LAPORAN KASUS
Ny. H, perempuan, 50 tahun, datang dengan gangguan buang air besar (BAB)
sejak kurang lebih 1 bulan. BAB dikatakan kecil-kecil dan disertai darah segar.
Pasien juga mengatakan bahwa terdapat rasa tidak puas saat BAB. Penurunan
berat badan disangkal. Riwayat kanker pada keluarga disangkal. Status gizi cukup.
Pada pemeriksaan fisik normal.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan anemia ringan (Hb 10 g/dL). Pada
röntgen thoraks, ditemukan kesan multiple lesi noduler suspek tumor metastasis
ke paru.
Pasien kami diagnosis dengan tumor rekti 1/3 distal. Kami melakukan operasi
laparotomi dengan reseksi usus halus/ kolon dan pull-through dengan tahapan
sebagai berikut:
1. Pasien dibaringkan dengan posisi supine di bawah GA
2. Dilakukan disinfeksi dan drapping
3. Dilakukan insisi midline 2 jari di atas suprapubik hingga 2 jari di atas
umbilicus.
4. Insisi diperdalam secara tajam dan tumpul.
5. Identifikasi organ padat, hepar dan lien teraba dan tampak normal,
identifikasi hollow viscus, perabaan didapatkan massa tumor di distal 1/3
rektum.
6. Dilakukan buka proyeksi peritoneum den pembebasan bagian distal
sigmoid dan rektum.
7. Tampak dan teraba massa di 1/3 distal rektum.
8. Dilakukan prosedur reseksi tumor dan dilanjutkan dengan pull-through
sepanjang 10 cm keluar dari anus (stump).
9. Dilakukan penjahitan abdomen lapis demi lapis dengan meninggalkan satu
buah drain.
Lama operasi sekitar 2 jam 40 menit, dengan pendarahan 400 cc, tidak dilakukan
transfusi selama operasi dan tidak ada masalah hemodinamik intra operasi. Paska
operasi pasien dibawa ke ruangan. Lama perawatan di ruangan hari. Jaringan yang
sudah direseksi kemudian dibawa ke laboratorium untuk diperiksa leibh lanjut.
Hasil PA: adenokarsinoma rekti diferensiasi sedang dengan ujung reseksi dekat
masih mengandung sel tumor dan ujung reseksi jauh bebas tumor. Pasien
direncanakan untuk operasi pemotongan stump setiap satu bulan.
Gambar 2.1 Sudut pandang koronal dari sebagian posterior kavum pelvis yang
menunjukkan aspek anterior rektum.2
Kanalis ani merupakan segmen terakhir dari traktus gastrointestinal yang berada
di bawah lantai pelvis dalam regio perineum. Panjang kanalis ani pada orang
dewasa adalah 4-5 cm dengan dinding anterior yang lebih pendek daripada
dinding posteriornya.2
Gambar 2.2 Potongan skematik dari kanalis ani dan fosa isioanal kanan2
2.2.2 Epidemiologi
Terdapat sekitar 875.000 kasus kanker kolorektal yang terjadi di seluruh dunia
pada tahun 1996, yang mewakili sebanyak 8,5% dari seluruh kasus kanker baru.
Insiden yang distandarisasi usia sangat bervariasi di seluruh dunia. Terdapat
perbedaan insiden hingga 20 kali lipat antara angka kejadian yang lebih tinggi di
negara-negara maju di Eropa, Amerika Utara dan Selatan, Australia maupun
Selandia Baru, serta Asia dan masih terdapat angka kejadian yang lebih rendah di
beberapa negara saat ini maju seperti Malaysia dan Korea serta di negara
berkembang seperti negara-negara Afrika, Asia dan Polinesia. Sekitar 30-40%
kasus kolorektal muncul dari rektum yang didefinisikan sebagai batas distal tumor
dalam 15 cm dari batas anus.3,4,5
Kanker rektal merupakan kanker usus besar kedua yang paling sering
ditemukan, dengan angka kejadian sebesar 28%, setelah kanker kolon proksimal
(42%). Kanker rektal sendiri sering dianggap sebagai bagian dari kanker
kolorektal pada penelitian-penelitian epidemiologi yang terkait. Angka kejadian
kolorektal memang berbeda di seluruh dunia, namun polanya hampir sama pada
laki-laki maupun perempuan. Perkiraan kasus kanker rektal tertinggi ditemukan di
Australia dan Selandia baru dengan 44,8/100.000 kasus pada laki-laki dan
32,2/100.000 kasus pada perempuan, sedangkan yang terendah ditemukan di
Afrika Barat (4,5 dan 3,8 per 100.000 kasus secara berturut-turut pada laki-laki
dan perempuan). Angka kematian adalah sebesar 4-10/100.000 per tahun dengan
angka kejadian yang lebih tinggi pada kaum laki-laki. Data terbaru menunjukkan
bahwa terdapat sekitar 40.000 kasus baru kanker rektal per tahun di Amerika
Serikat.1,4
Di Asia sendiri, ditemukan angka kejadian kanker rektal yang tinggi yang
disertai oleh peningkatan tren juga. Terdapat peningkatan sebanyak dua sampai
empat kali lipat pada negara-negara Asia Timur seperti Republik Rakyat Cina
(RRC), Jepang, Korea Selatan dan Singapura selama beberapa dekade terakhir.
Dari seluruh kelompok etnis di Asia, angka kejadian kanker rektal lebih tinggi
secara signifikan pada etnis Tionghua. Di RRC, terdapat peningkatan angka
insiden secara stabil dari tahun 1987-1989, dengan angka kejadian kanker rektal
yang disesuaikan usia yang meningkat dari 7,68 dan 6,51 menjadi 11,45 dan 8,28
per 100.000 untuk pria dan wanita, secara berurutan. Di Jepang sendiri, angka
kejadian kanker rektal mungkin sudah melebihi kanker gaster. Peningkatan
insiden yang cepat juga dilaporkan di Taiwan.7,8
Gambar 2.1 Insidens (biru) dan mortalitas (jingga) dari kanker kolorektal pada
laki-laki di beberapa negara6
Stadium Karakteristik
A Tumor terbatas pada lapisan mukosa
B1 Tumor terbatas pada lapisan submukosa, tidak ada
keterlibatan nodus limfa.
B2 Tumor sampai pada lapisan otot, tidak ada keterlibatan nodus
limfa.
C1 Tumor tidak melebihi dinding usus, terdapat metastasis nodus
limfa
C2 Tumor melebihi dinding usus dan terdapat metastasis nodus
limfa
Saat ini, sistem klasifikasi yang dipakai adalah sistem TNM yang dikeluarkan
oleh American Joint Committee on Cancer (AJCC) yang berdasarkan tiga buah
informasi, yaitu5:
1. Ukuran atau seberapa luas tumor (T)
2. Penyebaran ke nodus limfa terdekat (N)
3. Penyebaran atau metastasis ke tempat yang jauh (M)
2.5 Histopatologi
Karakteristik yang mendefinisikan adenokarsinoma kolorektal adalah invasi
melalui mukosa muskularis ke dalam submukosa. Lesi dengan karakteristik
morfologis adenokarsinoma yang terbatas pada epitel atau menginvasi lamina
propria saja dan kurangnya invasi melalui mukosa muskularis ke dalam
submukosa hampir tidak memiliki risiko metastasis. Oleh karena itu, penggunaan
istilah “neoplasia intraepitel stadium tinggi” lebih tepat daripada
“adenokarcinoma in situ”, dan istilah “neoplasia intramukosa” lebih tepat
daripada “adenokarsinoma intramukosa”. Penggunaan istilah yang diusulkan ini
membantu untuk menghindari pengobatan yang berlebih.3
Hampir seluruh adenokarsinoma kolorektal merupakan struktur glandular
pembentuk kelenjar dengan ukuran dan konfigurasi yang berbeda.
Adenokarsinoma yang terdiferensiasi dengan baik atau sedang biasanya memiliki
sel epithelial yang besar dan tinggi, serta lumnia kelenjarnya sering mengandung
debris seluler.3
Gambar 2.7 A Karsinoma sel signet-ring yang muncul pada sebuah adenoma; sel
signet-ring intermukosa yang dekat dengan kelenjar adenomatosa. B Sel signet-
ring yang menginfiltrasi propria muskularis. C Metastasis nodus limfa oleh
karsinoma sel signet-ring.14
2.5.3 Karsinoma Adenoskuamosa
Tumor ini menunjukkan baik karakteristik dari karsinoma skuamosa maupun
karakteristik adenokarsinoma, baik sebagai area terpisah dalam tumor atau
tercampur. Untuk sebuah lesi dapat diklasifikasikan sebagai adenoskuamosa,
seharusnya terdapat lebih dari sekadar fokus kecil diferensiasi skuamosa yang
hanya muncul di saat-saat tertentu. Karsinoma sel skuamosa murni sangat jarang
di usus besar.5,14
2.6.2 Adenoma
Lesi prekursor ini didefinisikan oleh keberadaan neoplasia intraepitel. Secara
histologis, lesi ini dikarakterisasi oleh hiperseluleritas dengan nukleus
hiperkromatik yang membesar, derajat stratifikasi nuklear yang beragam, dan
hilangnya polaritas. Nukleusnya dapat berbentuk gelendong atau membesar dan
ovoid.5
Inaktivasi jalur APC/beta-katenin umumnya memulai proses adenoma
dan berakibat pada proliferasi epitel yang meluas pada epitelium displastik dari
dasar kripte menuju ke permukaan luminal. Polip merupakan hasil dari
pembelahan kripte yang dipercepat akibat mutasi gen APC. Derajat glandular atau
kompleksitas vilus, perluasan stratifikasi nuklear, dan tingkat keparahan morfologi
nuklear abnormal dapat menentukan apakah sebuah neoplasia intraepitelium
merupakan stadium rendah atau stadium lanjut.5
Gambar 2.10 Adenoma tubulovilus. Berpedunkulasi dengan tangkai panjang dari
mukosa non-neoplastik5
Tabel 2.4 Kategori risiko dan rekomendasi skrining yang dikeluarkan oleh
Kemenkes RI12
2.10 Diagnosis
Kanker rektal dapat dicurigai dari tanda dan gejala yang ada maupun dengan
pemeriksaan pada rektum. Setelah dicurigai, kolonoskopi atau studi pencitraan
diperlukan. Kanker rektal juga dapat ditemukan dengan skrining. Pemeriksaan
jaringan histologis kemudian diperlukan untuk mengkonfirmasi diagnosis diikuti
dengan pemeriksaan yang tepat.1,3
Tabel 2.5 Diagnosis kerja pada kanker rektal primer menurut European Society
for Medical Oncology (ESMO)11
Parameter Pilihan Metode
Lokasi (jarak dari batas Pemeriksaan rektal digital/ palpasi
anal) Sigmoidoskopi kaku (endoskopi fleksibel)
Stadium T
Awal Ultrasound endorektal (endorectal ultrasound;
ERUS)
MRI
Intermediate/ Lanjut ERUS
Walaupun teknik ini tidak bebas dari morbiditas dan konsekuensi, teknik
P-T membawa keberhasilan sampai tahun 70-an dalam membuat pembangunan
anastomosis distal menjadi lebih mudah, dan juga memungkinkan pembuatan
anastomosis baik yang segera maupun yang tertunda. Rekonstruksi yang tertunda
dibuat dengan mempertahankan ujung distal tunggul kolik yang dieksternalisasi
melalui dan di luar anus, untuk waktu yang diperlukan untuk penyembuhan
anastomosis hulu di antara bagian kranial dari stump kolon dan residu rektum atau
kanalis ani. Prosedur ini memungkinkan untuk menghindari stoma protektif dan
meminimalkan risiko luka terbuka.18,19
2.11.1 Prosedur
Pasien ditempatkan pada posisi rendah Lloyd-Davies. Pada fase abdominal,
prosedur pada kanker rektal primer tidak berbeda dari reseksi anterior letak rendah
standar, yaitu: mobilisasi kolon kiri dari retroperitoneum dan omentum majus
hingga setengah dari kolon transversal; hemostasis dan pemotongan pembuluh
mesenterika inferior ke asalnya; insisi dari insersi mesokolon transversus sampai
ke batang pembuluh kolik pertengahan; hemostasis dan pemotongan pembuluh
kolik kiri dekat dengan vena mesenterika inferior; insisi pada daerah avaskuler
dari mesokolon transversus dekat arkus kolik kiri, untuk mendapatkan elongasi
maksimum dari kolon yang tersisa untuk rekonstruksi.18,20
Gambar 2.22 Pemulihan segera tonus sfingterik pada akhir anastomosis koloanal
tertunda18
2.12 Pembahasan
Kanker rektal merupakan kanker yang cukuup sering ditemukan dengan angka
kejadian sebesar 28%. Angka kejadian kanker rektal lebih tinggi pada negara-
negara barat seperti negara-negara di Eropa, Amerika Utara dan Selatan, maupun
Australia. Namun, saat ini terdapat peningkatan insiden pada negara-negara di
Asia seperti RRC, Jepang, dan Korea Selatan. Kanker rektal sendiri lebih banyak
ditemukan pada laki-laki daripada perempuan. Adapun beberapa faktor yang
mempengaruhi kanker rektal adalah riwayat kanker dalam keluarga, gaya hidup
dan diet.
Diagnosis kanker rektal ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang. Tiga pemeriksaan penunjang yang sering dipakai
dalam diagnosis adalah endoskopi, barium enema dengan kontras ganda serta
kolonografi CT. Penunjang lainnya yang dapat dipakai adalah MRI maupun
ultrasound endoskopi.
Pada pasien ini, didapati keluhan buang air besar (BAB) yang kecil yang
darah segar. Terdapat rasa tidak puas pada BAB (tenesmus +). Foto polos thoraks
pasien menunjukkan kesan adanya metastasis tumor ke paru.
BAB III
KESIMPULAN
Kanker rektal merupakan salah satu keganasan yang sering ditemukan dan
menyebabkan kematian. Angka kejadian kanker rektal banyak ditemukan pada
negara-negara barat seperti negara-negara di Eropa maupun di Amerika Utara. Hal
ini berkaitan dengan pola hidup dan diet yang banyak mengandung daging sapi,
daging babi serta daging olahan serta konsumsi alkohol maupun merokok.
Namun, seiring berjalannya waktu, angka kejadian kanker rektal sekarang
meningkat di negara-negara Asia seperti Republik Rakyat Cina (RRC), Jepang,
dan Korea Selatan.
Salah satu modalitas terapi untuk kanker rektal adalah pembedahan.
Terdapat berbagai teknik pembedahan yang dapat digunakan dalam terapi kanker
rektal, salah satunya adalah teknik pull-through (P-T). Teknik ini merupakan
teknik yang sudah lama dipakai dan sempat ditinggalkan oleh ahli bedah, namun
melihat keuntungan yang didapatkan, teknik ini kembali dipakai dalam terapi
kanker rektal. Teknik P-T biasanya dipakai untuk tumor lokasi rendah.
Anastomosis koloanal dapat dibuat secara langsung maupun tertunda, namun yang
seringkali ditemukan adalah anastomosis koloanal tertunda (D-CAA).
Adapun keuntungan teknik ini adalah risiko pendarahan dan cedera
struktur dekat rektum yang menurun karena terhindarnya diseksi perirektal. Selain
itu, teknik ini mudah untuk dilakukan kembali. Komplikasi dari prosedur ini
meliputi komplikasi awal seperti cedera ureter, abses pelvis, serta hematoma
pelvis dan komplikasi yang lebih lama muncul seperti prolaps mukosal, abses
perianal, dan obstruksi usus halus.
DAFTAR PUSTAKA
1. Fazeli MS, Keramati MR. Rectal cancer: a review. Med J Islam Repub
Iran. 2015; 29:171. Tersedia di
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC 44 31429/
2. Mahadevan V. Anatomy of the rectum and anal canal. Surgery. 2017; 35:
121-125. Tersedia di https://www.surgeryjournal.co.uk/article/S0263-9319
(16)30220-4/pdf
3. American Cancer Society. Colorectal Cancer Early Detection, Diagnosis,
and Staging. 2018. Tersedia di https://www.cancer.org/content/dam/CRC
/PDF/Public/8606.00.pdf
4. Kocaman O, Baysal B, Senturk H, Ince AT, Muslumanoglu M, Kocakoc E,
et al. Staging of rectal carcinoma: MDCT, MRI or EUS. Single center
experience. Turk J Gastroenterol. 2014;25(6):669-73. Tersedia di
http://turkjgastroenterol.org/sayilar/281/buyuk/669-73.pdf
5. Hamilton S.R., Aaltonen L.A. (Eds.): World Health Organization
Classification of Tumours. Pathology and Genetics of Tumours of the
Digestive System. 2000. IARC Press: Lyon. Hal: 105-199. Tersedia di
https://www.iarc.fr/wp-content/uploads/2018/07/bb2-chap6.pdf
6. National Cancer Institute. Colorectal Cancer Screening (PDQ®)-Patient
Version. https://www.cancer.gov/types/colorectal/patient/rectal-treatment-
pdq
7. Deng Y. Rectal Cancer in Asian vs. Western Countries: Why the Variation
in Incidence? Curr Treat Options Oncol. 2017;18(10):64. Tersedia di
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/28948490
8. Pourhoseingholi MA. Increased burden of colorectal cancer in Asia. World
J Gastrointest Oncol. 2012;4(4):68-70. Tersedia di https://www.ncbi.nlm.
nih.gov/pmc/articles/PMC3334381/
9. Kokki I, Papana A, Campbell H, Theodoratou E. Estimating the incidence
of colorectal cancer in South East Asia. Croat Med J. 2013;54(6):532-40.
Tersedia di https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3893985/
10. Khairina D, Suzanna E, Triana D, Kadir A, et al. Profile of Colorectal
Cancer in 14 Provinces in Indonesia. Journal of Global Oncology 4. 2018;
2. https://ascopubs.org/doi/abs/10.1200/jgo.18.64300
11. Glynne-Jones R, Wyrwicz L, Tiret E, Brown G, Rodel C, Cervantes A, et
al. Rectal cancer: ESMO Clinical Practice Guidelines for diagnosis,
treatment and follow-up. Ann Oncol. 2017;28(4): iv22-iv40. Tersedia di
https://www.esmo.org/Guidelines/Gastrointestinal-Cancers/Rectal-Cancer
12. Komite Penanggulangan Kanker Nasional. Panduan Penatalaksanaan
Kanker Kolorektal. 2017. Hal: 1-5. http://kanker.kemkes.go.id/guidelines
/PPKKolorektal.pdf
13. Akkoca AN, Yanik S, Ozdemir ZT, Cihan FG, Sayar S, Cincin TG, et al.
TNM and Modified Dukes staging along with the demographic
characteristics of patients with colorectal carcinoma. Int J Clin Exp Med.
2014;7(9):2828-35. Tersedia di https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles
/PMC4211795/
14. Fleming M, Ravula S, Tatishchev SF, Wang HL. Colorectal carcinoma:
Pathologic aspects. J Gastrointest Oncol. 2012;3(3):153-73. Tersedia di
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3418538/
15. Axelrad JE, Lichtiger S, Yajnik V. Inflammatory bowel disease and cancer:
The role of inflammation, immunosuppression, and cancer treatment.
World J Gastroenterol. 2016;22(20):4794-801. Tersedia di
https://www.ncbi. nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4873872/
16. Nougaret S, Reinhold C, Mikhael HW, et al. The Use of MR Imaging in
Treatment Planning for Patients with Rectal Carcinoma: Have You
Checked the “DISTANCE”? Radiology. 2013; 266(2): 330-344. Tersedia
di https://pubs.rsna.org/doi/pdf/10.1148/radiol.13121361
17. Chua TC, Chong CH, Liauw W, Morris DL. Approach to rectal cancer
surgery. Int J Surg Oncol. 2012; 2012: 247107. Tersedia di
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3389703/
18. Prete F, Prete FP. The pull-through: back to the future. G Chir. 2013;
34(11-12): 293-301. Tersedia di
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC 3926465/
19. Bianco F, Falato A, Belli A, De Franciscis S, De Leon Valdez JD, Romano
GM. Modified Pull-Through Technique With A Delayed High Coloanal
Anastomosis: No Stoma and Scarless Surgery for Low Rectal Cancer. Dis
Colon Rectum. 2017; 60(10): 1113. Tersedia di https://journals.lww.
com/dcrjournal/Citation/2017/10000/Modified_Pull_Through_Technique_
With_A_Delayed.18.aspx
20. Patsouras D, Yassin NA, Phillips RK. Clinical outcomes of colo-anal pull-
through procedure for complex rectal conditions. Colorectal Dis.
2014;16(4):253-8. Tersedia di https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/
24344638