Anda di halaman 1dari 2

Mengenal Malaria di Papua Lebih Dekat

“Mama…Obat lironggo nanu”

“Kagalu kelak lirogon wagapuul”

Samar tapi pasti kalimat tersebut terdengar ketika saya menginjakkan kaki bersama tim
Posyandu di tanah Papua. Para tenaga kesehatan yang bercengkrama langsung
dengan para ibu hamil seringkali mengulang kalimat di atas.

Kalimat pertama artinya meminta mama untuk meminum obat dengan baik dan benar
sedangkan kalimat kedua meminta ibu memberikan ASI kepada bayinya dengan benar.
Bahasa di atas pun juga satu dari berbagai bahasa beragam suku yang ada di Papua.
Yup, hanya dengan tinggal dan turun ke lapangan di beragam posyandu saya bisa
mengenal lebih dari 10 bahasa lokal yang sungguh berbeda satu suku dengan lainnya.
Saya yang awalnya sudah berniat belajar bahasa asli Papua pun memilih untuk
menyerah sebelum berusaha lebih jauh. Pasalnya, terkadang ketegangan antar suku
yang memicu perang membuat mereka menciptakan berbagai bahasa sandi yang hanya
diketahui oleh kelompok tertentu dan bahasa itu pun berkembang menjadi khusus.

Mari Mengenal Malaria Lebih Dekat

Siapa bilang malaria penyakit baru seperti HIV/AIDS atau kanker. Malaria sudah ada
sejak ribuan tahun sebelum masehi (diperkirakan 2700 BC) ketika pengobatan Cina
berdiskusi gejala pembesaran lien. Hanya saja, malariologist pertama diperkirakan
adalah Hippocrates (400 BC) yang juga menjadi Bapak Kedokteran (karena terkenal
dengan Sumpah Hippocrates). Bahkan beberapa pahlawan terkenal masa lalu seperti
Alexander the Great, juga Alaric , dan Genghis Khan diduga meninggal karena gejala
yang mirip malaria.

Malaria sendiri berasal dari bahasa Italian “aria cattiva” yang berarti udara kotor
kemudian disebut “Mal-aria”. Penyakit yang terdengar menyeramkan ini hanya
disebabkan karena “gigitan” nyamuk kecil saja. Jika di tanah Jawa terkenal dengan
nyamuk Aedes aegepty penyebab Demam Berdarah, maka di Indonesia Timur lain lagi.
Nyamuk jenis anopheles lah yang menjadi penular malaria dan di Indonesia ada lebih
dari 80 spesies nyamuk Anopheles. Namun tenang saja karena saat ini hanya 24
spesies Anopheles yang dapat menularkan penyakit malaria. Berbeda memang dengan
nyamuk demam berdarah yang memangsa korbannya di kala pagi (jam 9an) dan sore
(jam 4an), nyamuk malaria mulai keluar sejak magrib hingga malam dan menggigit di
saat orang tidur.

Memang siklus hidupnya begitu dan beruntung hanya nyamuk perempuan saja yang
menggigit. Saya tidak dapat membayangkan jika si jantan juga dapat menularkan, bisa
lebih banyak korban nantinya. Berapa banyak lagi ibu terutama yang hamil menjadi
korban.

Anda mungkin juga menyukai