Anda di halaman 1dari 31

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil alamin, segala puji bagi Allah yang maha pengasih lagi
maha penyayang yang telah memberikan kenikmatan yang tiada terkira sehingga
kami dapat menyusun makalah mata kuliah Keperawatan gerontik yang berjudul “
Model konseptual adaptasi roy ” dengan tepat waktu dan semaksimal mungkin.

Tidak lupa sholawat serta salam selalu kami curahkan kepada junjungan
terbaik baginda Rosul Muhammad Shallallahu ‘Alaihu Wasasallam selaku tauladan
terbaik hingga akhir zaman. Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada beliau, serta
kepada keluarga, sahabat, tabi’in dan orang-orang yang selalu mengikuti sunnahnya.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk ilmu pengetahuan tentang konsep


dan tahap perkembangan keluarga. Makalah ini disusun berdasarkan data-data yang
penyusun peroleh dari buku serta jurnal-jurnal.

Penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua


pihak yang telah mendukung, membantu, dan memfasilitasi penyusunan makalah ini
sehingga berjalan dengan lancar. Diantaranya kepada:

1. Bapak Wirdan Fauzi Rahman,S.kep.,M.Kep Sebagai Dosen Pengampu


Akademik Keperawatan Rs Efarina Purwakarta.

Penyusun sadar bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kesalahan Oleh
karena itu kami siap menerima kritik dan saran yang membangun sebagai bahan
evaluasi. Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi positif serta bermanfaat
bagi kita semua, Aamiin.

Purwakarta, September 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2
D. Sistematika penulisan ................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 4
A. Riwayat Calista Roy..................................................................................... 4
B. Sumber Teori ................................................................................................ 5
C. Pengertian .................................................... Error! Bookmark not defined.
D. Karakteristik Teori Keperawatan ................................................................. 6
E. Faktor Pengaruh Teori Keperawatan .......... Error! Bookmark not defined.
F. Tujuan Teori Keperawatan .......................... Error! Bookmark not defined.
G. Konsep Dasar dan Model Keperawatan Callista Roy .................................. 7
H. Model Konseptual Callista Roy ................................................................... 8
I. Teori penegasan ........................................................................................ 10
J. Teori Calista Roy ......................................................................................... 12
K. Kelebihan dan Kelemahan Teori Callista Roy ............................................. 21
BAB III ................................................................................................................. 27
PENUTUP ............................................................................................................ 27
A. Kesimpulan ................................................................................................ 27
B. Saran ........................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 29

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Model konseptual mengacu pada ide-ide global mengenai individu,
kelompok situasi atau kejadian tertentu yang berkaitan dengan disiplin
yang spesifik. Teori-teori yang terbentuk dari penggabungan konsep dan
pernyataan yang berfokus lebih khusus pasa suatu kejadian dan fenomena
dari suatu disiplin ilmu. Model konseptual keperawatan dikembangkan
atas pengetahuan para ahli keperawatan tentang keperawatan yang bertolak
dari paradigma keperawatan. Model konseptual dalam keperawatan dapat
memungkinkan perawat untuk menerapkan cara perawat bekerja dalam
batas kewenangan sebagai seorang perawat. Perawat perlu memahami
konsep ini sebagai kerangka konsep dalam memberikan asuhan
keperawatan dalam praktek keperawatan atau sebagai filosofi dalam dunia
pendidikan dan kerangka kerja dalam riset keperawatan.

Ada berbagai jenis model konseptual keperawatan berdasarkan


pandangan ahli dalam bidang keperawatan, salah satunya adalah model
adaptasi Roy. Roy dalam teorinya menjelaskan empat macam elemen
esensial dalam adaptasi keperawatan, yaitu : manusia, lingkungan,
kesehatan, dan keperawatan. Model adaptasi Roy menguraikan bahwa
bagaimana individu mampu meningkatkan kesehatannya dengan cara
memepertahankan perilaku secara adaptif karena menurut Roy, manusia
adalah makhluk holistic yang memiliki sistem adaptif yang selalu
beradaptsi.

B. Rumusan Masalah
1. Riwayat calista roy
2. Sumber teori
3. Pengertian
4. Karakteristik teori keperawatan
5. Faktor pengaruh teori keperawatan

1
2

6. Tujuan teori keperawatan


7. Konsep dasar keperawatan model calista roy
8. Model konseptual calista roy

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Adapun tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk
mengetahui berbagai hal yang berhubungan dengan adaptasi
konseptual callista Roy.
2. Tujuan kuhusus
a. Untuk mengetahui riwayat Callista Roy
b. Untuk mengetahui sumber teori Callista Roy
c. Untuk mengetahui pengertian Callista Roy
d. Untuk mengetahui karateristik keperawatan Callista Roy
e. Untuk mengetahui faktor pengaruh keperawatn Callista Roy
f. Untuk mengetahui tujuan teori keperawatan Callista Roy
g. Untuk mengetahui konsep dasar keperawatan model Callista Roy
h. Untuk mengetahui Model konseptual Callista Roy.

D. Sistematika penulisan
Dalam makalah ini penyusunan ingin mempermudah pemahaman
maupun penelaahan terhadap isi makalah sehingga diperoleh gambaran
ringkas dalam penyusunan makalah ini. Dalam pebuatan makalah ini
penyusun membaginya dalm tiga bab, dengan sistematika sebagai berikut :
1) Bab I Pendahuluan
Bab ini mencakup latar belakang rumusan masalah, tujuan, dan
sistematika penulisan.
2) Bab II Tinjauan Teori
Bab ini pembahasan I mencakup Riwayat Callista Roy, sumber
teori Callista Roy, karateristik keperawatan Callista Roy, faktor
pengaruh keperawatan Callista Roy, tujuan Teoriseacara keperawatan
Callista Roy, konsep dasar keperawatan Callista Roy, dan odel
konseptual Callista Roy.
3) Bab III penutup
3

Pada bab ini penyusun menyimpulkan secara keseluruhan


mengenai Adaptasi konseptual model Callista Roy
4) Daftar Pustaka
Penyusun melampirkan referensi-referensi yang didapat dalam
pembuatan makalah terkait adaptasi konseptual model Callista Roy.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Riwayat Calista Roy


Suster Calista Roy adalah seorang suster dari Saint Joseph of
Carondelet. Roy dilahirkan pada tanggal 14 oktober 1939 di Los Angeles
California. Roy menerima Bachelor of Art Nursing pada tahun 1963 dari
Mount Saint Marys College dan Magister Saint in Pediatric Nursing pada
tahun 1966 di University of California Los Angeles.
Roy memulai pekerjaa dengan teori adaptasi keperawatan pada tahun
1964 ketika dia lulus dari University of California Los Angeles. Dalam
Sebuah seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang untuk
mengembangkan sebuah model konsep keperawatan. Konsep adaptasi
mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan
keperawatan. Dimulai dengan pendekatan teori sistem. Roy menambahkan
kerja adaptasi dari Helsen (1964) seorang ahli fisiologis – psikologis. Untuk
memulai membangun pengertian konsepnya. Helsen mengartikan respon
adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat
adaptasi yang di butuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan
tiga jenis stimulus yaitu : focal stimuli, konsektual stimuli dan residual
stimuli.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan
pandangan terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-
konsep tersebut, Roy juga mengadaptasi nilai “ Humanisme” dalam model
konseptualnya berasal dari konsep A.H. Maslow untuk menggali keyakinan
dan nilai dari manusia. Menurut Roy humanisme dalam keperawatan adalah
keyakinan, terhadap kemampuan koping manusia dapat meningkatkan derajat
kesehatan.
Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli
lain dari ahli-ahli lain di area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus
(1966), Mechanic ( 1970) dan Selye (1978). Setelah beberapa tahun, model

4
5

ini berkembang menjadi sebagai suatu kerangka kerja pendidikan


keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian. Tahun 1970, model
adaptasi keperawatan diimplementasikan sebagai dasar kurikulum sarjana
muda keperawatan di Mount Saint Mary’s College. Sejak saat itu lebih dari
1500 staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk mengklarifikasi,
menyaring, dan memperluas model. Penggunaan model praktek juga
memegang peranan penting untuk klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan
model.
Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada
tahun 1976-1977 menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model
adaptasi. Perkembangan model adaptasi keperawatan dipengaruhi oleh latar
belakang Roy dan profesionalismenya. Secara filosofi Roy mempercayai
kemampuan bawaan, tujuan,, dan nilai kemanusiaan, pengalaman klinisnya
telah membantu perkembangan kepercayaannya itu dalam keselarasan dari
tubuh manausia dan spirit. Keyakinan filosofi Roy lebih jelas dalam kerjanya
yang baru pada model adaptasi keperawatan.

B. Sumber Teori
Dimulai dengan pendekatan teori sistem Roy menambahkan kerja
adaptasi dari Harry Helson ( 1964 ) seorang ahli fisiologis-psikologis. Untuk
memulai membangun pengertian konsepnya Harry Helson mengartikan
respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya
derajat adaptasi yang dibutuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh
dorongan tiga jenis stimulus yaitu :
1. Focal stimuli : Individu segera menghadap
2. Konsektual stimuli : semua kehadiran stimuli yang menyumbangkan efek
Dari focal stimuli.
3. Residual stimuli : faktor lingkungan mengakibatkan tercemarnya keadaan.
Teori Helson dikembangkan dari penyesuaian tingkat zona yang mana
menentukan stimulus akan mendatangkan respon hal yang positif
maupun negatif. Sesuai dengan teori Helson, adaptasi adalah proses yang
berdampak positif terhadap perubahan lingkungan.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan
pandangan terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Dengan teori
6

adaptif Helson Roy mengembangkan dan memperluas model dengan


konsep dan teori dari Dohrenwed,R.S. Latarus, N.Malaznik, D.Mechanic
dan H.Selye. Roy memberi kredit spesial ke Driever penulis, Subdivisi
garis besar dari kejujuran sendiri dan Martinez serta Sarto, identitas
keduanya umum dan stimuli sangat mempengaruhi mode. Teman sekerja
lain konsepnya juga rumit yaitu M.Poush dan J.Van Landingham dalam
keadaan saling bergantung dan B. Randa untuk fungsi aturan mode.
Setelah mengembangkan teorinya Roy mengembangkan model
sebagai suatu kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktek
keperawatan dan penelitian. Sejak itu lebih dari 1500 staf pengajar dan
mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk mengklasifikasi, menyaring dan
memperluas model. Penggunaan model praktek juga memegang peranan
penting untuk penyaringan model.
Perkembangan model keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang
Roy dan profesionalismenya. Roy mempercayai kemampuan bawaan,
tujuan dan nilai kemanusiaan. Pengalaman klinisnya membantu
perkembangan kepercayaan dari tubuh manusia dan spiritnya.

C. Karakteristik Teori Keperawatan


Teori keperawatan selain digunakan untuk menyusun suatu model yang
berhubungan dengan konsep keperawatan, juga memiliki karakteristik
diantaranya:
a. Teori keperawatan mengidentifikasi dan menjabarkan konsep khusus yang
berhubungan dengan hal-hal nyata dalam keparawatan sehingga teori
keperawatan didasarkan pada kenyataan-kenyataan yang ada di alam.
b. Teori keperawatan juga digunakan berdasarkan alasan-alasan yang sesuai
dengan kenyataan yang ada.
c. Teori harus konsisten sebagai dasar-dasar dalam mengembangkan model
konsep keperawatan.
d. Dalam menunjang aplikasi, teori harus sederhana dan sifatnya umum
sehingga dapat digunakan pada kondisi apapun dalam praktek
keperawatan.
e. Teori dapat digunakan sebagai dasar dalam penelitian keperawatan
sehingga dapat digunakan dalam pedoman praktek keperawatan.
7

D. Konsep Dasar dan Model Keperawatan Callista Roy


Sebelum mengenal konsep dasar keperawatan Callista Roy akan lebih
baik jika mengetahui filosofi, falsafah keperawatan. Filsafah keperawatan
mengkaji penyebab dan hukum-hukum yang mendasari realitas serta
keingintahuan tentang gambaran sesuatu yang lebih berdasarkan pada alasan
logis dan metode empiris.
Contoh dari falsafah keperawatan menurut Roy ( Mc Quiston, 1995 ) :
Roy memiliki delapan falsafah yang kemudian dibagi menjadi dua yaitu
empat berdasarkan falsafah humanisme dan empat yang lainnya berdasarkan
falsafah veritivity.
Falsafah humanisme / kemanusiaan berarti bahwa manusia itu
memiliki rasa ingin tahu dan menghargai, jadi seorang individu akan
memiliki rasa saling berbagi dengan sesama dalam kemampuannya
memecahkan suatu persoalan atau untuk mencari solusi, bertingkah laku
untuk mencapai tujuan tertentu, memiliki holism intrinsik dan selalu berjuang
untuk mempertahankan integritas agar senantiasa bisa berhubungan dengan
orang lain.
Falsafah veritivity yaitu kebenaran , yang dimaksud adalah bahwa ada
hal yang bersifat absolut. Empat falsafah tersebut adalah :
1. tujuan eksistensi manusia
2. gabungan dari beberapa tujuan peradaban manusia
3. aktifitas dan kreatifitas untuk kebaikan umum.
4. nilai dan arti kehidupan.
Roy kemudian mengemukakan mengenai konsep mayor, berikut
beberapa definisi dari konsep mayor Callista Roy,
1) Sistem adalah kesatuan dari beberapa komponen atau elemen yang saling
berhubungan sehingga membentuk suatu kesatuan yang meliputi adanya
input, control, proses, output dan umpan balik.
2) Derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus fokal,
konsektual dan residual.
3) Problem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak sesuai dengan
kebutuhan.
8

4) Stimulus fokal adalah stimulus yang mengharuskan manusia berespon


adaptif.
5) Stimulus konsektual adalah seluruh stimulus yang memberikan kontribusi
perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh stimulus fokal.
6) Stimulus residual adalah seluruh faktor yang memberikan kontribusi
terhadap perubaha tingkah laku tetapi belum dapat di validasi.
7) Regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon
otomatik melalui neural, cemikal dan proses endokrin.
8) Kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon melalui
proses yang komplek dari persepsi informasi, mengambil keputusan dan
belajar.
9) Model efektor adaptif adalah kognator yaitu fisiological, fungsi peran,
interdependensi dan konsep diri.
10) Respon adaptif adalah respon yang meningkatkan integritas manusia
dalam mencapai tujuan manusia untuk mempertahankan kehidupan.
11) Fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar dan
bagaimana proses adaptasi dilakukan.
12) Konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan
13) Penampilan peran adalah penampilan fungsi peran dalam hubungannya di
dalam hubungannya di lingkungan sosial.
14) Interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain sebagai
support sistem.

E. Model Konseptual Callista Roy


Model konseptual merupakan suatu kerangka kerja konseptual, sistem
atau skema yang menerangkan tentang serangkain ide global tentang
keterlibatan individu, kelompok, situasi atau kejadian terhadap suatu ilmu dan
pengembangannya. Roy dengan fokus adaptasinya pada manusia terdapat 4
elemen esensial yaitu keperawatan, manusia, kesehatan dan lingkungan.
Berikut akan kami jelaskan definisi dari keempat elemen esensial menurut
Roy Keperawatan
Menurut Roy keperawatan di definisikan sebagai disiplin ilmu dan
praktek. Keperawatan sebagai disiplin ilmu mengobservasi,
mengklasifikasikan, dan menghubungkan proses yang berpengaruh terhadap
9

kesehatan. Keperawatan menggunakan pendekatan pengetahuan untuk


menyediakan pelayanan bagi orang-orang. Keperawatan meningkatkan
adaptasi individu untuk meningkatkan kesehatan, jadi model adaptasi
keperawatan menggambarkan lebih khusus perkembangan ilmu keperawatan
dan praktek keperawatan. Dalam model tersebut keperawatan terdiri dari
tujuan perawat dan aktifitas perawat. Tujuan keperawatan adalah
mempertinggi interaksi manusia dengan lingkungannya, peningkatan adaptasi
dilakukan melalui empat cara yaitu fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran
dan interdependensi. Tujuan keperawatan diraih ketika stimulus fokal berada
dalam wilayah dengan tingkatan adaptasi manusia. Adaptasi membebaskan
energi dari upaya koping yang tidak efektif dan memungkinkan individu
untuk merespon stimulus yang lain, kondisi seperti ini dapat meningkatkan
penyembuhan dan kesehatan.
1. Manusia.
Menurut Roy manusia adalah sebuah sistem adaptif, sebagai sistem yang
adaptif manusia digambarkan secara holistic sebagai satu kesatuan yang
memiliki input, control, output dan proses umpan balik. Lebih khusus
manusia didefinisikan sebagai sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan
regulator untuk mempertahankan adaptasi, empat cara adaptasinya yaitu
fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. Sebagai
sistem yang adaptif mausia digambarkan dalam istilah karakteristik, jadi
manusia dilihat sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan antar unit
secara keseluruhan atau beberapa unit untuk beberapa tujuan.
2. Kesehatan
Kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi manusia
secara utuh dan terintegrasi secara keseluruhan. Dalam model keperawatan
konsep sehat dihubungkan dengan konsep adaptasi. Adaptasi adalah
komponen pusat dalam model keperawatan, dalam hal ini manusia
digambarkan sebagai suatu sistem yang adaptif. Proses adaptasi termasuk
semua interaksi manusia dengan lingkungan ysng terdiri dari dua proses,
proses yang pertama dimulai dengan perubahan dalam lingkungan internal dan
eksternal dan proses yang kedua adalah mekanisme koping yang
menghasilkan respon adaptif dan inefektif.
10

3. Lingkungan
Lingkungan digambarkan sebagai suatu keadaan yang ada di dalam dan di
luar manusia. Lingkungan merupakan input bagi manusia sebagai suatu sistem
yang adaptif.

F. Teori penegasan
Dalam teorinya sister Callista Roy memiliki dua model mekanisme yaitu
Fungsi atau proses control yang terdiri dari kognator dan regulator Efektor,
mekanisme ini dibagi menjadi empat yaitu fisiologi, konsep diri, fungsi peran dan
Interpendensi. Regulator digambarkan sebagai aksi dalam hubungannya terhadap
empat efektor cara adaptasi yaitu: fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan
interdependensi. Berikut penjelasan dari empat efektor yang telah disebutkan.
a. Mode Fungsi Fisiologi
Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya.
Roy mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus
dipenuhi untuk mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua bagian,
mode fungsi fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi
fisiologis dengan proses yang kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu :
1. Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu ventilasi,
pertukaran gas dan transpor gas (Vairo,1984 dalam Roy 1991).
2. Nutrisi :Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk
mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan
yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam Roy 1991).
3. Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal. (
Servonsky, 1984 dalam Roy 1991).
4. Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat
yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki
dan memulihkan semua komponen-komponen tubuh. (Cho,1984 dalam Roy,
1991).
5. Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses imunitas
dan struktur integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini penting
sebagai fungsi proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu. (Sato, 1984
dalam Roy 1991).
11

6. The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau


memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan . Sensasi nyeri
penting dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.( Driscoll, 1984, dalam
Roy, 1991).
7. Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya
termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi sistemik.
Sebaliknya inefektif fungsi sistem fisiologis dapat menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit. (Parly, 1984, dalam Roy 1991).
8. Fungsi syaraf/ neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan bagian
integral dari regulator koping mekanisme seseorang. Mereka mempunyai
fungsi untuk mengendalikan dan mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran
dan proses emosi kognitif yang baik untuk mengatur aktivitas organ-organ
tubuh (Robertson, 1984 dalam Roy, 1991).
9. Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai dengan
fungsi neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi tubuh.
Aktivitas endokrin mempunyai peran yang signifikan dalam respon stress dan
merupakan dari regulator koping mekanisme ( Howard & Valentine dalam
Roy,1991)
b. Model Konsep Diri
Model konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan
spesifik pada aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep
diri ini berhubungan dengan integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas
mental dan ekspresi perasaan. Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua
komponen yaitu the physical self dan the personal self.
1. The physical self,yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya berhubungan
dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya.Kesulitan pada area ini
sering terlihat pada saat merasa kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi
atau hilang kemampuan seksualitas.
2. The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral-
etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau
takut merupakan hal yang berat dalam area ini.
c. Mode fungsi peran
12

Mode fungsi peran mengenal pola – pola interaksi sosial seseorang dalam
hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer,
sekunder dan tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat memerankan
dirinya dimasyarakat sesuai kedudukannya .
d. Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh
Roy.Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/
kasih sayang, perhatian dan saling menghargai.Interdependensi yaitu
keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam menerima
sesuatu untuk dirinya.
Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan
orang lain. Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk
melakukan tindakan bagi dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari
keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu memberi dan menerima.
Output dari manusia sebagai suatu sistem adaptif adalah respon inefektif.
Respon-respon yang adaptif itu mempertahankan atau meningkatkan
integritas, sedangkan respon yang tidak efektif atau maladaptif itu
mengganggu integritas. Melalui proses umpan balik respon-respon
memberikan lebih lanjut masukan (input) pada manusia sebagai suatu
sisem.Subsistem regulator dan kognator adalah mekanisme adaptasi atau
koping dengan perubahan lingkungan, dan diperlihatkan melalui perubahan
biologis, psikologis, dan social. Subsistem regulator adalah gambaran respon
yang kaitannya dengan perubahan pada sistem saraf, kimia tubuh dan organ
endokrin serta subsistem kognator adalah gambaran respon yang kaitannya
dengan perubahan kognitif dan emosi, termasuk didalamnya persepsi, proses
informasi, pembelajaran, dan membuat alasan dan emosional, yang termasuk
didalamnya mempertahankan untuk mencari bantuan.

J. Teori Calista Roy


Model konsep adaptasi pertama kali dikemukakan oleh Suster
Callista Roy (1969). Konsep ini dikembangkan dari konsep individu dan
proses adaptasi seperti diuraikan di bawah ini. Asumsi dasar model
adaptasi Roy adalah :
13

1. Manusia adalah keseluruhan dari biopsikologi dan sosial yang terus-


menerus berinteraksi dengan lingkungan.
2. Manusia menggunakan mekanisme pertahanan untuk mengatasi
perubahan-perubahan biopsikososial.
3. Setiap orang memahami bagaimana individu mempunyai batas
kemampuan untuk beradaptasi. Pada dasarnya manusia memberikan
respon terhadap semua rangsangan baik positif maupun negatif.
4. Kemampuan adaptasi manusia berbeda-beda antara satu dengan yang
lainnya, jika seseorang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan maka
ia mempunyai kemampuan untuk menghadapi rangsangan baik positif
maupun negatif.
5. Sehat dan sakit merupakan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari dari
kehidupan manusia.Dalam asuhan keperawatan, menurut Roy (1984)
sebagai penerima asuhan keperawatan adalah individu, keluarga,
kelompok, masyarakat yang dipandang sebagai “Holistic adaptif
system”dalam segala aspek yang merupakan satu kesatuan. System adalah
Suatu kesatuan yang di hubungkan karena fungsinya sebagai kesatuan
untuk beberapa tujuan dan adanya saling ketergantungan dari setiap
bagian-bagiannya. System terdiri dari proses input, autput, kontrol dan
umpan balik ( Roy, 1991 ), dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Input
Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan
kesatuan informasi, bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang dapat
menimbulkan respon, dimana dibagi dalam tiga tingkatan yaitu stimulus
fokal, kontekstual dan stimulus residual.
a) Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan seseorang,
efeknya segera, misalnya infeksi .
b) Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang baik
internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat
diobservasi, diukur dan secara subyektif dilaporkan. Rangsangan ini
muncul secara bersamaan dimana dapat menimbulkan respon negatif pada
stimulus fokal seperti anemia, isolasi sosial.
14

c) Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan
situasi yang ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi kepercayan, sikap,
sifat individu berkembang sesuai pengalaman yang lalu, hal ini memberi
proses belajar untuk toleransi. Misalnya pengalaman nyeri pada pinggang
ada yang toleransi tetapi ada yang tidak.
2. Kontrol
Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme koping
yang di gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan kognator
yang merupakan subsistem.
a) Subsistem regulator
Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen : input-proses
dan output. Input stimulus berupa internal atau eksternal. Transmiter
regulator sistem adalah kimia, neural atau endokrin. Refleks otonom
adalah respon neural dan brain sistem dan spinal cord yang diteruskan
sebagai perilaku output dari regulator sistem. Banyak proses fisiologis
yang dapat dinilai sebagai perilaku regulator subsistem.
b) Subsistem kognator
Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun internal.
Perilaku output dari regulator subsistem dapat menjadi stimulus umpan
balik untuk kognator subsistem. Kognator kontrol proses berhubungan
dengan fungsi otak dalam memproses informasi, penilaian dan emosi.
Persepsi atau proses informasi berhubungan dengan proses internal
dalam memilih atensi, mencatat dan mengingat. Belajar berkorelasi
dengan proses imitasi, reinforcement (penguatan) dan insight (pengertian
yang mendalam). Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan
adalah proses internal yang berhubungan dengan penilaian atau analisa.
Emosi adalah proses pertahanan untuk mencari keringanan,
mempergunakan penilaian dan kasih sayang.
3. Output
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapt di amati, diukur
atau secara subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari
luar . Perilaku ini merupakan umpan balik untuk sistem. Roy mengkategorikan
output sistem sebagai respon yang adaptif atau respon yang tidak mal-adaptif.
15

Respon yang adaptif dapat meningkatkan integritas seseorang yang secara


keseluruhan dapat terlihat bila seseorang tersebut mampu melaksanakan
tujuan yang berkenaan dengan kelangsungan hidup, perkembangan,
reproduksi dan keunggulan. Sedangkan respon yang mal adaptif perilaku yang
tidak mendukung tujuan ini.
Roy telah menggunakan bentuk mekanisme koping untuk menjelaskan
proses kontrol seseorang sebagai adaptif sistem. Beberapa mekanisme koping
diwariskan atau diturunkan secara genetik (misal sel darah putih) sebagai
sistem pertahanan terhadap bakteri yang menyerang tubuh. Mekanisme yang
lain yang dapat dipelajari seperti penggunaan antiseptik untuk membersihkan
luka. Roy memperkenalkan konsep ilmu Keperawatan yang unik yaitu
mekanisme kontrol yang disebut Regulator dan Kognator dan mekanisme
tersebut merupakan bagian sub sistem adaptasi.
Dalam memahami konsep model ini, Callista Roy mengemukakan
konsep keperawatan dengan model adaptasi yang memiliki beberapa
pandangan atau keyakinan serta nilai yang dimilikinya diantaranya:
a. Manusia sebagai makhluk biologi, psikologi dan social yang selalu
berinteraksi dengan lingkungannya.
b Untuk mencapai suatu homeostatis atau terintegrasi, seseorang harus
beradaptasi sesuai dengan perubahan yang terjadi.
c. Terdapat tiga tingkatan adaptasi pada manusia yang dikemukakan oleh roy,
diantaranya:
1) Focal stimulasi yaitu stimulus yang langsung beradaptasi dengan
seseorang dan akan mempunyai pengaruh kuat terhadap seseorang
individu.
2) Kontekstual stimulus, merupakan stimulus lain yang dialami seseorang,
dan baik stimulus internal maupun eksternal, yang dapat mempengaruhi,
kemudian dapat dilakukan observasi, diukur secara subjektif.
3) Residual stimulus, merupakan stimulus lain yang merupakan ciri tambahan
yang ada atau sesuai dengan situasi dalam proses penyesuaian dengan
lingkungan yang sukar dilakukan observasi.
d. System adaptasi memiliki empat mode adaptasi diantaranya:
16

1) Fungsi fisiologis, komponen system adaptasi ini yang adaptasi fisiologis


diantaranya oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat, integritas
kulit, indera, cairan dan elektrolit, fungsi neurologis dan fungsi endokrin.
2) Konsep diri yang mempunyai pengertian bagaimana seseorang mengenal
pola-pola interaksi social dalam berhubungan dengan orang lain.
3) Fungsi peran merupakan proses penyesuaian yang berhubungan dengan
bagaimana peran seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi social
dalam berhubungan dengan orang lain.
4) Interdependent merupakan kemampuan seseorang mengenal pola-pola
tentang kasih sayang, cinta yang dilakukan melalui hubungan secara
interpersonal pada tingkat individu maupun kelompok.
e. Dalam proses penyesuaian diri individu harus meningkatkan energi agar
mampu melaksanakan tujuan untuk kelangsungan kehidupan, perkembangan,
reproduksi dan keunggulan sehingga proses ini memiliki tujuan meningkatkan
respon adaptasi. Teori adaptasi suster Callista Roy memeandang klien sebagai
suatu system adaptasi. Sesuai dengan model Roy, tujuan dari keperawatan
adalah membantu seseorang untuk beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan
fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan hubungan interdependensi selama
sehat dan sakit (Marriner-Tomery,1994). Kebutuhan asuhan keperawatan
muncul ketika klien tidak dapat beradaptasi terhadap kebutuhan lingkungan
internal dan eksternal. Seluruh individu harus beradaptasi terhadap kebutuhan
berikut :
1) Pemenuhan kebutuhan fisiologis dasar
2) Pengembangan konsep diri positif
3) Penampilan peran sosial
4) Pencapaian keseimbangan antara kemandirian dan ketergantungan
Perawat menetukan kebutuhan di atas menyebabkan timbulnya
masalah bagi klien dan mengkaji bagaimana klien beradaptasi terhadap hal
tersebut. Kemudian asuhan keperawatan diberikan dengan tujuan untuk
membantu klien beradaptasi. Menurut Roy terdapat empat objek utama dalam
ilmu keperawatan, yaitu :
1. Manusia (individu yang mendapatkan asuhan keperawatan)
17

Roy menyatakan bahwa penerima jasa asuhan keperawatan


individu, keluarga, kelompok, komunitas atau social. Masing-masing
dilakukan oleh perawat sebagai system adaptasi yang holistic dan terbuka.
System terbuka tersebut berdampak terhadap perubahan yang konstan
terhadap informasi, kejadian, energi antara system dan lingkungan.
Interaksi yang konstan antara individu dan lingkungan dicirikan oleh
perubahan internal dan eksternal. Dengan perubahan tersebut individu
harus mempertahankan intergritas dirinya, dimana setiap individu secara
kontunyu beradaptasi.
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif.
Sebagai sistem adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistik sebagai
satu kesatuan yang mempunyai input, kontrol, out put dan proses umpan
balik. Proses kontrol adalah mekanisme koping yang dimanifestasikan
dengan cara- cara adaptasi. Lebih spesifik manusia didefenisikan sebagai
sebuah sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan regulator untuk
mempertahankan adaptasi dalam empat cara-cara adaptasi yaitu : fungsi
fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. Dalam model
adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu sistem yang
hidup, terbuka dan adaptif yang dapat mengalami kekuatan dan zat dengan
perubahan lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia dapat digambarkan
dalam istilah karakteristik sistem, jadi manusia dilihat sebagai satu-
kesatuan yang saling berhubungan antara unit fungsional secara
keseluruhan atau beberapa unit fungsional untuk beberapa tujuan. Input
pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan menerima
masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu
sendiri. Input atau stimulus termasuk variabel standar yang berlawanan
yang umpan baliknya dapat dibandingkan. Variabel standar ini adalah
stimulus internal yang mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili dari
rentang stimulus manusia yang dapat ditoleransi dengan usaha-usaha yang
biasa dilakukan. Proses kontrol manusia sebagai suatu sistem adaptasi
adalah mekanisme koping.Dua mekanisme koping yang telah
diidentifikasi yaitu : subsistem regulator dan subsistem kognator.
2. Keperawatan
18

Keperawatan adalah bentuk pelayanan professional berupa


pemenuhan kebutuhan dasar dan diberikan kepada individu baik sehat
maupun sakit yang mengalami gangguan fisik, psikis dan social agar dapat
mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Roy mendefinisikan bahwa tujuan keperawatan adalah
meningkatkan respon adaptasi berhubungan dengan empat mode respon
adaptasi. Perubahan internal dan eksternal dan stimulus input tergantung
dari kondisi koping individu. Kondisi koping seseorang atau keadaan
koping seseorang merupakan tingkat adaptasi seseorang. Tingkat adaptasi
seseorang akan ditentukan oleh stimulus fokal, kontekstual, dan residual.
Fokal adalah suatu respon yang diberikan secara langsung terhadap
ancaman/input yang masuk. Penggunaan fokal pada umumnya tergantung
tingkat perubahan yang berdampak terhadap seseorang. Stimulus
kontekstual adalah semua stimulus lain seseorang baik internal maupun
eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur, dan
secara subjektif disampaikan oleh individu. Stimulus residual adalah
karakteristik/riwayat dari seseorang yang ada dan timbul releva dengan
situasi yang dihadapi tetapi sulit diukur secara objektif.
3. Konsep sehat
Roy mendefinisikan sehat sebagai suatu continuum dari meninggal
sampai tingkatan tertinggi sehat. Dia menekankan bahwa sehat merupakan
suatu keadaan dan proses dalam upaya dan menjadikan dirinya secara
terintegrasisecara keseluruhan, fisik, mental dan social. Integritas adaptasi
individu dimanifestasikan oleh kemampuan individu untuk memenuhi tujuan
mempertahankan pertumbuhan dan reproduksi. Sakit adalah suatu kondisi
ketidakmampuan individu untuk beradapatasi terhadap rangsangan yang
berasal dari dalam dan luar individu. Kondisi sehat dan sakit sangat individual
dipersepsikan oleh individu. Kemampuan seseorang dalam beradaptasi
(koping) tergantung dari latar belakang individu tersebut dalam mengartikan
dan mempersepsikan sehat-sakit, misalnya tingkat pendidikan, pekerjaan, usia,
budaya dan lain-lain.
3. Konsep lingkungan
19

Roy mendefinisikan lingkungan sebagai semua kondisi yang


berasal dari internal dan eksternal,yang mempengaruhi dan berakibat
terhadap perkembangan dari perilaku seseorang dan kelompok. Lingkunan
eksternal dapat berupa fisik, kimiawi, ataupun psikologis yang diterima
individu dan dipersepsikan sebagai suatu ancaman. Sedangkan lingkungan
internal adalah keadaan proses mental dalam tubuh individu (berupa
pengalaman, kemampuan emosioanal, kepribadian) dan proses stressor
biologis (sel maupun molekul) yang berasal dari dalam tubuh
individu.manifestasi yang tampak akan tercermin dari perilaku individu
sebagai suatu respons. Dengan pemahaman yang baik tentang lingkungan
akan membantu perawat dalam meningkatkan adaptasi dalam merubah dan
mengurangi resiko akibat dari lingkungan sekitar. Model adaptasi Roy
memberikan petunjuk untuk perawat dalam mengembangkan proses
keperawatan. Elemen dalam proses keperawatan menurut Roy meliputi
pengkajian tahap pertama dan kedua, diagnosa, tujuan, intervensi, dan
evaluasi, langkah-langkah tersebut sama dengan proses keperawatan
secara umum.
a) Pengkajian
Roy merekomendasikan pengkajian dibagi menjadi dua bagian, yaitu
pengkajian tahap I dan pengkajian tahap II. Pengkajian pertama meliputi
pengumpulan data tentang perilaku klien sebagai suatu system adaptif
berhubungan dengan masing-masing mode adaptasi: fisiologis, konsep
diri, fungsi peran dan ketergantungan. Oleh karena itu pengkajian
pertama diartikan sebagai pengkajian perilaku,yaitu pengkajian klien
terhadap masing-masing mode adaptasi secara sistematik dan
holistic.Setelah pengkajian pertama, perawat menganalisa pola
perubahan perilaku klien tentang ketidakefektifan respon atau respon
adaptif yang memerlukan dukungan perawat.Jika ditemukan
ketidakefektifan respon (mal-adaptif), perawat melaksanakan pengkajian
tahap kedua. Pada tahap ini, perawat mengumpulkan data tentang
stimulus fokal, kontekstual dan residual yang berdampak terhadap klien.
Menurut Martinez, factor yang mempengaruhi respon adaptif meliputi:
genetic; jenis kelamin, tahap perkembangan, obat-obatan, alcohol,
20

merokok, konsep diri, fungsi peran, ketergantungan, pola interaksi


social; mekanisme koping dan gaya, strea fisik dan emosi; budaya;dan
lingkungan fisik
b) Perumusan diagnosa keperawatan
Roy mendefinisikan 3 metode untuk menyusun diagnosa keperawatan :
1) Menggunakan tipologi diagnosa yang dikembangkan oleh Roy dan
berhubungan dengan 4 mode adaptif . dalam mengaplikasikan diagnosa
ini, diagnosa pada kasus Tn. Smith adalah “hypoxia”.
2) Menggunakan diagnosa dengan pernyataan/mengobservasi dari perilaku
yang tampak dan berpengaruh tehadap stimulusnya. Dengan menggunakan
metode diagnosa ini maka diagnosanya adalah “nyeri dada disebabkan
oleh kekurangan oksigen pada otot jantung berhubungan dengan cuaca
lingkungan yang panas”.
3) Menyimpulkan perilaku dari satu atau lebih adaptif mode berhubungan
dengan stimulus yang sama, yaitu berhubungan Misalnya jika seorang
petani mengalami nyeri dada, dimana ia bekerja di luar pada cuaca yang
panas. Pada kasus ini, diagnosa yang sesuai adalah “kegagalan peran
berhubungan dengan keterbatasan fisik (myocardial) untuk bekerja di
cuaca yang panas”
b) Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan tujuan
merubah ataumemanipulasi stimulus fokal, kontekstual, dan residual.
Pelaksanaannya juga ditujukan kepada kemampuan klien dalam koping
secara luas, supaya stimulus secara keseluruhan dapat terjadi pada klien,
sehinga total stimuli berkurang dan kemampuan adaptasi
meningkat.Tujuan intervensi keperawatan adalah pencapaian kondisi
yang optimal, dengan menggunakan koping yang konstruktif. Tujuan
jangka panjang harus dapat menggambarkan penyelesaian masalah
adaptif dan ketersediaan energi untuk memenuhi kebutuhan tersebut
(mempertahankan, pertumbuhan, reproduksi). Tujuan jangka pendek
mengidentifikasi harapan perilaku klien setelah manipulasi stimulus
fokal, kontekstual dan residual.
c) Implementasi
21

Implementasi keperawatan direncanakan dengan tujuan merubah atau


memanipulasi fokal, kontextual dan residual stimuli dan juga
memperluas kemampuan koping seseorang pada zona adaptasi sehinga
total stimuli berkurang dan kemampuan adaptasi meningkat.
d) Evaluasi
Penilaian terakhir dari proses keperawatan berdasarkan tujuan
keperawatan yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan
keperawatan didasarkan pada perubahan perilaku dari kriteria hasil yang
ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi pada individu.

K. Kelebihan dan Kelemahan Teori Callista Roy


Roy mampu mengembangkan dan menggabungkan beberapa teori
sehingga dapat mengembangkan model perpaduannya. Yang hingga kini masih
menjadi pegangan bagi para perawat. Keeksistensiannya tentu memiliki sifat kuat
atau memiliki kelebihan dalam penerapan konsepnya dibanding dengan konsep
lainnya. Kelebihan dari teori dan model konseptualnya adalah terletak pada teori
praktek dan model adaptasi yang dikemukakan oleh Roy perawat bisa mengkaji
respon perilaku pasien terhadap stimulus yaitu mode fungsi fisiologis, konsep diri,
mode fungsi peran dan mode interdependensi. selain itu perawat juga bisa
mengkaji stressor yang dihadapi oleh pasien yaitu stimulus fokal, konektual dan
residual, sehingga diagnosis yang dilakukan oleh perawat bisa lebih lengkap dan
akurat.
Dengan penerapan dari teory adaptasi Roy perawat sebagai pemberi
asuhan keperawatan dapat mengetahui dan lebih memahami individu, tentang hal-
hal yang menyebabkan stress pada individu, proses mekanisme koping dan
effektor sebagai upaya individu untuk mengatasi stress. Sedangkan kelemahan
dari model adaptasi Roy ini adalah terletak pada sasarannya. Model adaptasi Roy
ini hanya berfokus pada proses adaptasi pasien dan bagaimana pemecahan
masalah pasien dengan menggunakan proses keperawatan dan tidak menjelaskan
bagaimana sikap dan perilaku cara merawat ( caring ) pada pasien. Sehingga
seorang perawat yang tidak mempunyai perilaku caring ini akan menjadi sterssor
bagi para pasiennya.
22

E. KASUS ADAPTASI CALISTA ROY


Ibu L, 48 tahun mengalami nyeri yang luar biasa di daerah punggung
bawah yang menjalar sampai ke tungkai sebelah kanannya. Nyeri ini
sangat hebat pada saat melakukan kegiatan sehari-hari, termasuk untuk
berdiri dan duduk. Setelah dilakukan konsultasi dengan dokter A, Ibu L
dinyatakan mengalami herniasi diskus intervertebra (HNP), dan
dijadwalkan untuk dilakukan discectomi (operasi pemotongan bagian
diskus yang mengalami herniasi). Selanjutnya Ibu L diantar oleh suaminya
dengan membawa surat pengantar dari dokter A masuk rumah sakit untuk
dilakukan persiapan-persiapan termasuk pemeriksaan penunjang sebelum
waktu operasi ditetapkan. Hasil pengkajian didapatkan data TD 120/90
mmHg, nadi 92x/menit, respirasi 24x/menit dan suhu 37,5˚C, pasien
tampak gelisah.
Ibu L adalah wanita yang memiliki usaha menjual baju dan perlengkapan
wanita disebuah toko miliknya. Ia mengaku memiliki banyak pelanggan
yang terbiasa melihatnya menjadi orang yang berbusana serasi dengan
koleksi jualannya. Sebelum masuk RS kebiasaan Ibu L melakukan
aktifitas 12 jam perhari. Pola tidur 8 jam di waktu malam dan 1-1,5 jam di
waktu siang. Olah raga yang biasa dlakukan adalah jalan pagi setiap hari
Ahad. Setelah persiapannya dianggap cukup, maka disepakati akan
dilakukan operasi pada tanggal 21 Maret 2011 jam 10.00 pagi. Hasil
kesepakan tersebut diperkuat surat persetujuan operasi yang di tanda
tangani oleh bpk A selaku suami Ibu L.
Pengkajian.

F. PEMBAHASAN KASUS
1. Pengkajian
a) Biodata
Nama : Ibu L
Tempat lahir : Makasar
Umur : 48 tahun
Agama : Islam
Suku : Makasar
23

Pendidikan : SMA
Alamat : Makasar
Sumber data : Pasien dan keluarga (suami)
No medical record : 36-51-01
Masuk rumah sakit : Tanggal 21 maret 2011
b) Pengkajian perilaku
a. Pengkajian tahap pertama
Pengkajian tahap pertama adalah mengumpulkan data perilaku
otput Ibu L sebagai sistem adaptasi dihubungkan dengan 4 mode
adaptif fungsi fisiologis, konsep diri, peran dan interdependen.
Pengkajian tahap pertama pada Ibu N didapatkan data:
Mode fisiologis
S : Menyatakan gerakan-Nya terbatas
O : Pasien nampak terbaring ditempat tidurnya dan nampak ragu-
ragu untuk bergerak, serta tampak gelisah
Mode konsep diri
S : Menyatakan cemas akan terjadi perubahan penampilan
O : Tampak gelisah
Mode fungsi peran
S : Menyatakan takut terjadi kecacatan
O : Rendah diri terhadap penampilanya
Mode interdependen
Tidak berdaya
b. Pengkajian tahap kedua
Setelah mengidentifikasi respon tidak efektif dan respon
selanjutnya melakukan pengkajian tahap kedua yang meliputii
fokal, kontekstual dan residual stimuli.
1) Pengkajian stimulus
a. Stimulus fokal (etiologi)
b. Stimulus konsteksual (presipitasi)
c. Stimulus residual (predisposisi)
d. Identifikasi stimulus yang berpengaruh : Budaya, keluarga,
fase perkembangan
24

e. Istirahat dan aktifitas


Tidur sering terbangun dan keterbatasan beraktifitas
kekurangan istirahat tidur dapat menyebabkan kelelahan
dan menghambat proses recovery sedangkan keterbetasan
aktifitas dapat menyebabkan ketergantunngan ADL.
f. Rasa nyeri dapat mengaktivasi RAS yang menghambat
proses tidur sedangkan post operasi discectomi
membutuhkan sedikit pengaturan aktifitas.
Self konsep : Penurunan konsep diri Body image takut terjadi
kecacatan.
Phisical self : Rendah diri terhadap gagalnya pengembalian fungsi
normal dari kaki.
Fungsi peran : Takut keberadaannya menjadi beban orang lain
Peran primer : Kehilangan hoby bermain tenis setiap minggu
Peran tersier : Banyaknya biaya yang dikeluarkan untuk berobat
Inerdependence :
1. Keterbatasa kebebasan dirumah sakit
2. Kesepian, terbtasnya interaksi dengan keluarga dan kolega
3. Adanya jadwal berkunjung dari rumah sakit
1. Diagnosa keperawatan
Sesuai dengan metode pembuatan diagnosa keperawatan yang
dikembangkan oleh Roy melalui 3 cara yaitu menggunakan tipologi
berdasarkan adaptasi mode, mengobservasi perilaku yang paling dipengaruhi
oleh stimulus dan menyimpulkan dari prilaku daei satu atau lebih adaptif
mode dengan stimulus yang sama maka disusunlah diagnosa sbb:
a. Gangguan aktivitas berhubungan dengan keterbatasan gerak
b. Cemas berhubungan dengan penurunan konsep diri body image
dan harga diri
2. Intervensi
Tanggal :
Problem aktual/resiko :
Gangguan istirahat dan aktivitas berhubungan dengan nyeri dan keterbatasan
gerak
25

Hasil yang diharapkan :


a. Klien dapat tidur 8 jam perhari tanpa gangguan
b. Dengan keterbatasan aktifitasnya klien dapat mengguanakan
kemampuan yang dimiliki secara maksimal untuk memenuhi
kebutuhan ADL nya
c. Kondisikan lingkungan yang nyaman bagi klien lakukan
mobilisasi sesuai dengan progam keperawatan
Tindakan keperwatan :
1. Ajarkan klien untuk melakukan mobilisasi secara mandiri
2. Latih klien sesuai kemampuan untuk melaksanakan kegiatan yang
berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan ADL nya sesuai
dengan kemampuan
Tanggal :
Problem aktual/resiko :
Cemas dan kekuatan dan berhubungan dengan : penrunan konsep
diri body image dan harga diri
Hasil yang diharapkan :
Klien mampu mengungkapkan cemas ketakutannya dan mau
mendiskusikan untuk mencari alternatif pemecahan
Tindakan keperawatan :
a) Bina hubungan saling percayadan yakinkan kehadiran perawat adalah
untuk membantu memecahkan permasalahan klien
b) Kuatkan koping klien dengan aspek adaktif yang dimiliki
c) Jelaskan operasi discectomi tidak akan menimbulkan kecacatan bila
dilalakukan perawatan dengan benar
d) Rencanakan kehadiran keluarga mememani klien
26
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ada tiga tipe teori keperawatan yaitu : terpusat pada keterikatan,
timbal balik dan out come. Model penyesuaian roy dikelomppokan dalam
teori out come ditegaskan oleh penulisnya sebagai “ konsep artikulasi yang
baik dari seseorang sebagai pasien dan perawat dalam mekanisme luar
yang beraturan “ roy dalam mengaplikasikan konsep-konsepnya yang
berasal dari system dan disesuaikan kepada pasien yang telah
mempersembahkan artikulasinya untuk perawat dalam menggunakan
peralatan untuk praktik, pendidikan, dan penelitian. Konsep-konsepnya
tentang person (Roy menjelaskan bahwa person bisa berarti individu,
keluarga, kelompok atau masyarakat luas dan masing-masing sebagai
sistem adaptasi holistik. Roy memandang person secara menyeluruh atau
holistik yang merupakan suatu kesatuan yang hidup secara konstan dan
berinteraksi dengan lingkungannya. Antara sistem dan lingkungan terjadi
pertukaran informasi bahan dan energi. Interaksi yang konstan antara
orang dan lingkungannya akan menyebabkan perubahan baik internal
maupun eksternal. Dalam menghadapi perubahan ini individu harus
memelihara integritas dirinya dan selalu beradaptasi ) dan proses
kontribusi perawat terhadap ilmu pengetahuan dan seni merawat

B. Saran
Secara umum, pembaca diharapkan mampu menelaah dan
mempelajari setiap konsep dan model keperawatan yang sudah
berkembang dan mampu membandingkan teori dan model praktik yang
sesuai dengan ilmu keperawatan itu sendiri sehingga tidak bertentangan
dengan etika, norma dan budaya.
Secara khusus, perawat harus mampu meningkatkan respon adaptif
pasien pada situasi sehat atau sakit . Perawat dapat mengambil tindakan

27
28

untuk memanipulasi stimuli fokal, kontextual maupun residual stimuli


dengan melakukan analisa sehingga stimuli berada pada daerah adaptasi.
Perawat harus mampu bertindak untuk mempersiapkan pasien
mengantisipasi perubahan melalui penguatan regulator, cognator dan
mekanisme koping yang lain.
Pada situasi sehat, perawat berperan untuk membantu pasien agar
tetap mampu mempertahankan kondisinya sehingga integritasnya akan
tetap terjaga. Misalnya melalui tindakan promotif perawat dapat
mengajarkan bagaimana meningkatkan respon adaptif.
Pada situasi sakit, pasien diajarkan meningkatkan respon
adaptifnya akibat adanya perubahan lingkungan baik internal maupun
eksternal. Misalnya, seseorang yang mengalami kecacatan akibat amputasi
karena kecelakaan. Perawat perlu mempersiapkan pasien untuk
menghadapi realita. Dimana pasien harus mampu berespon secara adaptif
terhadap perubahan yang terjadi didalam dirinya. Kehilangan salah satu
anggota badan bukanlah keadaan yang mudah untuk diterima. Jika perawat
dapat berperan secara maksimal, maka pasien dapat bertahan dengan
melaksanakan fungsi perannya secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam.(2010) Manajemen Keperawatan:Aplikasi dalam Praktik Keperwatan


Profesional.Jakarta:EGC
Patricia A. Potter. 2013. fundamental of nursing :Jakarta :EGC
Alimul Azis.(2002).Pengantar Pendidikan Keperawatan.Jakarta:CV Sagung Seto

29

Anda mungkin juga menyukai