Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Laporan Hasil Belajar Skenario 1.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah.

Akhir kata kami berharap semoga makalah skenario tentang “Respon Imun”
ini dapat memberikan manfaat dan wawasan terhadap pembaca.

Padang, 15 Desember 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL…………………….....…………………………………………………….i
KATA PENGANTAR………………....………………………………………….ii
DAFTAR ISI………………….………....………………………………………..iii
DAFTAR DIAGRAM………………………………………………….....……….v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………....…….....1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Klarifikasi Istilah………………………………………………………......2
2.2 Penetapan Masalah……………………………………….....…………...2-3
2.3 Curah Pendapat/Jawaban Masalah............................................................3-4
2.4 Analisis Masalah………………………….....…………………………......4
2.5 Tujuan Pembelajaran.................................................................................4-5
2.6 Penjelasan Secara Sitematik....................................................................6-14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................................15
Daftar Pustaka........................................................................................................15

iii
DAFTAR DIAGRAM

Halaman

Diagram 2.1 Skema Analisis Masalah…………………………………......……...4

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem imun berfungsi dalam mempertahankan kondisi tubuh terhadap


benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus
dan parasit. Sistem ini merupakan gabungan sel, molekul dan jaringan yang
berperan dalam resistensi terhadap infeksi. Pertahanan imun terdiri atas sistem
imun alamiah atau non spesifik (natural/innate/native) dan didapat atau spesifik
(adaptive/acquried).
Sistem imun alamiah merespon lebih cepat dan bertindak sebagai
pertahanan awal, seperti mekanisme batuk dan bersin, asam lambung, sistem
komplemen, dan pertahanan selular berupa proses fagositosis. Kemampuan
pertahanan yang lebih spesifik dimiliki oleh sistem imun adaptif berupa sistem
imun humoral oleh limfosit B dan sistem imun seluler oleh limfosit T. Sistem imun
spesifik memberikan perlindungan lebih baik terhadap antigen yang sudah pernah
terpajan sebelumnya.
Limfosit merupakan sel imun spesifik yang dapat mengenali dan
membedakan berbagai macam antigen serta berperan dalam dua respon adaptif
imun, yaitu spesifitas dan memori. Limfosit T dan B yang matur disebut sebagai
naive limfosit dan teraktivasi oleh adanya antigen melalui antigen presenting cell
(APC). Antigen tersebut akan menstimulasi naive limfosit untuk berploriferasi
melalui mekanisme autokrin oleh IL-2 yang kemudian disebut limfoblas. IL-2 2
merupakan faktor pertumbuhan untuk sel T yang dirangsang oleh antigen. IL-2 juga
meningkatkan proliferasi dan diferensiasi sel NK dan sel B. Setelah terstimulasi
dan berproliferasi, naive limfosit akan berdiferensiasi menjadi limfosit efektor
seperti antibody-secreting B cells atau Th1 dan Th2.2

1
BAB II
PEMBAHASAN

Skenario 1
Respon Imun
Bryan balita berusia 4 tahun sedang bermain lumpur yang kotor di depan
halaman rumahnya setelah hujan semalam. Ibunya tidak marah dan khawatir
badan anaknya kotor berlumpur dan terkena banyak bakteri dan kuman
sehingga terinfeksi dan terkena pennyakit. Setelah puas bermain Bryan
dimandikan oleh ibunya dan memakaikannya baju yang bersih. Ibu Bryan
mengetahui bahwa sejak lahir manusia dikellingi oleh
mikroorganisme-mikroorganisme kecil yang tidak kasat mata.
Mikroorganisme tersebut berbagi tempat dengan manusia dan hidup
dipermukaa tubuh disekitar bulu-bulu kulit bahkan didalam tubuh manusia,
seperti bakteri yang merupakan organisme bersel tunggal yang dapat
berkembang biak secara cepat, kemudian ada parasit berupa jamur yang
hidup di lingkungan basah dan lembab, serta virus, mikroorganisme yang
paling berbahaya dan paling kecil diantara mikroorganisme lainnya. Namun
ibu Bryan juga mngetahui bahwa tubuh manusia mempunyai system
kekebalan tubuh yang akan merespon dan menghalau semua bentuk ancaman
dari luar dan selalu mengawal tubuh manusia supaya terhindar dari penyakit
yaitu system kekebalan tubuh.

2.1 Klarifikasi Istilah

1. Infeksi : proses invasi dan multiplikasi berbagai mikroorganisme ke


dalam tubuh (seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit), yang saat
dalam keadaan normal, mikroorganisme tersebut tidak terdapat di
dalam tubuh.
2. Jamur : tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat
heterotrof.Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler.
3. Bakteri : kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel.
Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran

2
3

sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran besar dalam


kehidupan di bumi.
4. Virus : parasit mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis
5. Mikroorganisme : organisme yang berukuran sangat kecil sehingga
untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan.
2.2 Penetapan Masalah
1. Bagaimana cara kerja respon imun?
2. Bagaimana jika sistem kekebalan tubuh tdk merespon?
3. Apa hubungan mikroorganisme dengan respon imun?
4. Apakah umur mempengaruhi respon imun?
5. Fungsi dari sistem kekebalan tubuh?
2.3 Curah Pendapat / Jawaban Masalah
1. Bagaimana cara kerja respon imun?
Jawaban : saat ada antigen (benda asing yang masuk ke dalam tubuh)
terdeteksi, maka beberapa tipe sel bekerjasama untuk mencari tahu
siapa mereka dan memberikan respons. Sel-sel ini memicu limfosit B
untuk memproduksi antibodi, suatu protein khusus yang
mengarahkan kepada suatu antigen spesifik.
2. Bagaimana jika system kekebalan tubuh tidak merespon?
Jawaban : akan ada ancaman dari luar yang mudah masuk ke dalam
tubuh
3. Apa hubungan mikroorganisme dengan respon imun?
Jawaban : mikroorganisme adalah penyebab infeksi
4. Apakah umur mempengaruhi respon imun?
Jawaban : tidak, karena system imun terus memperbaharui dan
beradaptasi dengan antigen yang baru
5. Fungsi dari system kekebalan tubuh?
Jawaban : melindungi tubuh dari antigen, menghilangkan jaringan
yang sudah mati, menghilangkan sel abnormal, dan menjaga
keseimbangan homeostasis
4

2.4 Analisis Masalah

RESPON IMUN

VIRUS BAKTERI JAMUR

MACAM VIRUS MACAM BAKTERI MACAM JAMUR

SIFAT VIRUS SIFAT BAKTERI SIFAT JAMUR

MORFOLOGI MORFOLOGI MORFOLOGI


VIRUS BAKTERI JAMUR

Diagram 2.1 Skema Analisis Masalah

a. Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan konsep respon imun
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan mengenai konsep
respon imun terhadap bakteri
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan mengenai konsep
respon imun terhadap virus
4. Mahasiswa dapat mengetahui. dan menjelaskan mengenai konsep
respon imun terhadap jamur (parasit)
5

b. Penjelasan Secara Sitematik


1. Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan konsep respon imun
Jawaban :
 Respon Imun Non Spesifik

Umumnya merupakan imunitas bawaan (innate immunity), dalam artian


bahwa respons terhadap zat asing dapat terjadi walaupun tubuh sebelumnya
tidak pernah terpapar oleh zat tersebut. Sebagai contoh dapat dijelaskan
sebagai berikut : salah satu upaya tubuh untuk mempertahankan diri terhadap
masuknya antigen misalnya, bakteri, adalah dengan cara menghancurkan
bakteri tersebut dengan cara nonspesifik melalui proses fagositosis. Dalam
hal ini makrofag, neutrofil dan monosit memegang peranan yang sangat
penting.
Supaya dapat terjadi fagositosis, sel-sel fagositosis tersebut harus berada
dalam jarak yang dekat dengan partikel bakteri, atau lebih tepat lagi bahwa
partikel tersebut harus melekat pada permukaan fagosit. Untuk mencapai hal
ini maka fagosit harus bergerak menuju sasaran. Hal ini dapat terjadi karena
dilepaskannya zat atau mediator tertentu yang disebut dengan factor
leukotaktik atau kemotaktik yang berasal dari bakteri maupun yang
dilepaskan oleh neutrofil, makrofag atau komplemen yang telah berada
dilokasi bakteri (Kresno, 1991; Roitt, 1993).
 Respom Imun Spesifik

Merupakan respon imun yang didapat (acquired), yang timbul akibat dari
rangsangan antigen tertentu, sebagai akibat tubuh pernah terpapar
sebelumnya. Respons imun spesifik dimulai dengan adanya aktifitas
makrofag atau antigen precenting cell (APC) yang memproses antigen
sedemikian rupa sehingga dapat menimbulkan interaksi dengan sel-sel imun.
Dengan rangsangan antigen yang telah diproses tadi, sel-sel system imun
berploriferasi dan berdiferensiasi sehingga menjadi sel yang memiliki
kompetensi imunologik dan mampu bereaksi dengan antigen (Bellanti, 1985;
Roitt,1993; Kresno, 1991).
6

 Respon Imun Seluler


Telah banyak diketahui bahwa mikroorganisme yang hidup dan
berkembang biak secara intra seluler, antara lain didalam makrofag sehingga
sulit untuk dijangkau oleh antibody. Untuk melawan mikroorganisme
intraseluler tersebut diperlukan respons imun seluler, yang diperankan oleh
limfosit T. Subpopulasi sel T yang disebut dengan sel T penolong (T-helper)
akan mengenali mikroorganisme atau antigen bersangkutan melalui major
histocompatibility complex (MHC) kelas II yang terdapat pada permukaan
sel makrofag. Sinyal ini menyulut limfosit untuk memproduksi berbagai jenis
limfokin, termasuk diantaranya interferon, yang dapat membantu makrofag
untuk menghancurkan mikroorganisme tersebut. Sub populasi limfosit T lain
yang disebut dengan sel T-sitotoksik (T-cytotoxic), juga berfungsi untuk
menghancurkan mikroorganisme intraseluler yang disajikan melalui MHC
kelas I secara langsung (cell to cell). Selain menghancurkan mikroorganisme
secara langsung, sel T-sitotoksik, juga menghasilkan gamma interferon yang
mencegah penyebaran mikroorganisme kedalam
sel lainnya.
 Respon Imun Humoral
Respons imun humoral, diawali dengan deferensiasi limfosit B menjadi
satu populasi (klon) sel plasma yang melepaskan antibody spesifik ke dalam
darah. Pada respons imun humoral juga berlaku respons imun primer yang
membentuk klon sel B memory. Setiap klon limfosit diprogramkan untuk
membentuk satu jenis antibody spesifik terhadap antigen tertentu (Clonal
slection). Antibodi ini akan berikatan dengan antigen membentuk kompleks
antigen – antibodi yang dapat mengaktivasi komplemen dan mengakibatkan
hancurnya antigen tersebut. Supaya limfosit B berdiferensiasi dan
membentuk antibody diperlukan bantuan limfosit T penolong (T-helper),
yang atas sinyal-sinyal tertentu baik melalui MHC maupun sinyal yang
dilepaskan oleh makrofag, merangsang produksi antibody. Selain oleh sel T-
penolong, produksi antibody juga diatur oleh sel T penekan (T-supresor),
sehingga produksi antibody seimbang dan sesuai dengan yang dibutuhkan.
7

2. Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan mengenai konsep


respon imun terhadap bakteri

Jawaban :

RESPONS IMUN TERHADAP BAKTERI EKSTRASELULAR

Bakteri ekstraselular dapat menimbulkan penyakit melalui beberapa


mekanisme yaitu

1. Merangsang reaksi inflamasi yang menyebabkan destruksi jaringan di


tempat infeksi. Sebagai contoh misalnya kokus piogenik yang sering
menimbulkan infeksi supuratif yang hebat.

2. Produksi toksin yang menghasilkan berbagai efek patologik. Toksin dapat


berupa endotoksin dan eksotoksin. Endotoksin yang merupakan komponen
dinding bakteri adalah suatu lipopolisakarida yang merupakan stimulator
produksi sitokin yang kuat, suatu ajuvan serta aktivator poliklonal sel limfosit
B. Sebagian besar eksotoksin mempunyai efek sitotoksik dengan mekanisme
yang belum jelas benar. Sebagai contoh toksin difteri menghambat sintesis
protein secara enzimatik serta menghambat faktor elongasi-2 yang diperlukan
untuk sintesis semua peptida. Toksin kolera merangsang sintesis AMP siklik
(cAMP) oleh sel epitel usus yang menyebabkan sekresi aktif klorida,
kehilangan cairan serta diare yang hebat. Toksin tetanus merupakan suatu
neurotoksin yang terikat motor endplate pada neuromuscular junction yang
menyebabkan kontraksi otot persisten yang sangat fatal bila mengenai otot
pernapasan. Toksin klostridium dapat menyebabkan nekrosis jaringan yang
dapat menghasilkan gas gangren. Respons imun terhadap bakteri
ekstraselular ditujukan untuk eliminasi bakteri serta netralisasi efek toksin.

RESPON IMUN TERHADAP BAKTERI INTRASELULER

Sejumlah bakteri dan semua virus serta jamur dapat lolos dan
mengadakan replikasi di dalam sel penjamu. Yang paling pathogen
8

diantaranya adalah yang resisten terhadap dekradasi dalam makrofag.


Sebagai contoh adalah mikroba bakteria serta hysteria monositogenes.
Mekanisme terpenting imunitas alamiah terhadap mikroorganisme
intraseluler adalah fagositosis. Akan tetapi bakteri pathogen intraseluler
relative resisten terhadap dekradasi dalam sel fagosit mononuclear. Oleh
karena itu mekanisme kekebalan alamiah ini tidak efektif dalam mencegah
penyebaran infeksi sehingga sering menjadi kronik dan eksaserbasi yang sulit
di berantas.

Respon imun spesifik terhadap bakteri intraseluler terutama diperankan


cell mediated imunity (CMI). Mekanisme imunitas ini diperankan oleh sel
limfosit T tetapi fungsi efektor nya untuk eliminasi bakteri diperani oleh
makrofag yang di aktivasi oleh sitokin yang diproduksi oleh sel T terutama
interferon a (IFN a). Antigen protein intraseluler merupakan stimulus kuat sel
nya limfosit T. beberapa dinding sel bakteri mengaktivasi makrofag secara
langsung seahingga mempunyai fungsi sebagai ajuvan misalnya muramil di
peptide pada dinding sel mikrobakteria.

Telah disebutkan diatas bahwa fungsi sel limfosit T pada CMI adalah
produksi sitokin terutama IFn a. Sitokin IFN a akan mengaktivasi makrofag
termasuk makrofag yang terinfeksi untuk membunuh bakteri. Beberapa
bakteri ada yang resisten sehingga menimbulkan simulasi antigen yang
kronik. Keadaan ini akan menimbulkan pengumpulan local makrofag yang
teraktivasi yang membentuk granuloma sekeliling mikroorganisme untuk
mencegah penyebaran nya. Reaksi inflamasi seperti ini berhubungan dengan
nikrosis jaringan serta fibrosis yang luas yang menyebabkan gangguan fungsi
yang berat. kerusakan jaringan ini disebbabkan terutama oleh respon imun
terhadap beberapa infeksi intraseluler.

Mycrobacterium tidak memproduksi toksin atau enzimyang secara


langsung merusak jaringan yang terinfeksi. Paparan pertama terhadap
mycrobacterium tuberculosis akan merangsang inflamasi seluler local dan
bakteri mengadakan proliferasi dalam sel fagosit sebagian ada yang mati dan
sebagian tinggal dorman. Pada saat yang sama individu yang terinfeksi
9

terbentuk imunitas sel T yang spesifik. Setelah terbentuk imunitas reaksi


granulomamatosa dapat terjadi pada lokasi bakteri persisten atau pada
paparan bakteri berikutnya. Imunitas perlindungan dan reaksi hipersensitiv
yang menyebabakan kerusakan jaringan dalah manifestasi dalam respon
imun spesifik yang sama.

3. Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan mengenai konsep


respon imun terhadap virus

Jawaban :
RESPONS IMUN SPESIFIK TERHADAP INFEKSI VIRUS

Mekanisme respons imun spesifik ada dua jenis yaitu respons imunitas
humoral dan selular. Respons imun spesifik ini mempunyai peran penting
yaitu :

1. Menetralkan antigen virus dengan berbagai cara antara lain


menghambat perlekatan virus pada reseptor yang terdapat pada
permukaan sel sehingga virus tidak dapat menembus membran sel,
dan dengan cara mengaktifkan komplemen yang menyebabkan
agregasi virus sehingga mudah difagositosis
2. Melawan virus sitopatik yang dilepaskan dari sel yang lisis.

Molekul antibodi dapat menetralisasi virus melalui berbagai cara.


Antibodi dapat menghambat kombinasi virus dengan reseptor pada sel,
sehingga mencegah penetrasi dan multiplikasi intraseluler, seperti pada virus
influenza. Antibodi juga dapat menghancurkan partikel virus bebas melalui
aktivasi jalur klasik komplemen atau produksi agregasi , meningkatkan
fagositosis dan kematian intraseluler.

Kadar konsentrasi antibodi yang relatif rendah juga dapat bermanfaat


khususnya pada infeksi virus yang mempunyai masa inkubasi lama, dengan
melewati aliran darah terlebih dahulu sebelum sampai ke organ target, seperti
virus poliomielitis yang masuk melalui saluran cerna, melalui aliran darah
10

menuju ke sel otak. Di dalam darah, virus akan dinetralisasi oleh antibodi
spesifik dengan kadar yang rendah, memberikan waktu tubuh untuk
membentuk resposn imun sekunder sebelum virus mencapai organ target.

Infeksi virus lain, seperti influenza dan common cold, mempunyai masa
inkubasi yang pendek, dan organ target virus sama dengan pintu masuk virus.
Waktu yang dibutuhkan respons antibodi primer untuk mencapai puncaknya
menjadi terbatas, sehingga diperlukan produksi cepat interferon untuk
mengatasi infeksi virus tersebut. Antibodi berfungsi sebagai bantuan
tambahan pada fase lambat dalam proses penyembuhan. Namun, kadar
antibodi dapat meningkat pada cairan lokal yang terdapat di permukaan yang
terinfeksi, seperti mukosa nasal dan paru. Pembentukan antibodi antiviral,
khususnya IgA, secara lokal menjadi penting untuk pencegahan infeksi
berikutnya. Namun hal ini menjadi tidak bermanfaat apabila terjadi
perubahan antigen virus.

Virus menghindari antibodi dengan cara hidup intraseluler. Antibodi


lokal atau sistemik dapat menghambat penyebaran virus sitolitik yang
dilepaskan dari sel pejamu yang terbunuh, namun antibodi sendiri tidak dapat
mengontrol virus yang melakukan budding dari permukaan sel sebagai
partikel infeksius yang dapat menyebarkan virus ke sel terdekat tanpa
terpapar oleh antibodi, oleh karena itu diperlukan imunitas seluler.

Respons imunitas seluler juga merupakan respons yang penting terutama


pada infeksi virus nonsitopatik. Respons ini melibatkan sel T sitotoksik yang
bersifat protektif, sel NK, ADCC dan interaksi dengan MHC kelas I sehingga
menyebabkan kerusakan sel jaringan. Dalam respons infeksi virus pada
jaringan akan timbul IFN (IFN-a dan IFN-b) yang akan
membantu terjadinya respons imun yang bawaan dan didapat. Peran
antivirus dari IFN cukup besar terutama IFN-a dan IFN-b.

Kerja IFN sebagai antivirus adalah :

1. Meningkatkan ekspresi MHC kelas I


2. Aktivasi sel NK dan makrofag
11

3. Menghambat replikasi virus


4. Menghambat penetrasi ke dalam sel atau budding virus dari sel yang
terinfeksi.

Limfosit T dari pejamu yang telah tersensitisasi bersifat sitotoksik


langsung pada sel yang teinfeksi virus melalui pengenalan antigen pada
permukaan sel target oleh reseptor αβ spesifik di limfosit. Semakin cepat sel
T sitotoksik menyerang virus, maka replikasi dan penyebaran virus akan
cepat dihambat.

Sel yang terinfeksi mengekspresikan peptida antigen virus pada


permukaannya yang terkait dengan MHC kelas I sesaat setelah virus masuk.
Pemusnahan cepat sel yang terinfeksi oleh sel T sitotoksik αβ mencegah
multiplikasi virus. Sel T sitotoksik γδ menyerang virus (native viral coat
protein) langsung pada sel target.

Sel T yang terstimulasi oleh antigen virus akan melepaskan sitokin seperti
IFN-γ dan kemokin makrofag atau monosit. Sitokin ini akan menarik fagosit
mononuklear dan teraktivasi untuk mengeluarkan TNF. Sitokin TNF bersama
IFN-γ akan menyebabkan sel menjadi non-permissive, sehingga tidak terjadi
replikasi virus yang masuk melalui transfer intraseluler. Oleh karena itu,
lokasi infeksi dikelilingi oleh lingkaran sel yang resisten. Seperti halnya
IFN-α, IFN-γ meningkatkan sitotoksisitas sel NK untuk sel yang terinfeksi.

Antibodi dapat menghambat sel T sitotoksik γδ melalui reaksi dengan


antigen permukaan pada budding virus yang baru mulai, sehingga dapat
terjadi proses ADCC. Antibodi juga berguna dalam mencegah reinfeksi

RESPONS IMUN NON SPESIFIK TERHADAP INFEKSI VIRUS

Respon imun non spesifik adalah system imun bawaan (sudah ada) yang
secara non selektif mempertahankan tubuh dari benda asing atau materi
abnormal apapun jenisnya, bahkan meskipun baru pertama kali terpapar.
Respon ini merupakan lini pertama pertahanan terhadap berbagai ancaman,
12

termasuk agen infeksi iritan kimiawi, dan cedera jaringan akibat trauma
mekanis atau luka bakar.
Immunitas seluler dirantai oleh limfosit T. immunita ini bertanggung
jawab untuk menimbulkan reaksi alergi tipe lambat dan penolakan tandur
jaringan asing. Sel T sitotoksit menyerang dan menghancurkan sel yang
memiliki antigen yang mengaktifkan sel-sel tersebut. Sel-sel yang berperan
pada immunitas seluler, diantaranya :
1. Fagosit
Meskipun berbagai sel di dalam tubuh dapat melakukan fagositosis,
tetapi sel utama yang berperan dalam pertahanan nonspesifik adalah sel
mononuklear (monosit dan makrofag) serta sel polimorfonuklear atau
granulosit. Sel-sel ini berperan sebagai sel yang menangkap antigen kuman
mengolah dan selanjutnya mempresentasikannya pada sel T yang dikenal
sebagai sel penyaji atau APC.
Fagositosis yang efektif pada infasi kuman dini akan dapat mencegah
timbulnya infeksi. Dalam kerjanya, sel fagosit juga berinteraksi dengan
komplemen dan system imun spesifik.
2. Makrofag
Makrofag berasal dari bahasa Yunani yang berarti “pemakan sel yang
besar”. Makrofag adalah leukosit fagositik yang besar, yang mampu bergerak
hingga keluar system vaskuler dengan menyebrang membrane sel dari
pembuluh kapiler dan memasuki area antara sel yang sedang diincar oleh
patogen. Di jaringan, makrofag organ-spesifik terdiferensiasi dari sel
fagositik yang ada di darah yang disebut monosit. Makrofag adalah fagosit
yang paling efesien, dan bisa mencerna sejumlah besar bakteri atau sel
lainnya.
Makrofag merupakan hasil dari diferensiasi monosit yang berimigrasi ke
jaringan, makrofag ini akan terus hidup dalam jaringan sebagai makrofag
residen.
3. Sel Natural Killer (NK)
Sel NK berfungsi dalam immunitas non spesifik terhadap virus dan sel
tumor. Secara morfologis, sel NK merupakan limfosit besar dengan granul
13

besar, ciri-cirinya yaitu memiliki banyak sekali sitoplasma, granul sitoplasma


azurofilik, pseudopodia dan nucleus eksentris.
4. Sel Mast
Sel mast berperan dalam reaksi alergi dan juga dalam pertahanan
penjamu, jumlahnya menurun pada sindrom imunodifisiensi. Sel mast juga
berperan pada imunitas terhadap parasite dalam usus dan terhadap invasi
bakteri.

4. Mahasiswa dapat mengetahui mengenai dan menjelaskan konsep


respon imun terhadap jamur (parasit)

Jawaban :
RESPON IMUN ADAPTIF TERHADAP INFEKSI JAMUR
Aktivasi sistem imun adaptif adalah hal yang penting dalam
menghadapi infeksi jamur. Transisi dari imun alamiah menuju imun adaptif
difasilitasi terutama oleh DC dan makrofag yang merupakan antigen
presenting cell (APC). APC memproses dan menyajikan antigen jamur ke
Sel T Naive CD4+ dalam bentuk berikatan dengan MHC kelas II. DC juga
mengaktifkan sel T CD8+ dengan cara presentasi antigen melalui MHC
kelas I.
Untuk antigen yang masuk melalui jalur eksogen, pengaktifan dari
sel CD8+ berlangsung melalui mekanisme cross-presentation di mana
antigen dimasukkan ke jalur MHC kelas I. Tidak seperti aktivasi sel T yang
membutuhkan proses pengolahan antigen, sel B langsung bereaksi terhadap
antigen jamur dan mensekresi imunoglobulin yang dapat memengaruhi hasil
infeksi (Verma et al, 2014).
Respon Imun Th1
Respon imun Th1 berperan penting sebagai pertahanan pejamu melawan
infeksi jamur patogen. Sel Th1 mengatur respon imun anti jamur melalui
pelepasan sitokin pro inflamasi yaitu IFN-γ, TNF-α, dan GM-CSF. IFN-γ
menginduksi aktivasi makrofag yang sangat penting untuk menekan
pertumbuhan jamur patogen intraseluler.
14

Respon Imun Th2


Pada sebagian besar infeksi jamur, respon imun Th2 memberikan
pengaruh yang merugikan pada pejamu. Respon Th2 terdiri dari sekresi
sitokin sel T CD4+ yaitu IL-4, IL-5, dan IL-13. Makrofag yang diaktivasi
oleh IL-4 dan IL-13 menunjukkan aktivitas arginase-1 yang sangat kuat.
Arginase-1 adalah enzim yang berpotensi mengurangi jumlah oksida nitrat
yang diperlukan untuk kegiatan fungisida (Verma et al, 2014).

Respon Imun Th17

Sel Th17 adalah subset dari sel T CD4+ yang mengalami


perkembangan yang berbeda dari Th1 dan Th2. Diferensiasi sel Th17
membutuhkan berbagai sitokin dan faktor transkripsi. TGF-β dan IL-6
menginisiasi diferensiasi awal dari sel T CD4+ naif menjadi sel-sel Th17.
IL-6 akan mengaktifkan STAT 3 yang berfungsi mengatur produksi ROR-γt
yang merupakan faktor transkripsi yang dibutuhkan dalam produksi Th17
(Zuniga et al, 2013).

RESPON IMUN ALAMIAH TERHADAP INFEKSI JAMUR


Respon imun alamiah berperan sebagai barier pertahanan pertama yang
melawan masuknya patogen ke dalam tubuh.
Perlindungan Awal
Salah satu komponen respon imun alamiah terhadap infeksi jamur
adalah kulit dan membran mukosa. Membran mukosa memiliki unsur-unsur
seperti lysozyme (LZM), lactoferrin (Lf), calprotectin, peroxidase, dan
defensin yang berperan dalam menghancurkan patogen (Brown, 2001;
Blanco & Garcia, 2008).
Lysozyme mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan
jamur seperti Candida sp. dan Cryptococcus sp. (Lopera et al, 2008).
Lactoferrin mampu membatasi kemampuan jamur untuk mendapatkan zat
besi dan calprotectin mencegah jamur mendapatkan zinc (Brown, 2001).
15

Selain itu terdapat flora normal yang mampu mencegah kolonisasi


mikroorganisme patogen dengan cara bersaing untuk mendapatkan nutrisi
dan melakukan perlekatan dengan pejamu. Pada orang-orang yang
pertahanan kulitnya terbuka atau pada orang-orang yang mengkonsumsi
antibiotik secara berlebihan maka infeksi jamur akan lebih mudah terjadi.
(Blanco & Garcia, 2008; Romani, 2011)

Pengenalan Jamur
Ketika jamur berhasil memasuki tubuh inang maka sistem imun tubuh
akan segera melakukan proses pengenalan pada jamur. Proses pengenalan
melibatkan dua faktor yang penting yaitu pathogen associated molecular
pattern (PAMP) dan pattern recognition receptor (PRR). PAMP merupakan
komponen khas dari patogen yang akan dikenali oleh sistem imun tubuh.
Komponen PAMP pada jamur terdiri dari polisakarida seperti α-and
β-glucans, chitin, dan galactosaminogalactan yang merupakan
komponen-komponen utama penyusun dinding sel jamur. Komposisi dinding
sel bervariasi antara spesies jamur yang berbeda dan juga antara bentuk
morfologi yang berbeda pada spesies yang sama (Brown, 2011; Romani,
2011).
Pengenalan komponen jamur akan dilakukan oleh reseptor khusus
yang disebut pattern recognition receptor (PRR). Aktivasi reseptor-reseptor
tersebut akan memicu beberapa jalur penghantaran sinyal yang berujung pada
produksi berbagai macam sitokin, mediator dan reactive oxygen/nitrogen
species (Akira et al, 2006).
BAB III
PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Sistem imun adalah sistem koordinasi respon biologi yang bertujuan
melindungi integritas dan identitas serta mencegah invasi
mikroorganisme dan zat yang berbahaya yang dapat merusak tubuh.
Respon imun adalah respon yang ditimbulkan oleh sel-sel dan molekul
yang menyusun sistem imunitas setelah berhadapan dengan antigen.
Fungsi sistem imun melindungi tubuh dr invasi penyebab penyakit,
menghilangkan jaringan atau sel yg mati, mengenali dan menghilangkan
sel abnormal.
Respon imun terbagi dua :
 Respon imun nonspesifik adalah sistem pertahanan tubuh yang tidak
membedakan mikroorganisme patogen satu degan yang lainnya.
 Respon imun spesifik adalah sistem pertahanan tubuh terhadap
patogen tertentu yang masuk ke dalam tubuh.
Respon imun terhadap bakteri ada dua :
 Respon imun terhadap bakteri intraseluler adalah fagositosis
 Respon imun terhadap bakteri ekstraseluler ditujukan untuk eliminasi
bakteri serta netralisasi efek toksin
Respon imun terhadap virus ada dua :
 Respon imun spefisik(adaptif) ada 2 humoral dan selular
 Respon imun nonspesifik(innate) berfungsi untuk mecegah infeksi
Respon imun terhadap jamur ada dua :
 Respon immun alamiah berperan sbg barrier pertahanan pertama yg
melawan masuknya patogen dlm tubuh
 Respon imun adaptif adalah mekanisme lanjutan dr respon imun
alamiah untuk mengeradikasi patogen didalam tubuh.

11
12

DAFTAR PUSTAKA

1. Delire M. Immunoglobulins. Rationale for the clinicaluse of


polyvalent intravenous immunoglobulins.Petersfield: Wrightson
Biomedical Publishing Ltd, 1995h. 29-65. 2. Parslow TG. The
immune response. In: Stites DP, TerrAl, Parslow TG. Ed. Medical
immunology. 9th. Ed.Connecticut: Appleton & Lange, 1977. h.
63-73.

Anda mungkin juga menyukai