Anda di halaman 1dari 42

LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

BAB I

PEDAHULUAN

A. Latar Belakang

Udara merupakan faktor yang penting kehidupan. Pada era modern ini, sejalan

dengan perkembangan pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, serta

berkembangnya transportasi, di lain sisi lingkungan alam yang mendukung hajat hidup

manusia semakin terancam kualitasnnya, sehingga efek negatif polusi udara terhadap

kehidupan manusia semakin hari semakin bertambah, hal ini yang menyebabkan

terjadinya pencemaran udara atau sebagai berubahnya salah satu komposisi udara dari

keadaan yang normal; yaitu masuknya zat pencemar (berbentuk gas-gas dan partikel

kecil/aerosol) ke dalam udara dalam jumlah tertentu untuk jangka waktu yang cukup

lama, sehingga dapat mengganggu kehidupan manusia, hewan, dan tanaman (BPLH

DKI Jakarta, 2013).

Menurut Korps Lalu Lintas Kepolisian Republik Indonesia (Korlantas Polri),

jumlah kendaraan yang beroperasi di seluruh Indonesia pada rentang 2013 mencapai

104.211 juta unit, naik sebesar 12 % dari 2012; yakni sebanyak 94.299 juta unit, dan

juga naik sebesar 12 % dari 2011; yakni sebanyak 84.193 juta unit. Dari jumlah

tersebut, maka, populasi terbanyak disumbang oleh sepeda motor, yaitu, rata-rata

sebanyak 73 %.

KELOMPOK IV
FERDY TRISETIO / D131 17 1510 1
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

Padatnya kendaraan bermotor di sejumlah ruas jalan kota-kota besar sudah

menjadi pemandangan sehari-hari. Hiruk-pikuk kendaraan bermotor menyebabkan

kemacetan yang cukup parah di sejumlah ruas jalan kota besar di Indonesia. Gas-gas

dari knalpot kendaraan bermotor merupakan salah satu pencemaran lingkungan.

Polutan udara utama adalah akibat gas-gas buang kendaraan bermotor yang tiap tahun

bertambah dengan cepat. Kontribusi pencemaran udara yang berasal dari sektor

transportasi mencapai 60 persen. Tingginya kontribusi pencemaran udara dari sektor

transportasi menimbulkan masalah kualitas udara.

Polutan yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor antara lain karbon monoksida

(O), nitrogen oksida (NOx), hidrokarbon (HC), sulfur dioksida (SO2), timah hitam (Pb)

dan karbon dioksida (CO2). Dari beberapa jenis polutan ini, karbon monoksida (CO)

merupakan salah satu polutan yang paling banyak yang dihasilkan oleh kendaraan

bermotor. Polutan CO yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor memberi dampak

negatif bagi kesehatan manusia. Karbon monoksida merupakan bahan pencemar

berbentuk gas yang sangat beracun. Senyawa ini mengikat hemoglobin (Hb) yang

berfungsi mengantarkan oksigen segar ke seluruh tubuh, menyebabkan fungsi Hb

untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh menjadi terganggu. Berkurangnya

persediaan oksigen ke seluruh tubuh akan membuat sesak napas dan dapat

menyebabkan kematian, apabila tidak segera mendapat udara segar kembali.

Peraturan Pemerintah No.41 tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara Ambien

Nasional menjelaskan beberapa pengertian yang berkaitan dengan kegiatan

KELOMPOK IV
FERDY TRISETIO / D131 17 1510 2
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

pemantauan kualitas udara, diantaranya adalah mengenai batas – batas ambien

maksimal yang berada di udara. Batas maksimal yang telah ditentukan adalah batas

dimana suatu polutan akan berdampak negatif bagi lingkungan, sehingga suatu kota

akan dapat dikatakan tercemar oleh suatu senyawa polutan apabila telah melewati batas

tersebut.

Udara di alam tidak pernah ditemukan bersih tanpa polutan sama sekali. Beberapa

gas seperti Sulfur Dioksida (SO2), Nitrogen Dioksida (NO2), Karbon Monoksida (CO)

dan Ozon (O3) selalu dibebaskan ke udara sebagai produk sampingan dari proses-

proses alami seperti aktivitas vulkanik, pembusukan sampah tanaman, kebakaran hutan

dan lain sebagainya. Selain disebabkan oleh polutan alami tersebut, polutan udara juga

dapat disebabkan oleh aktivitas manusia. Polutan yang berasal dari kegiatan manusia

secara umum dibagi dalam dua kelompok besar yaitu polutan primer (mencakup 90%

jumlah polutan udara seluruhnya) dan polutan sekunder.

Polutan udara primer pada pengukuran kualitas udara ambien pemukiman Kota

Makassar ada lima sumber polusi yang paling banyak di udara yaitu Sulfur Dioksida,

Nitrogen Dioksida, Karbon Monoksida, Ozon dan Partikel. Namun, sumber polusi

yang utama berasal dari kegiatan trasportasi, dimana hampir 60% dari polutan yang

dihasilkan terdiri dari karbon monoksida. Sumber polusi lain misalnya pembakaran

(baik pembakaran sampah, pembakaran berasal dari rumah tangga, pembakaran hutan

dan lain sebagainya), proses industri, pembuangan limbah dan lainnya.

KELOMPOK IV
FERDY TRISETIO / D131 17 1510 3
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

Salah satu kegiatan dalam pengendalian pencemaran udara adalah pemantauan

kualitas udara ambien. Pemantauan kualitas udara memiliki peran yang sangat penting

dalam penentuan tercemar atau tidak tercemarnya udara pada lokasi pengukuran.

Sistem pemantauan udara dari sisi teknik pengambilan sampel dapat dibagi menjadi

dua jenis yaitu metode manual dan metode otomatis. Kedua metode tersebut memiliki

perbedaan karakteristik metode sampling dan jenis data hasil pemantauan yang

diperoleh. Setelah hasil pengukuran maka hasil polutan yang ditangkap atau diserap

oleh alat di bawah ke laboratorium untuk dianalisis di Spektrofotometer pada polutan

gas. Sedangkan dalam pengolahan data kualitas udara ambien yang telah diukur atau

diuji di lapangan yaitu menggunakan metode perhitungan Indeks Standar Pencemaran

Udara (Fitriana, 2012).

Pembangunan pemukiman di kota Makassar mengakibatkan pencemaran udara

semakin meningkat sehingga dapat mengancam kesehatan manusia dan lingkungan.

Menurut Moh. Ahsan S. Mandra (2011), nilai Indeks Standar Pencemaran Udara

(ISPU) di Kota Makassar pada tahun 2011 untuk parameter CO pada seluruh ruas jalan

berada pada kategori baik (nilai ISPU < 50), untuk parameter NO2 nilai ISPU tidak

terdeteksi karena konsentrasi udara ambien yang dihasilkan lebih kecil dari 1130 yang

merupakan batas ISPU untuk parameter NO2 dengan jangka waktu paparan selama 1

jam.

Pengaruh konsentrasi gas karbon monoksida (CO) terhadap kesehatan manusia

dan makhluk hidup adalah meningkatkan kardiovaskular pada orang perokok yang

KELOMPOK IV
FERDY TRISETIO / D131 17 1510 4
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

sakit jantung maupun tidak dan berbahaya bagi semua polulasi. Pengaruh konsentrasi

gas nitrogen dioksida (NO2) adalah menimbulkan bau tertentu dan memberikan efek

peningkatan reaktivitas pembuluh tenggorokan pada penderita asma. berbahaya bagi

semua populasi. Pengaruh konsentrasi gas sulfur dioksida (SO2) adalah mengakibatkan

luka pada beberapa spesies tumbuhan, menimbulkan bau dan meningkatnya keracunan

pada tanaman, mengakibatkan peningkatan sensitivitas pasien yang berpenyakit asma

dan bronkhitis. Pengaruh Partikulat (PM10) adalah jarak pandang turun secara

signifikan, dan terjadi pengotoran debu di mana-mana, meningkatnya sensitivitas

pasien yang berpenyakit asma dan bronkitis (Agusta, 2017).

Dengan latar belakang di atas maka dilakukan praktikum mengenai pengukuran

konsentrasi kontaminan yang adadi dalam udara ambien untuk mengetahui kualitas

udara di daerah yang akan diteliti. Pada praktikum ini,pengukuran parameter kualitas

udara(SO2, CO, NO2 , partikulat) dengan menggunakan alat impinger dan dust sampler.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari percobaan ini, yaitu :

KELOMPOK IV
FERDY TRISETIO / D131 17 1510 5
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Udara Ambien

Udara merupakan campuran beberapa macam gas yang perbandingannya tidak

tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungannya. Udara

adalah juga atmosfer yang berada disekeliling bumi yang fungsinya sangat penting bagi

kehidupan di dunia. Dalam udara terdapat oksigen (O2) untuk bernapas,

karbondioksida (CO2) untuk proses fotosintesis oleh klorofil, ozon (O3) untuk menahan

sinar ultraviolet (Hadihardaja, 1997).

Udara dapat digolongkan menjadi 2, yaitu udara ambien dan udara emisi. Udara

ambien merupakan udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfir yang

dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur

lingkungan hidup lainnya. Dalam keadaan normal, udara ambien ini akan terdiri dari

gas nitrogen (78%), oksigen (20%), argon (0,93%), dan gas karbondioksida (0,03%).

Udara emisi adalah udara yang langsung dikeluarkan oleh sumber emisi seperti knalpot

kendaraan bermotor dan cerobong gas buang pabrik. Tergantung dari pengelolaan

lingkungannya, udara emisi bisa mencemari udara ambien atau tidak mencemari udara

ambien (BSN, 2016).

Gas-gas lain yang terdapat dalam udara antara lain gas-gas mulia, nitrogen oksida,

hidrogen, metana belerang oksida, ammonia dan lain-lain. Apabila susunan udara

KELOMPOK IV
FERDY TRISETIO / D131 17 1510 6
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

mengalami perubahan dari susunan normal seperti tersebut di atas dan kemudian

menggangu kehidupan manusia, hewan, tumbuhan, bangunan gedung, dan lain

sebagainya, maka berarti udara telah tercemar (Hadihardaja, 1997).

B. Pencemaran Udara

Kualitas udara yang semakin menurun terjadi karena aktivitas manusia (selain

aktivitas secara alami). Disadari atau tidak, ada beberapa aktivitas manusia yang

mengakibatkan kualitas udara menurun, misalnya merokok, kegiatan industri,

transportasi, pembakaran lahan, dan lain sebagainya. Pada posisi inilah udara dikatakan

mangalami pencemaran, karena pada posisi inilah udara dikatakan mengalami

pencemaran, karena komposisi udara berubah. Secara alami, alam memiliki

kemampuan self purification, yaitu kemampuan untuk membersihkan dirinya, selain

itu alam juga memiliki sifat adaptif terhadap segala perubahan yang terjadi. Tentu

kemampuan tersebut ada batasnya, begitu juga perubahan adaptif baru dari alam perlu

waktu lama, dan juga belum tentu perubahan baru mendukung kehidupan manusia.

Salah satu mekanisme alam untuk self purification adalah siklus hidrologi dan juga

siklus lainnya (Cahyono, 2017).

Secara umum, ada dua kelompok standar kualitas udara, yaitu kualitas udara

ambient (lingkungan) dan kualitas udara emisi industri. Aturan umum yang digunakan

untuk diperhatikan bahwa suatu batasan emisi bahan pencemar tertentu adalah sama

dengan 30 kali dari pada standar udara lingkungan. Hal ini dilakukan dengan

pertimbangan bahwa suatu emisi akan diencerkan dalam lingkungan udara. Dengan

KELOMPOK IV
FERDY TRISETIO / D131 17 1510 7
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

bertambahnya pencemaran udara lingkungan, kemampuan untuk mengencerkan emisi

semakin kecil. Laju alir emisi juga penting, dengan bertambah besar laju emisi akan

bertambah rendah emisi standarnya (Machdar, 2018)

Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau

komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara

ambien turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat

memenuhi fungsinya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun

1999).

Udara juga dapat sebagai airborne disease atau media penularan penyakit,

misalnya influenza, tuberculosis, difteri, meningitis meningokokus, dan lain

sebagainya. Penularan ini dapat terjadi di rumah sakit (infection nosocomial) atau

pelayanan kesehatan, di tempat-tempat umun yang permanen (terminal, stasiun,

bandara udara, mall, pasar, hotel, tempat kerja), tempat-tempat umun yang bersifat

incidental (pasar malam, pertunjukkan konser, pertemuan ilmiah, pameran) dan

termasuk lingkungan kecil seperti di rumah yang dapat terjadi antar penghuni rumah.

Perlu ada upaya desinfeksi udara guna mencegah airborne deseases (Cahyono, 2017).

Dalam kaitannya dengan pencemaran udara, pasquil (1983) dalam (Soedomo,

2001), membagi skala waktu dan ruang atmosferik dalam :

1. Skala Mikro/Skala Lokal, dengan orde jangkauan sampai dengan satuan

kilometer, dan skala waktu dalam orde detik sampai beberapa menit. Dalam

skala mikro, beberapa faktor metereologis lokal sangat besar pengaruhnya,

KELOMPOK IV
FERDY TRISETIO / D131 17 1510 8
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

seperti adanya angin darat dan angin laut di daerah pantai, sirkulasi udara

perkotaan dan pedesaaan, panas perkotaan, dan sebagainya. Proses transpor

skala lokal, umunya menyebabkan suatu akumulasi pencemaran relatif di

daerah di atas sumber yang membatasi ruang disperse pencemaran. Contohnya

Kabut London dan Smog Los Angeles.

2. Skala Meso/Skala Regional, dengan jangkauan kilometer sampai dengan

ratusan kilometer, dan dengan skala waktu menit sampai beberapa jam. Angin

yang mempengaruhi pergerakan atmosfer mulai dari tingkat ini adalah angin

Geostropik di atas lapisan batas bumi (Planetary Boundary Layer). Pelepasan

pencemaran tersebut sesuai dengan arah angin, dalam jangkauan horizontal dan

vertical yang jauh lebih besar.

3. Skala Makro/Skala Kontinental, dengan jangkauan di atas ribuan kilometer, dan

dengan skala waktu lebih besar dari pada satu hari. Unsur-unsur pencemar yang

relatif stabil, akan dapat bertahan tetap dalam bentuknya, dan mencapai jarak

jangkauan yang jauh.

Sistem pencemaran udara berawal dari jenis-jenis emisi alami dan antropogenik.

Emisi ini didefinisikan sebagai pencemar primer, karena pencemar-pencemar golongan

ini diemisikan langsung ke udara dari sumberya (misalnya SO2, NOx, CO, Pb, zat-zat

organik dan partikulat), yang pada dasarnya ditentukan oleh faktor-faktor meteorologi.

Bersamaan dengan itu, terjadi pula proses-proses transformasi fisiko-kimia yang

mengubah pencemar primer menjadi unsur gas atau pertikulat bentuk lain yang dikenal

KELOMPOK IV
FERDY TRISETIO / D131 17 1510 9
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

sebagai pencemar sekunder. Pencemar-pencemar ini dapat tersisihkan dari atmosfer

kembali ke permukaan bumi melalui proses deposisi basah atau kering, yang dapat

memberikan dampak terhadap penerima, seperti manusia, hewan, ekosistem akuatik,

vegetasi dan mineral (Soedomo, 2001).

C. Polutan dan Jenis-Jenis Polutan

Polutan adalah zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran terhadap

lingkungan baik (pencemaran udara, tanah, air, dsb). Polusi atau pencemaran

lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau

komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh

kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke

tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat

berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Syarat-syarat suatu zat disebut polutan

bila keberadaannya dapat menyebabkan kerugian terhadap makhluk hidup. Contohnya,

karbon dioksida dengan kadar 0,033% di udara berfaedah bagi tumbuhan, tetapi bila

lebih tinggi dari 0,033% dapat rnemberikan efek merusak. (Luqmanul, 2017)

Pencemaran udara memberi dampak negatif bagi kesehatan manusia akibat

polutan yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor. Dari beberapa jenis polutan yang

dihasilkan, CO merupakan salah satu polutan yang paling banyak yang dikeluarkan

oleh kendaraan bermotor. Penggunaan bahan bakar minyak yang dipergunakan sebagai

penggerak bagi kenda-raan, sistem ventilasi mesin dan yang terutama adalah buangan

dari knalpot hasil pembakaran bahan bakar yang merupakan pencampuran ratusan gas

KELOMPOK IV
FERDY TRISETIO / D131 17 1510 10
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

dan aerosol menjadi penyebab utama keluarnya berbagai pencemar. Polutan yang

dikeluarkan oleh kendaraan bermotor antara lain karbon monoksida (CO), nitrogen

oksida (NOx), hidrokarbon (HC), Sulfur dioksida (SO2), timah hitam (Pb) dan karbon

dioksida (CO2). Dari beberapa jenis polutan ini, karbon monoksida (CO) merupakan

salah satu polutan yang paling banyak yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor.

Polutan CO yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor memberi dampak negatif bagi

kesehatan manusia. Karbon monoksida merupakan bahan pencemar berbentuk gas

yang sangat beracun. Senyawa ini mengikat haemoglobin (Hb) yang berfungsi

mengantarkan oksigen segar ke seluruh tubuh, menyebabkan fungsi Hb untuk

membawa oksigen ke seluruh tubuh menjadi terganggu. Berkurangnya persediaan

oksigen ke seluruh tubuh akan membuat sesak napas dan dapat menyebabkan

kematian, apabila tidak segera mendapat udara segar kembali. (Sandri &dkk,2011)

Metode otomatis dilakukan dengan menggunakan alat yang dapat mengukur

kualitas udara secara langsung sekaligus menyimpan datanya (Menurut Lampiran VI

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 12 Tahun 2010).

Adapun jenis-jenis polutan di udara sebagai berikut.

1. Karbon Monoksida (CO)

Karbon monoksida (CO) merupakan silent killer karena sifat fisiknya yang

tidak berasa, tidak berwarna, dan tidak berbau, tetapi dalam konsentrasi yang

tinggi dapat menyebabkan kematian pada manusia yang terpapar dengan cepat

(Cooper dan Alley., 2011). Semua jenis pembakaran tidak sempurna dari proses

KELOMPOK IV
FERDY TRISETIO / D131 17 1510 11
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

alam yang mengandung bahan bakar karbon menghasilkan CO. Kegiatan manusia

yang paling banyak menghasilkan CO adalah pembakaran mesin, peralatan

berbahan bakar gas, minyak, kayu, atau batu bara, dan pembuangan limbah padat.

Penggunaan rokok atau kayu bakar untuk memasak merupakan contoh akumulasi

CO dalam ruangan tertutup (Wu dan Wang, 2005).

Keracunan gas CO sulit untuk dideteksi karena gejalanya yang bersifat umum

dan mirip dengan gejala flu. Tetapi paparan gas CO pada dosis tinggi dapat

mempengaruhi otak, menyebabkan mual, dan kematian (Mukono, 2011)

2. Nitrogen Dioksida (NO2)

Nitrogen dioksida (NO2) serta berbagai jenis oksida dalam jumlah yang lebih

sedikit. NO2 sangat berbahaya bagi kesehatan. Pengaruh negatif NO2 terhadap

kesehatan manusia adalah menurunnya fungsi paru-paru dan meningkatnya risiko

kanker. Nitrogen Dioksida (NO2) juga merupakan slah satu prekusor pembentuk

polutan sekunder berupa ozon. (Hamra et al., 2015; WHO, 2013)

3. Sulfur Dioksida (SO2)

SO2 (sulfur dioksida), merupakan gas polutan yang banyak dihasilkan dari

pembakaran bahan bakar fosil yang mengandung unsur belerang seperti minyak,

gas, batubara, maupun kokas. Disamping SO2, pembakaran ini juga menghasilkan

gas SO3, yang secara bersama-sama dengan gas SO2 lebih dikenal sebagai gas

SOx (sulfur oksida). Di daerah perkotaan, yang menjadi sumber sulfur utama

adalah kegiatan pemangkit tenaga listrik, terutama yang menggunakan batu bara

KELOMPOK IV
FERDY TRISETIO / D131 17 1510 12
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

ataupun minyak diesel sebagai bahan bakarnya, juga gas buang dari kendaraan

yang menggunakan diesel dan industri- industri yang menggunakan bahan bakar

batu bara dan minyak mentah (Wiharja,2015)

4. Kloroflorokarbon atau Chlorofluorocarbon (CFC)

Kloroflorokarbon atau Chlorofluorocarbon (CFC) mengandung klorin

(chlorine), florin (fluorine) dan karbon (carbon). CFC ini merupakan aktor utama

penipisan lapisan ozon. Peningkatan radiasi sinar ultraviolet yang disebabkan oleh

penipisan lapisan Ozon akibat CFC bukan hanya memberikan efek yang tidak baik

terhadap kesehatan seperti kanker kulit dan katarak, tetapi juga merusak gen dan

membahayakan keselamatan hewan dan tumbuhanan (W.Eko,2005)

5. Total Suspended Particulate(TSP)

Total Suspended Particulate(TSP) adalah partikel udara yang berukuran kecil

seperti debu, asap, dan uap dengan diameter kurang dari 100 mikrometer. TSP

dapat berasal dari beberapa sumber termasuk pembangkit tenaga listrik,

insinerator, kendaraan dan aktivitas konstruksi (Rochimawati,2014).

6. Ozon (O3)

Ozon adalah molekul yang terdiri atas tiga atom oksigen (O3) dan sebuah

bentuk dari oksigen yang tidak stabil (Rubin, 2001). Tidak seperti oksidator

umumya, ozon merupakan zat pengoksidasiyang sangat kuat (powerful oxidizing

agent) yang juga dapat sebagai non-chemical desinfectant.Ciri-ciri dan spesifikasi

ozon yaitu tidak beracun (non-toxic) dalam konsentrasi rendah, ramah lingkungan,

KELOMPOK IV
FERDY TRISETIO / D131 17 1510 13
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

relatif tidak berbahaya dan hampir serupa dengan oksigen (Hartono dkk.,

2010).Occupational Safety and Health Administration(OSHA) telah menetapkan

paparan batasan maksimum untuk manusia terhadap ozon, yaitu sebanyak 0,06

ppm dalam periode delapan jam, lima hari seminggu, dan untuk dosis maksimum

0,30 ppm dalam 15 menit (Suslow, 2004).

7. Hidrogen Sulfida (H2S)

Hidrogen sulfida (H2S) merupakan suatu gas yang tidak berwarna, sangat

beracun, mudah terbakar dan memiliki karakteristik bau telur busuk. H2S lebih

banyak dan lebih cepat diabsorbsi melalui inhalasi daripada lewat paparan oral,

sedangkan pada kulit H2S yang terserap hanya dalam jumlah sangat kecil

(ATSDR, 2000). Gas ini bersifat korosif terhadap metal dan menghitamkan

berbagai material. H2S ini sering terdapat diperoleh di udara pada lapisan bagian

bawah dan ditemukan di sumur atau saluran air buangan. Biasanya H2S ini

ditemukan dengan gas beracun lain seperti metana (CH4) dan karbon dioksida

(CO2) (Slamet, 2002). H2S dapat menyebabkan dampak buruk bagi kesehatan

manusia, terutama jika terpapar melalui udara. Paru-paru dapat dengan cepat

menyerap gas H2S ini. Oleh karena itu, sistem pernapasan merupakan organ yang

paling sensitif bila terkena paparan H2S (US EPA, 2003). Gas H2S dengan

konsentrasi 500 ppm, dapat menyebabkan kematian, edema pulmonary dan

asphyxiant. Hidrogen sulfida termasuk dalam golongan asphyxiant karena efek

utamanya adalah melumpuhkan pusat pernapasan, sehingga kematian disebabkan

KELOMPOK IV
FERDY TRISETIO / D131 17 1510 14
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

oleh terhentinya pernapasan. Sebuah penelitian di Finlandia menyebutkan terdapat

dampak kronis berupa batuk, infeksi pada saluran pernapasan dan sakit kepala

pada paparan H2S dengan konsentrasi 2,3 μg/m3, 24 μg/m3 dan 152 μg/m3

maksimum selama 24 jam (Parti-Pellinen dkk, dalam Sianipar, 2009)

D. Baku Mutu

Mutu udara ambien adalah kadar zat, energi, dan/atau komponen lain yang ada di

udara bebas. Status mutu udara ambien adalah keadaan mutu udara di suatu tempat

pada saat dilakukan inventarisasi. Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau

kadar zat, energi, dan/atau komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau

unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien. Perlindungan

mutu udara ambien adalah upaya yang dilakukan agar udara ambien dapat memenuhi

fungsi sebagaimana mestinya. Untuk mengetahui baku mutu udara ambien nasional

dapat dilihat pada tabel…. (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun

1999).

E. Indeks Standar Pencemaran Udara

Kualitas udara disampaikan kepada masyarakat dalam bentuk indeks standar

pencemar udara atau disingkat ISPU. ISPU adalah laporan kualitas udara kepada

masyarakat untuk menerangkan seberapa bersih atau tercemarnya udara kita dan

bagaimana dampaknya terhadap kesehatan kita setelah menghirup udara tersebut

selama beberapa jam atau hari. Penetapan ISPU ini mempertimbangkan tingkat mutu

udara terhadap kesehatan manusia, hewan, tumbuhan, bangunan dan nilai estetika

KELOMPOK IV
FERDY TRISETIO / D131 17 1510 15
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

(Sianipar, 2017). Peraturan resmi mengenai indeks standar pencemar udara yang ada

di Indonesia adalah keputusan Kepala badan pengendalian dampak lingkungan Nomor

: kep-107/kabapedal/11/1997 Tentang Pedoman Teknis Perhitungan dan Pelaporan

Serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara.

Dalam penentuan indeks standar pencemar udara dilakukan dengan mengubah


kadar pencemar yang terukur dalam bentuk angka tanpa satuan dengan beberapa
rentang kategori. Rentang indeks pencemaran udara dapat dilihat pada tabel 2. Terdapat
5 parameter yang digunakan dalam indeks standar pencemar udara , yakni partikulat
PM10, CO, SO2, NO2, dan O3. Parameter-parameter dasar tersebut diukur dalam rentang
waktu pengukuran, selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1. Kelima parameter tersebut
memiliki batas sesuai dengan rentang indeks standar pencemar udara, dapat dilihat
pada tabel 3. Tinggi atau rendahnya kada pencemar pada udara ambien tentunya
memiliki dampak pada kesehatan manusia maupun lingkungan sekitarnya, dapat dilihat
pada tabel 4.
Penentuan indeks standar pencemar udara dapat dilakukan dengan cara perhitungan,
yakni sebagai berikut :
 Konsentrasi nyata ambien (Xx) ppm, mg/m3, dll.
 Angka nyata ISPU (1)

I = ISPU terhitung
Ia = ISPU batas atas

KELOMPOK IV
FERDY TRISETIO / D131 17 1510 16
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

Ib = ISPU batas bawah


Xa = Ambien batas atas
Xb = Ambien batas bawah
Xx = Kadar ambien nyata hasil pengukuran
F. Distribusi Data

1. NO₂

Menurut SNI 19-7119-2-2017 :

 Konsentrasi NO2 dalam larutan standard

Jumlah NO₂ (μg) tiap 1 mL larutan standar yang digunakan dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut :

a 46 1 10
NO₂ = × × × × 10⁶
100 69 f 1000

Keterangan:

NO₂ : jumlah NO₂ dalam larutan standard NaNO₂ (μg/ml)

a : berat NaNO₂ yang ditimbang (g)

46 : berat molekul NO₂

69 : berat molekul NaNO₂

F : faktor yang menunjukkan jumlah mol NaNO₂ yang menghasilkan

warna yang setara dengan 1 mol NO₂ (nilai f = 0,82)

10/1.000 : factor pengenceran dari larutan induk NaNO₂

106 : konversi dari gram ke μg

 Volume contoh uji udara yang diambil

KELOMPOK IV
FERDY TRISETIO / D131 17 1510 17
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

∑ni=1 Q1 Pa 298
V= ×t × ×
n Ta 760

Keterangan :

V : Volume udara yang diambil dikoreksi pada kondisi normal 25°C, 760

mmHg (Nm3)

Q1 : pencatatan laju alir ke- (Nm3/menit)

n : jumlah pencatatan laju alir

t : durasi pengambilan contoh uji (menit)

Pa : tekanan barometer ratarata selama pengambilan contoh uji (mmHg)

Ta : temperature rata-rata selama pengambilan contoh uji dalam Kelvin

(K)

298 : konversi temperature pada kondisi normal (25°C) ke dalam Kelvin

(K)

760 : tekanan udara standard (mmHg)

CATATAN : jika menggunakan alat pengukuran volume otomatis, catat volume

dan konversikan ke volume pada keadaan standard.

 Konsentrasi NO₂ di udara ambient

Konsentrasi NO₂ dalam contoh uji dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut:

b V1
C= × × 1.000
Vu 25

KELOMPOK IV
FERDY TRISETIO / D131 17 1510 18
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

Keterangan:

C : konsentrasi NO₂ di udara (μg/ Nm3)

B : jumlah NO₂ dari contoh uji hasil perhitungan dari kurva kalibrasi

(μg)

Vu : volume udara dihisap dikoreksi pada kondisi nomal 25°C, 760

mmHg (Nm3)

V1 : volume akhir larutan penjerap (mL)

25 : volume larutan standard dalam labu ukur

1000 : koversi liter ke m3.

2. SO2

Menurut SNI 19-7119-7-2017

 Volume contoh uji udara yang diambil

Volume contoh uji udara yang diambil dikoreksi pada kondisi normal (25°C,

760 mmHg) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

∑ni=1 X1 Pa 298
V= ×t × ×
n Ta 760

Keterangan:

V : volume udara yang diambil dikoreksi pada kondisi normal 25°C,760

mmHg (Nm3);

Qi : pencatatan laju alir ke – i (Nm3/menit);

n : jumlah pencatatan laju alir;

KELOMPOK IV
FERDY TRISETIO / D131 17 1510 19
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

t : durasi pengambilan contoh uji (menit)

Pa : tekanan barometer rata-rata selama pengambilan contoh uji (mmHg);

Ta : temperatur rata-rata selama pengambilan contoh uji dalam Kelvin

(K);

298 : konversi temperatur pada kondisi normal (25 C) ke dalam Kelvin

(K);

760 : tekanan udara standar (mmHg).

CATATAN : Jika menggunakan alat pengukur volume otomatis, catat volume

dan konversikan ke volume pada keadaan standar.

 Konsentrasi sulfur dioksida (SO2) di udara ambient

Konsentrasi SO2 dalam contoh uji untuk pengambilan contoh uji selama 1

jam dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

a
C= × 1.000
V

Keterangan:

C : konsentrasi SO2 di udara (µg/Nm3);

A : jumlah SO2 dari contoh uji dengan melihat kurva kalibrasi (µg);

V : volume udara pada kondisi normal (L);

1.000 : konversi liter (L) ke m3.

CATATAN : Jika menggunakan alat pengukur volume otomatis, catat volume

dan konversikan ke volume pada keadaan standar.

KELOMPOK IV
FERDY TRISETIO / D131 17 1510 20
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

3. Partikel

Menurut SNI 19-7119-3-2017 :

 Koreksi laju alir pada kondisi standard

T ×P 1/2
Qs = Q0 [Ts ×P0]
0 s

Keterangan :

Qs : laju alir volume dikoreksi pada kondisi standard (Nm3/menit);

Q0 : laju alir volume uji (m3/menit);

Ts : temperature standard, 298 K;

T0 : temperature rata-rata actual (273 + Tukur) dimana Q0 ditentukan;

Ps : tekanan barometrik standard, 101,3 kPa (760 mmHg);

P0 : tekanan barometrik rata-rata actual dimana Q0 ditentukan

CATATAN : Jika menggunakan manometer, Q0 didapatkan dengan melakukan

konversi tekanan menjadi laju alir menggunakan kurva korelasi yang di dapat saat

kalibrasi orifice sesuai lampiran B.

 Volume contoh uji udara

∑𝑛𝑠=1 𝑄𝑠
𝑉𝑠𝑡𝑑 = ×𝑡
𝑛

Keterangan :

Vstd : volume contoh uji udara dalam keadaan standar (Nm3);

Qs : laju alir volume dikoreksi pada kondisi standar ke – s (Nm3/menit);

n : jumlah pencatatan laju alir;

KELOMPOK IV
FERDY TRISETIO / D131 17 1510 21
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

t : durasi pengambilan contoh uji (menit)

CATATAN Jika menggunakan alat pengukur volume otomatis, catat volume dan

konversikan ke volume pada keadaan standar.

 Konsentrasi partikel tersuspensi total dalam udara ambien

Konsentrasi partikel tersuspensi total dalam contoh uji dapat dihitung dengan

rumus sebagai berikut :

(W2 − W1 × 106 )
C=
Vstd

Keterangan :

C : konsentrasi massa partikel tersuspensi (μg/Nm3);

W1 : berat filter awal (g)

W2 : berat filter akhir (g)

Vstd : volume contoh uji udara dalam keadaan standar (Nm3);

106 : konversi gram (g) ke mikrogram (μg)

4. CO

Menurut Boedisantoso 2017 :

a × V × T × 760 mmHg × BM × 106


C=
F × t × P × 298°K × 24,45 (L⁄mol)

Keterangan:

C : konsentrasi gas di udara (mg/Nm³)

V : volume larutan akhir (L)

T : suhu (K)

KELOMPOK IV
FERDY TRISETIO / D131 17 1510 22
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

BM : berat molekul (gr/mol)

F : laju aliran udara rata-rata (L/menit)

G. Impinger

Impinger merupakan alat sampling yang berfungsi untuk menganalisis udara

ambient (H2S, NO2, NH3, SO2). Ketelitian hasil analisis cukup memadai dan metode

sampling ini dapat digabungkan dengan metode pengukuran dalam laboraturium.

Tabung impinger merupakan botol tempat pengambilan contoh uji yang dilengkapi

dengan ujung silinder gelas yang berada di dalam labu dengan maksimum diameter

dalam 1 mm, pompa penghisap, berfungsi untuk menarik contoh udara ke dalam

impinger, flow meter digunakan untuk mengukur kecepatan udara saat pengambilan

sampel, tabung penyerap uap air, digunakan sebagai pengaman pompa pada saat

pengambilan sampel udara (Akbar, 2016).

Gambar 1. Impinger

Menurut Abdullah (2018) berdasarkan prinsip reaksi kimia larutan penangkap

dengan gas pencemar, analisis dilakukan terhadap hasil reaksi yang terjadi. Dalam

KELOMPOK IV
FERDY TRISETIO / D131 17 1510 23
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

metode ini udara dalam jumlah tertentu ditarik oleh impinger melalui lajur alir tertentu

yang stabil. Cairan pengabsorbsi bereaksi dengan komponen gas yang tertangkap dan

membentuk substansi spesifik dan stabil. Keberhasilan metode sampling impinger

dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : kesempurnaan absorbsi gas oleh larutan

penangkap, ketepatan pada pengukuran volume udara yang dipengaruhi kestabilan

pompa, analisis laboraturium dan perhitungan serta pemeliharaan alat.

Dalam melakukan pengumpulan gas pencemar dengan metode ini, perlu

diperhatikan efisiensi pengumpulan gas pencemar. Untuk itu, dalam pelaksanaannya

harus digunakan alat absorber, pereaksi kimia, waktu sampling dan laju aliran yang

sesuai dengan prosedur standar yang ditetapkan. Untuk menghubungkan collector

dengan flowmeter (rotameter) dan pompa digunakan connector yang terbuat dari bahan

yang innert, yang tidak akan bereaksi dengan gas pencemar atau akan mengotori

sampel gas. Biasanya digunakan bahan dari gelas atau plastik atau tubing dari silikon

atau jenis tubing lainnya. Selain itu, perlu diperhatikan bahwa tidak terjadi kebocoran

dalam rangkaian peralatan sampling tersebut (Arief, 2013).

H. HVAS (High Volume Air Sampler) dan Dust Sampler

Zat pencemar udara yang sering menimbulkan masalah di masyarakat sekitar

lingkungan industri adalah partikulat di Ambien. Partikulat adalah material berbentuk

padat yang tersuspensi di dalam gas. Untuk mengetahui kadar partikulat yang ada di

udara dipergunakan metode Gravimetri dengan menggunakan alat sampling High

Volume Air Sampler (HVAS) (Lodge Peter, 1988). HVAS adalah salah satu alat

KELOMPOK IV
FERDY TRISETIO / D131 17 1510 24
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

sampling udara dasar yang dipergunakan. Pada kenyataanya, pemeliharaan alat

menjadi hal yangg penting (Fred, 2012).

Gambar 1. HVAS (High Volume Air Sampler)

Prinsip kerja alat HVAS adalah dengan menarik udara lingkungan sekitar melalui

inlet dengan ukuran-selektif dan melalui filter berukuran 20,3 x 25,4 cm (8” x 10”)

dengan menggunakan pompa vacum yang memiliki laju alir 1.132 L/min (40ft / menit).

Visi-float rotameter telah digunakan selama bertahun-tahun untuk mengukur laju aliran

udara melalui HVAS. Metode ini adalah prinsip dasar untuk digunakan dalam HVAS,

perangkat lain yang sama akuratnya diijinkan (Hardial dan Hunter, 1976).

Partikel dengan diameter aerodinamis dikumpulkan oleh filter serat kaca yang

dapat mengumpulkan partikel dengan kisaran diameter 100 μm sampai dengan 0,1 μm

(efisiensi 99,95 % untuk ukuran partikel 0,3 μm). Massa partikelpartikel ini ditentukan

KELOMPOK IV
FERDY TRISETIO / D131 17 1510 25
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

oleh perbedaan bobot penyaring sebelum dan sesudah pemaparan. Konsentrasi partikel

tersuspensi dalam berbagai ukuran yang ditunjuk dihitung dengan cara membagi berat

dari filter dengan volume udara sampel. dilakukan dengan cara membandingkan biaya

pembuatan alat HVAS Portabel dengan biaya pembelian HVAS yang ada di

laboratorium (Tisch). Evaluasi teknis dilakukan dengan cara membandingkan dua nilai

fraksi berat yang didapat pada filter HVAS Tisch dan HVAS portabel setelah uji coba

bersama. Pengambilan contoh partikulat dengan menggunakan kedua alat di lokasi

yang sama pada waktu dan kondisi yang sama dibandingkan untuk mengetahui

efektifitas dan kelayakan dari HVAS portabel.

Jumlah minimum partikel yang terdeteksi oleh metode ini adalah 3 mg (tingkat

kepercayaan 95%). Pada saat alat dioperasikan dengan laju alir rata-rata 1,7 m³/menit

selama 24 jam, maka berat massa yang didapatkan antara 1 sampai 2 μg/m³.

Penggunaan filter serat kaca dapat mengumpulkan partikel dengan kisaran diameter

100 μm sampai dengan 0,1 μm (efisiensi 99,95 % untuk ukuran partikel 0,3 μm).

Pengendalian mutu dilakukan terhadap analisa gravimetri, dimana penimbangan

dilakukan sebelum dan sesudah pengambilan contoh uji dengan hasil simpangan

masing-masing ± 5% (SNI 19- 7119.3 2005). Gambar High Volume Air Sampler dapat

dilihat pada Gambar 1.

Metode High Volume Sampling digunakan untuk pengukuran total suspended

partikulat matter (TSP, SPM), yaitu partikulat dengan diameter ≤ 100 m, dengan

prinsip dasar udara dihisap dengan flowrate 40-60 cfm, maka suspended particulate

KELOMPOK IV
FERDY TRISETIO / D131 17 1510 26
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

matter (debu) dengan ukuran < 100 m akan terhisap dan tertahan pada permukaan

filter microfiber dengan porositas < 0,3 µm. Partikulat yang tertahan di permukaan

filter ditimbang secara gravimetrik, sedangkan volume udara dihitung berdasarkan

waktu sampling dan flowrate.

Dust sampler adalah alat yang digunakan untuk mengukur debu total dan debu

respirable baik di lingkungan maupun tempat kerja. Pengukuran debu total dilakukan

untuk mewujudkan seregaman dalam melakukan pengukuran secara nasional dan

dalam rangka upaya melindungi keselamatan tenaga kerja (Posmaningsih dkk, 2016).

Gambar 2. Dust Sampler

Alat ini biasa digunakan untuk menentukan Respiral Dust (RD) di udara atau

debu yang dapat lolos melalui filter bulu hidung manusia selama bernafas. Untuk flow

rate 2 liter/menit dapat menangkap debu yang berukuran < 10 mikron. Alat ini biasanya

digunakan pada lingkungan kerja dan dipasang pada pinggang pekerja karena

ukurannya yang sangat kecil (Aji, 2012).

KELOMPOK IV
FERDY TRISETIO / D131 17 1510 27
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Febrianty. 2018. Analisis Konsentrasi Udara Ambien Co Di Jalan Alternatif

Car Free Day Kota Makassar Menggunakan Program Caline-4. Makassar :

Universitas Hasanuddin.

Agusta Kurniawan. 2017. Pengukuran Parameter Kualitas Udara (Co, No2, So2, O3

Dan Pm10) Di Bukit Kototabang Berbasis Ispu. Jurnal Ilmiah Issn 2443-1331

Volume 7 No.1 Halaman 4-5.

Aji SD. 2012. Dampak Paparan Debu Kayu Terhadap Keluhan Kesehatan Pekerja

Mebel Sektor Informal di Sindang Galih Kelurahan Kahuripan Kecamatan

Tawang Kota Tasikmalaya. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi.

Akbar, Muhammad. 2016. Analisa Udara Ambient (H2S, NO2, NH3, SO2) di Balai

Teknik Kesehatan Lingkungan Pengendalian Penyakit (BTKL PP) Kelas I

Medan. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Arief, Latar Muhammad. 2013. Metode Sampling Mata Kuliah Hygiene Industri.

Jakarta: Universitas Esa Unggul.

ATSDR (Agency for Toxic Substance sand Disease Registry). (2000). Toxicological

Profile for Hydrogen Sulfide. US Department of Health and Human

Services.

KELOMPOK IV
FERDY TRISETIO / D131 17 1510 28
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Jakarta, 2013. Pengertian Pencemaran

Udara.

Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. 1997. keputusan Kepala badan

pengendalian dampak lingkungan Nomor : kep-107/kabapedal/11/1997

Tentang Pedoman teknis perhitungan dan pelaporan Serta informasi indeks

standar pencemar udara.

Cooper Cd., & Alley Fc. 2011. Air Pollution Control: A Design Approach. Fourth

Edition. Long Grove, Il: Wavelan Press, Inc.

Edhyansyah. 1991. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan CO, NO,

dan SOx. Jakarta.

Fitriana Indah Ay. 2014. Tugas Akhir Analisis Tingkat Pencemaran Udara Pada

Kawasan Pemukiman Kota Makassar Studi Kasus Perumahan Bukit Baruga

Dan Perumahan Dosen Unhas. Program Studi Teknik Lingkungan Jurusan

Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar.

Fred CW. 2012. Modification to High Volume Air Sampler Brushes. Journal of the

Air Pollution Control Association. Vol 14 (02) : 66-67. Ada

Gandjar, Ibnu Gholib. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

KELOMPOK IV
FERDY TRISETIO / D131 17 1510 29
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

Hamra, G.B., Laden, F., Cohen, A.J., Raaschou-Nielsen, O., Brauer, M., Loomis, D.

2015. Lung Cancer And Exposure To Nitrogen Dioxide And Traffic: A

Systematic Review And Meta- Analysis. Environmental Health Perspectives.

123(11):1107-1112

Hartono, K.,dkk. (2010). Pemutihan Pulp Enceng Gondok Menggunakan Proses

Ozonasi. Prosiding Seminar Nasional Rekayasa Kimia dan Proses. ISSN :

1411 –4216. Universitas Diponegoro, Semarang.

Lodge P. 1988. Methods of Air Sampling and Analysis 3rd Edition. New York

(US) : Lewis Publishers.

Luqmanul Hakim,Dkk. 2017. Efektifitas Jalur Hijau Dalam Mengurangi Polusi Udara

Oleh Kendaraan Bermotor. Jakarta: Universitas Muhammadiyah Jakarta

Marzuki, Asnah. 2012. Kimia Analisis Farmasi. Makassar : Dua Satu Press

Mukono, J. 2011. Aspek Kesehatan Pencemaran Udara. Surabaya: Airlangga

University Press.

Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara Ambien

Nasional.

Posmaningsih, dkk. 2016. Modul Praktikum Mata Kuliah Penyehatan Udara.

Politeknik Kesehatan Denpasar Jurusan Kesehatan LingkunganSaepudi, Aep,

KELOMPOK IV
FERDY TRISETIO / D131 17 1510 30
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

Tri admono, Kajian Pencemaran Udara Akibat Emisi Kendaraan Bermotor di

DKI Jakarta, LIPI, 2005, hal 29-30.

Republik Indonesia. 1999. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang

Pengendalian Pencemaran Udara. Lembaran Negara RI Tahun 1999, No. 86.

Sekretariat Negara. Jakarta.

Rochimawati, Nur Riana. 2014. Prediction And Modelling Of Total Suspended

Particulate Generation On Ultisol And Andisol Soil. Bogor:Ipb

Rubin, M.B. (2001). The History of Ozone. The Schonbein Period, 1839-1868.Bull.

Hist. Chem.26 (1) : 71-76

Sandri Linna S, Dkk. 2011. Tingkat Pencemaran Udara Co Akibat Lalu Lintas Dengan

Model Prediksi Polusi Udara Skala Mikro. Manado: Universitas Sam

Ratulangi

Sengkey Linna, Sandri, Freddy Jansen, Steeni Wallah, Tingkat Pencemaran Udara Co

Akibat Lalu Lintas dengan Model Prediksi Polusi Udara Skala Mikro, Jurnal

Ilmiah Media Engineering Vol. 1, No. 2, Juli 2011

Sianipar ,Afrida Br. 2017. “Optimalisasi Fungsi Papan Indeks Standar Pencemar Udara

(ISPU) Oleh Dinas Lingkungan Hidup Dan Kebersihan Kota Pekanbaru”. JOM

FISIP Vol. 4 No. 2-Oktober 2017

Slamet, J.S. (2002). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

KELOMPOK IV
FERDY TRISETIO / D131 17 1510 31
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

Slamet, J.S. (2002). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Standart Nasional Indonesia 19-7119.3. 2005. Cara Uji Partikel Tersuspensi

Total Menggunakan Peralatan High Volume Air Sampler (HVAS) dengan

Metode Gravimetri. Jakarta (ID) : Badan Standardisasi Nasional.

Standart Nasional Indonesia 19-7119.9-2005. 2005. Udara Ambien – Bagian 9:

Penentuan Lokasi Pengambilan Contoh Uji Pemantauan Kualitas Udara

Roadside. Indonesia: BSN.

Standart Nasional Indonesia 7119-3:2017. Cara Uji Partikel Tersuspensi Total

Menggunakan Peralatan High Volume Air Sampler (Hvas) Dengan Metode

Gravimetric.

Standart Nasional Indonesia 7119-2:2017. Cara Uji Kadar Nitrogen Dioksida (No2)

Dengan Metode Griess- Saltzman Menggunakan Spektrofotometer

Standart Nasional Indonesia 7119-7:2017. Cara Uji Kadar Sulfur Dioksida (So2)

Dengan Metoda Pararosanilin Menggunakan Spektrofotometer

Suslow, T.V. (2004). Ozone Applications for Postharvest Disinfection of Edible

Horticultural Crops. ANR Publication 8133 (2004), 1-8.

U.S EPA. (2003). Integrated Risk Information System Toxicity Summary for Hydrogen

Sulfide.http:/www. epa.gov/iris diakses 14 November 2019.

KELOMPOK IV
FERDY TRISETIO / D131 17 1510 32
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

Wiharja.2015, Identifikasi Kualitas Gas So2 Di Daerah Industri Pengecoran Logam

Ceper. Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol. 3.Hal 251-255

World Health Organization. 2013. Health Aspects Of Air Pollution With Particulate

Matter, Ozone And Nitrogen Dioxide

Wunas, Yeanny dan Susanti. 2011. Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif (revisi kedua).

Makassar : Laboratorium Kimia Farmasi Fakultas Farmasi UNHAS

Wu, L., & Wang, R. 2005. Carbon Monoxide: Endogenous Production, Physiological

Function, And Pharmacological Applications. Pharmacological Reviews

December 2005. Vol. 57 No. 4 Pp. 585–630.

W.Eko.2005. Pengaruh Penipisan Ozon Terhadap Kesehatan

Manusia.Yoyakarta:Uny

Yahya, Sripatundita, 2013. JURNAL SPEKTROFOTOMETER-UV-VIS.

Yuliando, Dedy Try. 2017. Strategi Pengendalian Pencemaran Gas Karbon

Monoksida (Co) Oleh Aktivitas Transportasi Di Kota Padang, Sumatera

Barat.Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

KELOMPOK IV
FERDY TRISETIO / D131 17 1510 33
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

LAMPIRAN TABEL

Tabel 1

No. Parameter Metode Keterangan

1. Sulfur Dioksida (SO2) Pararosanilin SNI No. 19-7119.7:2005

2. Karbon Monoksida (CO) NDIR SNI No. 19-7119.10:2011

3. Nitrogen Dioksida (NO2) Saltzman SNI No. 19-7119.2:2005

4. Oxidant (O3) NBKI SNI No. 19-7119.8:2005

5. Total Suspended Particulate Gravimetri SNI No. 19-7119.3:2005

(TSP)

Sumber : Lampiran VI Permen LH No. 12 Tahun 2010

Tabel 2

No. Parameter Waktu pengukuran

1. Partikulat (PM10) 24 jam (Periode pengukuran rata-rata)

2. Sulfur Dioksida (SO2) 24 jam (Periode pengukuran rata-rata)

3. Carbon Monoksida (CO) 8 jam (Periode pengukuran rata-rata)

4. Ozon (O3) 1 jam (Periode pengukuran rata-rata)

5. Nitrogen Dioksida (NO2) 1 jam (Periode pengukuran rata-rata)

Catatan :

1. Hasil pengukuran untuk pengukuran kontinyu diambil harga rata-rata

tertinggi waktu pengukuran.

2. ISPU disampaikan kepada masyarakat setiap 24 jam dari data rata-rata

sebelumnya (24 jam sebelumnya).

KELOMPOK IV
FERDY TRISETIO / D131 17 1510 34
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

3. Waktu terakhir pengambilan data dilakukan pada pukul 15.00 Waktu

Indonesia Bagian Barat (WIBB).

4. ISPU yang dilaporkan kepada masyarakat berlaku 24 jam ke depan (pkl

15.00 tgl (n) sampai pkl 15.00 tgl (n+1))

Sumber : keputusan Kepala badan pengendalian dampak lingkungan Nomor : kep-


107/kabapedal/11/1997 Tentang Pedoman teknis perhitungan dan
pelaporan Serta informasi indeks standar pencemar udara.
Tabel 3

Indeks Kategori

1 - 50 Baik

51 - 100 Sedang

101 - 199 Tidak Sehat

200 - 299 Sangat Tidak Sehat

300 - lebih lebih Berbahaya

Sumber : keputusan Kepala badan pengendalian dampak lingkungan Nomor : kep-


107/kabapedal/11/1997 Tentang Pedoman teknis perhitungan dan
pelaporan Serta informasi indeks standar pencemar udara.
Tabel 4

Indeks Standar 24 jam 24 Jam B jam 1 jam


1 jam O3
Pencemar PM10 SO2 CO NO2
mg/m3
Udara ug/m3 ug/m3 ug/m3 ug/m3
10 50 80 5 120 (2)

100 150 365 10 235 (2)

200 350 800 17 400 1130

300 420 1600 34 800 2260

KELOMPOK IV
FERDY TRISETIO / D131 17 1510 35
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

400 500 2100 46 1000 3000

500 600 2620 57.5 1200 3750

Sumber : keputusan Kepala badan pengendalian dampak lingkungan Nomor : kep-


107/kabapedal/11/1997 Tentang Pedoman teknis perhitungan dan
pelaporan Serta informasi indeks standar pencemar udara.

KELOMPOK IV
FERDY TRISETIO / D131 17 1510 36
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

Tabel 5

Carbon Monoksida Sulfur Dioksida


Kategori Rentang Nitrogen (NO2) Ozon O3 Partikulat
(CO) (SO2)
Baik 0-50 Tidak ada efek Sedikit berbau Luka pada Luka pada Tidak ada efek

Beberapa spesies Beberapa

tumbuhan akibat spesies

Kombinasi tumbuhan akibat

dengan SO2 kombinasi

(Selama 4 Jam) dengan O3

(Selama 4 Jam)

Sedang 51 - 100 Perubahan kimia darah Berbau Luka pada Luka pada Terjadi

tapi tidak terdeteksi Babarapa spesies Beberapa penurunan pada

tumbuhan spesies jarak pandang

lumbuhan

KELOMPOK IV
FERDY TRISETIO / D131 17 1510 37
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

Tidak Sehat 101 - 199 Peningkatan pada Bau dan Penurunan Bau, Jarak pandang

kardiovaskularpada kehilangan kemampuan Meningkatnya turun dan terjadi

perokok yang sakit warna. pada atlit yang kerusakan pengotoran debu

jantung Peningkatan berlatih keras tanaman di mana-mana

reaktivitas

pembuluh

tenggorokan

pada penderita

asma

Sangat 200-299 Maningkatnya Meningkatnya Olah raga ringan Meningkatnya Meningkatnya

Tidak Sehat kardiovaskular pada sensitivitas mangakibatkan sensitivitas pada sensitivitas pada

orang bukan perokok pasien yang pengaruh pasien pasien

yang berpanyakit berpenyaklt parnafasan pada berpenyakit berpenyakit

KELOMPOK IV
FERDY TRISETIO / D131 17 1510 38
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

Jantung, dan akan asma dan pasien yang asthma dan asthma dan

tampak beberapa bronhitis berpenyaklt bronhitis bronhitis

kalemahan yang paru-paru kronis

terlihat secara nyata

Berbahaya 300 - lebih Tingkat yang berbahaya bagi semua populasi yang terpapar

Sumber : keputusan Kepala badan pengendalian dampak lingkungan Nomor : kep-107/kabapedal/11/1997 Tentang Pedoman teknis
perhitungan dan pelaporan Serta informasi indeks standar pencemar udara.

KELOMPOK IV
FERDY TRISETIO / D131 17 1510 39
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

Tabel 6

No. Parameter Waktu Pengukuran Baku Mutu Metode Analisis Peralatan

1 Jam 900 𝜇𝑔/Nm3


SO2 (Sulfur
1 24 Jam 365 𝜇𝑔/Nm3 Pararosanilin Spektrofotometer
Dioksida)
1 Tahun 60 𝜇𝑔/Nm3
1 Jam 30.000 𝜇𝑔/Nm3
CO (Carbon
2 24 Jam 10.000 𝜇𝑔/Nm3 NDIR NDIR Analyzer
Monoksida)
1 Tahun -
1 Jam 400 𝜇𝑔/Nm3
NO2 (Nitrogen
3 24 Jam 150 𝜇𝑔/Nm3 Saltzman Spektrofotometer
Dioksida)
1 Tahun 100 𝜇𝑔/Nm3
1 Jam 235 𝜇𝑔/Nm3
4 O3 (Oksidan) Chemiluminescent Spektrofotometer
1 Tahun 50 𝜇𝑔/Nm3
5 HC (Hidro Carbon) 3 Jam 160 𝜇𝑔/Nm3 Flame lonization Gas Chromatogarfi
PM10 (*) (Partikel<
6 24 Jam 150 𝜇𝑔/Nm3 Gravimetric Hi – Vol
10 𝜇𝑚)
PM2,5 (*) (Partikel< 24 Jam 65 𝜇𝑔/Nm3
Gravimetric Hi – Vol
2,5 𝜇𝑚) 1 Tahun 15 𝜇𝑔/Nm3

KELOMPOK IV
FERDY TRISETIO / D131 17 1510 40
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

24 Jam 230 𝜇𝑔/Nm3


7 TSP (Debu) Gravimetric Hi – Vol
1 Tahun 90 𝜇𝑔/Nm3
24 Jam 2 𝜇𝑔/Nm3 Gravimetric Hi – Vol
8 Pb (Timah Hitam) 1 Tahun 1 𝜇𝑔/Nm3 Ekstraktif AAS
Pengabuan
10 Ton/Km2/Bulan
(pemukiman)
Dustfall (Debu
9 30 Hari Gravimetric Cannister
Jatuh)
20 Ton/Km2/Bulan
(pemukiman)
24 Jam 3 𝜇𝑔/Nm3 Spesific Ion Impinger atau
10 Total Fluorides (asF)
90 Hari 0,5 𝜇𝑔/Nm3 Electrode Continous Analyzer
40 𝜇𝑔/Nm3 dari
11 Fluor Indeks 30 Hari Colourimet ric Limed Filter Paper
kertas limed filter
Khlorine & Khlorine Spesific Ion Impinger atau
12 24 Jam 150 𝜇𝑔/Nm3
Dioksida Electrode Continous Analyzer
1 mg SO3/100 cm3 Lead Paroxida
13 Suphat Indeks 30 Hari Colourimet ric
dari Lead Peroksida Candle

KELOMPOK IV
FERDY TRISETIO / D131 17 1510 41
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

Catatan :
(*) PM2,5 mulai diberlakukan tahun 2002

Nomor 10 s/d 13 Hanya diberlakukan untuk daerah/kawasan Industri Kimia Dasar

Contoh :

- Industri Petro Kimia

- Industri Pembuatan Asam Sulfat

Sumber : (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999)

KELOMPOK IV
FERDY TRISETIO / D131 17 1510 42

Anda mungkin juga menyukai