KEPERAWATAN
DOSEN PEMBIMBING
Dr. Tutiany, S. Kp., M.Kes
Assalammualaikum Wr.wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.tanpa pertolongan-Nya kita
semua tidak mungkin dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Pada
kesempatan kali ini kami membahas makalah yang berjudul “Upaya Pencegahan
Penyakit Akibat Kerja dalam Keperawatan”. Dalam menyelesaikan karya tulis ini
kami mengalami beberapa kesulitan. Namun dengan usaha dan kerja keras kami
dalam mengerjakan, akhirnya kami dapat menyajikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna, maka kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat
membangun demi kesempurnaan makalah yang kami buat.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan dan lingkungan kerja. Faktor risiko PAK antara lain: Golongan
fisik, kimiawi, biologis atau psikososial di tempat kerja. Faktor tersebut di
dalam lingkungan kerja merupakan penyebab yang pokok dan menentukan
terjadinya penyakit akibat kerja. Faktor lain seperti kerentanan individual
juga berperan dalam perkembangan penyakit di antara pekerja yang
terpajan. (Ogasawara H, 2008)
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor: 10 tahun 2016 tentang
Tata Cara Pemberian Program Kembali Kerja serta Kegiatan serta
Promotif dan Kegiatan Preventif Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat
kerja menyebutkan Kecelakaan Kerja adalah kecelakaan yang terjadi
dalam hubungan kerja, termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan
dari rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya dan penyakit yang
disebabkan oleh lingkungan kerja. Kemudian yang dimaksud dengan
penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan
atau lingkungan kerja.
Penyakit akibat kerja dapat menyerang semua tenaga kerja di
rumah sakit, baik tenaga medis maupun non medis akibat pajanan biologi,
kimia dan fisik di dalam lingkungan kerja rumah sakit itu sendiri. Rumah
sakit merupakan tempat berkumpulnya orang-orang sakit maupun sehat,
atau anggota masyarakat baik petugas maupun pengunjung, pasien yang
mendapat perawatan di rumah sakit dengan berbagai macam penyakit
menular. Hal tersebut membuat rumah sakit merupakan tempat kerja yang
memiliki resiko terhadap gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja bagi
petugas. Berbagai macam penyakit yang ada di lingkungan rumah sakit
memungkinkan rumah sakit menjadi tempat penularan penyakit infeksi
baik bagi pasien, tenaga kerja maupun pengunjung.
Ditinjau dari Undang-Undang, bahwa ketentuan dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 1087/MENKES/SK/VIII/2010 tentang Standar
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit perlu disesuaikan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
perkembangan hukum.Petugas di lingkungan rumah sakit sangat beresiko
dengan kontak langsung terhadap agent penyakit menular melalui darah,
sputum, jarum suntuk dan lain-lain. UU No. 14 Tahun 1969 Tentang
Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja pada Pasal (9) menyatakan
bahwa Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan,
kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moril. Karena petugas rumah sakit
baik medis ataupun non medis tidak luput dari pajanan berbagai aspek baik
biologi, kimia, dan fisik dalam lingkungan rumah sakit maka diperlukan
adanya upaya mitigasi resiko ataupun pencegahan terhadap resiko-resiko
yang mungkin timbul akibat pekerjaan yang dijalankan.
Maka dari itu, seorang tenaga kesehatan perlu mengetahui
penularan apa saja yang akan terjadi terhadap dirinya, untuk
mengantisipasi atau mencegah akan hal terjadinya penularan seorang
tenaga kesehatan perlu melakukan pencucian tangan, memakai APD.
Berdasarkan permasalahan diatas, penulis sangat tertarik untuk membahas
penyakit akibat kerja dalam keperawatan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja penyakit kerja pada perawat: penyakit menular dan tidak
menular?
2. Apa saja penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja pada perawat?
3. Bagaimana upaya pencegahan penyakit akibat kerja dalam
keperawatan?
C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan apa saja penyakit kerja pada perawat:
penyakit menular dan tidak menular.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan apa saja penyakit atau cedera akibat
kecelakaan kerja pada perawat
3. Mahasiswa mampu mempragakan upaya pencegahan penyakit akibat
kerja dalam keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
Adapun penyebab Penyakit Akibat Kerja dapat dibagi menjadi 5 (lima) golongan
menurut (Effendy, 1998) yaitu:
Setiap hari perawat kontak langsung dengan pasien dalam waktu cukup lama
(6-8 jam/hari), sehingga selalu terpajan mikroorganisme pathogen. Dapat menjadi
pembawa infeksi dari satu pasien ke pasien lain, atau ke perawat lainnya. Harus
sangat berhati-hati (bersama apoteker) bila menyiapkan dan memberikan
obat-obatan antineeoplastik pada pasien kanker. Selalu mencuci tangan sebelum
dan setelah melayani pasien, melepas masker dan kap (topi perawat) bila
memasuki ruangan istirahat atau ruangan makan bersama. Abortus spontan, lahir
premature dan lahir mati sering dialami perawat yang bertugas di ruang inap/
bangsal keperawatan. Bahaya utama di area kerja tenaga perawat adalah penyakit
menular, cedera otot dan tulang, gangguan tidur.(Christanti, 2017)
a) Penyakit Menular
Menurut (Perry, 2005) beberapa penyakit yang dapat menular ketika perawat
melakukan kontak dengan pasien :
1. INFEKSI NOSOKOMIAL
Perawat yang bekerja di Unit Perawatan Intensif (UPI) terutama harus menyadari
praktik aseptik Klien berisiko terhadap infeksi karena alasan berikut:
Klien UPI merupakan klien penyakit kritis dan seringkali memiliki lebih
banyak penyakit yang mendasari dibanding klien lain.
Peralatan invasif seperti selang intravena dan intraarterial lebih banyak
digunakan di UPI.
Prosedur invasif lebih banyak dilakukan di UPI daripada daerah perawatan
umum lainnya.
Seringkali, prosedur pembedahan dilakukan dalam UPI bukan di ruang
operasi karena kondisi kritis klien.
Penggunaan antibiotik berspektrum luas secara berlebihan, menimbulkan
mikroorganisme resisten yang nantinya mengakibatkan infeksi.
Langkah cepat aktivitas di UPI seringkali dapat menyebabkan perawat dan
pemberi layanan kesehatan lain menjadi kurang rajin menggunakan teknik
aseptik.
3) TRAKTUS RESPIRATORIUS
Peralatan terapi pernapasan yang terkontaminasi
Tidak tepat menggunakan teknik aseptik saat pengisapan pada jalan napas
Pembuangan sekresi mukosa dengan cara yang tidak tepat
Teknik mencuci tangan yang tidak tepat
4) ALIRAN DARAH
Kontaminasi cairan intravena melalui pergantian selang atau jarum
Memasukkan obat tambahan ke cairan intravena
Penambahan selang penyambung atau stopcocks pada sistem intravena
Perawatan area tusukan yang tidak tepat
Jarum atau kateter yang terkontaminasi
Gagal untuk mengganti tempat akses intravena ketika tampak pertama
inflamasi
Teknik yang tidak tepat selama pemberian bermacam produk darah
Perawatan yang tidak tepat terhadap pirau peritoneal atau hemodialisis
Teknik mencuci tangan yang tidak tepat
4. Hepatitis
c) Gangguan tidur
Tenaga perawat perlu waktu sepanjang malam atau waktu yang tidak
tentu untuk menjaga pasien, sehingga mudah mengalami kondisi tidur
pendek, tidur kurang lelap, kesulitan tidur.
3. Bahaya radiasi
4. Luka bakar
6. Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam
Kasus yang sering terjadi adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang,
tergores/terpotong, luka bakar, dan penyakit infeksi dan lain-lain. Sejumlah
kasus dilaporkan mendapatkan kompensasi pada pekerja RS, yaitu sprains,
strains: 52%,contussion, crushing, bruising 11%; cuts, laceration, punctures:
10,8%; fractures: 5,6%; multiple injuries: 2,1%; thermal burns: 2%; scratches,
abrasions: 1,9%; infections: 1,3%; dermatitis: 1,2%; dan lain-lain: 12,4% (US
Department of Laboratorium, Bureau of Laboratorium Statistics, 1983)
Ditambahkan juga bahwa terdapat beberapa kasus penyakit akut yang diderita
petugas RS lebih besar 1.5 kali dari petugas atau pekerja lain, yaitu penyakit
infeksi dan parasit, saluran pernafasan. saluran cerna dan keluhan lain, seperti
sakit telinga sakit kepala, gangguan saluran kemih. Masalah kelahiran anak,
gangguan pada saat kehamilan, penyakit kulit dan sistem otot dan tulang
rangka. Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk
mengendalikan, meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya, oleh
karena itu k3 di rumah sakit perlu dikelola dengan baik. Agar
penyelenggaraan K3 di rumah sakit lebih efektif efisien dan terpadu,
diperlukan sebuah pedoman manajemen di rumah sakit, haik bagr pengelola
maupun karyawan di rumah sakit
Perilaku hidup sehat dan kebiasaan makan yang baik serta melakukan olah raga
secara teratur, adalah resep tiada duanya bagi tubuh yang sehat, berikut ini adalah
saran pencegahan penularan penyakit menular, cedera otot dan tulang, gangguan
tidur.
- Jaga punggung, leher, pelvis, dan kaki lurus. Cegah terpelintir. Hal ini
untuk mengurangi risiko cedera pada vertebra lumbal dan kelompok
otot (Owen dan Garg, 1991). Terpelintir meningkatkan risiko cedera.
- Fleksikan lutut; buat kaki tetap lebar karena dasar yang luas
meningkatkan kestabilan.
1) Merawat pasien dibatasi untuk satu pasien saja, batasan ruang gerak hanya
di satu kamar pasien saja, tidak dibenarkan bergerak di berbagai bagian
rumah sakit.