PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumbuh kembang adalah proses yang kontinu sejak dari konsepsi sampai
maturitas/dewasa, yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan. Ini berarti
bahwa tumbuh kembang sudah terjadi sejak didalam kandungan dan setelah
kelahiran merupakan suatu masa dimana mulai saat itu tumbuh kembang anak dapat
dengan mudah diamati. Tumbuh kembang menyakup dua peristiwa yang sifatnya
berbeda namun saling berkaitan dan sulit dipisahkan. Pertumbuhan (growth)
berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah, besar, ukuran atau dimensi
tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram,
kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik.
Sedangkan perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan
dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan (Field, 2000).
Setiap anak akan melewati tahap tumbuh kembang secara fleksibel dan
berkesinambungan. Salah satu tahap tumbuh kembang yang dilalui anak adalah
masa prasekolah akhir (4-5 tahun). Pada anak usia 4-5 tahun perkembangan yang
paling menonjol adalah keterampilan motorik. Perkembangan motorik sangat
berkaitan erat dengan kegiatan fisik. Motorik merupakan perkembangan
pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan
saraf, otak, dan spinal cord. Perkembangan motorik terbagi menjadi dua yaitu
motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar adalah aspek yang berhubungan
dengan pergerakan dan sikap tubuh. Motorik halus adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang
melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi
memerlukan koordinasi yang cermat (Soetjiningsih, 1995).
1
gerak tubuh. Gerak merupakan unsur utama dalam pengembangan motorik anak.
Jika anak banyak bergerak maka akan semakin banyak manfaat yang akan di
peroleh anak ketika ia makin trampil menguasai gerakan motoriknya baik motorik
halus maupun motorik kasar yang keduanya berfungsi sebagai rangsangan dalam
pengembangan intelegensi dan kesehatan. Motorik kasar adalah gerakan yang
menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar ataupun seluruh anggota tubuh
yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya berlari, berjinjit,
melompat, bergantung, melempar, menangkap serta menjaga keseimbangan.
Sedangkan Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau
sebagian anggota tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar
dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-
coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya.
C. Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
3
keseluruhan atau sebagian. Dalam pertumbuhan manusia juga terjadi perubahan
ukuran, berat badan, tinggi badan, ukuran tulang dan gigi, serta perubahan secara
kuantitatif dan perubahan fisik pada diri manusia itu. Dalam pertumbuhan manusia
terdapat peristiwa percepatan dan perlambatan. Peristiwa ini merupakan kejadian
yang ada dalam setiap organ tubuh. Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang
terjadi pada individu, yaitu secara bertahap, berat dan tinggi anak semakin
bertambah dan secara simultan mengalami peningkatan untuk berfungsi baik secara
kognitif, psikososial maupun spiritual ( Supartini, 2000).
1) Faktor heriditer/genetic
Faktor heriditer Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada
individu, yaitu secara bertahap, berat dan tinggi anak semakin bertambah dan
secara simultan mengalami peningkatan untuk berfungsi baik secara kognitif,
psikososial maupun spiritual ( Supartini,2000).
4
Merupakan faktor keturunan secara genetik dari orang tua kepada anaknya. Faktor
ini tidak dapat berubah sepanjang hidup manusia, dapat menentukan beberapa
karkteristik seperti jenis kelamin, ras, rambut, warna mata, pertumbuhan fisik, dan
beberapa keunikan sifat dan sikap tubuh seperti temperamen. Faktor ini dapat
ditentukan dengan adanya intensitas dan kecepatan dalam pembelahan sel telur,
tingkat sensitifitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas, dan berhentinya
pertumbuhan tulang. Potensi genetik yang berkualitas hendaknya dapat berinteraksi
dengan lingkungan yang positif agar memperoleh hasil yang optimal.
b. Faktor Lingkungan/eksternal
Lingkungan merupakan faktor yang mempengaruhi individu setiap hari mulai lahir
sampai akhir hayatnya, dan sangat mempengaruhi tercapainya atau tidak potensi
yang sudah ada dalam diri manusia tersebut sesuai dengan genetiknya. Faktor
lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu:
5
Status sosial ekonomi dapat berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Anak yang
lahir dan dibesarkan dalam lingkungan status sosial yang tinggi cenderung lebih
dapat tercukupi kebutuhan gizinya dibandingkan dengan anak yang lahir dan
dibesarkan dalam status ekonomi yang rendah.
• Faktor nutrisi
Nutrisi adalah salah satu komponen penting dalam menunjang kelangsungan proses
tumbuh kembang. Selama masa tumbuh kembang, anak sangat membutuhkan zat
gizi seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan air. Apabila
kebutuhan tersebut tidak di penuhi maka proses tumbuh kembang selanjutnya dapat
terhambat.
• Faktor kesehatan
Status kesehatan dapat berpengaruh pada pencapaian tumbuh kembang. Pada anak
dengan kondisi tubuh yang sehat, percepatan untuk tumbuh kembang sangat
mudah. Namun sebaliknya, apabila kondisi status kesehatan kurang baik, akan
terjadi perlambatan.
1) Perkembangan Psikoseksual
Dalam tahap ini biasanya anak memiliki karakter diantaranya aktivitasnya mulai
melibatkan mulut untuk sumber utama dalam kenyamanan anak, perasaannya mulai
bergantung pada orang lain (dependen), prosedur dalam pemberian makan
sebaiknya memberikan kenyamanan dan keamanan bagi anak.
6
Dalam tahap ini anak biasanya menggunakan rektum dan anus sebagai sumber
kenyamanan, apabila terjadi gangguan pada tahap ini dapat menimbulkan
kepribadian obsesif-kompulsif seperti keras kepala, kikir, kejam dan temperamen.
Tahap ini anak lebih merasa nyaman pada organ genitalnya, selain itu masturbasi
dimulai dan keingintahuan tentang seksual. Hambatan yang terjadi pada masa ini
menyebabkan kesulitan dalam identitas seksual dan bermasalah dengan otoritas,
ekspresi malu, dan takut.
Tahap ini anak mulai menggunakan energinya untuk mulai aktivitas intelektual dan
fisik, dalam periode ini kegiatan seksual tidak muncul, penggunaan koping dan
mekanisme pertahanan diri muncul pada waktu ini.
Tahap ini genital menjadi pusat kesenangan seksual dan tekanan, produksi hormon
seksual menstimulasi perkembangan heteroseksual, energi ditunjukan untuk
mencapai hubungan seksual yang teratur, pada awal fase ini sering muncuul emosi
yang belum matang, kemudian berkembang kemampuan untuk menerima dan
memberi cinta.
2) Perkembangan Biologis
7
sosiologisme atau empiris memenekankan peranan lingkungan pada perkembangan
pribadi. Wolf menentang teori biogenese dan mengemukakan teori epigenese, yang
menyatakan bahwa perkembangan organisme itu tidak ditentukan oleh
performansinya, melainkan ada sesuatu yang baru. William Stern mengemukakan
teori konvergensi yang berusaha mensitesakan kedua teori tersebut. Sebagai
makhluk kodrati yang kompleks, manusia memiliki inteligensi dan kehendak bebas.
Dalam hal perkembangan, pada awalnya manusia berkembang alami sesuai dengan
hukum alam. Kemudian perkembangan alami manusia ini menjadi jauh melampui
perkembangan makhluk lain melalui intervensi inteligensi dan kebebasannya.
3) Perkembangan Psikososial
Erik H Erickson mengungkapkan pendapatnya tentang teori tentang
perkembangan psikososial diantaranya :
8
iii. Inisiatif vs merasa bersalah (initiative vs guilt) -- pra sekolah (3-6
tahun)
9
Generativitas vs stagnasi atau absorpsi diri
Integritas ego vs putus asa -- dewasa akhir (65 tahun keatas)Masa lansia dapat
melihat kebelakang dengan rasa puas dan penerimaan hidup dan kematian, pencaian
yang tidak berhasil dalam krisis ini bisa menghasilkan perasaan putus asa
karenaindividu melihat kehidupan sebagai bagian dari ketidakberuntungan.Selain
teori tersebut menurut, diketahui bahwa gejolak emosi remaja dan masalah
remajalain pada umumnya disebabkan antara lain oleh adanya konflik peran sosial.
Di satu pihak iasudah ingin mandiri sebagai orang dewasa, di pihak lain ia masih
harus terus mengikuti kemauan
orang tua. Rasa ketergantungan pada orang tua di kalangan anak anak Indonesia
lebih besar lagi,karena memang dikehandaki demikian oleh orang tua.Konflik peran
yang yang dapatmenimbulkan gejolak emosi dan kesulitan kesulitan lain pada
amasa remaja dapat dikurangidengan memberi latihan latihan agar anak dapat
mandiri sedini mungkin. Dengankemandiriannya anak dapat memilih jalannya
sendiri dan ia akan berkembang lebih mantap.Oleh karena ia tahu dengan tepat saat
saat yang berbahaya di mana ia harus kembali berkonsultasi dengan orang tuanya
atau dengan orang dewasa lain yang lebih tahu dari dirinyasendiri.
2.8
10
PERKEMBANGAN
MORAL
Moral merupakan bagian yang cukup penting dalam jiwa remaja. Sebagian orang
berpendapat bahwa moral bisa mengendalikan tingkah laku anak yang beranjak
dewasa inisehingga ia tidak melakukan hal hal yang merugikan atau bertentangan
dengan kehendak atau pandangan masyarakat.Di sisi lain tiadanya moral seringkali
dituding sebagai faktor penyebabmeningkatnya kenakalan remaja.Para sosiolog
beranggapan bahwa masyarakat sendiri punya peran penting dalam
pembentukanmoral. W.G. Summer (1907), salah seorang sosiolog, berpendapat
bahwa tingkah laku manusiayang terkendali disebabkan oleh adanya kontrol dari
masyarakat itu sendiri yang mempunyaisanksi sanksi tersendiri buat pelanggar
pelanggarnya.Bayi berada dalam tahap perkembanganmoral yang oleh Piaget
(Hurlock, 1980) disebut moralitas dengan paksaan (preconventionallevel) yang
merupakan tahap pertama dari tiga tahapan perkembangan moral.Menurut teori
Kohlberg (1968) menyatakan bahwa perkembangan moral meliputi beberapa tahap
meliputi :Tingkat premoral (prekonvensional) : lahir sampai 9 tahunAnak
menyesuaikan minat diri sendiri dengan aturan, berasumsi bahwa penghargaan atau
bantuan akan diterimanya, kewaspadaan terhadap moral yang bisa diterima secara
sosial, kontrolemosi didapatkan dari luar.Tingkat moralitas konvensional : 9-13
tahunUsaha yang dilakukan untuk memyensngkan orang lain, kontrol emosi
didapat dari dalam, anakmenyesuaikan diri untuk menghindari penolakan dan
menghindari kritikan dari yang berwenang.Tingkat moralitas pasca konvensional :
13 tahun sampai meninggal
Individu memperoleh nilai moral yang benar, pencapaian nilai moral yang benar
terjadi setelahdicapai formal operasional dan tidak semua orang mencapai tingkatan
ini.Konsep kunci untuk memahami perkembangan moral, khususnya teori
Kohlberg, ialahinternalisasi (
internalization
11
), yakni perubahan perkembangan dari perilaku yang dikendalikansecara eksternal
menjadi perilaku yang dikendalikan secara internal.
2.9
PERKEMBANGAN
SPIRITUAL
12
kedewasaanintelektual, pandangan dalam hal ke-Tuhanan dipahamkan dalam
konteks agama yang dianut dan
13
BAB III
14