien DM Tipe 2

O : Tahap pengukuran kadar gula darah puasa sebelum melakukan senam


aerobik.

X : Tahap perlakuan, yaitu saat responden melakukan senam aerobik.

OX : Tahap pengukuran kadar gula darah puasa sesudah melakukan senam

aerobik.

27
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien DM Tipe 2 di UPT
Puskesmas Puskesmas Babakan Sari Kota Bandung sebanyak 107 pasien.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
populasi (Arikunto, 2010). Besar sampel yang akan digunakan dalam
penelitian ini ditentukan dengan rumus (Riyanto, 2011) :

Keterangan :

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

d = besar penyimpangan 0,05

P = Proporsi kejadian, jika belum diketahui = 0,5

Z = tingkat kepercayaan 95%= 1,96

28
3. Sampling
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan teknik
purposive sampling, yaitu dengan menentukan sampel terlebih dahulu
dengan syarat inklusi dan eksklusi. Pembagian sampel berdasarkan tujuan
tertentu yang tidak menyimpang dari kriteria yang sudah ditetapkan oleh
peneliti. Adapun kriteria yang menjadi responden adalah :
a. Kriteria inklusi
1) Pasien DM Tipe 2 yang mempunyai kadar gula darah 90-250
mg/dl.
2) Pasien DM Tipe 2 tanpa komplikasi
3) Bersedia untuk menjadi responden.
b. Kriteria eksklusi
1) Pasien DM Tipe 2 yang tidak dapat mengikuti kegiatan secara
penuh
2) Pasien DM Tipe 2 yang mempunyai komplikasi penyakit kronis
misalnya jantung, hipertensi, stroke, dan lain-lain.
4. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober – November 2015
dengan mengambil tempat di UPT Puskesmas Babakan Sari Kota
Bandung, dengan rincian pelaksanaan yaitu : pre test dilaksanakan pada
tanggal 20 Februari 2018 dan post test pada tanggal 20 Mei 2018. Senam
aerobik dilaksanakan mulai tanggal 20 Maret sampai dengan 20 Mei 2018
sebanyak 3 kali seminggu.
5. Variabel, Definisi Operasional Variabel, dan Skala Pengukuran
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan
berubahnya nilai dari variabel terikat (Setiadi, 2007). Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah senam aerobik. Adapun variabel terikat yaitu
variabel yang diduga nilainya akan berubah karena pengaruh dari variabel
bebas (Setiadi, 2007). Variabel terikat dalam penelitian ini kadar gula
darah puasa.

29
Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan
bagaimana caranya menentukan variabel dan mengukur suatu variabel,
sehingga definisi operasional ini merupakan suatu informasi ilmiah yang
akan membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama
(Setiadi, 2007). Definisi operasional dalam penelitian ini dapat
dikemukakan dalam tabel berikut :

Tabel 1.4. Definisi Operasional Variabel


Indikator
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala
Penilaian
1 Senam Gerakan tubuh yang - - -
aerobik dilakukan beberapa
tahap mulai dari
pemanasan, latihan
inti diakhiri
pendinginan. Setiap
responden melakukan
senam aerobik yang
dipanduoleh
instruktur.
2. Kadar gula Jumlah kandungan Bio Kadar gula darah: Rasio
darah puasa glukosa dalam plasma Maxima 1.Naik :
darah saat puasa yang dan KGDP
diukur dengan alat Cobasmi mening- kat
ukur kimia darah (Bio ra dari KGDP
Maxima dan sebelum
Cobasmira) dengan tindakan
melakukan senam.
pengambilan sampel 2. Turun :
darah vena. KGDP

30
menurun

6. Teknik Pengumpulan Data


Sebelum melakukan penelitian dilakukan beberapa persiapan
penelitian sebagai berikut :
a. Peneliti mengumpulkan data dan menelaah bahan-bahan literatur yang
sesuai dengan masalah yang akan diteliti.
b. Peneliti melakukan survey pendahuluan di UPT Puskesmas Babakan
Sari Kota Bandung dan pasien DM Tipe 2 di UPT Puskesmas Babakan
Sari Kota Bandung.
c. Peneliti menyusun proposal penelitian kemudian berkonsultasi kepada
pembimbing I dan pembimbing II dan setelah disetujui peneliti
melakukan seminar proposal.
d. Setelah disetujui hasil seminar proposal, dilakukan tahap awal
pengumpulan atau pengambilan data yang dijelaskan pada sub bab
berikutnya.
7. Tahapan Pengambilan Data Penelitian
Proses pengambilan data dilakukan dengan mendata pasien DM Tipe
2 di UPT Puskesmas Babakan Sari. Peneliti menemui anggota Pronalis
dan memperkenalkan diri kepada responden. Langkah awalnya dengan
memberikan informasi bahwa akan ada penelitian dari mahasiswa S1
Keperawatan STIKes Dharma Husada Bandung. Peneliti menjelaskan
bahwa tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh
senam aerobik terhadap kadar gula darah puasa pada kelompok lansia di
UPT Puskesmas Babakan Sari. Selanjutnya peneliti menyampaikan lembar
permohonan menjadi responden. Responden diminta kesediaannya untuk

31
menjadi responden dalam penelitian dengan menandatangani lembar
persetujuan menjadi responden.
Pada tanggal 20 Maret 2018 responden diberikan pretest pengukuran
kadar gula darah puasa oleh petugas laboratorium yang ditunjuk.
Selanjutnya mulai tanggal 27 Maret 2018 responden melakukan senam
aerobik sebanyak 3 kali seminggu dibimbing oleh peneliti dan instruktur
senam selama 4 minggu. Senam aerobik terakhir dilaksanakan oleh
responden pada tanggal 18 Mei 2018. Post test pengukuran kadar gula
darah puasa dilakukan setelah senam terakhir dilakukan. Yaitu pada
tanggal 20 Mei 2018. Setelah pretest, senam aerobik, dan post test di
lakukan rekapitulasi data. Rekapitulasi dilakukan dari masing - masing
perlakuan tersebut untuk dilakukan pengujian data.
8. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk menunjang penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Alat Ukur kimia darah (Bio Maxima dan Cobasmira) oleh
Laboratorium Klinis
b. Lembar observasi tentang kadar gula darah puasa sebelum dan sesudah
tindakan senam.
c. Bolpoint
d. Kertas dan Note Book
e. Kaset/ CD senam aerobic low impact dari BPJS
f. SPO Pemeriksaan gula darah dari RS Hasan Sadikim Bandung
g. SPO Senam aerobic dari UPT Puskesmas
9. Pengolahan dan Analisis Data
a. Pengolahan data
Data yang telah terkumpul dalam tahap pengumpulan data, perlu
dilakukan pengolahan data dengan tahapan sebagai berikut :
1) Editing
Proses editing dilakukan untuk meneliti kembali apakah isian
lembar kuesioner sudah lengkap atau belum. Editing dilakukan di

32
tempat pengumpulan data, sehingga apabila ada kekurangan dapat
segera di lengkapi.
2) Coding
Coding adalah usaha mengklasifikasi jawaban-jawaban/hasil-
hasil yang ada menurut macamnya. Klasifikasi dilakukan dengan
jalan manandai masing-masing jawaban dengan kode berupa
angka, kemudian dimasukkan dalam lembaran tabel kerja guna
mempermudah membacanya. Hal ini penting untuk dilakukan
karena alat yang digunakan untuk analisa data dalam komputer
yang memerlukan suatu kode tertentu.
3) Scoring
Pemberian nilai pada masing-masing jawaban dari pertanyaan
yang diberikan kepada responden sesuai dengan ketentuan
penilaian yang telah ditentukan.
4) Tabulating
Kegiatan memasukkan data-data hasil penelitian ke dalam
tabel- tabel sesuai kriteria sehingga didapatkan jumlah data sesuai
dengan kuesioner (Alimul, 2010).
b. Analisa data
1) Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2010).
Analisis univariat dalam penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui karakteristik pasien DM Tipe 2 pada kelompok
Prolanis di UPT Puskesmas Wonogiri 1 (umur, jenis kelamin,
pendidikan), kadar gula darah sebelum diberi perlakuan yaitu
senam aerobik serta kadar gula darah pasien DM Tipe 2 sesudah
diberi perlakuan yaitu senam aerobik.
Pada analisis univariat, data yang diperoleh dari hasil
pengumpulan dapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi, ukuran tendensi sentral atau grafik. Tabel distribusi

33
frekuensi digunakan untuk menyajikan data jenis kelamin dan
umur. Ukuran tendensi sentral digunakan untuk menyajikan data
yang bersifat rasio, dalam penelitian ini adalah kadar gula darah
pada pasien DM tipe 2 sebelum diberikan intervensi dan kadar
gula darah pasien DM tipe 2 setelah diberikan intervensi berupa
tindakan senam aerobik.
2) Uji Normalitas
Uji normalitas adalah untuk untuk mengetahui apakah data
empirik yang didapatkan dari lapangan itu sesuai dengan distribusi
teoritik tertentu (Sugiyono, 2010). Uji normalitas dalam penelitian
ini menggunakan alat uji Saphiro karena dalam penelitian ini jenis
datanya berbentuk numerik atau rasio (Dahlan, 2010). Untuk
melakukan Uji Shapiro-Wilk, dapat memanfaatkan fasilitas menu
Explore yang terdapat dalam program SPSS. Dasar pengambilan
keputusan dalam uji normalitas Shapiro-Wilk ini adalah :
a) Jika nilai sign. ≥ 0,05, berarti Ho ditolak yang artinya data
berdistribusi normal
b) Jika nilai sign. < 0,05, berarti Ho diterima yang artinya data
tidak berdistribusi normal
3) Analisis bivariate
Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui pengaruh antara
variabel bebas dengan variabel terikat. Untuk dapat menguji
hipotesis dan menganalisa data yang diperoleh, menggunakan
beberapa uji Paired sample t-test (Notoatmodjo, 2010). Paired
sample t-test adalah alat analisis atau alat uji hipotesis yang
digunakan untuk mengetahui perbedaan dua rata-rata dalam hal ini
adalah skor kadar gula darah puasa sebelum dan setelah diberi
terapi yang berupa tindakan senam aerobik. Adapun rumusnya
adalah : (Sugiyono, 2008)

34
Keterangan :
X1 = Rata-rata data pre test
X2 = Rata rata data post test
n1 = Jumlah responden pre test
n2 = Jumlah responden post test
S1 = Nilai standar deviasi pre test
S2 = Nilai standar deviasi post test
Berdasarkan uji statistik tersebut maka dapat diputuskan :
a) Bila hasil thit < tabel atau nilai p > 0,05, artinya bahwa tidak
ada perbedaan kadar gula darah puasa sebelum dan sesudah
diberi terapi senam aerobik pada pasien Diebetes Mellitus Tipe
2 di UPT Puskesmas Babakan Sari Kota Bandung.
b) Bila hasil thit ≥ tabel atau p < 0,05, artinya bahwa ada
perbedaan kadar gula darah puasa sebelum dan sesudah diberi
terapi senam aerobik pada pasien Diebetes Mellitus Tipe 2 di
UPT Puskesmas Babakan Sari Kota Bandung..
10. Etika Penelitian
Etika penelitian merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
pelaksanaan penelitian, mengingat penelitian ini berhubungan langsung
dengan manusia maka dari itu penelitian ini harus benar-benar
diperhatikan karena manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan
penelitian (Nursalam, 2008).
Hal yang berkaitan dengan etika penelitian ini dapat dijelaskan
sebagai berikut :
a. Informed Consent (persetujuan)
Lembar persetujuan diberikan kepada responden, kemudian
peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian, dampak yang

35
mungkin terjadi selama dan setelah penelitian. Jika responden bersedia,
maka harus menandatangani lembar persetujuan.
b. Anomin (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak mencantumkan nama
responden tetapi diganti dengan kode atau insial responden.
c. Confidentiality(kerahasiaan

36
37

Anda mungkin juga menyukai