Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.

9, Agustus 2013 (630-639) ISSN: 2337-6732

EVALUASI STRUKTUR KOLOM KUAT BALOK LEMAH PADA


BANGUNAN BETON BERTULANG DENGAN METODE DESAIN
KAPASITAS
(STUDI KASUS : BANGUNAN SEKOLAH SMA DONBOSCO
MANADO)

Regen Loudewik Kahiking


J. D. Pangouw, R. E. Pandaleke
Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi
email: regenkahiking@yahoo.com

ABSTRAK
Struktur Gedung Sekolah SMA DONBOSCO Manado yang terdiri dari 3 lantai dievaluasi
terhadap Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus dengan mengacu pada SNI beton yang
berlaku (SNI 03 – 2847 – 2002), Struktur beton bertulang dievaluasi dengan mengaplikasikan
konsep desain kapasitas (capacity design). Penerapan dari konsep desain kapasitas ini
adalah demi terciptanya struktur yang berfilosofi kolom kuat balok lemah (strong columm
weak beam).
Dalam evaluasi, struktur diperhitungkan terhadap kapasitas lentur dua arah (biaxial
bending) dengan mengambil tinjauan satu kolom dengan pembebanan terbesar, adanya
bahaya pembesaran momen yang terjadi akibat dari kelangsingan penampang juga
diperhitungkan sehingga didapat secara pasti apakah struktur masih memenuhi konsep kolom
kuat balok lemah dengan menerapkan syarat sistem rangka pemikul momen khusus.
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa kapasitas lentur kolom masih lebih besar dari kebutuhan
momen lentur kolom sehingga struktur memenuhi kriteria kolom kuat balok lemah, namun
lewat konfigurasi tulangan sengkang yang terpasang didapati bahwa kekuatan kolom untuk
menerima geser tidak memenuhi syarat yang dibutuhkan berdasarkan ketentuan Sistem
Rangka Pemikul Momen Khusus yang mensyaratkan penggunaan gaya geser rencana yang
bukan berdasarkan gaya geser struktur portal namun berdasarkan pada momen–momen
kapasitas ujung yang dibagi dengan tinggi bersih kolom sehingga menghasilkan gaya geser
rencana yang lebih besar. Pada kasus ini, kolom yang ditinjau hanya memenuhi kriteria
kolom kuat balok lemah secara lentur. Didapati juga bahwa kolom yang ditinjau mampu
menahan keruntuhan akibat tekan. Hasil–hasil kapasitas momen kolom dituangkan dalam
bentuk diagram interaksi kolom.
Kata kunci: capacity design, strong column weak beam, biaxial bending

PENDAHULUAN kan beban–beban dilantai tersebut menuju ke


kolom–kolom. Sehingga jika kolom runtuh,
Konstruksi bangunan bertingkat maka semua sistem struktur yang ada
semakin banyak dibangun akibat dari diatasnya ikut runtuh juga. Tapi jika balok
semakin kurangnya ketersediaan lahan. yang mengalami keruntuhan lebih dulu maka
Dalam mendesain bangunan gedung kerusakan hanya terjadi pada bagian balok
bertingkat sangat penting untuk memper- itu kemudian menjalar ke elemen balok yang
hatikan kekuatan dari elemen struktur kolom lainnya sampai struktur benar–benar runtuh
yang menopang keseluruhan bangunan. total saat beban yang bekerja tidak lagi
Sederhananya, kolom dalam suatu struktur mampu ditahan keseluruhan struktur.
bangunan portal/frame bertingkat adalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka
elemen struktur menopang balok, seluruh perlulah sebuah bangunan didesain
beban lantai, dan beban–beban lain berdasarkan konsep kolom kuat balok lemah
diatasnya, sedangkan balok hanya elemen “strong column weak beam” sehingga jika
struktur yang menopang dan mendistribusi- pada suatu saat terjadi goncangan yang besar

630
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.9, Agustus 2013 (630-639) ISSN: 2337-6732

akibat pembebanan, kolom bangunan sudah tersedia dari rancangan desain


didesain akan tetap bertahan, sehingga bangunan yang sudah ada
manusia yang berada didalam bangunan 4. Hanya meninjau balok dan kolom
gedung masih mempunyai waktu untuk bangunan
menyelamatkan diri sebelum jika nantinya 5. Ditinjau berdasarkan Sistem Rangka
bangunan akan runtuh total. Pemikul Momen Khusus yang dituangkan
dalam SNI 03–2847–2002.
Perumusan Masalah 6. Memperhitungkan pengaruh biaxial
Penelitian ini akan mengecek serta bending pada kolom bangunan
menguraikan suatu perencanaan struktur 7. Memperhitungan pengaruh Pembesaran
bangunan dengan menerapkan metode Momen akibat kelangsingan penampang
Desain Kapasitas (Capacity Design) yang 8. Struktur dianalogikan sebagai komponen
akan menghasilkan suatu struktur bangunan struktur non-prategang.
yang berkonsep kolom kuat balok lemah
yang tidak hanya didesain seekonomis
mungkin namun juga dapat memberikan DESAIN KAPASITAS
kepastian keamanan pada struktur bangunan Dalam perencanaan struktur, perenca-
ini. naan limit states designnya disebut Capacity
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka Design atau desain kapasitas yang berarti
dapat diambil rumusan masalah yaitu: bahwa ragam keruntuhan struktur akibat
a. Apakah bangunan sekolah DON BOSCO pembebanan yang besar ditentukan lebih
Manado yang sudah ada sekarang sudah dahulu dengan elemen-elemen kritisnya
memenuhi konsep strong column weak dipilih sedemikian rupa agar mekanisme
beam atau sebaliknya? keruntuhannya dapat memancarkan energi
b. Letak titik runtuh harus dikendalikan, yang sebesar-besarnya.
dimana titik runtuh tersebut diharapkan Agar elemen-elemen kritis dapat
terjadi di balok dengan cara dijamin pembentukannya secara sempurna
meningkatkan kekuatan unsur yang maka elemen-elemen lainnya harus
berbatasan pada kolom, sehingga konsep direncanakan khusus, agar lebih kuat
strong column weak beam adalah prinsip dibandingkan elemen-elemen kritis. Salah
dasar perencanaan. satu filsafat yang dikenal dalam perencanaan
c. Bagaimana penulangan struktur yang jika capacity design disebut Kolom Kuat-Balok
didapati bangunan yang ditinjau tidak Lemah.
memenuhi strong column weak beam?

Tujuan Penelitian ANALISIS PENAMPANG BALOK


Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengecek serta merencanakan sebuah Perhitungan Mkap Lapangan (+)
bangunan dengan cara desain kapasitas Untuk perhitungan ini, besarnya
sehingga mendapatkan sebuah bangunan tulangan yang terpasang dianggap sama
yang memenuhi konsep kolom kuat balok dengan tulangan yang diperlukan, maka nilai
lemah. momen leleh negatif diperoleh dari momen
2. Menghasilkan pemahaman tentang nominal balok, sehingga harus dihitung
perlakuan khusus terhadap kolom bila berdasarkan jumlah tulangan terpakai.
diinginkan kolom tersebut kuat terhadap Asumsi perhitungan momen nominal
balok (kolom kuat balok lemah). lapangan dihitung dengan menganggap balok
sebagai balok T (Dipohusodo, 1994).
Pembatasan Masalah Untuk perhitungan kuat momen nominal
Permasalahan dibatasi sebagai berikut: Mn dari balok T, maka harus diperiksa
1. Menggunakan metode desain kapasitas dahulu apakah balok T tersebut berperilaku
2. Elemen struktur kolom dan balok terbuat sebagai balok T asli atau tidak. Prosedurnya
dari beton bertulang adalah sebagai berikut:
3. Perhitungan pembebanan dan analisa 1. Bila tinggi a lebih besar dari t, maka
struktur sudah tidak lagi dilakukan karena penampang dihitung secara balok T murni
dengan ketentuan sebagai berikut :

631
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.9, Agustus 2013 (630-639) ISSN: 2337-6732

Tulangan baja berperilaku elastik hanya


sampai pada tingkat dimana regangannya
mencapai luluh (εy). Dengan kata lain,
apabila regangan baja tekan (εs’) sama atau
lebih besar dari regangan luluhnya maka
tegangan tekan baja fs’= εs’Es , dimana Es
Gambar 1. Tegangan penampang balok T adalah modulus elastisitas baja. Tercapainya
Murni kondisi tersebut tergantung dari posisi garis
netral penampang (Dipohusodo, 1994).
Mn = Mnf +Mnw
= Asf fy(d − hf/2) + Asw fy(d − a/2) (1) ( ) ( ) ( ) (3)
( )
(4)
2. Bila tinggi a dari balok tegangan persegi ( )
adalah sama atau lebih kecil dari t, maka
balok T dihitung dihitung sama dengan Kondisi II (εs < εy)
balok empat persegi panjang dengan Seperti pembahasan terdahulu,
lebar be. umumnya tulangan baja tekan (As’)
mencapai tegangan luluh sebelum beton
mencapai regangan tekan 0,003. Tetapi hal
demikian tidak akan berlangsung pada balok
rendah dengan penulangan baja kuat tinggi.
Dengan mengacu pada gambar (2) apabila
letak garis netral penampang balok relatif
tinggi, ada kemungkinan pada saat momen
Gambar 2 Tegangan penampang balok T ultimit terjadi, regangan εs’< εy (belum
palsu mencapai luluh).
( ) ( ) ( ) (5)
Mn = Mnf +Mnw
( ) ( ) ( ) ( ) (6)
( ) ( ) (2)
( )
Dimana: * + (7)
Mn = Kapasitas momen nominal Dimana :
Penampang As = Luas tulangan tarik, mm2
Asf = Luas tulangan bibagian flens As’ = Luas tulangan tekan, mm2
Penampang fy = Tegangan leleh baja yang
Asw = Luas tulangan dibagian web disyaratkan, MPa
penampang fs = Tegangan dalam tulangan pada
fy = Tegangan leleh baja yang diisyaratkan beban kerja, MPa
d = jarak dari sisi terluar ke pusat d = Jarak dari sisi terluar ke pusat
tulangan tarik tulangan tarik, mm
a = Tinggi penampang tegangan persegi a = Tinggi penampang tegangan persegi
ekuivalen ekivalen, mm
hf = Tebal fles/plat d’ = Jarak dari sisi terluar ke pusat
tulangan tekan, mm
Perhitungan Mkap Tumpuan (-)
Karena dianggap besarnya tulangan
yang terpasang sama dengan tulangan yang ANALISIS PENAMPANG KOLOM
diperlukan maka nilai momen leleh negatif
diperoleh dari momen nominal balok dimana Dalam segala hal, kuat lentur rencana
harus dihitung berdasarkan jumlah tulangan kolom portal berdasarkan tulangan
terpakai. Momen nominal negatif dihitung longitudinal yang terpasang harus dapat
dengan menganggap balok sebagai balok menampung kombinasi beban terfaktor oleh
empat persegi. pembebanan dalam 2 arah yang saling tegak
lurus
Kondisi I (εs > εy)

632
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.9, Agustus 2013 (630-639) ISSN: 2337-6732

Sedangkan beban aksial rencana Pu = beban aksial terfaktor, kN


nominal yang bekerja pada kolom dengan Px = Kapasitas nominal aksial penampang
dihitung dengan: dengan eksentrisitas arah x, kN
Py = Kapasitas nominal aksial penampang
ɸPn(max) = 0,80ɸ[0,85fc’(Ag – Ast) + fy Ast] (8) dengan eksentrisitas arah y, kN
etot = Eksentrisitas yang diperhitungkan,
mm

PEMBESARAN MOMEN

SNI 03–2847-2002 menetapkan bahwa


perencanaan komponen struktur tekan beton
bertulang dilakukan dengan menggunakan
beban aksial rencana Pᵤ yang didapat dari
analisis rangka elastik dan momen rencana
yang sudah dibesarkan Mc’ yang
didefinisikan sebagai:
(15)
faktor δns adalah pembesar momen yang
secara empiris dapat ditentukan sebagai
berikut :
Gambar 3. Interaksi beban aksial dan biaxial (16)
bending
Dimana Pc adalah beban tekuk Euler,
(9) (17)
( )
Eksentrisitas awal kolom : Untuk komponen struktur ditopang tertahan
(10) ke arah samping (berpengaku) dan tanpa
Eksentrisitas tambahan untuk memper- beban transversal pada dukungan,
hitungkan tekuk : (18)
( ) (11) Di dalam ungkapan Pc’ peraturan SNI 03–
2847-2002 memberikan ketentuan untuk
Eksentrisitas tambahan untuk memper-
memperhitungkan EI sebagai berikut:
hitungkan kemungkinan ketidak tepatan dari
Apabila memperhitungkan dampak sifat
sumbu kolom harus diambil sebesar :
nonelastik beton, retak, dan rangkak untuk
(12) pembebanan jangka panjang, maka nilai EI
Eksentrisitas tambahan untuk memperoleh diperhitungkan sama dengan balok terlentur
peningkatan keamanan : tanpa beban aksial:
(13)
Jika disumpulkan, maka kolom – kolom (19)
harus diperhitungkan terhadap eksentrisitas Atau secara konservatif:
gaya normal total sebesar :
(14) (20)
dimana: dimana:
ɸ = faktor reduksi kekuatan Ec = modulus elastisitas beton,
Pn = beban aksial nominal, kN Es = modulus elastisitas baja tulangan,
fc’ = kuat tekan beton, MPa Ig = momen inersia beton kotor
As = luas penampang bruto, mm2 (penulangan diabaikan) terhadap
Ast = luas total tulangan longitudinal, mm2 sumbu berat penampang,
fy = tegangan leleh baja yang diisyaratkan, Ise = momen inersia terhadap sumbu pusat
MPa penampang komponen struktur,
P0 = Kapasitas nominal aksial pada βd = bagian dari momen rencana yang
eksentrisitas sama dengan nol, kN dianggap memberikan kontribusi tetap

633
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.9, Agustus 2013 (630-639) ISSN: 2337-6732

terhadap deformasi, biasanya d’ = 5cm


ditentukan sebagai nilai banding dari
( )
momen beban mati terfaktor
maksimum terhadap momen beban
total terfaktor maksimum, nilainya
positif.
Pc = beban kritis, kN
Cm = faktor yang menghubungkan diagram Karena nilai a < t (2,38cm<12cm), maka
momen aktual dengan suatu diagram balok T dianalisis sebagai balok empat
momen merata ekivalen persegi dengan b = be

( )
HASIL DAN PEMBAHASAN
( )
Analisis penampang balok

a. Perhitungan Mkap Lapangan (+)


( )( )
Untuk perhitungan ini, besarnya
tulangan yang terpasang dianggap sama
dengan tulangan yang diperlukan, maka nilai ( )( )
momen leleh negatif diperoleh dari momen
nominal balok, sehingga harus dihitung
berdasarkan jumlah tulangan terpakai.
Asumsi perhitungan momen nominal ( )
lapangan dihitung dengan menganggap balok
sebagai balok T.

- Analisis balok T arah X bentang 8m - Analisis balok T arah Y Bentang 4m

t
t

h-t
h-t

Gambar 4. Penampang balok T arah X


bentang 8m
Gambar 5. Penampang balok T arah Y
be = 800/4 = 200cm menentukan bentang 4m
= 30 + 16x12 = 222cm be = 400/4 = 100cm menentukan
= 400 – 30 370cm = 30 + 16x10 = 225cm
bw = 30cm = 400 – 30 370cm
As1 = 10ϕ22 = 3802,857mm2 bw = 25cm
As2 = 5ϕ22 = 1901,429mm2 As1 = 6ϕ19 = 1701,857mm2
fy = U24 = 240 MPa As2 = 3ϕ19 = 850,928mm2
fc’ = K225 = 19,3 MPa Fy = U24 = 240 MPa
d = 55cm

634
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.9, Agustus 2013 (630-639) ISSN: 2337-6732

fc’ = K225 = 19,3 MPa


( )
d = 36cm
d’ = 4cm ( )
( )

….tulangan sudah leleh


( ) sebelum beton mencapai regangan
maksimum, maka momen nominal balok
dapat langsung dihitung menggunakan
( )
rumus:
( ) ( ) ( )

( )( ) ( )

( )( )

( ) ( )

( )
( )

- Analisis balok persegi arah Y bentang


b. Perhitungan Mkap Tumpuan (-) 4m
Momen nominal negatif dihitung
dengan menganggap balok sebagai balok
empat persegi.

- Analisis balok persegi arah X bentang 40cm


8m

25cm

60cm Gambar 7. Penampang balok empat persegi


arah Y bentang 4m

Data tulangan :
As1 = 6ϕ19 = 1701,857mm2
30cm
As2 = 3ϕ19 = 850,928mm2
Gambar 6. Penampang balok empat persegi
arah X bentang 8m ( )

Data tulangan : ( )
As1 = 10ϕ22 = 3802,857mm2
As2 = 5ϕ22 = 1901,429mm2

635
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.9, Agustus 2013 (630-639) ISSN: 2337-6732

…. tulangan belum leleh


namun beton sudah mencapai regangan
maksimumnya, maka dengan kita perlu
mencari fs untuk mendapatkan besar momen
nominal balok, dengan mengacu pada
persamaan (2.35) maka nilai c bisa diperoleh,

( )
( ) ( )
( )
( )

Dengan menyelesaikan persamaan kuadrat


diatas, maka nilai c diperoleh:
c = 9,328
a=βxc
a = 0,85 x 9,328 = 7,9288 cm Mencari ey :
maka nilai fs dapat dihitung :
( )

Sehingga :

( ) ( )
( )
( )

Analisis Penampang Kolom


Pada analisis kolom, kolom bangunan
pertama–tama dianalisis tanpa memper-
hitungkan pengaruh eksentrisitas atau dengan sehingga :
kata lain bahwa penampang kolom dianggap
hanya menahan beban sentris, namun setelah ɸMux = 228068,32 x 0,25025 x 0,8
itu dihitung kolom berdasarkan eksentrisitas = 45659,27kg.m
yang terjadi dengan menjadikan perhitungan
beban sentris sebagai tolak ukur awal. Pada ɸMuy = 228068,32 x 0,1272 x 0,8
kondisi inilah kapasitas kolom diperhi- = 23208,23kg.m
tungkan dengan biaxial bending.

Rumus Bresler: Analisis Kolom Keadaan Seimbang


Terjadinya keadaan seimbang adalah
pada saat regangan tekan beton diserat tepi
terdesak mencapai 0,003 dan bersamaan pula
tegangan pada batang tulangan baja tarik
mencapai tegangan luluhnya. Didefinisikan
Pb adalah kuat beban aksial nominal atau
Pn = 228068,32kg teoritis pada keadaan seimbang, eb adalah
Mencari ex : eksentrisitas beban aksial Pb dan Cb adalah

636
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.9, Agustus 2013 (630-639) ISSN: 2337-6732

jarak dari serat tepi terdesak ke garis netral


keadaan seimbang.

Dengan didapatnya nilai εs’ > εy ,


disimpulkan bahwa tulangan baja tekan Gambar 8. Diagram Interaksi Kolom
sudah meluluh, dengan demikian maka

fs’=fy ANALISIS BEBAN LENTUR PERLU

Kuat lentur kolom portal harus dihitung


berdasarkan terjadinya kapasitas lentur titik
[ ] runtuh pada kedua ujung balok yang bertemu
pada kolom yang ditinjau.
dalam SNI 2002 ditetapkan:

∑ ∑

Nilai eb didapat dengan cara menjumlahkan Momen bekerja arah X


seluruh momen terhadap garis kerja gaya ( )
( )
tarik NT (keseimbangan momen terhadap
NT), sebagai berikut: ( ) 88514,169kg.m
( ) [ ( )] Momen bekerja arah Y
( ) ( )
( ) ( )
[

] Tabel 1. Rekapitulasi momen dan gaya aksial


akibat pembebanan
( ( )
( )

Dengan menyelesaikan persamaan diatas,


didapat nilai eb = 270,47mm
Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa eb
> e yaitu dengan 270,47 > 250mm sehingga
disimpulkan bahwa pada kolom yang
ditinjau terjadi keruntuhan tekan.
Selanjutnya dari hasil perhitungan diatas dan
perhitungan sebelumnya, kemudian
diwujudkan dalam bentuk daftar dan Akibat Pembesaran Momen
digambarkan sebagai diagram yang Untuk kasus dalam tugas akhir ini,
dinamakan Diagram Interaksi Kolom. pertama – tama dicaari apakah kelangsingan
komponen harus dipertimbangkan,

637
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.9, Agustus 2013 (630-639) ISSN: 2337-6732

- Kelangsingan arah X

Batasan ini merefleksikan filosofi kolom


kuat-balok lemah, yang membuat titik-titik
runtuh akan tercipta di daerah balok. Mpr
adalah penjumlahan momen dari balok untuk
disalurkan kepada kolom. Gaya geser pada
- Kelangsingan arah Y
kolom juga dihitung dengan mengasumsikan
titik runtuh terbentuk di ujung-ujung balok
dengan tegangan tulangan lentur mencapai
1,25fy dan ɸ=1

- Tinjau arah X

Maka :

√ √
- Tinjau arah Y

( ) ( ) o Untuk daerah plastis

Sehingga :
o Untuk luar daerah plastis
Mpermbesaran = δns x Mperlu
= 1,5868 x 25668

= 40729,98 kg.m ( )( )
( )

Tabel 2. Rekapitulasi momen akibat Vsx = 417,204 – 174,438 =


pembesaran momen 242,765kN

Analisis Beban Geser Perlu KESIMPULAN


Gaya geser Vu harus dihitung
berdasarkan persamaan yang diisyaratkan Berdasarkan hasil evaluasi pada struktur
oleh SNI yaitu: yang dijadikan tinjauan, diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:

638
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.9, Agustus 2013 (630-639) ISSN: 2337-6732

1. Secara struktural, komponen struktur dengan ketentuan SRPMK adalah


pada bangunan ini baik balok dan kolom sebagai berikut:
termasuk dalam sistem rangka pemikul  dipasang ɸ12-70mm didaerah plastis,
momen khusus yang disyaratkan SNI– yaitu sepanjang 600mm dari
03–2847–2002 yang bertujuan untuk permukaan hubungan balok kolom.
mencapai sistem kolom kuat balok  dipasang ɸ12-120mm didaerah luar
lemah. plastis, yaitu sepanjang > 600mm
2. Kapasitas lentur kolom pada kasus ini dari permukaan hubungan balok
masih memenuhi syarat sistem rangka kolom.
pemikul momen khusus yang dimulai 4. Dari hasil perhitungan didapati bahwa
dari analisis kolom terhadap biaxial kolom yang ditinjau memenuhi terhadap
bending yang dibandingkan dengan kuat keruntuhan akibat tekan.
lentur minimum kolom pada SRPMK
dan kemudian ditinjau terhadap SARAN
kemungkinan pembesaran momen yang 1. Dalam menganalisis atau desain
terjadi, walau sebenarnya struktur penampang sebaiknya biaxial bending
bangunan didesain berdasarkan diperhitungkan karena akan memberi-
peraturan lama bukan berdasarkan kan kapasitas atau daya pikul
SRPMK. penampang yang lebih besar sehingga
3. Tulangan geser terpasang pada kolom lebih stabil.
tidak masuk dalam syarat SRPMK 2. Dalam pendistribusian momen balok ke
akibat dari penggunaan gaya geser kolom, sebaiknya dipakai kapasitas
rencana yang bukan berdasarkan gaya penampang yang terpasang agar dapat
geser struktur portal namun berdasarkan dipastikan struktur strong column weak
pada momen-momen ujung yang dibagi beam, dan untuk menghindari adanya
dengan bentang bersih sehingga overdesign maupun underdesign pada
menghasilkan gaya geser rencana yang balok yang nantinya akan berpengaruh
lebih besar. Tulangan geser yang sesuai pada kolom.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional. 2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan
Gedung (SNI 03–2847-2002). Bandung.
Badan Standarisasi Nasional. 1991. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan
Gedung (SNI T–15–1991-03).Bandung.
Dipohusodo, Istimawan, 1994. Struktur Beton Bertulang. Jakarta.
HAKI, 2008. Seismic Design For Columns in a Special Moment Resisting Frame. Jakarta.
Wight , James K., dan MacGregor James G., 2009. Reinforced Concrete Mechanics and
Design. New Jersey.
Taranath, Bungale S., 2010. Reinforced Concrete Design Of Tall Building. New York.

639

Anda mungkin juga menyukai