Anda di halaman 1dari 5

Makalah Penanganan Spesimen dan Flebotomi II

Urinalisis

Oleh :

Andi Sastra Purnomo Putra (PO.71.4.203.19.2004)

Nurul Istiqamah (PO.71.4.203.19.2019)

KEMENTRIAN KESEHATANREPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KEMENTRIAN MAKSSAR
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2019
Urinalisis

Tes urine atau urinalisis adalah pemeriksaan untuk menganalisis kondisi fisik, kimiawi,
dan mikroskopik urine. Tes urine merupakan metode diagnosis yang sangat umum dilakukan
di berbagai fasilitas kesehatan atau laboratorium, karena cukup mudah dan murah. Hasil tes
ini dapat digunakan untuk mendiagnosis berbagai penyakit dan kondisi yang diderita oleh
pasien.
Meskipun tidak dapat mendiagnosis suatu penyakit secara spesifik, tes urine dapat
menjadi bukti awal adanya gangguan kesehatan pada seseorang. Tes urine biasanya akan
dikombinasikan dengan metode lain yang lebih spesifik agar kondisi atau penyakit yang
diderita dapat ditentukan dengan akurat. Tes ini juga dapat dilakukan secara rutin untuk
memantau kesehatan seseorang ataupun untuk memantau kondisi kesehatan pasien sebelum
menjalani suatu prosedur medis.

A. Cara-cara penanganan spesimen urinalisa :


 Keluarkan urine terlebih dahulu sekitar 1-2 detik, dan biarkan urine tersebut terbuang
ke dalam toilet.
 Setelah itu, baru masukkan urine selanjutnya (yang belum dikeluarkan) ke dalam
wadah sampel hingga setinggi 3 – 6 cm dari dasar wadah.
 Kemudian tutup rapat agar tidak tumpah atau terkontaminasi.
 Bersihkan bagian luar wadah urine menggunakan tisu steril dan cuci tangan setelah
melakukan pengambilan sampel.
 Sampel harus segera dibawa ke laboratorium untuk dianalisis. Jika tidak
memungkinkan untuk segera dianalisis, petugas laboratorium akan memasukkan
sampel urine terlebih dahulu ke dalam lemari pendingin.

B. Cara-cara pengolahan spesimen urinalisa :

Ada tiga jenis analisis dalam tes urine, yaitu analisis visual, analisis kimiawi, dan
analisis mikroskopik. Analisis visual menguji penampakan urine berdasarkan warna dan
kejernihannya. Analisis kimiawi mendeteksi kandungan zat-zat kimia yang terdapat dalam
urine beserta konsentrasinya. Sedangkan analisis mikroskopik mendeteksi keberadaan sel,
kristal, bakteri, atau jamur yang dapat terkandung di dalam urine.
Analisis visual biasanya dilakukan pertama kali untuk memperkirakan kondisi urine
dan zat apa saja yang terkandung di dalamnya. Warna urine biasanya bervariasi, mulai dari
bening hingga berwarna kuning gelap. Jika warna urine terlihat tidak lazim, dapat menjadi
tanda bahwa pasien menderita suatu penyakit, atau warna urine terpengaruh makanan dan
minuman yang dikonsumsi. Urine yang sehat biasanya berwarna kuning jernih atau sedikit
keruh akibat mukus, sperma, cairan prostat, atau sel kulit.

Analisis kimia urine dilakukan untuk mengecek kandungan zat kimia dalam urine.
Salah satu cara paling cepat dan mudah dalam melakukan analisis ini adalah melalui tes
strip. Petugas laboratorium akan menyelupkan strip khusus ke dalam urine untuk
mengecek kandungan zat kimia yang ingin diketahui. Contohnya adalah:

 pH urine.
 Kandungan protein.
 Kandungan gula.
 Konsentrasi urine.
 Kandungan keton.
 Kandungan bilirubin.
 Adanya darah dalam urine.

Kelebihan dari tes strip ini adalah mudah dilakukan, cepat, dan murah. Namun,
kekurangannya adalah tidak terlalu akurat, informasi yang diberikan terbatas, dan sangat
dipengaruhi waktu pencelupan strip ke dalam urine. Perlu diketahui bahwa tes strip hanya
memberikan informasi mengenai ada atau tidaknya ketidaknormalan parameter-parameter
tersebut di dalam urine. Jika ingin mengetahui kadar kandungan senyawa tersebut dengan
akurat, perlu dilakukan analisis perhitungan kuantitatif pada urine.

Jenis analisis terakhir, yaitu analisis mikroskopik, dapat dilakukan sebagai bagian
dari tes urine jika diperlukan, terutama apabila analisis visual dan kimiawi menunjukkan
hasil yang tidak normal. Urine akan diendapkan terlebih dahulu untuk mengumpulkan sel-
sel dan benda organik lainnya agar lebih mudah diamati. Setelah diendapkan, bagian atas
endapan urine yang terdiri dari cairan akan dibuang, sedangkan bagian bawahnya yang
berbentuk padat akan diamati menggunakan mikroskop. Beberapa jenis sel yang dapat
diamati melalui analisis mikroskopik pada urine adalah:
 Sel darah merah (eritrosit). Adanya sel darah merah di dalam urine (hematuria)
merupakan kondisi yang tidak normal, dan perlu diketahui penyebabnya. Pada beberapa
kasus, sel darah merah dapat terkandung dalam urine jika tejadi perdarahan dari vagina
yang menyaru dengan penyakit saluran kemih. Oleh karena itu, sangat penting bagi pasien
untuk membersihkan kemaluannya dari darah dan cairan lain sebelum mengambil sampel
urine.
 Sel darah putih (leukosit). Sel darah putih umumnya terkandung di dalam urine
dalam jumlah yang sangat kecil. Jika terjadi peningkatan jumlah sel darah putih dalam
urine, hal tersebut dapat menjadi pertanda adanya infeksi atau peradangan di saluran
kemih.
 Sel epitel. Sel epitel pada kondisi normal juga dapat ditemukan pada urine dengan
konsentrasi yang rendah. Jika terjadi infeksi atau peradangan pada saluran kemih, akan
terjadi peningkatan jumlah sel epitel dalam urine.
 Mikroba. Pada kondisi normal, urine akan selalu berada dalam kondisi steril dan
tidak mengandung mikroba di dalamnya. Ditemukannya mikroba di dalam urine
menunjukkan adanya infeksi. Mikroba yang dapat mengakibatkan infeksi pada seseorang
adalah bakteri, jamur, dan parasit. Perlu diingat, jika proses pembersihan kemaluannya
tidak benar pada saat pengambilan sampel urine, mikroba juga dapat masuk ke dalam
urine dan mengontaminasi sampel urine, serta memengaruhi hasil analisis. Oleh karena
itu, kemaluan harus dibersihkan dengan benar agar hasil tes urine menjadi lebih akurat.

C. Cara-cara pengiriman spesimen urinalisa :

 Tempat penampungan sampel urine harus bersih dan kering, Wadah spesimen urine
harus bersih dan kering, Dapat terbuat dari plastik atau botol gelas, mulut wadah lebar
dan dapat ditutup rapat, serta Wadah berwarna terang
 Sampel urine sudah ditampung, Jika tidak memungkinkan untuk segera dianalisis,
petugas laboratorium akan memasukkan sampel urine terlebih dahulu ke dalam lemari
pendingin
 Jika tidak ada lemari pendingin tersedia, Spesimen urine terkumpul masing-masing
dalam wadah/botol kecil, kemudian dimasukan dalam wadah/tempat yang lebih
besar dengan diberi es sebagai pengawet sementara (cool box).
 Wadah spesimen kecil diatur sedemikian rupa sehingga tidak mudah terbalik atau
tumpah.
 Pengiriman harus secepat mungkin sampai ke laboratorium.
 Untuk pemeriksaan urine rutin, sampel urine sebaiknya dikirim secepat mungkin.
Sebab untuk mendapatkan hasil yang baik yang harus diperiksa paling lambat 1-3 jam.
Bila urine berada dalam suhu ruangan untuk periode waktu lama maka kristal
urine dan sel darah merah akan lisis/hancur serta berubah menjadi alkalin.

Anda mungkin juga menyukai