Anda di halaman 1dari 9

Volume 3 Issue 1 (2019) Pages 82 – 90

Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini


DOI: 10.31004/obsesi.v3i1.111

Pendekatan Kontekstual dalam Meningkatkan Hasil Belajar Sains pada


Anak Usia Dini
Sri Watini1
Dosen PG-AUD STKIP Panca Sakti Bekasi

Abstract

The purpose of this study is to improve learning outcomes using a contextual approach. By
using a contextual approach it is expected that the results of learning sciences in early
childhood will increase and be more meaningful. The population in this study were children
aged 5-6 years in PAUD Cempaka Pekayon with a total of 18 children. The study was
conducted in October-December 2015. The research method used is Classroom Action
Research. This method has four stages. 1) planning stage, 2). implementation stage, 3).
observation stage and 4) reflection stage. The implementation of this activity was carried out
in three cycles. The results of the study are indicated by an increase in science learning
outcomes. Percentage of cognitif cycle I of 58.5%, affective domain 47.1%, psychomotor
domain 56.1%. Percentage of cognitive cycle II cycle 66.7%, affective domain 59%,
psychomotor domain 65.7%. Percentage in the third cycle of cognitive domain 78.9%,
affective domain 84.1%, psychomotor domain 84.3%.

Keywords: contextual approach, sains competence, early childhood education

Abstrak

Penelitian ini memiliki tujuan untuk meningkatkan hasil belajar sains dengan menggunakan
pendekatan kontekstual. Dengan menerapkan pendekatan ini diharapkan hasil belajar sains
pada anak akan meningkat dan lebih bermakna. Subjek penelitian ini adalah anak usia 5-6
tahun di PAUD Cempaka Pekayon dengan jumlah 18 anak. Penelitian dilaksanakan pada
Bulan Oktober- Desember 201. Metode penelitian adalah PTK (Penelitian Tindakan Kelas).
Adapun dalam metode ini terdiri dari empat tahapan yaitu 1) tahap perencanaan, 2). tahap
pelaksanaan, 3). tahap pengamatan dan 4) tahap refleksi. Pelaksanaan dalam kegiatan ini
dilakukan dalam tiga siklus. Hasil penelitian ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil
belajar sains dengan prosentase perolehan pada siklus I ranah kognitif 58,5%, ranah afektif
47,1%, ranah psikomotorik 56,1%, siklus II ranah kognitif 66,7%, ranah afektif 59%, ranah
psikomotorik 65,7% dan pada siklus III ranah kognitif 78,9%, ranah afektif 84,1%, ranah
psikomotorik 84,3%.

Kata Kunci : Pendekatan Kontekstual, Hasil Belajar Sains, Anak Usia Dini 5-6 Tahun

@Jurnal Obsesi Prodi PG-PAUD FIP UPTT 2019


 Corresponding author :
Address : Jalan Patuha Utara Kayuringinjaya Bekasi ISSN 2356-1327 (Media Cetak)
Email : srie.watini@gmail.com ISSN 2549-8959 (Media Online)
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(1), 2019 | 83

PENDAHULUAN sains atau lingkugan alam adalah pilihan


Hakikat pendidikan merupakan upaya tepat dalam mengenalkan anak tentang
mengembangkan potensi anak agar dapat kebermaknaan lingkungan sebagai inspirasi
berkembang secara optimal. Hakikat dalam kehidupan. Pendekatan kontekstual
Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu (Contextual learning Approach) dalam
proses pemberian rangsangan agar potensi pembelajaran sains dalam penelitian ini
yang ada pada anak dapat berkembang sebagai suatu pilihan penelitian dalam
secara optimal. Pada saat inilah anak action guru melakukan perbaikan
sedang mengalami masa golden ages atau pendidikan khususnya dalam perbaikan
masa ke emasan di mana sel syaraf otak hasil belajar. Pengenalan alam sekitar
sedang mengalami perkembangan yang merupakan salah satu aspek pengembangan
sangat pesat. Hal inilah yang akan potensi anak dalam mengenal sains
mempengaruhi seluruh aspek permulaan. Melalui pengenalan sains
perkembangan anak. Pentingnya permulaan anak dapat mulai mengenal
menciptakan proses pembelajaran yang baik konsep-konsep sains secara sederhana.
wajib dilakukan oleh pendidik agar hasil Dalam pembelajaran ini anak akan
belajar anak menjadi bermakna membangun pengetahuan, keterampilan,
(meaningfull) sehingga hasil belajar dapat sikap dan pengalaman melalui pola pikir
difungsikan dalam kehidupan anak sehari- ilmiah, sistematis dan obyektif melalui
hari secara nyata. Perkembangan sains dan keterampilan proses sains sederhana.
teknologi yang sangat pesat saat ini Namun dalam kenyataannya selama ini
memiliki efek yang sangat luar biasa bagi dalam pembelajaran sains permulaan belum
kehidupan anak, untuk itulah maka guru optimal. Pembelajaran sains masih
harus benar-benar menfasilitasi anak dalam dilakukan di dalam kelas, monoton dan
proses pendidikannya sehingga setelahnya bersifat verbalistik atau hafalan. Ditambah
anak memiliki beradaptasi dengan baik dengan keadaan ruang-ruang kelas yang
dengan segala perubahan yang ada serta sempit serta minmnya penguasaan guru
mampu mengambil sikap kreatif dan terhadap sains. Media konkrit yang ada di
inovatif dalam langkah tindakannya. Guru alam sekitarpun belum dijadikan sebagai
dituntut harus mampu menciptakan situasi media efektif dalam pembelajaran.
dan kondisi pembelajaran di mana anak Berdasarkan latar belakang inilah
akan dapat mengkonstruksi pengetahuan, maka peneliti tertarik untuk melakukan
keterampilan, sikap dan nilai serta dapat penelitian tentang bagaimana pembelajaran
merefleksikan dalam berpikir dan tindakan. sains permulaaan pada anak usia dini
Oleh sebab itulah maka guru harus memilih khususnya kelompk B usia 5-6 tahun
dan menetapkan strategi pembelajaran yang dengan menerapkan pendekatan
tepat baik dalam pemilihan model, metode, kontekstual. Melalui Penelitian Tindakan
pendekatan, teknik dan taktik yang tepat. Kelas (Action Reseacrt) diharapkan akan
Dengan strategi yang tepat inilah maka meningkatkan hasil belajar sains secara
proses pembelajaran akan berjalan secara optimal.
efektif, efesien dan relevan. Relevan di sini Belajar merupakan keharusan bagi
baik dalam sisi kebutuhan belajar anak, manusia yang hidup di dunia. Hal ini
perkembangan zaman serta sesuai dengan bertujuan agar manusia mampu menghadapi
berbagai unsur-unsur penting lainnya. Oleh kehidupannya. Dalam proses belajar tidak
sebab itu pembelajaran anak terhadap ilmu ada batasan usia. Dari manusia itu lahir
84 | Pendekatan Kontekstual dalam Meningkatkan Hasil Belajar Sains pada Anak Usia Dini

sampai akhir hayatnya harus tetap terus bahwa tujuan hasil belajar memiliki tiga
belajar dalam rangka untuk memperoleh ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan
ilmu yang bermanfaat. Dalam kesepakatan psikomotorik. Hasil dari kategori tersebut
UNESCO belajar adalah sepanjang hayat dapat diukur baik sendiri-sendiri maupun
atau “life long education” Menurut secara bersamaan. Sementara (Hapidin and
(Slameto 2003, 2) “Belajar merupakan Gunarti 1997, 68) mengklasifikasikan tiga
suatu proses untuk memperoleh suatu ranah atau tiga domain hasil belajar tersebut
perubahan tingkah laku yang baru secara antara lain: 1) Ranah Kognitif berkaitan
keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman dengan perhatian pengembangan
sendiri dalam berinteraksi dengan kapabilitas dan keterampilan intelektual, 2)
lingkungannya.” Peaget dalam (Dimyati Ranah Afektif berkaitan dengan
and Mudjiono 2006, 13) berpendapat bahwa pengembangan perasaan, sikap, nilai dan
pengetahuan dibentuk oleh individu dengan emosi dan 3) Ranah Psikomotorik berkaitan
cara melakukan interaksi secara terus dengan kegiatan-kegiatan atau
menerus dengan lingkungannya di mana keterampilan-keterampilan motorik atau
lingkungan tersebut selalu mengalami gerakan.
perubahan. Melalui interaksi itulah maka Nash dalam (Darmojo and Kaligis
fungsi intelek semakin berkembang. 1991, 3) mengatakan bahwa “ Sciences is a
Menurut Peaget dalam (Sujiono 2006, 34- way of looking at the word.” Sains disini
35) “Proses belajar disesuaikan dengan merupakan suatu cara atau metode untuk
tahapan berpikir atau tahapan memperoleh berbagai ragam pengetahuan
perkembangan intelektual yang dimiliki alam melalui aktivitas yang analitis,
oleh seseorang. Adapun tahapan berpikir lengkap dan sistematis serta obyektif
tersebut adalah: 1) Tahap sensorimotorik sehingga dapat menghubungkan antara
(usia 0-2 tahun), 2) Tahap Praoperasional fenomena alam yang satu dengan fenomena
(usia 2-7) tahun), 3) Tahap Operasional alam yang lainnya pada akhirnya akan
Konkrit (7-11 tahun), 4), Tahap memperoleh atau membentuk perspektif
Operasional Formal (11 tahun sampai baru yang lebih komplek tentang obyek
dewasa). Dari penjelasan tersebut berarti yang diamati. Adapun menurut Webster`s “
anak usia taman kanak-kanak adalah dalam New Lollegiete Dictionary dalam (Iskandar
tahap praoperasional dalam hal ini berkisar and Hidayat 1997, 2) menyatakan “ Natural
5-6 tahun. Untuk itu maka diharapkan Sains knowledge concerned with the
dalam proses pembelajaran harus sesuai physical word and its`s phenomena” yang
dengan tahapan perkembangan anak. artinya bahwa sains merupakan
Hasil belajar merupakan sebuah pengetahuan tentang alam dan gejala-
umpan balik setelah seseorang melakukan gejalanya. Menurut Einstain dalam
proses belajar. Oleh sebab itu dengan (Darmojo and Kaligis 1999, 5-13), “Sains
belajar sungguh-sungguh maka akan merupakan suatu bentuk upaya yang
memperoleh hasil belajar yang optimal. Hal membuat berbagai pengalaman menjadi
ini didukung oleh kajian teori yang sistem pola pikir yang logis yaitu dengan
dinyatakan oleh (Sujana 2005) bahwa hasil metode ilmiah. Artinya bahwa sains
belajar adalah kemampuan-kemampuan merupakan pengetahuan tentang alam dan
yang dimiliki oleh siswa setelah ia gejala-gejalanya. Sedangkan menurut dalam
menerima pengalaman belajarnya. (Darmojo and Kaligis 1991, 3) menyatakan
Sedangkan menurut (Usman 1989, 29) bahwa “Sains merupakan suatu sistem
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(1), 2019 | 85

untuk mengetahui alam sekitar dan sains (independence in thinking) dan i) Sikap
juga merupakan suatu sekumpulan Kedisiplinan diri( Self discipline.
pengetahuan yang berfungsi untuk Kemampuan kognitif anak usia 5-6
menjelaskan apa yang telah diperoleh. Sains tahun (Anak kelompok B) berada dalam
merupakan ilmu yang mempelajarai tahapan praoperasional konkrit (Suyanto
tentang suatu fenomena yang spesifik serta 2005, 53-56). Tahapan praoperasional
sains adalah suatu proses kegiatan atau konkrit ini memiliki beberapa karakteristik
tindakan dalam rangka memecahkan dalam kemampuan kognitif hubungannya
masalah. dengan kemampuan berpikir atau bernalar
Sains permulaan untuk anak usia dini yang bisa diidentifikasi. Karakteristik
khususnya anak usia kelompok B (5-6 dalam dilihat dari keingintahuan yang
tahun) disajikan melalui kegiatan bermain tinggi, egosentris, berpikir statis, pikiran
yang menyenangkan, bermanfaat serta dan perbuatannya dipengaruhi dari luar,
terarah dalam rangka mereka memahami berpikir selalu kedepan, dan mulai dapat
dunia sekitarnya. Sains pada anak usia ini mengenal penambahan, pengurangan, dan
harus melibatkan anak secara aktif sesuai klasifikasi atas dasar bentuk lainnya.
dengan kajian teori belajar dan tahapan Early Chilhood Education Preschool
perkembangannya sehingga hasil belajar Through Primary Grades, University of
yang diperoleh menjadi lebih bermakna Maddachusett Lowell: Pearson (Brewer
dalam kehidupannya. (Rogers and Sawyers 2007, 386), ”Dalam proses pembelajaran
1995, 3) “Melalui kegiatan bermain yang sains pada anak usia dini terdapat beberapa
menyenangkan anak dapat belajar tentang kriteria yang sesuai bagaimana anak-anak
sebab akibat atau perubahan. Dari usia dini dalam belajar sains antara lain : a)
pernyataan ini terkandung makna bahwa Anak berpartisipasi secara aktif, b)
dengan melalui kegiatan bermain Memberikan kesempatan pada anak untuk
sesungguhnya anak melakukan proses melakukan berbagai tindakan sesuai
belajar dalam rangka untuk memperoleh dengan keinginannya dan bertanggunjawab.
berbagai informasi ilmu pengetahuan c) Bercermin dari pertanyaan guru serta
dengan cara yang menyenangkan, berbagai fokus permasalahan sehingga anak
menikmati sukarela tanpa adanya unsure melakukan berbagai aktifitas kegiatan ,
keterpaksaan. Pada hakikatnya tujuan hasil mengamati, mencari tahu tentang suatu
belajar sains permulaan dalam rangka fenomena, d) Melakukan kegiatan
mengembangkan sikap positif anak penyelidikan mengenai berbagai konsep
terhadap alam semesta. Menurut Wynne dasar sains, d) Memberikan berbagai
Harlen dalam (Darmojo and Kaligis 1999, variasi pengalaman dan kesempatan secara
5-13) bahwa tujuan hasil belajar sains spontan pada anak yang direncanakan, e)
permulaan memiliki sembilan aspek sikap Mengeksplorasi berbagai materi
ilmiah yang terdiri dari , a) Sikap ingin tahu pengetahuan tentang sains seperti mahkluk
(curiosity), b) Sikap ingin mendapatkan hidup dan bumi, f) Pengetahuan dan
sesuatu yang baru (originality), c) Keterampilan anak dinilai dengan berbagai
Kerjasama (co operation), d) Sikap tidak cara.
putus asa (perseverance), e) Sikap tidak Dalam setiap kegiatan proses
berprasangka, f) Sikap mawas diri (self pembelajaran tentulah menggunakan
critism), g) Sikap bertanggung jawab berbagai media dan sumber belajar dalam
(responsibility), h) Sikap berpikir bebas rangka mendukung tercapainya tujuan
86 | Pendekatan Kontekstual dalam Meningkatkan Hasil Belajar Sains pada Anak Usia Dini

pendidikan yang sudah ditentukan. Begitu mediator. Dalam rangka mengaktifkan anak
pula dalam pembelajaran sains juga tidak agar lebih optimal dalam proses kegiatan
terlepas dari media dan sumber belajar yang belajar maka kegiatannya tidak harus ada
akan digunakan sesuai dengan tujuan dalam ruang kelas akan tetapi bisa
(Arsyad 1997, 20). Dalam pembelajaran dilakukan diluar kelas.
sains ini media yang digunakan untuk Dalam prosesnya guru hendaklah
sarana belajar para siswa dapat meminimalisir kegiatan ceramah. Di sini
menggunakan bahan-bahan yang tersedia di guru harus banyak memmberikan peluang
dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari di atau kesempatan agar anak beraktivitas.
dekatnya. Menurut uraian di atas maka Menurut (Mulyasa 2003, 186) Guru yang
dapat dijelaskan bahwa apa saja yang ada di berhasil dalam membelajarkan siswa adalah
lingkungan kehidupan anak dapat dijadikan : 1) Guru yang selalu melakukan observasi
sebagai media pembelajaran. terhadap semua kegiatan dalam situasi dan
Pendekatan belajar kontekstual adalah kondisi apapun, 2) Selalu menyediakan dan
konsep belajar yang mendorong guru untuk meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan
untuk memberikan materi yang diajarkan anak-anak , 3) Selalu memberikan evaluasi
sesuai dengan situasi dunia nyata (Mulyadi yang konstruktif, 4 ) Mencatat semua aspek
2007, 133). Dengan menerapkan perkembangan yang ada pada anak selama
pendekatan ini diharapkan anak akan lebih proses pembelajaran berlangsung 6).
mudah dalam belajar. Menurut Membuat latihan-latihan,
(Departemen Pendidikan Nasional 2003, 3) Evaluasi atau penilaian dalam belajar
Pendekatan belajar kontekstual adalah suatu sains merupakan kemajuan atau
proses pendekatan pembelajaran yang peningkatan anak dalam memperoleh
meliputi relating, experiencing, appliying, prestasi hasil belajar. Menurut Menherns
cooperating dan transfering. Menurut dan Lehman (Nasution 1996, 7)
(Nurhadi 2004, 107) adapun ciri-ciri dari menyatakan bahwa evaluasi atau penilaian
pendekatan belajar kontekstual ini adalah merupakan suatu pertimbangan yang
sebagai berikut: 1) Memberikan profesional atau suatu proses yanng
pengalaman nyata bagi anak, 2) Kerjasama, memungkinkan seseorang membuat suatu
3) Saling menunjang, 4) Fun dan Enjoy pertimbangan mengenai nilai sesuatu.
dalam belajar, 5) Belajar dengan bergairah, Pengambilan keputusan berdasarkan pada
6 ) Sharing dengan sesama, 7) Guru harus kenyataan yang sesungguhnya atau obyektif
kreatif.
Pada proses pembelajaran sains METODOLOGI
permulaan dengan pendekatan belajar Metode yang digunakan dalam
kontekstual adalah dengan cara anak penelitian ini adalah Metode Penelitian
membagun pengetahuan melalui berbagai Tindakan Kelas (Classroom Action
kegiatan yang mengaktifkan anak mulai Reseacrh). Hal ini berdasrkan pada latar
dari pengamatan atau observasi, membuat belakang dan tujuan penelitian. Menurut
dugaan sementara atau hipotesis sederhana, Hopkins dalam (Widiaatmadja 2008, 11),
mengkomunikasikan sampai pada membuat ”Metode Penelitian Tindakan Kelas adalah
kesimpulan dan laporan sederhana. Dalam Penelitian yang mengkombinasikan
proses pembelajarannya guru hanya prosedur peneltian dengan tindakan
sebagai pengarah dan pembimbing subtantif yaitu suatu tindakan yang
kegiatan, baik sebagai fasilitator maupun dilakukan dalam disiplin inkuiri atau suatu
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(1), 2019 | 87

usaha seseorang untuk memahami memancing berbagai tanggapan, kritik,


perbaikan dan perubahan”. usulan, dari apa yang telah mereka pahami
Penelitian tindakan kelas merupakan serta minat mereka.
sebuah penelitian tindakan dalam bentuk Dalam kegiatan pengamatan
inkuiri reflektif yang dilakukan secara (observe), segala bentuk respek dari peserta
kemitraan mengenai situasi sosial tertentu didik baik verbal maupun non verbal
termasuk dalam dunia pendidikan untuk semuanya di catat dan direkam. Kotak
meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari refleksi (Reflect) berisi perenungan,
a) kegiatan praktek social atau pendidikan, evaluasi diri dari hasil yang telah dicapai
b) pemahaman mereka mengenai kegiatan- mengenai effektivitas kegiatan atau
kegiatan praktek pendidikan dan c) situasi tindakan yang sudah dilakukan. Model
yang memungkinkan terlaksananya proses dalam penelitian tindakan kelas
kegiatan praktek. Penelitian Tindakan Kelas menurut Kemmis dan Taggart terdiri dari
ini bertujuan dalam rangka untuk a).Perencanaan (Planning), b).Tindakan
meningkatkan profesioalitas guru dalam (Action), c). Pengamatan (Observing), d).
meningkatkan hasil belajar atau prestasi Refleksi (Reflecting). Adapun Sasaran
peserta didik dengan melalui kegiatan dalam penelitian ini adalah anak usia 5-6
refleksi diri dari masing-masing guru atau tahun PAUD Cempaka Pekayon. Penelitian
pendidik yang bersangkutan. Melalui dilaksanakan pada Bulan Oktober-
refleksi diri ini diharapkan guru atau Desember 2015 dengan jumlah siswa 18
pendidik mampu merenungkan serta anak.
merencanakan berbagai tindakan-tindakan
lanjutan guna meningkatkan dan HASIL DAN PEMBAHASAN
memperoleh hasil belajar atau prestasi anak Deskripsi hasil penelitian berupa
agar lebih maksimal. data-data mentah yang diperoleh dari hasil
Desain Intervensi Tindakan dalam penelitian tindakan kelas di PAUD
penleitian ini menggunakan Model Kemmis Cempaka Pekayon Bekasi dengan jumlah
dan Mc.Taggart. Ada tiga tahapan dalam siswa sebanyak 18 anak. Hasil ini diperoleh
Model Kemmis dan Mc. Taggart dalam setelah menerapkan suatu pendekatan
(Suharsimi 2006, 97) antara lain: a).Tahap proses pembelajaran belajar kontekstual
Perencanaan (Planning), b).Tahap dalam rangka untuk meningkatkan hasil
Pelaksanaan Tindakan (Action), dan. belajar sains permulaan. Hasil berupa data
Pengamatan (Observing), c).Tahap Refleksi ini diperoleh setelah melakukan tindakan
(Reflection) dan seterusnya sampai dari siklus I sampai pada siklus III. Pada
terselesaikannya refleksi dan tindakan tindakan siklus I membahas materi tentang
selanjutnya”. Pada tahap awal yaitu “Klasifikasi dan Identifikasi Makhluk
menyusun rancangan tindakan yang dikenal Hidup (binatang). Pada pelaksanaan
dengan perencanaan. Pada saat menyusun tindakan siklus I belum menampakkan hasil
sebuah rancangan, peneliti menentukan titik belajar sains permulaan secara maksimal
atau fokus peristiwa yang perlu setelah dilaksanakan evaluasi. Pada
mendapatkan perhatian khusus mengenai perlakuan siklus II terjadi adanya
fokus yang diamati. Pada kotak tindakan peningkatan hasil belajar sains permulaan
(action) di mulai dengan kegiatan-kegiatan dengan materi atau pokok bahasan “
seperti pengajuan pertanyaan-pertanyaan Manfaat Hewan atau Binatang (Binatang
kepada peserta didik dalam rangka yang menguntungkan dan binatang yang
88 | Pendekatan Kontekstual dalam Meningkatkan Hasil Belajar Sains pada Anak Usia Dini

merugikan) di mana dalam materi ini akan peneliti melakukan kajian ulang berupa
menerapkan pkonsep sains sederhana dalam renungan atau refleksi kegiatan. Hasil
kahidupan sehari-hari berhubungan dengan Tindakan Siklus I.
kehidupan binatang. Dalam bahasan inipun Data yang sudah diperoleh dari
diharapakan anak mampu menganalisis penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan
kejadian atau peristiwa sederhana dari hasil di PAUD Cempaka Pekayon Bekasi Bekasi
pengamatan atau observasi serta kegiatan Selatan dengan jumlah siswa 18 anak. Pada
yang sudah dillakukan. Pada siklus II ini tindakan siklus I ini diperoleh data mentah
menunjukkan adanya peningkatan hasil hasil belajar sains permulaan hasil belajar
belajar sains permulaan dibandingkan saat kognitif 58,5%, afektif 47,1, %,
pada perlakuan siklus I. Adapun pada saat psikomotorik 56,1%. hasil belajar Siklus II
siklus III penelitian tindakan membahas kognitif 66,7%, afektif 59%, psikomotorik
materi tentang “Membuat laporan 65,7%. Pada Siklus III Hasil belajar sains
sederhana hasil pengamatan tentang Hewan tersebut adalah kognitif 78,9%, afektif
Liar dan Hewan Peliharaan serta 84,1%, psikomotorik 84,3%. Keterangan
Perkembangbiakan Hewan“, di mana dari hasil yang di dapat dalam melakukan
mengharapkan anak mampu melakukan tindakan kelas dari pra siklus sampai siklus
aktivitas atau kegiatan serta berpikir sintesis 3 adalah terjadinya peningkatan yang
dan evaluasi serta kreatif” berkaitan dengan singnifikan dalam anak belajar sains dengan
makhluk hidup (binatang). Pada siklus III menerapkan pendekatan kontekstual ini.
diperoleh adanya peningkatan hasil belajar Perubahan yang terjadi baik kognitif, afektif
sains yang sangat signifikan. Namun pada maupun psikomotorik. Adapun anak-anak
penelitian ini hanya dibatasi pada III siklus dalam belajar sains dengan menerapkan
saja. Kemudian penelitian ini berakhir. pendekatan ini menjadi lebih aktif, kreatif,
Perencanaan Siklus I peneliti antusias, lebih percaya diri dalam
mengawali dengan membuat SKH atau memperoleh kebenaran, meningkatkan
Lesson Plan dengan membahas materi motivasi dalam keinginan yang tinggi
tentang “Klasifikasi dan Identifikasi dalam belajar alam lingkungan sehingga
Makhluk Hidup (Binatang)” . Pelaksanaan hasil belajar sains lebih efektif, efisien,
Tindakan Siklus I peneliti melakukan serta bermakna.
semua kegiatan yang telah direncanakan Hasil Belajar Sains Permulaan di
pada SKH atau Lesson yang sudah dibuat PAUD Cempaka Pekayon Bekasi Selatan
sebelumnya. Pada awal kegiatan tindakan dengan Pendekatan Belajar Kontekstual
siklus I mengambil topik atau bahasan Domain Kognitif.
tentang “ Klasifikasi dan Identifikasi
Makhluk Hidup(Binatang). Kegiatan ini
diawali dengan kegiatan Story Telling serta
kegiatan Tanya jawab. Observasi Tindakan
Siklus I peneliti bertindak sebagai observer
serta pemeran utama dalam kegiatan
walaupun ada guru pamong yang
membantu dalam pelaksanaan kegiatan.
Refleksi Tindakan Siklus I peneliti
Grafik 1. Hasil Belajar Sains Domain
melakukan tindakan siklus I serta sudah
Kognitif
melakukan kegiatan monitoring maka
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(1), 2019 | 89

Hasil Belajar Sains Permulaan di KESIMPULAN


PAUD Cempaka Pekayon Bekasi Selatan Hasil Penelitian dari Penerapan
dengan Pendekatan Belajar Kontekstual Pendekatan Kontekstual dalam
Domain Afektif. pembelajaran sains Permulaan dengan
menggunakan Metode Action Reseach atau
Penelitian Tindakan Kelas harapannya
Hasil Belajar Sains pada anak usia dini
kelompok B usia 5-6 tahun meningkat, hasil
pembelajaran sain menjadi lebih bermakna
(meaningfull) dan anak mulai dari sejak dini
tertanam sikap-sikap positif dan peka
terhadap lingkungan di mana mereka hidup
dan berkembang.
Grafik 2. Hasil Belajar Sains Domain
DAFTAR PUSTAKA
Afektif
Arsyad, Azhar. "Media Pembelajaran." 20.
Hasil Belajar Sains Permulaan di Jakarta: Raja Grafindo Persada,
PAUD Cempaka Pekayon Bekasi Selatan 1997.
dengan Pendekatan Belajar Kontekstual Brewer, Ann. “Early Chilhood Education
Domain Psikomotorik. Preschool Through Primary
Grades.” 386. University of
Maddachusett Lowell Pearson,
2007.
Darmojo, Hendro, and Jenny Kaligis .
"Pendidikan IPA I." 5-13. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1999.
Darmojo, Hendro, and Jenny Kaligis.
"Pendidikan IPA II." 3. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan
Grafik 3. Hasil Belajar Sains Domain Kebudayaan, 1991.
Psikomotorik
Departemen Pendidikan Nasional.
"Contextual Teaching and Learning
UCAPAN TERIMAKASIH (CTL)`." 3. Jakarta: Direktorat
Terimakasih kepada semua pihak Pendidikan Dasar dan Menengah,
yang telah memberikan dukungan baik 2003.
moril maupun materiil sehinggahasil Dimyati, and Mudjiono. "Belajar &
penelitian ini dapat terpublikasi dengan Pembelajaran ." 13. Jakarta:
baik dari mulai pihak publikasi Jurnal Rieneka Cipta, 2006.
Obsesi Universsitas Pahlawan Tuanku Hapidin, and Winda Gunarti. "Perencanaan
Tambusai Riau, Lembaga PAUD Pekayon Pengelolaan dan Evaluasi
Bekasi, dan Pihak Kampus STKIP Panca Pengajaran di Taman Kanak-
Sakti Bekasi. Kanak." 68. Bekasi: Ghiyats Alfian
Press, 1997.
Iskandar, Srini, and Edy Hidayat.
"Pendidikan Ilmu Pengetahuan
90 | Pendekatan Kontekstual dalam Meningkatkan Hasil Belajar Sains pada Anak Usia Dini

Alam." 2. Jakarta: Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan, 1997.
Mulyadi, Seto. "Homeschooling Kak Seto."
133. Bandung: Mizan Pustaka,
2007.
Mulyasa, Endang. "Kurikulum Berbasis
Kompetensi." 186. Bandung:
Rosdakarya, 2003.
Nasution, Noehi. "Evaluasi Pengajaran." 7.
Jakarta: Direktorat Jenderal
Pembinaan Kelembagaan Agama
Islam , 1996.
Nurhadi. "Kurikulum 2004 Pertanyaan &
Jawaban." 107. Jakarta: Grasindo,
2004.
Rogers, Cosby, and Jamet Sawyers. "Play
in The Lives of Children." 3.
Washington DC: NAEYC, 1995.
Slameto. "Belajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya." 2. Jakarta:
Rieneka Cipta, 2003.
Suharsimi, Arikunto. "Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek." 97.
Jakarta: Rieneka Cipta, 2006.
Sujana, Nana. Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar. Bandung: Rosda
Karya, 2005.
Sujiono, Yuliani Nurani. "Metode
Perkembangan Kognitif." 34-35.
Jakarta: Universitas Negeri Jakarta,
2006.
Suyanto, Slamet. "Konsep Dasar
Pendidikan Anak Usia Dini." 53-56.
Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional Dorektorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, 2005.
Usman, User. "Menjadi Guru yang
Profesional." 29. Bandung: Rosda
Karya, 1989.
Widiaatmadja. "Metodologi Penelitian
Tindakan Kelas." 11. Bandung:
Rosdakarya, 2008.

Anda mungkin juga menyukai