2016-11-280
TEORI TAMBAHAN
Sistem kendali atau sistem kontrol (control system) adalah suatu alat (kumpulan alat) untuk
mengendalikan, memerintah, dan mengatur keadaan dari suatu sistem. Istilah sistem kendali
ini dapat dipraktikkan secara manual untuk mengendalikan stir mobil pada saat kita
mengendarai/menyetir mobil kita, misalnya, dengan menggunakan prinsip loloh balik. Dalam
sistem yang otomatis, alat semacam ini sering dipakai untuk peluru kendali sehingga peluru
akan mencapai sasaran yang diinginkan. Banyak contoh lain dalam bidang industri /
instrumentasi dan dalam kehidupan kita sehari-hari di mana sistem ini dipakai. Alat pendingin
(AC) merupakan contoh yang banyak kita jumpai yang menggunakan prinsip sistem kendali,
karena suhu ruangan dapat dikendalikan sehingga ruangan berada pada suhu yang kita
inginkan.
Pada prinsipnya ada 2 macam sistem kendali: sistem kontrol sekuensial/logika dan sistem
kontrol linear (loloh-balik). Sistem kendali berbasis logika-samar (logika Fuzzy) akhir-akhir
ini banyak diperkenalkan sebagai gabungan di antara kedua sistem tersebut.
Pengendalian proses adalah disiplin rekayasa yang melibatkan mekanisme dan algoritme
untuk mengendalikan keluaran dari suatu proses dengan hasil yang diinginkan. Contohnya,
temperatur reaktor kimia harus dikendalikan untuk menjaga keluaran produk.
Pengendalian proses banyak sekali digunakan pada industri dan menjaga konsistensi produk
produksi massal seperti proses pada pengilangan minyak, pembuatan kertas, bahan kimia,
pembangkit listrik, dan lainnya. Pengendalian proses mengutamakan otomasi sehingga hanya
diperlukan sedikit personel untuk mengoperasikan proses yang kompleks.
Sebagai contoh adalah sistem pengaturan temperatur ruangan agar temperatur ruangan terjaga
konstan setiap saat, misalnya pada 20 °C. Pada kasus ini, temperatur disebut sebagai variabel
terkendali. Selain itu, karena temperatur diukur oleh suatu termometer dan digunakan untuk
menentukan kerja pengendali (apakah ruangan perlu didinginkan atau tidak), temperatur juga
merupakan variabel input. Temperatur yang diinginkan (20 °C) adalah setpoint. Keadaan dari
pendingin (misalnya laju keluaran udara pendingin) dinamakan variabel termanipulasi karena
merupakan variabel yang terkena aksi pengendalian.
Alat pengendalian yang umum digunakan adalah Programmable Logic Controller (PLC).
Alat ini digunakan untuk membaca input analog maupun digital, melakukan serangkaian
program logika, dan menghasilkan serangkaian output analog maupun digital. Pada kasus
Dalam prakteknya sinyal masukan sistem kendali umumnya tidak diketahui sebelumnya
(bersifat random), sehingga masukan sesaat sulit untuk dianalisis. Di dalam menganalisis
maupun merencanakan sistem kendali harus ada satu dasar perbandingan performansi dari
berbagai sistem kendali, Dasar ini dapat disusun dengan menetapkan sinyal uji tertentu dan
membandingkan respon yang terjadi terhadap sinyal-sinyal masukannya.
Respon waktu sistem kendali terdiri dari respon "transien" dan "steady state". Respon
transient adalah respon sistem yang berlangsung dari keadaan awal sampai keadaan akhir,
sedang respon steady state adalah kondisi keluaran sesudah habis respon transien hingga
waktu relatiftak terhingga.
Karakteristik (perilaku dinamik) keluaran sistem kendali yang paling penting adalah
kestabilan mutlak, yang menandai sistem tersebut stabil ataukah tidak stabil. Sistem kendali
berada dalam kesetimbangan atau keluaran berada dalam keadaan yang tetap, jika tanpa
adanya gangguan atau masukan baru. Sistem kendali dengan parameter konstan akan berubah
menjadi tidak stabil, bila keluaran sistem berosilasi secara menerus atau membesar tanpa
batas dari kondisi setimbangnya manakala dikenai suatu gangguan. Dengan demikian
pemakaian analisis persamaan diferensial linear menjadi tidak berlaku.
Karakteristik selain kestabilan mutlak yang perlu diketahui yaitu kestabilan relatif dan
kestabilan tunak ( steady state ). Respon transien system kendali sering menunjukkan osilasi
teredam sebelum mencapai kondisi steady
Respon sistem atau tanggapan sistem adalah perubahan perilaku output terhadap perubahan
sinyal input. Respon sistem berupa kurva ini akan menjadi dasar untuk
menganalisa karakteristik system selain menggunakan persamaan/model matematika.
Bentuk kurva respon sistem dapat dilihat setelah mendapatkan sinyal input. Sinyal input
yang diberikan untuk mengetahui karakteristis system disebut sinyal test. Ada 3 tipe input
sinyal test yang digunakan untuk menganalisa system dari bentuk kurva response:
Ketika input sebuah sistem berubah secara tiba-tiba, keluaran atau output membutuhkan
waktu untuk merespon perubahan itu. Bentuk respon transient atau peralihan bisa
digambarkan seperti berikut:
Underdamped response, output melesat naik untuk mencapai input kemudian turun
dari nilai yang kemudian berhenti pada kisaran nilai input. Respon ini memiliki efek
osilasi
Critically damped response, output tidak melewati nilai input tapi butuh waktu lama
untuk mencapai target akhirnya.
Overdamped response, respon yang dapat mencapai nilai input dengan cepat dan
tidak melewati batas input.
Fasa peralihan ini kemudian akan berhenti pada nilai dikisaran input/target dimana selisih
nilai akhir dengan target disebut steady state error.Jika dengan input atau gangguan yang
diberikan pada fasa transient kemudian tercapai output steady state maka dikatakan sistem ini
stabil. Jika sistem tidak stabil, output akan meningkat terus tanpa batas sampai sistem
merusak diri sendiri atau terdapat rangkaian pengaman yang memutus sistem.
Spesifikasi Respon Transient, adalah spesifikasi respon sistem yang diamati mulai
saat terjadinya perubahan sinyal input/gangguan/beban sampai respon masuk dalam
keadaan steady state. Tolak ukur yang digunakan untuk mengukur kualitas respon
transient ini antara lain; rise time, delay time, peak time, settling time, dan
%overshoot.
Spesifikasi Respon Steady State, adalah spesifikasi respon sistem yang diamati
mulai saat respon masuk dalam keadaan steady state sampai waktu tak terbatas (dalam
praktek waktu pengamatan dilakukan saat TS t 5TS). Tolok ukur yang digunakan
untuk mengukur kualitas respon steady state ini antara lain; %eror steady state baik
untuk eror posisi, eror kecepatan maupun eror percepatan
sistem orde 1
Kesimpulan
Tampak bahwa respon sistem menyerupai respon sistem orde satu, oleh karena itu
spesifikasi respon sistem yang digunakan adalah spesifikasi respon sistem orde satu.
Sistem orde dua dengan koefisien redaman > 1, dapat didekati dengan model orde I,
dengan gain over-all K sama dengan sistem semula dan time constant * adalah waktu
yang dicapai respon pada 63,2% dari
keadaan didekati dengan respon sistem orde I, model sistem dapat direduksi
menjadi model orde I.steady state. Model pendekatan tersebut disebut sebagai Model
Reduksi.
Pengembangan dari pengertian di atas, tiap sistem orde
tinggi yang memiliki respon menyerupai atau dapat
Spesifikasi Respon Steady State Sistem Orde II Seperti juga pada sistem orde I, pada sistem
orde II spesifikasi respon steady state di ukur melalui %eror posisi pada keadaan tunak :
1. Tipe sistem 0, jika akar persamaan karakteristik bernilai 0 tidak ada (tidak terdapat s=0
dari akar persamaan karakteristik) dan persamaan sistemnya:
2. Tipe sistem 1, jika akar persamaan karakteristik bernilai 0 ada 1 atau ada satu akar
persamaan karakteristik s=0 dan persamaan sistemnya:
3. Type sistem n, jika akar persamaan karakteristik bernilai 0 ada n atau ada n akar
persamaan karakteristik s=0 dan persamaan sistemnya:
ket: n=type sistem (0,1,2,3,…) bilangan bulat G’(s)=G(s)H(s) , untuk loop tertutup. Koefisien
steady state error dapat dibagi atas:
1. Kp, Koefisien error posisi (static error) terhadap input unit step
dengan Kp, Ki , and Kd semuanya positif, menandakan koefisien untuk term proporsional,
integral, dan derivatif, secara berurutan (atau P, I, dan D). Pada model ini,
P bertanggung jawab untuk nilai kesalahan saat ini. Contohnya, jika nilai kesalahan
besar dan positif, maka keluaran kontrol juga besar dan positif.
I bertanggung jawab untuk nilai kesalahan sebelumnya. Contoh, jika keluaran saat ini
kurang besar, maka kesalahan akan terakumulasi terus menerus, dan kontroler akan
merespon dengan keluaran lebih tinggi.
D bertanggung jawab untuk kemungkinan nilai kesalahan mendatang, berdasarkan
pada rate perubahan tiap waktu.
Karena kontroler PID hanya mengandalkan variabel proses terukur, bukan pengetahuan
mengenai prosesnya, maka dapat secara luas digunakan.[2] Dengan penyesuaian (tuning)
ketiga parameter model, kontroler PID dapat memenuhi kebutuhan proses. Respon kontroler
dapat dijelaskan dengan bagaimana responnya terhadap kesalahan, besarnya overshoot dari
setpoint, dan derajat osilasi sistem. penggunaan algoritme PID tidak menjamin kontrol
optimum sistem atau bahkan kestabilannya.
Beberapa aplikasi mungkin hanya menggunakan satu atau dua term untuk memberikan
kontrol sistem yang sesuai. Hal ini dapat dicapai dengan mengontrol parameter yang lain
menjadi nol. Kontroler PID dapat menjadi kontroler PI, PD, P atau I tergantung aksi apa yang
digunakan. Kontroler PI biasanya adalah kontroler paling umum. Untuk sistem waktu diskrit,
sering digunakan PSD atau proportional-summation-difference.
Skema kontrol PID dinamai dari ketiga term pengendalinya, yang kemudian dijumlahkan
menjadi variabel manipulasi. Term proporsional, integral, dan derivatif dijumlahkan untuk
menghitung keluaran kontroler PID. Dengan mendefinisikan U(t) sebagai keluaran kontroler,
bentuk akhir dari algoritme PID adalah:
Term Proporsional
Term proporsional akan menghasilkan nilai keluaran yang berbanding lurus dengan nilai
kesalahan. Responnya dapat diatur dengan mengalikan kesalahan (error) dengan konstanta Kp,
disebut konstanta gain proporsional atau gain kontroler.
Gain yang besar menghasilkan perubahan yang besar pada keluaran untuk suatu nilai
kesalahan tertentu. Namun, jika gain terlalu besar, sistem akan membutuhkan waktu yang
cukup lama untuk mencapai kondisi steady-state (lihat bagian loop tuning). Sebaliknya, gain
yang bernilai kecil maka respon keluaran juga kecil, sehingga kontroler menjadi kurang
responsif/sensitif, hal ini akan mengakibatkan respon kontroler akan lebih lambat jika
mendapatkan gangguan.
Term integral
Peranan dari term integral berbanding lurus dengan besar dan lamanya error. Integral dalam
kontroler PID adalah jumlahan error setiap waktu dan mengakumulasi offset yang
sebelumnya telah dikoreksi. Error terakumulasi dikalikan dengan gain integral (K) dan
menjadi keluaran kontroler.
Term derivative
Turunan error pada proses dihitung dengan menentukan kemiringan error setiap waktu dan
mengalikan perubahan tiap waktu dengan gain derivatif Kd.
Aksi derivatif memprediksi perilaku sistem dan kemudian memperbaiki waktu tinggal dan
stabilitas system. Aksi derivatif jarang digunakan pada industri - diperkirakan hanya 25%
kontroler karena akibatnya pada stabilitas sistem pada aplikasi dunia nyata.
Ada beberapa cara untuk menentukan nilai Kp, Ki, Kd. Salah satunya adalah dengan cara
tunning nilainya satu persatu. dimulai dengan nilai Kp (Gain proporsional) terlebih dahulu,
hal ini dikarenakan kita perlu mencari respon sistem yang paling cepat dengan cara
meminimalkan nilai rise time, jangan memberikan nilai Kp terlalu besar atau terlalu kecil.
Setelah respon dirasa cukup tepat hal selanjutnya yang dapat dilakukan adalah dengan
memberikan nilai pada Kd (Gain Derivatif), hal ini bertujuan untuk mengecilkan nilai
amplitudo sehingga osilasi dapat diredam atau bahkan dihilangkan. Kemudian proses terakhir
pada tunning nilai Gain adalah dengan mencari nilai Ki (Gain Integral), tunning Ki
diperlukan jika kondisi sistem memiliki steady state error, yakni terjadi selisih antara nilai set
point dengan nilai sistem saat mencapai kondisi steady state.
Intrumentasi dan control industri tentu tidak lepas dari sistem instrumentasi sebagai
pengontrol yang digunakan dalam keperluan pabrik. Sistem kontrol pada pabrik tidak lagi
manual seperti dahulu, tetapi saat sekarang ini telah dibantu dengan perangkat kontroler
sehingga dalam proses produksinya suatu pabrik bisa lebih efisien dan efektif. Kontroler juga
berfungsi untuk memastikan bahwa setiap proses produksi terjadi dengan baik.
Keterangan :
Kp = konstanta Proporsional
Ti = konstanta Integral
Td = konstanta Detivatif
dengan :
Untuk lebih memaksimalkan kerja pengontrol diperlukan nilai batas minimum dan maksimum
yang akan membatasi nilai Manipulated Variable yang dihasilkan.
Komponen kontrol PID ini terdiri dari tiga jenis yaitu Proportional, Integratif dan Derivatif.
Ketiganya dapat dipakai bersamaan maupun sendiri-sendiri tergantung dari respon yang kita
inginkan terhadap suatu plant.
1. Kontrol Proporsional
2.Kontrol Integratif
Pengontrol Integral berfungsi menghasilkan respon sistem yang memiliki kesalahan keadaan
mantap nol (Error Steady State = 0 ). Jika sebuah pengontrol tidak memiliki unsur integrator,
pengontrol proporsional tidak mampu menjamin keluaran sistem dengan kesalahan keadaan
mantapnya nol.
Jika G(s) adalah kontrol I maka u dapat dinyatakan sebagai u(t)=[integral e(t)dT]Ki dengan
Ki adalah konstanta Integral, dan dari persamaan di atas, G(s) dapat dinyatakan sebagai
Keluaran pengontrol ini merupakan hasil penjumlahan yang terus menerus dari perubahan
masukannya. Jika sinyal kesalahan tidak mengalami perubahan, maka keluaran akan menjaga
keadaan seperti sebelum terjadinya perubahan masukan. Sinyal keluaran pengontrol integral
merupakan luas bidang yang dibentuk oleh kurva kesalahan / error.
3.Kontrol Derivatif
Keluaran pengontrol diferensial memiliki sifat seperti halnya suatu operasi derivatif.
Perubahan yang mendadak pada masukan pengontrol akan mengakibatkan perubahan yang
sangat besar dan cepat. Ketika masukannya tidak mengalami perubahan, keluaran pengontrol
juga tidak mengalami perubahan, sedangkan apabila sinyal masukan berubah mendadak dan
menaik (berbentuk fungsi step), keluaran menghasilkan sinyal berbentuk impuls. Jika sinyal
masukan berubah naik secara perlahan (fungsi ramp), keluarannya justru merupakan fungsi
step yang besar magnitudenya sangat dipengaruhi oleh kecepatan naik dari fungsi ramp dan
factor konstanta Kd.
Sinyal kontrol u yang dihasilkan oleh kontrol D dapat dinyatakan sebagai G(s)=s.Kd Dari
persamaan di atas, nampak bahwa sifat dari kontrol D ini dalam konteks “kecepatan” atau rate
dari error. Dengan sifat ini ia dapat digunakan untuk memperbaiki respon transien dengan
memprediksi error yang akan terjadi. Kontrol Derivative hanya berubah saat ada perubahan
error sehingga saat error statis kontrol ini tidak akan bereaksi, hal ini pula yang menyebabkan
kontroler Derivative tidak dapat dipakai sendiri
1. Pengontrol tidak dapat menghasilkan keluaran jika tidak ada perubahan pada
masukannya (berupa perubahan sinyal kesalahan)
2. Jika sinyal kesalahan berubah terhadap waktu, maka keluaran yang dihasilkan
pengontrol tergantung pada nilai Kd dan laju perubahan sinyal kesalahan.
3. Pengontrol diferensial mempunyai suatu karakter untuk mendahului, sehingga
pengontrol ini dapat menghasilkan koreksi yang signifikan sebelum pembangkit
kesalahan menjadi sangat besar. Jadi pengontrol diferensial dapat mengantisipasi
Efek dari setiap pengontrol Proporsional, Integral dan Derivatif pada sistem lup tertutup
disimpulkan pada table berikut ini :
Setiap kekurangan dan kelebihan dari masing-masing pengontrol P, I dan D dapat saling
menutupi dengan menggabungkan ketiganya secara paralel menjadi pengontrol proporsional
plus integral plus diferensial (pengontrol PID). Elemen-elemen pengontrol P, I dan D masing-
masing secara keseluruhan bertujuan :
Kita coba ambil contoh dari pengukuran temperatur, setelah terjadinya pengukuran dan
pengukuran kesalahan maka kontroler akan memustuskan seberapa banyak posisi tap akan
bergeser atau berubah. Ketika kontroler membiarkan valve dalam keadaan terbuka, dan bisa
saja kontroler membuka sebagian dari valve jika hanya dibutuhkan air yang hangat, akan
tetapi jika yang dibutuhkan adalah air panas, maka valve akan terbuka secara penuh. Ini
adalah contoh dari proportional control. Dan jika ternyata dalam prosesnya air panas yang
diharapkan ada datangnya kurang cepat maka controler bisa mempercepat proses pengiriman
air panas dengan membuka valve lebih besar atau menguatkan pompa, inilah yang disebut
dengan intergral kontrol.
Karakteristik pengontrol PID sangat dipengaruhi oleh kontribusi besar dari ketiga parameter
P, I dan D. Penyetelan konstanta Kp, Ki dan Kd akan mengakibatkan penonjolan sifat dari
masing-masing elemen. Satu atau dua dari ketiga konstanta tersebut dapat disetel lebih
menonjol disbanding yang lain. Konstanta yang menonjol itulah akan memberikan kontribusi
pengaruh pada respon sistem secara keseluruhan.
PID Controler adalah controler yang penting yang sering digunakan dalam industri. Sistem
pengendalian menjadi bagian yang tidak bisa terpisahkan dalam proses kehidupan ini
khususnya dalam bidang rekayasa industri, karena dengan bantuan sistem pengendalian maka
hasil yang diinginkan dapat terwujud. Sistem pengendalian dibutuhkan untuk memperbaiki
tanggapan sistem dinamik agar didapat sinyal keluaran seperti yang diinginkan. Sistem
kendali yang baik mempunyai tanggapan yang baik terhadap sinyal masukan yang beragam.
Sistem Kontrol Manual adalah pengontrolan yang dilakukan oleh manusia yang bertindak
sebagai operator, sedangkan Sistem Kontrol Otomatik adalah pengontrolan yang dilakukan
oleh peralatan yang bekerja secara otomatis dan operasinya dibawah pengawasan manusia.
Sistem Kontrol Manual banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari seperti pada
pengaturan suara radio, televisi, cahaya layer televisi, pengaturan aliran air melalui keran,
pengendalian kecepatan kendaraan, dan lain-lain. Sedangkan Sistem Kontrol Otomatik
banyak ditemui dalam proses industri (baik industri proses kimia dan proses otomotif),
pengendalian pesawat, pembangkit tenaga listrik dan lain-lain.
Sistem Kontrol Lingkar Terbuka (Open Loop) adalah sistem pengontrolan di mana besaran
keluaran tidak memberikan efek terhadap besaran masukan, sehingga variable yang dikontrol
tidak dapat dibandingkan terhadap harga yang diinginkan. Sedangkan Sistem Kontrol Lingkar
Tertutup (Closed Loop) adalah sistem pengontrolan dimana besaran keluaran memberikan
efek terhadap besaran masukan, sehingga besaran yang dikontrol dapat dibandingkan terhadap
harga yang diinginkan. Selanjutnya, perbedaan harga yang terjadi antara besaran yang
dikontrol dengan harga yang diinginkan digunakan sebagai koreksi yang merupakan sasaran
pengontrolan.
Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa sistem kontrol loop terbuka adalah suatu sistem
yang keluarannya tidak mempunyai pengaruh terhadap aksi kontrol. Artinya, sistem kontrol
terbuka keluarannya tidak dapat digunakan sebagai umpan balik dalam masukkan.
Dalam suatu sistem kontrol terbuka, keluaran tidak dapat dibandingkan dengan masukan
acuan. Jadi, untuk setiap masukan acuan berhubungan dengan operasi tertentu, sebagai akibat
ketetapan dari sistem tergantung kalibrasi. Dengan adanya gangguan, sistem control terbuka
tidak dapat melaksanakan tugas yang sesuai diharapkan. Sistem kontrol terbuka dapat
digunakan hanya jika hubungan antara masukan dan keluaran diketahui dan tidak terdapat
gangguan internal maupun eksternal.
1. Sederhana
2. Harganya murah
3. Dapat dipercaya
4. Kurang akurat karena tidak terdapat koreksi terhadap kesalahan
5. Berbasis waktu
Sistem Kontrol loop tertutup adalah sistem kontrol yang sinyal keluarannya mempunyai
pengaruh langsung pada aksi pengontrolan. Sistem kontrol loop tetrtutup juga merupakan
sistem control berumpan balik. Sinyal kesalahan penggerak, yang merupakan selisih antara
sinyal masukan dan sinyal umpan balik (yang dapat berupa sinyal keluaran atau suatu fungsi
sinyal keluaran atau turunannya). Diumpankan ke kontroler untuk memperkecil kesalahan dan
membuat agar keluaran sistem mendekati harga yang diinginkan. Dengan kata lain, istilah
“loop tertutup” berarti menggunakan aksi umpan balik untuk memperkecil kesalahan sistem.
Gambar diatas menunjukan hubungan masukan dan keluaran dari sistem kontrol loop tertutup.
Jika dalam hal ini manusia bekerja sebagai operator, maka manusia ini akan menjaga sistem
agar tetap pada keadaan yang diinginkan, ketika terjadi perubahan pada sistem maka manusia
1. Servomekanisme
2. Sistem pengontrol proses
3. Lemari Es
4. Pemanas Air Otomatik
5. Kendali Termostatik
6. AC