Anda di halaman 1dari 9

KONSEP PENGETAHUAN MENURUT ALIRAN YUNANI KUNO

1. Definisi Pengetahuan

Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan khususnya yang berangkat dari tradisi pemikiran para
filsafat barat berawal dari abad ke 7 SM yang ditandai dengan runtuhnya mite dan dongeng yang
selama ini dipercaya menjadi referensi pengetahuan manusia. Zaman Yunani kuno dipandang
sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini orang memiliki kebebasan
mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya. Bangsa Yunani juga tidak dapat menerima
pengalaman yang didasarkan pada sikap menerima begitu saja, melainkan menumbuhkan sikap
yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis.

Sikap kritis inilah yang menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli pikir-ahli pikir terkenal
sepanjang masa. Pada masa ini Filsafat lebih bercorak “kosmosentris”, artinya para filsuf pada
waktu itu mengarahkan perhatian mereka terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan asal
mula terjadinya alam semesta. Mereka berupaya mencari jawaban tentang prinsip pertama
(arkhe) dari alam semesta, oleh karena itu mereka lebih dikenal dengan julukan “Filsuf-Filsuf
Alam”.

Filsafat Yunani adalah sebuah filsafat rasional pertama yang pernah ada dalam sejarah kehidupan
manusia. Pada abad ini mungkin kita kenal yang namanya Thales, inilah orang pertama yang
mengajukan pertanyaan yang sangat mendasar tentang kosmos, What is the nature of the world
stuff ? dan dia menjawab Water. Pertanyaan ini sangat mendasar sekali, karena pertanyaan dan
jawabannya itu menggunakan akal, tidak menggunakan agama atau kepercayaan lainnya.
Alasannya ialah karena air penting bagi kehidupan. Disinilah akal mulai digunakan dan lepas
dari keyakinan atau kepercayaan. Pada tahap permulaan, yaitu pada Thales dan pemikir-pemikir
lainnya akal mulai menonjol dominasinya meskipun iman juga masih memainkan perannya.

Dalam sejarah Yunani, dapat dikatakan bahwa filsafat pada abad ini adalah di dominasi oleh akal
“rasio”. Hal ini terbukti pada zaman sofis. Pada zaman ini akal dapat dikatakan menang mutlak.
Manusia adalah ukuran kebenaran dan semua kebenaran bersifat relatif, yang merupakan ciri
filsafat sofisme. Jika semua kebenaran relatif, maka yang terjadi adalah kekacauan kebenaran.
Akibat selanjutnya adalah teori sains diragukan, semua kepercayaan dan akidah keagamaan
dicurigai sehingga manusia pada waktu itu hidup tanpa pegangan. Dan lebih parah lagi pada
zaman ini ditambahi oleh pembela-pembela kebenaran, yaitu kaum sofis. Mereka mengajar,
menjadi guru terutama bagi pemuda yang belajar filsafat, mereka menjadi filosof dan menjadi
hakim.

Terlepas dari itu dapat kita pahami bahwa pemikiran pada abad ini, terutama pemikiran sofis
yang menganggap bahwa kebenaran itu relatif. Pemikiran inilah yang menjadi penyebab
kekacauan dan menggoyahkan keyakinan Agama. Dari sinilah muncul seorang tokoh yang
hendak menyelamatkan pemikiran-pemikiran orang Yunani. Dialah Socrates, orang pertama
yang ingin menyelamatkan pemikiran Yunani dari relativisme. Metode yang digunakan oleh
Socrates hampir sama dengan orang-orang sofis. Dia berkata bahwa tidak semua kebenaran itu
relatif, ada kebenaran yang sifatnya objektif atau kebenaran umum yang dapat diterima oleh
semua orang. Akan tetapi pemikiran Scrates harus rela dibayar dengan nyawa yang ia milki,
dengan dipaksa minum racun.

Masa Yunani Kuno. Pada tahap awal kelahirannya filsafat menampakkan diri sebagi suatu
bentuk mitologi, serta dongeng-dongeng yang dipercayai oleh Bangsa Yunani, baru sesudah
Thales (624-548 S.M) mengemukakan pertanyaan aneh pada waktu itu, filsafat berubah menjadi
suatu bentuk pemikiran rasional (logos). Pertanyaan Thales yang menggambarkan rasa
keingintahuan bukanlah pertanyaan biasa seperti apa rasa kopi ?, atau pada tahun keberapa
tanaman kopi berbuah ?, pertanyaan Thales yang merupakan pertanyaan filsafat, karena
mempunyai bobot yang dalam sesuatu yang ultimate (bermakna dalam) yang mempertanyakan
tentang Apa sebenarnya bahan alam semesta ini (What is the nature of the world stuff ?), atas
pertanyaan ini indra tidak bisa menjawabnya, sains juga terdiam, namun Filsuf berusaha
menjawabnya. Thales menjawab Air (Water is the basic principle of the universe), dalam
pandangan Thales air merupakan prinsip dasar alam semesta, karena air dapat berubah menjadi
berbagai wujud. Kemudian silih berganti Filsuf memberikan jawaban terhadap bahan dasar
(Arche) dari semesta raya ini dengan argumentasinya masing-masing. Anaximandros (610-540
S.M) mengatakan Arche is to Apeiron, Apeiron adalah sesuatu yang paling awal dan abadi,
Pythagoras (580-500 S.M) menyatakan bahwa hakekat alam semesta adalah bilangan,
Demokritos (460-370 S.M) berpendapat hakekat alam semesta adalah Atom, Anaximenes (585-
528 S.M) menyatakan udara, dan Herakleitos (544-484 S.M) menjawab asal hakekat alam
semesta adalah api, dia berpendapat bahwa di dunia ini tak ada yang tetap, semuanya mengalir .
Variasi jawaban yang dikemukakan para filsuf menandai dinamika pemikiran yang mencoba
mendobrak dominasi mitologi, mereka mulai secara intens memikirkan tentang Alam/Dunia,
sehingga sering dijuluki sebagai Philosopher atau akhli tentang Filsafat Alam (Natural
Philosopher), yang dalam perkembangan selanjutnya melahirkan Ilmu-ilmu kealaman. Pada
perkembangan selanjutnya, disamping pemikiran tentang Alam, para akhli fikir Yunani pun
banyak yang berupaya memikirkan tentang hidup kita (manusia) di Dunia. Dari titik tolak ini
lahir lah Filsafat moral (atau filsafat sosial) yang pada tahapan berikutnya mendorong lahirnya
Ilmu-ilmu sosial. Diantara filsuf terkenal yang banyak mencurahkan perhatiannya pada
kehidupan manusia adalah Socrates (470-399 S.M), dia sangat menentang ajaran kaum Sofis

2. Sejarah Pengetahuan

Perkembangan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini tidaklah berlangsung secara mendadak,
melainkan terjadi secara bertahap. Oleh karena itu, untuk memahami sejarah perkembangan ilmu
kita harus melakukan pembagian atau klasifikasi secara periodik, karena secara periodik
menampilkan ciri khas tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan.

Untuk menelusuri filsafat Yunani, perlu dijelaskan terlebih dahulu asal kata filsafat. Sekitar abad
IX SM atau paling tidak tahun 700 SM di Yunani, Sophia diberi arti kebijaksanaan; sophia juga
berarti kecakapan. Kata philosophos mula-mula dikemukakan dan dipergunakan oleh Heraklitos
(540-480 SM), sementara ada yang mengatakan bahwa kata tersebut mula-mula dipakai oleh
Pythagoras (580-500 SM). Namun pendapat yang lebih tepat adalah pendapat yang mengatakan
bahwa Heraklitos-lah yang menggunakan istilah tersebut. Menurutnya, philosophos (ahli filsafat)
harus mempunyai pengetahuan luas sebagai pengejawantahan daripada kecintaannya akan
kebenaran dan mulai benar-benar jelas digunakan pada kaum sofis dan sokrates yang memberi
arti philosophein sebagai penguasaan secara sistematis terhadap pengetahuan
teoritis. Philosophia adalah hasil dari perbuatan yang
disebut philosophein, sedangkan philosophos adalah orang yang melakukan philosophein. Dari
kata Philosophia inilah akhirnya timbul kata-kata philosophie (Belanda, Jerman, Perancis),
philosophy (Inggris), dan dalam bahasa Indonesia disebut filsafat atau falsafat.

Mencintai kebenaran/pengetahuan adalah awal proses manusia mau menggunakan daya pikirnya,
sehingga mampu membedakan mana yang riil dan mana yang ilusi. Penemuan demi penemuan
yang dilakukan pada waktu itu hingga zaman sekarang ini tidaklah terpusat disatu tempat atau
wilayah tertentu. Penemuan-penemuan yang menyebar dari Babylonia, Mesir, Cina, India, Irak,
Yunani, hingga ke daratan Eropa membuktikan bahwa manusia selalu dihadapkan pada
tantangan alam, situasi, dan kondisi yang mengacu daya kreatifitas.

Kita melihat bahwasanya sekarang ini Eropa merupakan sentral atau gudang ilmu pengetahuan,
maka dalam sejarah perkembangan ilmu terbukti bahwa sumbangsih dunia timur bagi kemajuan
ilmu pengetahuan hingga sekarang ini sangatlah besar. Banyak penemuan yang terjadi di dunia
timur yang baru dikembangkan belakangan di dunia barat. Namun perkembangan pemikiran
secara teoritis senantiasa mengacu kepada peradaban Yunani.

Oleh karena itu, periodesasi perkembangan ilmu yang disusun mulai dari peradaban Yunani
kemudian diakhiri pada penemuan-penemuan pada zaman kontemporer.

3. Tokoh Aliran Yunani Kuno

Pertentangan atau kerjasama antara akal dan hati itulah pada dasarnya isi sejarah filsafat.Yang
dimaksud dengan akal adalah akal logis yang terdapat dikepala,sedangkan hati adalah rasa yang
bertempat di dalam dada. Akal akan menghasilkan pengetahuan logis yang disebut
filsafat,sedangkan hati pada dasarnya menghasilkan pengetahuan supralogis yang disebut
pengetahuan mistik,seperti iman.Pada zaman Yunani kuno,secara akal menang,dan hal itu
dihentikan oleh Socrates ,sehingga akal dan hati sama-sama menang.
1.THALES
Thales lahir di Miletus pada tahun 625-546 SM.Ia diberi gelar sebagai bapak filsafat ,karena Ia
adalah orang yang mula-mula berfilsafat.Gelar itu diberikan kepada Thales ,karena ia
mengajukan pertanyaan tentang “Apa sebenarnya bahan alam semesta ini?’ (Mayer,1950 : 18 )
,padahal pertanyaan ini amatlah mendasar,dari pertanyaan ini saja ia dapat mengangkat namanya
menjadi filosof pertama.
2. ANAXIMANDER
Anaximander menjelaskan bahwa substansi pertama itu bersifat kekal dan ada dengan sendirinya
( Mayer,1950 : 19 ).Anaximenes mengatakan itu udara.Udara merupakan sumber segala
kehidupan,demikian alasannya.Pembicaraan ketiga filosof ini saja telah memperlihatkan bahwa
di dalam filsafat terdapat lebih dari satu kebenaran tentang satu persoalan .Sebabnya ialah bukti
kebenaran teori dalam filsafat terletak pada logis atau tidaknya argumen yang digunakan,bukan
terletak pada kongklusi.Disini sudah kelihatan bibit ralativisme yang kelak dikembangkan dalam
filasafat sofisme.
3. HERACLITUS
Heraclitus yang hidup pada sekitar th 500an SM. Di yang mengagetkan manusia awam brang
kali peryama kali di lontarkan tatkala ia berkata bahwa seungguhnyua yang sunggun
H2 ada ,yang hakikat ,ialah gerak dan perubahan dan paham relatifisme semakin mempunyai
dasar setelah Heraclitus menyatakan engkau tidak dapat terjun ke sungai yang sama dua kali
karena air sungai iu selalu mengalir.
Menurut heraclitus alam semesta ini dala keadaan berubah, suatu yang dingin berubah menjadi
panas , yang panas berubah menjadi dingin . itu berarati bila kita memahami kehidupan kosmos ,
kita mesti menyadari bahwa kosmos itu dinamis kosmos tidak pernah berhenti ia selalu bergerak
dan bergerak berarti berubah , gerak itu menghasilkan perlawanan 2 itulah semesta ini bukan
bahan (stuff)-nya seperti yang dipertanyakasn “semua mengalir” berarti semua berubah bukanlah
pernyataan yang mengandung sederhana . implikasi pernyataan ini amat hebat hebat. Pernyataan
itu mengandung penertian bahwa kebenaran itu selalu berubah , tidak tetap .

4.PARMANIDES
Parmanides yang lahir pada kira2 tahun 450 SM . parmanides adalah salah seorang tokoh
relatifisme yang penting , ia dikatakan sebagai logikawan pertama dalam sejarah filsafat, bahkan
apat disebut filosof pertama dalam pengertian modern .
Sistemny6a secara keseluruhan pada deduksi logis . parmanides dalam menggunakan metode
intuisi. Ia sangat dihargai oleh filosof filosof lainnya. Karena plato amat menghargai metode
parmanides itu , dan plato lebih banyak mengambil dari parmanides dibandingkan dengan filosof
lain pendahulunya.
Dalam the way of truth parmanides bertanya : apa setandar kebenaran ,dan apa ukuran realitas ?
Bagaimana itu dapat di pahami ? dan ia mendapat jawaban ukuranya adalah logika yang
konsisten., dalam contoh berikut ada tiga cara berfikir tentang tuhan :
1. ada
2. tidak ada
3. ada dan tidak ada
Tapi yang benar itu ada: – tidak mungkin meyakini yang tidak ada
– sebagian ada karena yang tidak ada pastilah tidak ada
– tidak mungkin tuhan itu ada dan sekaligus tidak ada,
Jadi benar tidaknya suatu pendapat diukur dengan logika,disinilah masalah muncul bentuk
extrim perntyataan itu ialah bahwa ukuran kebenaran adalah akal manusia
5.ZENO
Zeno lahir pada tahun 490 SM,ia dapat merelatifkan kebenaran yang telah mapan.Orang-orang
sofis tidak disenangi para filosof karena sifat mereka di tentang oleh Socrates dan Plato.Pada
kata “sofis”terkandung arti tipuan,hipkret dan sains,mereka orang-orang yang menjual kebijakan
untuk mendapat materi.Mereka itu ingin populer dengan ide-idenya tanpa memperlihatkan
sesuatu yang orisinil.
Dalam moral mereka dikatakan menganut moral yang relatif.Pendek kata orang-orang sofis tidak
ada generalisasi.Dengan kata lain,tidak ada kebenaran umum atau semu kebenaran itu
relatif.Salah satu sebab kaum filosof menentang mereka mati-matian adalah mereka sangat
populer di Athena,mendengarkan ocehannya,dan menerimanya sebagai tidak mungkin salah
dianggap sebagai wahyu oleh murid-muridnya.
Sebagian orang-orang filosof menentang orang-orang sofis karena mereka mau menerima uang
dari ajaran mereka.Plato memandang uang yang didapat bisa merendahkan derajat
filsafat.Kebanyakan dari kelas rendah dimasyarakat,filosof mendatakan bahwa filsafat untuk di
senangi ,bukan untuk alat mencari uang.
6.PROTAGORAS
Sebagai salah satu tokoh sofis ia menyatakan bahwa manusia adalah ukuran kebenaran (
Mayer,1950 : 84 ) ,dan kebenaran itu bersifat pribadi ( private ). Akibatnya ialah tidak akan ada
ukuran yang absolute dalam etika,metafisika,maupun agama. Bahkan teori matematika juga di
anggap tidak mempunyai kebenaran yang absolute.

7.GORGIAS
Pada tahun 427 SM Gogias datang dari Leontini ke Athena.Beliau mengemukakan tiga proposisi,
yaitu tidak ada yang ada,yakni realitas itu sebenarnya tidak ada. Sedangkan Zeno pernah
menyimpulkan bahwa hasil pemikiran itu selalu tiba pada paradoks.Dan sesungguhnya realitas
itu tunggal dan banyak,terbatas dan tidak terbatas,dicipta dan tak dicipta.Karena kontradiksi
tidak dapat diterima ( rumus ketiga parmanides = ada dan tidak ada ), maka menurut Gorgias,
pemikiran lebih baik tidak menyatakan apa-apa tentang realitas. Bila sesuatu itu ada, ia tidak
akan dapat diketahui. Ini disebabkan oleh penginderaan itu tidak dapat dipercaya,penginderaan
itu sumber ilusi.Akal menurut Gorgias,tidak juga mampu meyakinkan kita tentang bahan alam
semesta ini,karena kita telah dikungkum oleh dilema subyektif.
Sekalipun realitas itu dapat kita ketahui,ia tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang
lain.Itu menunjukkan kurangnya bahasa untuk mengkomunikasikan pengetahuan kita.Semantik
modern mengatakan bahwa kata-kata tidak mempunyai pengertian absolut,kata-kata hanya
mempunyai pengertian yang relative.
Dalam penggambaran Plato pada Thrasymachus dalam republic sebagai prototype maciavelli.Ia
mengatakan bahwa keadilan dapat ditegakkan apabila ada yang mendukungnya,yaitu kekuatan.Ia
tidak menganut prinsip moral yang absolute,moral itu hasil konvensi.Tokoh-tokoh itu
pemerintahan yang cerdas dalam mengetahui antara baik dan buruk,kemudian masyarakat
mengikutinya. Antiphon menganggap Tuhan itu harus diperoleh dengan menggunakan rasio,ia
beranggapan kemajuan hanya dapat diraih dengan jalan memajukan pendidikan,bukan melalui
agama.
8.SOCRATES
Ajaran bahwa semua kebenaran itu relative telah menggoyahkan teori-teori sains yang telah
mapan,menggoncangkan keyakinan agam.Ini menyebabkan kebingungan dan kekacaun
kehidupan.Socrates bangkit dan meyakinkan orang-orang Athena bahwa tidak semua kebenaran
itu relative,ada kebenaran yang umum yang dapat di pegang oleh semua orang.Sayangnya
Socrates tidak meninggalkan tulisan.Kita memperoleh ajarannya dari tulisan para
muridnya,terutama plato.Kehidupan Socrates ( 470 – 399 SM ) berada di tengah –tengah
keruntuhan imperium Athena.Disekitarnya dasar-dasar lama hancur,kekuasaan jahat mengganti
keadilan disertai munculnya penguasa-penguasa politik yang menjadi orang-orang yang
sombong dibandingkan yang sebelumnya.Para pemuda Athena pada masa itu dipimpin oleh
doktrin relativisme dari kaum sofis,sedangkan Socrates penganut moral yang absolute yang
meyakini bahwa menegakkan moral merupakan tugas filofof yang berdasarkan ide-ide rasional
dan keahlian dalam pengetahuan. Filsafat adalah kebenaran obyektif,untuk membuktikan adanya
kebenaran obyektif,Socrates menggunakan metode yang bersifat praktis,yaitu melalui
percakapan-percakapan dan menganalisis pendapat-pendapat tentang salah dan tidak salah,adil
dan tidak adil,berani dan pengecut ,dll.Socrates menganggap jawaban pertama sebagai
hipotesa,dan dengan jawaban-jawaban lebih lanjut yang menarik konsekuensi-konsekuensi yang
dapat disimpulkan dari jawaban-jawaban tersebut.Jika hipotesa pertama tidak dapat
dipertahankan karena menghasilkan konsekuensi yang mustahil,maka diganti dengan hipotesa
lain,lalu hipotesa kedua ini diselidiki dengan jawaban-jawaban lain dst.Sering terjadi percakapan
Socrates menghasilkan kebingungan (aporia ),akan tetapi tidak jarang dialog itu menghasilkan
suatu definisi yang berguna. Metode yang digunakan Socrstes disebut Dialektika,dari kata kerja
Yunani ”dialegethai” ( bercakap-cakap/dialog ). Didalam tratatnya tentang metafisika,Aristoteles
memberikan catatan mengenai metode Socrates ini. Ada dua penemuan itu berkenaan dengan
pengetahuan,yaitu induksi dan definisi. Pertama,menggunakan istilah induksi,yaitu pemikiran
yang bertolak dari pengetahuan khusus,lalu menyimpulkan yang umum.Kedua,menggunakan
istilah definisi,yaitu mengupayakan sifat umum dengan menyebutkan ciri yang
disetujui,kemudian menyisihkan ciri khusus yang tidak disetujui. Orang sofis beranggapan
bahwa semua pengetahuan adalah relatif kebenarannya,tidak ada pengetahuan yang bersifat
umum.Dengan definisi itu Socrates dapat membuktikan kepada orang-orang sofis bahwa
pengetahuan yang umum itu ada,yaitu definisi.Jadi,orang sofis tidak seluruhnya benar,yang
benar sebagian pengetahuan bersifat umum dan sebagian bersifat khusus,yang khusus itulah
pengetahuan yang kebenarannya relative.Dengan mengajukan definisi itu Socrates telah dapat
menghentikan laju dominasi relativisme kaum sofis,dan orang Athena mulai kembali memegang
kaidah sains dan aqidah agama mereka.
Plato memperkokoh tesis Socrates itu.Ia mengatakan kebenaran umum itu memang ada.Ia bukan
dicari dengan induksi seperti pada Socrates,melainkan telah ada di alam idea.Kubu Socrates
semakin kuat,dan orang-orang sofis semakin kehabisan pengikut.Orang sofis kalap,lalu menuduh
Socrates merusak mental pemuda dan menolak Tuhan-tuhan.Sehingga Socrates diadili oleh
muridnya,Plato,dibawah judul Apologia ( pembelaan ).Socrates dinyatakan bersalah dan dijatuhi
hukuman mati
9. PLATO
Puncak zaman Yunani dicapai pada pemikiran filsafati Sokrates (470-399 sM), Plato (428-348
sM) dan Aristoteles (384-322 sM). Menurut Plato, tanpa melalui pengalaman (pengamatan),
apabila manusia sudah terlatih dalam hal intuisi, maka ia pasti sanggup menatap ke dunia idea
dan karenanya lalu memiliki sejumlah gagasan tentang semua hal, termasuk tentang kebaikan,
kebenaran, keadilan, dan sebagainya.Plato mengembangkan pendekatan yang sifatnya rasional-
deduktif sebagaimana mudah dijumpai dalam matematika. Problem filsafati yang digarap oleh
Plato adalah keterlemparan jiwa manusia kedalam penjara dunia inderawi, yaitu tubuh. Itu
persoalan ada (“being”) dan mengada (menjadi, “becoming”).Plato salah seorang murid Socrates
yang hidup antara 427 – 347 Sebelum Masehi. Filsafat Agama; Filsafat pendidikan; Filsafat
ilmu; Filsafat hukum. Sebagai produk artinya melihat filsafat sebagai kumpulan pemikiran dan
pendapat. Setelah Plato meninggal Aristoteles menjadi guru pribadinya Alexander Agung.
Plato adalah salah satu dari filsuf besar Yunani yang hidup sekitar abad ke-4 SM yang
gagasannya banyak dikembangkan oleh era filsafat maupun para pemikir selanjutnya, termasuk
gagasan-gagasan keagamaan dikemudian hari yang juga menjadi perhatian Plato dibawah
pengaruh Ofirisme Phytagoras. Sedikit banyak, setelah masa filosofis, Plato mentransformaiskan
pemikirannya ke wilayah relijius dengan gagasannya tentang Idea dan Cinta atau Eros
sebagaipendorong gerak untuk mencari hakikat dari kehidupan. Dalam buku Mohammad Hatta,
“Alam Pikiran Yunani’, ia digambarkan sebagai orang paling bijak yang pernah dilahirkan sejak
era Phytagoras dan sebelum Aristoteles dilahirkan. Setidaknya demikianlah yang diyakini oleh
mereka yang mengenal benar pikiran Plato. Salah satunya yang kontroversial dan mengundang
pertanyaan banyak orang dan para arkeolog adalah hipotesis metaforisnya tentang Atlantis
sebagai Benua Yang Tenggelam, yang konon digambarkan Plato sebagai suatu pulau atau anak
benua “Nesos” atau “Continent” dimana peradaban manusia masa kini berasal. Demikian
tingginya peradaban manusia Atlantis sampai-sampai kesombongan hinggap pada para
penduduknya dan dalam sekejap mata menurut taksiran para ahli purbakala yang berminat
membuktikan keberadaan Benua Atlantis, benua itu lenyap ditelan tsunami yang sekarang
disebut Atlantik. Jadi peristiwa lenyapnya Atlantis mirip dengan Gempa bawah Laut dan
Tsunami yang menimpa Serambi Mekah pada tanggal 26-12-2004 yang lalu.
10.ARISTOTELES
Pola pemikiran Aristoteles ini merupakan perubahan yang radikal. Menurut Plato, realitas
tertinggi adalah yang kita pikirkan dengan akal kita, sedang menurut Aristoteles realitas tertinggi
adalah yang kita lihat dengan indera-mata kita. Aristoteles tidak menyangkal bahwa bahwa
manusia memiliki akal yang sifatnya bawaan, dan bukan sekedar akal yang masuk dalam
kesadarannya oleh pendengaran dan penglihatannya. Namun justru akal itulah yang merupakan
ciri khas yang membedakan manusia dari makhluk-makhluk lain. Akal dan kesadaran manusia
kosong sampai ia mengalami sesuatu. Karena itu, menurut Aristoteles, pada manusia tidak ada
idea-bawaan.
Aristoteles menegaskan bahwa ada dua cara untuk mendapatkan kesimpulan demi memperoleh
pengetahuan dan kebenaran baru, yaitu metode rasional-deduktif dan metode empiris-induktif.
Dalam metode rasional-deduktif dari premis dua pernyataan yang benar, dibuat konklusi yang
berupa pernyataan ketiga yang mengandung unsur-unsur dalam kedua premis itu. Inilah
silogisme, yang merupakan fondasi penting dalam logika, yaitu cabang filsafat yang secara
khusus menguji, dan keabsahan cara berfikir. Logika dibentuk dari kata berarti sesuatu yang
diutarakan. Daripadanya logika berarti pertimbangan pikiran atau akal yang dinyatakan lewat
kata dan dinyatakan dalam bahasa.
Dalam metode empiris-induktif pengamatan-pengamatan indrawi yang sifatnya partikular
dipakai sebagai basis untuk berabstraksi menyusun pernyataan yang berlaku universal.
Aristoteles mengandalkan pengamatan inderawi sebagai basis untuk mencapai pengetahuan yang
sempurna. Itu berbeda dari Plato. Berbeda dari Plato pula, Aristoteles menolak dualisme tentang
manusia dan memilih “hylemorfisme”: apa saja yang dijumpai di dunia secara terpadu
merupakan pengejawantahan material (“hyle”) sana-sini dari bentuk (“morphe”) yang sama.
Bentuk memberi aktualitas atas materi (atau substansi) dalam individu yang bersangkutan.
Materi (substansi) memberi kemungkinan (“dynamis”, Latin: “potentia”) untuk pengejawantahan
(aktualitas) bentuk dalam setiap individu dengan cara berbeda-beda. Maka ada banyak individu
yang berbeda-beda dalam jenis yang sama. Pertentangan Herakleitos dan Parmendides diatasi
dengan menekankan kesatuan dasar antara kedua gejala yang “tetap” dan yang “berubah”.
Dalam konteks ini dapat dimengerti bila Aristoteles ada pada pandangan bahwa wanita adalah
“pria yang belum lengkap”. Dalam reproduksi, wanita bersifat pasif dan reseptif, sedang pria
aktif dan produktif. Semua sifat yang aktual ada pada anak potensial terkumpul lengkap dalam
sperma pria. Wanita adalah “ladang”, yang menerima dan menumbuhkan benih, sementara pria
adalah “yang menanam”. Dalam bahasa filsafat Aristoteles, pria menyediakan “bentuk”, sedang
wanita menyumbangkan”substansi”.
Dalam makluk hidup (tumbuhan, binatang, manusia), bentuk diberi nama “jiwa” (“psyche”,
Latin: anima). Tetapi jiwa pada manusia memiliki sifat istimewa: berkat jiwanya, manusia dapat
“mengamati” dunia secara inderawi, tetapi juga sanggup “mengerti” dunia dalam dirinya. Jiwa
manusia dilengkapi dengan “nous” (Latin: “ratio” atau “intellectus”) yang membuat manusia
mampu mengucapkan dan menerima “logoz”. Itu membuat manusia memiliki bahasa.

4. Pendapat Tokoh-tokoh Aliran Yunani Kuno

Pada masa Yunani Kuno, perkembangan filsafat diibaratkan bagai gunung-gunung dan mata air.
Filsafat (akal) mendapatkan tempat yang sangat tinggi dan mengalahkan agama. Ada beberapa
tokoh filsafat yang muncul pada masa ini, diantaranya adalah Parmenides dan Heraclitos.
Parmenides berfilsafat dalam bentuk aphorisme yaitu kalimat-kalimat pendek yang harus
ditafsirkan lebih jauh. Di dalam tulisannya, dia mengajarkan dua ajaran yang disebut jalan
kebenaran (the way of truth) dan jalan pendapat (the way of opinion).

Dalam pengajarannya tentang jalan kebenaran mengenai konsep “ada” (being), Parmenides
mengajarkan “yang ada itu ada” (what is, is).

“Yang ada” merupakan yang tetap, tidak terbagi, dan sempurna seperti lingkaran. Maka, “yang
ada” itu tidak mungkin “yang tidak ada”, karena “yang tidak ada” itu tidak dapat dipikirkan dan
dikatakan. Dengan begitu, “yang tidak ada” itu tidak ada.
Ketika “yang tidak ada” itu tidak ada, maka konsekuensinya, “yang menjadi” itu pun tidak ada,
karena “yang menjadi” itu terjadi dari “yang ada” ke “yang tidak ada”, kemudian “yang
menjadi”. Akan tetapi “yang tidak ada” itu tidak ada, karena tidak dapat dipikirkan. Jelaslah,
“yang menjadi”, karena memiliki aspek “tidak ada”, itu tidak ada. Maka perubahan dari “yang
ada” menjadi “yang menjadi” itu tidak akan pernah terjadi. Maka perubahan itu tidak ada.

Dalam pengajarannya tentang jalan pendapat, Parmenides mengajarkan konsep doxa (pendapat
umum) dan aletheia (kebenaran). Doxa adalah kebiasaan dan pandangan umum yang kita dengar
dan dapatkan dengan begitu saja, sedangkan aletheia bersumber pada akal budi semata. Dalam
bersikap, dia mengajarkan agar berpikir sendiri dan menemukan kebenaran itu sendiri, serta tidak
boleh percaya pada gagasan-gagasan umum yang kebenarannya tidak pasti. Menurutnya,
kebenaran hanya dapat diperoleh melalui akal budi semata. Dengan akal budi hendaklah kita
menjadi penguji dan hakim segala sesuatu, memperoleh pengetahuan yang murni dan sejati, yang
mampu menangkap “yang ada”, yang bersifat tetap, dan tidak berubah di balik pengetahuan
indera yang menipu. Parmenides mengajarkan pentingnya berpikir dan mengambil sikap tegas
terhadap apa yang diyakini oleh umum. Keyakinan umum tidak selalu benar. Oleh karena itu,
kita harus melihat realitas dengan menggunakan akal budi secara langsung.

Berbeda dengan Parmenides, Heraclitos justru menyatakan bahwa segala sesuatu itu terus
bergerak dan berubah, dan tidak hanya diam. Dia memandang api bersifat dinamis, yang perlu
diberikan umpan berupa bahan bakar agar menghasilkan suatu perubahan yang menakjubkan,
yaitu berupa cahaya. Selain api, dia juga tertarik pada pertentangan dan kesatuan, misalnya pada
laut. Satu sisi laut dapat menyelamatkan, namun di sisi lain laut juga dapat menghancurkan
kehidupan. Pernyataan Heraclitos yang paling terkenal adalah tentang sungai, yaitu “stepping
into a river”. Dari ide sungai ini, kemudian muncul slogan yang selalu dikaitkan dengan
pemikiran Herakleitos, yaitu panta rhei: segala sesuatu mengalir (“everything flows”). Dengan
menggunakan perumpamaan sungai, dia ingin kita memahami bahwa segala sesuatu mengalir
seperti air dan mengalami perubahan yang terus menerus (flux).

SUMBER

https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/23/ilmu-pengetahuan-masa-yunani-kuno/

DAFTAR PUSTAKA

Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2007

Bakhtiar Amsal, H., Dr,. M.A., Filsafat Ilmu, Logos, Jakarta, 2005

Mawardi, Drs., Nur Hidayati, Ir., IAD-ISD-IBD, Pustaka Setia, Bandung, 2009

Masniah, Dkk., Makalah “Sejarah Perkembangan Ilmu”, STAI Rakha, Amuntai, 2009

Nur Hikmah, Dkk., Makalah “Sejarah Perkembangan Ilmu”, STAI Rakha, Amuntai, 2010

Anda mungkin juga menyukai