Anda di halaman 1dari 17

PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


KABUPATEN PASURUAN

MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA


KELAS / SEMESTER : X / GANJIL
KOMPETENSI DASAR 1.1. Menyimak untuk memahami lafal, tekanan, intonasi, dan
jeda yang lazim / baku dan yang tidak baku

INDIKATOR 1. Reaksi kinetik (menunjukkan sikap memperhatikan,


mencatat) terhadap lafal, tekanan, intonasi, dan jeda yang
lazim/baku dan yang tidak
2. Komentar atau ungkapan lisan terhadap lafal, tekanan,
intonasi, dan jeda yang lazim/baku dan yang tidak.

TUJUAN Siswa dapat:


PEMBELAJARAN 1. Mendengarkan teks dan mencari lafal baku dan tidak baku
yang terdapat dalam teks.
2. Membedakan lafal, intonasi, jeda yang baku dan yang tidak
baku
3. Mengungkapkan kembali wacana/teks yang sudah didengar
sesuai dengan lafal, intonasi, dan jeda yang lazim/baku
MATERI 1. Teks atau wacana atau rekaman bacaan
PEMBELAJARAN
2. Penjelasan tentang intonasi, lafal, tekanan, dan jeda.
3. Contoh lafal baku dan tidak baku.

PENJABARAN MATERI PEMBELAJARAN

Bahasa Indonesia termanifestasi dalam bentuk kalimat-kalimat, yang mana kalimat-kalimat itu
terdiri atas unsur segmental dan suprasegmental.

1. Unsur-unsur kalimat:
a. Unsur-unsur kalimat sebagai manifetasi (bentuk) bahasa:
Unsur Segmental
 Huruf/ fonem
 Suku kata
 Kata
 Frasa
 Klausa
Unsur Suprasegmental

 Tekanan
 Intonasi
 Jeda
Unsur segmental berupa rentetan bunyi yang membentuk satuan-satuan bunyi. Unsur
segmental bahasa yang terkecil adalah fonem, yang dalam bahasa tulis dilambangkan dengan
huruf. Fonem-fonem itu membentuk suku kata, kata, frasa, klausa dan kalimat. Cara
seseorang atau sekelompok orang dalam suatu masyarakat bahasa mengcapkan bunyi-bunyi
bahasa disebut lafal.

Unsur suprasegmental merupakan unsur kalimat yang terdiri atas tekanan, intonasi dan
jeda. Tekanan berupa panjang pendek ataupun keras lemahnya bagian bagian ujaran tertentu.
Tekanan terhadap bahasa-bahasa tertentu disebut fonemis, artinya dapat membedakan makna
kata.
Misalnya dalam bahasa Arab /la/ artinya sungguh, sedangkan /la/ artinya tidak.Dalam
bahasa Batak Toba /bontar/ artinya putih, sedangkan /bontar/ artinya darah.

Dalam bahasa Indonesia tekanan tidak bersifat fonemis artinya tidak berfungsi sebagai
pembeda makna kata. Meskipun demikian tidak berarti bahwa tekanan tidak penting.
Pemberian tekanan harus mengikuti pola pola yang lazim. Da lam pengucapaan kalimat
bahasa Indonesia, suku akhir satuan-satuan makna (gatra) cenderung diucapkan lebih
panjang.

Contoh suku kata yang diberi tekanan panjang diberi tanda (-)

1. Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.


2. Bahwa sesungguhnya kemerdekaan ialah hak segala bangsa.
3. Penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan.
Di samping itu, tekanan juga berfungsi untuk menandai bagian-bagian yang
dipentingkan, yang dalam bahasa tulis ditandai dengan huruf bergaris bawah, huruf miring
atau cetak tebal.

Intonasi ialah naik turunnya atau tinggi rendahnya nada dalam pelafalan kalimat. Nada
tinggi biasanya dipakai oleh orang yang sedang marah, sedangkan nada rendah dipakai oleh
orang yang sedang bersedih. Nada juga memiliki peranan penting dalam pembentukan
isi/jenis kalimat.

Kalimat berita menggunakan nada akhir menurun yang dalam bahasa tulis tidak
dilambangkan dengan tanda titik (.), Kalimat perintah umumnya menggunakan nada
mendatar yang dalam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda seru (!) dan kalimat tanya
pada umumnya menggunakan nada ahir naik yang dalam bahasa tulis dilambangkan dengan
tanda tanya (?)

Lafal merupakan cara seseorang atau sekelompok orang untuk mengucapkan bunyi-
bunyi bahasa. Dalam bahasa tulis, lafal tidak terlihat dengan jelas. Dalam bahasa lisan, lafal
lebih tercermin. Contoh: kata tepat berbeda dengan cepat, guna berbeda dengan tuna.

Jeda merupakan kesenyapan-kesenyapan antar bagian ujaran yang mengisyaratkan batas-


batas satuan ujaran itu. Kesenyapan-kesenyapan itu dapat membatasi kata, frasa, klausa atau
kalimat. Dalam bahasa tulis kesenyapan dilambangkan dengan spasi yang kadang-kadang
diperluas dengan garis miring (/) dengan tanda koma (,), tanda titik koma (;), titik dua (:),
tanda hubung (-), ataupun tanda pisah (--).

Tekanan yaitu menekankan bagian kata yang lebih penting dalam sebuah kalimat.
Contoh variasi tekanan pada kalimat:

Saya telah membaca buku Hak-hak Asasi Manusia di Perpustakaan Rabu lalu.

Kalimat di atas dapat diperikan sebagai berikut:

1. Saya telah membaca buku Hak-hak Asasi Manusia di Perpustakaan Rabu lalu.
2. Saya telah membaca buku Hak-hak Asasi Manusia di Perpustakaan Rabu lalu.
3. Saya telah membaca buku Hak-hak Asasi Manusia di Perpustakaan Rabu lalu.
4. Saya telah membaca buku Hak-hak Asasi Manusia di Perpustakaan Rabu lalu.
5. Saya telah membaca buku Hak-hak Asasi Manusia di Perpustakaan Rabu lalu.

Secara fungsional unsur-unsur segmental kalimat mengemban suatu fungsi, apakah sebagai
subyek (S), predikat (P), obyek (O) ataupun keterangan.

Sebuah kalimat lengkap minimal harus ada S dan P serta intonasinya menunjukkan adanya
intonasi selesai. Kalimat yang secara segmental tidak lengkap, secara suprasegmental terasa juga
ketidaklengkapan itu. Kalimat yang lengkao intonasinya terasa selesai, sedangkan kalimat yang
tak lengkap terasa intonasinya tidak selesai.
Perhatikan contoh berikut!

Kalimat Bukan kalimat

1. Pemandangan itu indah 1. Pemandangan yang indah itu


2. Itu pemandangan indah 2. Anak yang cantik itu
3. Saya makan nasi 3. Makan nasi, saya

Bahasa baku merupakan salah satu variasi bahasa yang pada umumnya mengacu pada
bahasa orang terdidik/ terpelajar dalam situasi resmi/ formal baik lisan maupun tulis dengan
tidak menampakkan ciri kedaerahan atau asing.

Bahasa baku merupakan variasi bahasa yang layak digunakan untuk hal-hal sebagai
berikut :

1. Komunikasi resmi, misalnya surat resmi atau surat dinas, pengumuman resmi, perundang-
undangan.
2. Wacana teknis, misalnya laporan penelitian, makalah (kertas kerja), buku keilmuan, tesis,
desertasi.
3. Pembicaraan di muka umum, misalnya memberi pelajaran, memberi kuliah, rapat dinas,
konferensi, kongres, pidato kenegaraan.
4. Pembicaraan dengan orang yang dihormati, misalnya dengan atasan, dengan pejabat, dengan
guru/dosen, dengan orang yang baru dikenal.

Dari segi kebahasaan yang telah diupayakan pembakuannya meliputi:

1. Tata bahasa yang mencakup bentuk dan susunan kata atau kalimat yang berpedoman pada
buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
2. Kosakata yang berpedoman pada KBBI.
3. Istilah kata yang berpedoman pada Pedoman Pembentukan Istilah.
4. Ejaan yang berpedoman pada EYD.
5. Kriteria lafal baku adalah tidak menampakkan dialek kedaerahan.

Bahasa Indonesia baku menggunakan lafal, tekanan dan intonasi yang sesuai dengan
sistem bunyi Bahasa Indonesia dengan tidak menampakkan sifat asing atau kedaerahan.
Bahasa yang lafal, tekanan dan intonasinya menampakkan ciri asing atau kedaerahan dapat
dikatagorikan sebagai bahasa yang tidak baku.

Ciri-ciri Bahasa Baku:

1. Tidak dipengaruhi bahasa daerah.


Contoh:
Baku Tidak Baku
saya sayah
ibu nyokap
dilihat dilihatin
bertemu ketemu

2. Tidak dipengaruhi oleh bahasa asing.


Contoh:
Baku Tidak Baku
Kantor tempat Kantor di mana
Itu benar Itu adalah benar

3. Bukan merupakan ragam bahasa percakapan.


Contoh:
Baku Tidak Baku
dengan sama
mengapa ngapa
memberi kasih

4. Pemakaian imbuhan secara ekspllisit.


Contoh:
Baku Tidak Baku
Ia bekerja keras Ia kerja keras
Tyson menyerang Tyson serang
lawannya lawannya

5. Pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat.


Contoh:
Baku Tidak Baku
suka akan suka dengan
disebabkan oleh disebabkan karena

6. Tidak terkontaminasi dan tidak rancu.


Contoh:
Baku Tidak Baku
berkali-kali berulang kali
mengesampingkan mengenyampingkan

7. Tidak mengandung arti pleonasme.


Contoh:
Baku Tidak Baku
para tamu para tamu-tamu
hadirin para hadirin

8. Tidak mengandung hiperkorek.


Contoh:
Baku Tidak Baku
insaf Insyaf
sah syah

X.1.1. MEDIA PEMBELAJARAN

X.1.1.1. teks Dialog

DANI : (memegang daftar peserta regu sambil bertanya) “ Nama?”


BAHARUDIN : “Baharudin, tapi tak pakai g.”
DANI : “Maksudmu...Baharudin?”
BAHARUDIN : “Iya Kak...”
DANI : “Kalau kamu?”
SAEFUDIN : “Saepudin, Kak!”
DANI : (menulis sambil mengeja) “sae-pu-din”
SAEFUDIN : “Salah Kak! Bukan pake pe, tapi pake ep.”

LATIHAN

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jawaban yang tepat!

1. Apakah yang dimaksud dengan lafal, tekanan, intonasi dan jeda!


2. Betulkan kata-kata di bawah ini menjadi kata baku!
- Sintesa
- Izazah
- Tehnik
- Sistim
- Metoda

PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
KABUPATEN PASURUAN

MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA


KELAS / SEMESTER : X / GANJIL
KOMPETENSI DASAR 1.2. Menyimak untuk memahami informasi lisan dalam konteks
bermasyarakat
INDIKATOR a. Pengidentifikasian sumber informasi sesuai dengan wacana.
b. Pencatatan isi pokok informasi dan uraian lisan yang bersifat
faktual, spesifik, dan rinci.
c. Pengenalan ragam / laras bahasa.
d. Pembedaan proses dan hasil dengan memperhatikan ciri atau
penanda kata / kalimat.

TUJUAN Siswa dapat:


PEMBELAJARAN 1.Memahami informasi tentang fakta dan bukan fakta.
2. Membedakan fakta umum dan fakta spesifik.
3. Memahami informasi yang memerlukan / bersifat pemerian.
4. Mengenal ragam / laras bahasa / bahasa baku.
5. Membedakan proses dan hasil
MATERI 1. Pengertian informasi.
PEMBELAJARAN
2. Ciri-ciri sumber informasi dan yang bukan.
3. Pemilihan sumber informasi yang didengar.
4. Perbedaan fakta dan bukan fakta, yang umum dan yang
spesifik, pemerian dan yang bukan.
5. Pembuatan catatan yang bersifat faktual, spesifik, dan rinci
berdasarkan informasi yang didengar.
6. Konsep dan ciri – ciri ragam / laras bahasa disertai contoh.
7. Identifikasi ragam / laras bahasa yang tepat / tidak tepat.
8. Ciri atau penanda kata / kalimat yang menunjukkan proses
atau hasil.
9. Pengenalan dengan cepat dan mantap informasi yang
menunjukkan proses atau hasil
PENJABARAN MATERI PEMBELAJARAN

1. Pengertian Informasi
Informasi adalah segala sesuatu yang bisa menerangkan, memberitahukan, bermanfaat dan
dapat menambah pengetahuan atau wawasan yang berasal dari sumber yang dapat dipercaya.
2. Ciri-ciri sumber informasi dan yang bukan.
- Dapat dicek kebenarannya
- Dapat dipertanggungjawabkan
- Mengacu pada informasi tertentu
3. Pemilihan sumber informasi yang didengar.
Informasi lisan dapat berasal dari:
- Narasumber, yaitu orang yang ahli dalam suatu bidang
- Buku, buku-buku di perpustakaan, buku-buku pribadi, hasil penelitian
- Media massa, televisi, radio, surat kabar, majalah, tabloid, brosur
- Internet, yaitu media komunikasi melalui komputer.
4. Perbedaan fakta dan bukan fakta, yang umum dan yang spesifik, pemerian dan yang bukan.
Fakta yaitu peristiwa yang benar-benar terjadi. Sedangkan bukan fakta yaitu kalimat yang
masih merupakan opini. Fakta yang umum, cakupannya masih luas daripada fakta yang
khusus. Pemerian merupakan informasi yang dijelaskan lebih detail.
5. Pembuatan catatan yang bersifat faktual, spesifik, dan rinci berdasarkan informasi yang
didengar.
- Catatan yang bersifat faktual, adalah catatan yang didasarkan atas fakta.
- Catatan yang bersifat spesifik, merupakan catatan khusus dari informasi yang kita
dapatkan.
- Catatan yang bersifat rinci, berupa uraian hasil penyimakan secara keseluruhan.
6. Konsep dan ciri-ciri ragam/ laras bahasa disertai contoh.
7. Identifikasi ragam / laras bahasa yang tepat / tidak tepat.
8. Ciri atau penanda kata / kalimat yang menunjukkan proses atau hasil.
- Ciri kata yang menunjukkan proses yaitu ditandai dengan imbuhan pe-an.
Contoh kata yang menyatakan proses yaitu:
imbuhan pe(N)-an: pemberontakan, pendaftaran, penghitungan.
- Ciri kata yang menunjukkan hasil yaitu ditandai dengan akhiran -an.
Contoh kata yang menyatakan hasil yaitu:
Akhiran -an: hukuman, balasan, timbangan.

X.1.2.2. MEDIA PEMBELAJARAN


1. Teks drama yang diperankan.
2. Teks wacana yang dibacakan.

LATIHAN

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jawaban yang tepat!

1. Simaklah sebuah informasi yang berasal dari media elektronika, dengan menuliskan:
a. Kalimat fakta
b. Kalimat bukan fakta
c. Kalimat fakta umum
d. Kalimat fakta khusus
2. Buatlah 4 kalimat yang didalamnya terdapat kalimat yang menunjukkan proses dan hasil!
3. Dapatkah ragam lisan dijadikan sebagai sumber informasi dalam karya ilmiah?
Tunjukkan buktinya!

PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
KABUPATEN PASURUAN

MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA


KELAS / SEMESTER : X / GANJIL

KOMPETENSI DASAR 1.3 Membaca cepat untuk memahami informasi tertulis dalam
konteks bermasyarakat.
INDIKATOR 1. Membaca cepat permulaan (120 –150 kata / menit).
2. Membaca cepat lanjutan dengan menerapkan teknik
Memindai (scanning) dan Layap (skimming) sehingga
mencapai 230 – 250 kata per menit.
3. Membuat catatan pokok-pokok isi bacaan sesuai dengan
cara /teknik membuat catatan.
4. Menjelaskan bagian bacaan tertentu secara rinci.

TUJUAN Siswa dapat:


PEMBELAJARAN 1. Membaca cepat permulaan dengan menggunakan
cara/teknik membaca cepat sehingga siswa mencapai 120–
150 kata/menit.
2. Membaca cepat lanjutan dengan menggunakan cara/teknik
pindai (scanning) dan layap (skimming) sehingga dalam
membaca siswa dapat mencapai 230–250 kata tiap menit.
3. Menyebutkan pokok–pokok isi bacaan yang dicatat oleh
siswa dengan menggunakan cara/teknik membuat catatan.
4. Menjelaskan secara rinci bagian–bagian bacaan tertentu
yang diperlukan.
MATERI 1. Membaca cepat :
PEMBELAJARAN
a) Konsep
b) Tujuan
c) Teknik
2. Gangguan dalam membaca cepat dan cara mengatasinya.
3. Teknik Membuat Catatan dalam Membaca Pemahaman.
4. Teknik merumuskan simpulan isi wacana.
PENJABARAN MATERI PEMBELAJARAN

Ada dua teknik membaca cepat :

1. Pelayapan (Skimming) adalah upaya mengambil intisari suatu bacaan berupa ide pokok/
detail penting. Ide pokok tersebut dapat berada di awal, di tengah, atau di akhir.
2. Pemindaian (Skanning) adalah teknik membaca cepat untuk memperoleh informasi tanpa
membaca yang lain, langsung ke masalah yang dicari berupa fakta khusus atau informasi
tertentu, seperti mencari nomor telepon, mencari kata dalam kamus,indeks,acara TV dan
sejenisnya.

Langkah-langkah membaca cepat dengan menggunakan teknik Pemindaian (Scanning)

1. Melihat daftar isi dan kata pengantar secara sekilas


2. Menelaah secara singkat latar belakang penulisan buku
3. Membaca bagian pendahuluan secara singkat
4. Mencari dalam daftar isi bab-bab penting yang memuat informasi yang dibutuhkan
5. Mencari kalimat-kalimat penting di halaman bab-bab yang penting tersebut
6. Membaca bagian kesimpulan (bila ada)
7. Mengecek keberadaan daftar pustaka, daftar indeks,apendiks secara sekilas

Siswa dapat dikatakan membaca cepat jika:

1. Minimal mencapai 120-150 KPM


2. Mampu menjawab pertanyaan sekurang-kurangnya 60 % dari bahan yang telah dibaca
3. Dapat mengungkapkan kembali secara runtut dengan menggunakan bahasa sendiri

Langkah-langkah membaca cepat dengan menggunakan teknik Pelayapan (Scimming)

1. Siapkan wacana atau buku yang hendak dibaca


2. Siapkan kertas untuk mencatat ide pokok
3. Mulailah membaca dalam hati
4. Mencatat menurut ide pokok secara urut
5. Membuat kesimpulan
6. Melakukan refleksi sampai memperoleh hasil maksimal

MEDIA PEMBELAJARAN

1. Teks wacana
2. Teks drama

Latihan 1.3

3. Dengarkanlah rekaman berita/dialog dari radio atau televisi!


4. Tulislah kembali sesuai dengan bahasamu sendiri!
5. Sampaikanlah di depan teman-temanmu dengan bahasamu sendiri!
PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
KABUPATEN PASURUAN

MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA


KELAS / SEMESTER : X / GANJIL

KOMPETENSI DASAR 1.4 Memahami informasi tertulis dalam berbagai bentuk teks
INDIKATOR 1. Mengidentifikasi sumber informasi dengan menggunakan
cara/ teknik membaca cepat untuk pemahaman.
2. Mencatat isi pokok informasi dengan menggunakan
cara/teknik membuat catatan yang benar.
3. Mengidentifikasi jenis teks/narasi, deskripsi, dan eksposisi
dengan menggunakan cara/teknik membaca cepat untuk
pemahaman.
4. Memilih proses dan hasil dengan cara membuat cara/teknik
membuat catatan.
5. Memilih fakta dan opini dengan menggunakan cara/teknik
membuat catatan.
6. Menceritakan kembali informasi dari masalah yang telah
teridentifikasi.
7. Mengungkapkan gambar, matriks, bagan, grafis, diagram
secara verbal.
8. Mengubah informasi verbal ke dalam bentuk non verbal.
9. Menyimpulkan informasi yang termasuk pendapa /opini.

TUJUAN Siswa dapat:


PEMBELAJARAN 1. Siswa dapat membaca dengan cara/teknik membaca cepat
untuk pemahaman .
2. Siswa dapat membaca dengan menerapkan teknik membaca
cepat yang sudah dipahami, kemudian menghitung dengan
rumus KPM
3. Siswa dapat mencatat isi pokok informasi dengan
menggunakan cara/teknik membuat catatan yang benar.
4. Siswa dapat mengidentifikasi jenis teks (narasi, deskripsi,
eksposisi) dengan menggunakan cara teknik membaca cepat
untuk pemahaman
5. Siswa dapat memilih fakta dan opini dengan menggunakan
cara/teknik membuat catatan.
6. Siswa membuat kalimat yang berupa proses, hasil, hasil
proses, dan proses hasil.
7. Siswa mengubah bentuk informasi verbal ke dalam bentuk
non verbal.
8. Siswa menyimpulkan dengan cara teknik deduktif dan
induktif.
MATERI 1. Siswa dapat membaca dengan cara/teknik membaca cepat
PEMBELAJARAN
untuk pemahaman .
2. Siswa dapat membaca dengan menerapkan teknik membaca
cepat yang sudah dipahami, kemudian menghitung dengan
rumus KPM
3. Siswa dapat mencatat isi pokok informasi dengan
menggunakan cara/teknik membuat catatan yang benar.
4. Siswa dapat mengidentifikasi jenis teks (narasi, deskripsi,
eksposisi) dengan menggunakan cara teknik membaca cepat
untuk pemahaman
5. Siswa dapat memilih fakta dan opini dengan menggunakan
cara/teknik membuat catatan.
6. Siswa membuat kalimat yang berupa proses, hasil, hasil
proses, dan proses hasil.
7. Siswa mengubah bentuk informasi verbal ke dalam bentuk
non verbal.
8. Siswa menyimpulkan dengan cara teknik deduktif dan
induktif.

PENJABARAN MATERI PEMBELAJARAN

Ada dua teknik membaca cepat :

1. Pelayapan (Skimming) adalah upaya mengambil intisari suatu bacaan berupa ide pokok/
detail penting. Ide pokok tersebut dapat berada di awal, di tengah, atau di akhir.
2. Pemindaian (Skanning) adalah teknik membaca cepat untuk memperoleh informasi tanpa
membaca yang lain, langsung ke masalah yang dicari berupa fakta khusus atau informasi
tertentu, seperti mencari nomor telepon, mencari kata dalam kamus,indeks,acara TV dan
sejenisnya.

Langkah-langkah membaca cepat dengan menggunakan teknik Pemindaian (Scanning)

1. Melihat daftar isi dan kata pengantar secara sekilas


2. Menelaah secara singkat latar belakang penulisan buku
3. Membaca bagian pendahuluan secara singkat
4. Mencari dalam daftar isi bab-bab penting yang memuat informasi yang dibutuhkan
5. Mencari kalimat-kalimat penting di halaman bab-bab yang penting tersebut
6. Membaca bagian kesimpulan (bila ada)
7. Mengecek keberadaan daftar pustaka, daftar indeks,apendiks secara sekilas

Siswa dapat dikatakan membaca cepat jika:

1. Minimal mencapai 120-150 KPM


2. Mampu menjawab pertanyaan sekurang-kurangnya 60 % dari bahan yang telah dibaca
3. Dapat mengungkapkan kembali secara runtut dengan menggunakan bahasa sendiri

Langkah-langkah membaca cepat dengan menggunakan teknik Pelayapan (Scimming)

1. Siapkan wacana atau buku yang hendak dibaca


2. Siapkan kertas untuk mencatat ide pokok
3. Mulailah membaca dalam hati
4. Mencatat menurut ide pokok secara urut
5. Membuat kesimpulan
6. Melakukan refleksi sampai memperoleh hasil maksimal

Jenis-jenis wacana:

1. Narasi: berisi penceritaan


2. Deskripsi: penggambaran objek
3. Argumentasi: Berisi pendapat yang disertai alasan
4. Eksposisi: Penjelasan suatu masalah atau objek
5. Persuasi: Berisi ajakan atau dorongan

Jenis Informasi:

1. Fakta dan opini

Fakta adalah hal yang nyata dan benar-benar terjadi.

Ciri-cirinya:

a) Berisi data (jumlah,waktu,tempat,peristiwa,pelaku)


b) Sudah terjadi

Opini adalah pendapat

Ciri-cirinya:

a) Mengandung relatifitas (mungkin,hampir,kira-kira)


b) Mengandung superlatif (paling, sangat, lebih)
c) Mengandung kata negasi (kurang, tidak)

2. Proses dan hasil


a. Proses
Kalimat yang ditandai dengan predikat berimbuhan pe-an
b. Hasil
Kalimat yang ditandai dengan akhiran –an

3. Verbal dan nonverbal


a) Verbal adalah informasi yang berbentuk tulisan (kata/kalimat)
b) Nonverbal adalah informasi yang disampaikan dalam bentuk gambar atau simbol
(grafik,tabel,diagram,denah)

4. Simpulan
a) Deduktif adalah simpulan dengan pola umum-khusus
b) Induktif adalah simpulan dengan pola khusus-umum

MEDIA PEMBELAJARAN

Gambar struktur organisasi kelas

LATIHAN 1.4
Petunjuk!
Simaklah pembacaan wacan berikut ini dengan seksama!
Soal:
1. Tentukan pikiran utama paragraf di atas dengan menerapkan teknik membaca skimming !
2. Tuliskan kalimat yang berupa fakta dan kalimat yang berupa opini dalam paragraf di atas !
3. Buatlah kalimat yang menyatakan :
a. Proses
b. Hasil
c. Proses – hasil
4. Cermatilah wacana berikut ini :

PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
KABUPATEN PASURUAN

MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA


KELAS/ SEMESTER : X / GANJIL

KOMPETENSI DASAR 1.5 Melafalkan kata dengan artikulasi yang tepat

INDIKATOR 1. Mengucapkan kata dengan suara yang jelas dan tekanan pada
suatu kata serta artikulasi yang tepat/lazim
2. Melafalkan bahasa Indonesia baku termasuk lafal bahasa
daerah yang dibedakan berdasarkan konsep lafal baku bahasa
Indonesia
TUJUAN 1. Mengidentifikasi pelafalan kata yang tidak tepat.
PEMBELAJARAN
2. Melafalkan/ mengucapkan kata dengan suara yang jelas dan
tekanan pada suku kata, serta artikulasi yang tepat/ lazim.
3. Memperbaiki lafal bahasa Indonesia yang terpengaruh lafal
bahasa daerah berdasarkan konsep baku bahasa Indonesia.
MATERI 1. Artikulasi bunyi (fonem) Bahasa Indonesia
PEMBELAJARAN 2. Pengaruh Lafal Terhadap Makna
3. Konsep lafal baku Bahasa Indonesia

PENJABARAN MATERI PEMBELAJARAN

A. Artikulasi bunyi (fonem) Bahasa Indonesia


Fonemen bahasa Indonesia di ucapkan dengan satu cara artikulasi dan lebih darai satu cara
artikulasi.

Vokal : /a/,/i/,/u/,/e/,/o/

Fonem Diftog : /ai/,/au/,/ao/

Konsonan :/ b/,/c/,/d/,/f/

Contoh : Fonem vokal yang mempunyai dua variasi ucapan:


/e/ [e],[ê],[E] /o/ [ )] . [o]
/i/ [I] . [ i] /u/ [u= o],u=u]

B. Pengaruh Lafal Terhadap Makna


Dalam bahasa Indonesia ada beberapa kata yang perlu dicermati ejaan dan pelafalan yaitu:
Kata yang sama ejaannya, berbeda lafal dan makna, seperti:
seret - seret = di tarik
Seret - seret = tidak lancar
Kata yang sama lafalnya,
berbeda ejaan dan makna, misal:
Bang– kakak
Bank– kantor
Kata sama ejaan dan lafal berbeda makna, misal:
Genting – gawat
Genting – atap rumah

C. Konsep lafal baku Bahasa Indonesia


Lafal baku Indonesia dapat diidentifikasikan melalui dua kriteria, yaitu:
1. Lafal yang sesuai dengan sistem bunyi bahasa Indonesia
2. Lafal yang tidak menampakan ciri kedaerahan atau ciri asing
Untuk dapat berbicara dengan lafal bahasa Indonesia yang baku dan baik, kita perlu
memahami :
1. Kata serapan yang diindonesiakan, misal:
Apotik = apotek
Tehnik = teknik
2. Kata bentukan, misal
Kecocokkan – dicocokkan – mencocokkan.
3. Abjad dan singkatan, misal: A/a
Singkatan : SDM, SMK, STM
Akronim : SMEA, ABRI, DEPSOS

4. Kata dan singkatan asing/daerah dalam bahasa Indonesia, misal:


WHO – Dibaca We-Ha-o
Kata drop out, open hause, go pupblik, dsb

Latihan 1.5
Jawablah soal berikut!

1. Ubahlah menjadi lafal bahasa Indonesia baku

a. [tape]
b. [cabe]
c. [sate]
d. [rame]
e. [gule]

2. Kata-kata berikut mana yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia:

a. parap / paraf
b. pasip / pasif
c. fihak / pihak
d. adminnistratip / administatif
e. fasal / pasal
f. insaf / insyaf
g. tarif / tarib
h. telepon / telfon

3. Mana yang benar kata di bawah ini :

a. Perbaikkan – perbaikan
b. Mencocokan – Mencocokkan
c. Kenaikan – kenaikkan
d. Digerakkan – digerakan

4. Jelaskan perbedaan maknanya

a. Ia duduk di teras sambil mengukir teras kayu.


b. Sehabis mengikuti apel siang, kami minum satu gelas sari apel.
c. Sudah tahu kalau tahu itu pahit.

MEDIA PEMBELAJARAN

1. KBBI
2. Buku telepon
3. Artikel koran
PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
KABUPATEN PASURUAN

MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA


KELAS/ SEMESTER : X / GANJIL

KOMPETENSI DASAR 1.6 Memilih kata, bentuk kata,dan ungkapan yang tepat

INDIKATOR 1. Menggunakan kata ungkapan yang sesuai dengan situasi


komunikasi secara tepat, menarik, dan kreatif
2. Memanfaatkan sinonim atau parafrase untuk menghindari
pengulangan mubazir kata yang sama dalam satu kalimat/
paragraf
3. Membedakan pemakaian kata bersinonim yang memiliki
nuansa yang berbeda berdasarkan makna leksikal, makna
konteksual, situaonal, makna struktural, metaforis
4. Menggunakan kata dan ungkapan yang sesuai dengan situasi
komunikasi dalam hal ragam dan laras bahasa

TUJUAN 1. Mengidentifikasi pelafalan kata yang tidak tepat.


PEMBELAJARAN
2. Melafalkan/mengucapkan kata dengan suara yang jelas
dan tekanan pada suku kata, serta artikulasi yang tepat/
lazim.
3. Memperbaiki lafal Bahasa Indonesia yang terpengaruh
lafal bahasa daerah berdasarkan konsep baku bahasa
Indonesia.

MATERI 2. Memilih kata


PEMBELAJARAN
3. Ungkapan (idiom) dan peribahasa

PENJABARAN MATERI PEMBELAJARAN

A. Memilih kata :

1. Makna kata
- Makna Referensial Makna kata yang berkaitan dengan hal, orang atau barang
yang diwakili
- Makna kontekstual Makna kata yang berkaitan dengan konteksnya
Contoh:
a. Ruang sidang DPR itu diisi dengan kursi-kursi empuk
buatan luar negeri. (Bermakna Refensial)
b. Sidang DPR untuk memperebutkan kursi ketua diwarnai
dengan kericuhan. (Bermakna Kontekstual)
- Makna Leksikal Makna kamus.
Contoh:
pencuri = maling
- Makna gramatikal Pencuri curi + pen (nama menurut tata bahasa)
= Orang yang melakukan perbuatan
- Makna denotasi Makna harfiah/makna sebenarnya
- Makna konotasi Makna kiasan/makna tambahan yang menimbulkan nilai
rasa pada pokok.
Contoh :
a. Panjang tangan anak itu hanya 35 cm.
b. Awasilah anak itu karena ia panjang tangan.
- Kata bersinonim Mempunyai nilai rasa (perasaan dan lingkungan )
Pemakaian (kolokasi) – nya
- Kata umum (hipernim) dan kata khusus (hiponim)
- Perubahan makna (generalisasi/meluas, menyempit, ameliorasi dan peyorasi,
sinestesia dan asosiasi)

2. Bentuk Kata

Kata dasar

Kata dibedakan

Kata bentukan

Kata bentukan : Diperoleh melalui proses afiksasi (pengimbuhan) pengulangan dan

pemajemukan

B. Ungkapan (idiom) dan peribahasa

Ungkapan contohnya : Angkat tangan, bapak angkat, keras kepala, kaki tangan

Peri bahasa contohnya : - Beli kucing dalam karung.

- Habis manis sepah dibuang.

MEDIA PEMBELAJARAN

1. Kamus istilah dan peribahasa


2.

Latihan 1.6

A. Gantikanlah kata-kata yang bergaris bawah dalam kalimat berikut dengan kata yang lebih
tepat maknanya!
1. Dengan kerasnya,bola itu dipukul dengan kakinya hingga masuk ke gawang lawanya.
2. Hai, siapa itu yang melihat aku dari balik pintu?
3. Sudah dua puluh tahun ibuku menjaadi buruh di Depnaker.
4. Pembunuh itu harus menjalankan hukuman seumur hidup.
5. Penunjukan pejabat tanpa fit and proper test tidak akan diketahui kualitasnya.

B. Gantilah kata bergaris bawah dalam kailmat berikut dengan sinonim, ungkapan, idiom
atau parafrase yang tepat !
1. Anak-anak saya minta besok kalian sudah datang sebelum pukul 07.00.
2. Setelah dikepung selama hampir setu bulan,ajhirnya pemberontak itu pun menyerah
kepada pasukan pemerintah.
3. Meskipun bukan anak kembar, wajah dua gadis itu mirip sekali.
4. Karena ketakutan, anak itu berlari meninggalkan lawanya.

C. Buatlah peribahasa dengan kata-kata berikut dan jelaskan artinya:


1. Gajah - pelanduk
2. Harimau - gajah
3. Lubang - terperosok
4. Anak - beruk

Anda mungkin juga menyukai