Anda di halaman 1dari 3

Kinerja sosial perusahaan

Jika kita menyimak sejarah industru, memang ada pengusaha2 besar yang memperoleh nama
harum bukan saja karena keberhasilan di bidang bisnis tetapi juga sebagai filantrop (dermawan).
Beberapa nama terkenal adalah Andrew Carnegie raja besi dan baja amerika dari abad ke-19, jhon
Rockefeller raja minyak di AS dan putranya jhon Rockefeller jr, henry ford pengusaha yang untuk
pertama kali memproduksi mobil pada skala besar.

Mereka mempraktekkan filantopi (tindakan seseorang yang mencintai sesama manusia serta nilai
kemanusiaan, sehingga menyumbangkan waktu, uang, dan tenaganya untuk menolong orang lain.)
terhadap karyawan mereka sendiri dan terhadap masyarakat luas. Carnegie, umpamanya,
membantu banyak lembaga pndidikan dan mendirikan lebih dari 2800 perpustakaan umum, ia
melihat bahwa berbuat baik adalah kewajiban bagi semua orang yang kaya.

Menurut dia kelebihan pendapatan dipercayakan kepada orang kaya untuk berbuat baik kepada
sesame yang berkekurangan. Kekayaan hanya merupakan trust fund, dana yang dipercayakan
kepadanya untuk membantu orang miskin. Dan sebagai pengusaha yang sukses, tentu ia memiliki
keterampilan manajemen terbaik untuk membantu orang miskin dengan cara paling efisien. Jadi,
Carnegie memang berpendapat bahwa pengusaha mempunyai tanggung jawab sosial dalam arti
positif. Pengusaha2 lain belum tentu akan menyetujui pandangan ekstrem itu.

Di zaman kita sekarang masih terdengar nama pengusaha besar yang mempraktekkan
kedermawanan/filantropi. Ted turner yang mendirikan CNN telah menyumbangkan lebih dari satu
miliar dollar AS kepada PBB selama lebih dari 10 tahun untuk membantu para pengungsi dan
anak-anak, untuk menyingkirkan ranjau dan memerangi penyakit. Bill gates dari Microsoft adalah
salah seorang pebisnis terakhir yang bergabung dengan tradisi pelaku filantropi ini.

Sekarang usaha berbuat baik itu biasanya disalurkan melalui yayasan yang telah didirikan oleh
sebuah perusahaan khusus untuk tujuan itu. Sebetulnya hal itu sudah lama dipraktekkan, hanya
sekarang menjadi kebiasaan lebih umum.

Ada beberapa alasan mengapa bisnis menyalurkan sebagian dari labanya kepada karya amal
melalui independen. Alasan pertama berkaitan dengan kenyataan bahwa perusahaan2 itu berstatus
public. Sebagaimana sudah ditekankan oleh Milton friedman, memang tidak bisa dibenarkan bila
para manajer melakukan karya amal dengan kekayaan yang bukan miliknya sendiri. Tetapi rapat
umum pemegang saham dapat menyetujui bahwa sebagian dari laba tahunan disisihkan untuk
karya amal melalui sebuah yayasan khusus. Dan hal itulah yang kini sering terjadi. Di samping
alasan finansial, seperti kemudahan pajak, alasan lain lagi adalah bahwa pimpinan perusahaan
tidak bisa ikut campur dalam urusan suatu yayasan independen dan dengan demikian bantuan
mereka menajdi lebih tulus, bukan demi kepentingan perusahaan saja.

Walaupun yayasan-yayasan serupa itu bayak berbuat baik kepada masyarakat, tidak bisa dikatakan
juga bahwa dengan itu mereka mempraktekkan tanggung jawab sosial dalam arti positif. Kegiatan-
kegiatan karitatif mereka tidaklah altruistis begitu saja, karena biasanya tidak dilakukan tanpa
pamrih. Mereka mempunyai maksud tertentu, khususnya meningkatkan citra perusahaan di mata
masyarakat, baik masyarakat didekat pabrik maupun masyarakat luas. Karya amal itu merupakan
semacam investasi sehingga mereka bisa memetic hasilnya. Sebagaimana pun yang disebut
tanggung jawab sosial ini mempunyasuatu aspek ekonomis dan karenanya tidak lagi merupakan
tanggung jawab sosial secara murni karena dapat menguntungkan bagi perusahaan itu sendiri.

Kini upaya meningkatkan citra perusahaan dengan mempraktekkan karya amal sering disebut
corporate social performance (kinerja sosial perusahaan) perusahaan tidak saja mempunyai kinerja
ekonomis, tetapu juga kinerja sosial. Disadari betul bahwa bagi perusahaan masih ada hal lain yang
perlu diperhatikan daripada memperoleh laba sebesar mungkin. Tidak kalah pentingnya
mempunyai hubungan baik dengan masyarakat di sekitar pabrik dan dengan masyarakat umum,
karena kinerja ekonomis perusahaan langsung terancam kalua hubungan baik itu tidak terjamin.

Untuk mencapai tujuan itu perlu kesediaan perusahaan untuk menginvestasikan dana dalam
program-program khusus, di Indonesia kita hanya dapat mengharapkan bahwa bisnis akan semakin
memahami pentingnyakinerja sosial perusahaan, jika kita mengikuti pemberitaan tentang
perusahaan besar bagi Caltex di riau dan Freeport di papua, tidak dapat dihindari kesan bahwa bagi
mereka hubungan baik dengan masyarakat setempat merupakan hal yang sangat mendesak. Dan
perusahaan lebih kecil pun dapat memperoleh banyak manfaat, jika kinerja sosial dimasukkan
dalam agenda usaha mereka.

Upaya kinerja sosial perusahaan tidak termasuk dikategorikan sebagai pelaksanaan CSR dalam
arti positif. Alsannya, kinerja sosial itu tidak pernah dilakukan tanpa pamrih. Disini tetap berlaku
bahwa bisnis bukan karya amal. Tujuan akhir kinerja sosial adalah mengamankan perolehan
untung, dalam Bahasa inggris tujuan kineja perusahaan adalah doing well by doing good (lebih
maju dengan berbuat baik).

Anda mungkin juga menyukai