Anda di halaman 1dari 3

NAMA : AL AADIYAAT RAHMAN MANILET

NIM : 201763010

PRODI : S1 TEKNIK PERTAMBANGAN

SEJARAH PERTAMBANGAN

Sejarah pertambangan awal bermula sejak 8.000 tahun lalu di Timur Tengah
dengan ditemukannya penggunaaan tembaga di Turki—meskipun penambangan dan
proses pengolahannya semakin tersebar 6000 tahun lalu. Penambangan tertua yang
tercatat berumur 43.000 tahun lalu berdasarkan penanggalan radiocarbon di Lion Cave,
Swazilan. Pada zaman Paleolitik tersebut, manusia sudah menambang hematit (Fe3O4¬)
untuk membuat pigmen perwarna merah. Penambangan batu yang diduga berasal dari
umur yang sama juga ditemukan di Hungaria yang dilakukan oleh manusia Neanderthals
untuk senjata dan peralatan hidup. Jejak pertambangan oleh manusia purba juga masih
dapat terlacak pada zaman Neolitikium melalui tambang batu Grime’s Graves di Inggris
yang beroperasi 3000—1900 SM dan Krzemionki di Polandia yang beroperasi dari
3900—1600 SM.

Pertambangan logam, terutama emas mulai dilakukan sekira 4.000 tahun


lalu dengan metode tambang bawah tanah. Sejarawan Yunani, Agatharcides,
sekira 200 tahun SM menuliskan gambaran tentang sistem pertambangan di
Mesir. Pertambangan emas Nubia menjadi pertambangan emas paling produktif
selama Mesir Kuno. Selain emas, penduduk Mesir Kuno juga sudah menambang
malachite untuk ornamen dan tembikar. Hingga sekira 2613—2494 SM,
penduduk Mesir kuno sudah melalukan eksplorasi dan penambangan di area
Wadei Maghareh, Wadi Hamamat, Aswan, dan khususnya Tura di sekitar
Semenanjung Sinai.

Sejarah panjang pertambangan dunia pun tidak lepas dari sejarah


penambangan yang dilakukan oleh bangsa Eropa, terutama peradaban Romawi
dan Yunani. Penduduk Yunani kuno telah menambang perak di tambang Laurium,
di selatan Yunani pada 11 tahun SM untuk menyokong negara kuno Athena
dengan memperkerjakan sekira 20.000 budak. Teknologi yang dipakai pada masa
itu identik dengan teknologi yang digunakan oleh pendahulu mereka pada zaman
perunggu. Bahkan, kuari marmer yang beroperasi pada abad ke-7 SM juga
ditemukan oleh di Pulau Thassos yang dioperasikan oleh penduduk Paros.

Bangsa Romawi juga telah memulai kegiatan pertambangan emas di


Gunung Pangeo yang beroperasi pada 357 SM di bawah pemerintahan Philip II of
Macedon, ayah dari Alexander Agung. Pertambangan ini mampu memproduksi 26
ton emas setiap tahunnya. Selanjutnya, bangsa Romawi terus mengembangkan
berbagai sistem pertambangan pada beragam komoditas untuk menyokong
kehidupan sehari-hari hingga kebutuhan perang bangsanya. Penambangan di
Amerika oleh suku Indian juga telah dilakukan sejak 5.000 tahun lalu di sekitar
Danau Superior, Minnesota, dengan ditemukannya banyak peralatan tembaga dan
artefak sisa perdagangan, seperti obsidian, batu, tembaga, dan mineral lainnya.

Memasuki zaman modern, penambangan secara aktif dilakukan di seluruh


dunia. Emas dan perak tetap menjadi komoditas utama bagi para penambang.
Pada awal masa kolonial di Benua Amerika, bangsa Spanyol telah melakukan
pertambangan di Amerika Tengah, terutama Meksiko dan Amerika Selatan,
seperti di Peru dan Kolombia. Pertambangan bahkan telah dilakukan sejak masa
pre-Columbian di distrik tambang Cerillos, New Mexico pada tahun 700
menggunakan peralatan batu berdasarkan penanggalan radioaktif pada turquoise.
Perkembangan tambang secara pesat tumbuh pada awal abad ke-19 atau setelah
UU pertambangan (General Mining Act of 1872) dikeluarkan oleh pemerintah
federal untuk mendorong kegiatan pertambangan di seluruh tanah federal. Hal ini
kemudian menyebabkan peristiwa Californian Gold Rush di Amerika Serikat
bagian barat pada pertengahan abad ke-19 sehingga banyak kota-kota tambang
baru yang tumbuh, seperti Denver dan Sacramento. Demikian juga,
perkembangan tambang lainnya di belahan dunia lain secara masif juga terjadi.

Hingga masa sekarang, beragam aktivitas pertambangan dilakukan di


seluruh dunia dengan teknologi penambangan yang lebih maju dan efektif dalam
ekstraksinya. Kegiatan pertambangan terus berlangsung melintasi sejarah yang
panjang untuk menyokong peradaban manusia. Peradaban manusia ditandai
dengan kemajuan kemampuan manusia dalam menggunakan komoditas tambang
demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Kehidupan modern yang dapat manusia
rasakan saat ini dengan keberadaan telepon seluler, kereta api, gedung-gedung
pencakar langit, radiasi sinar X, perhiasan, paku, kaca, laptop, dan lainnya tidak
akan mungkin dapat dirasakan tanpa kegiatan pertambangan. Sejak revolusi
industri, manusia memiliki kemampuan untuk memproduksi produk yang semakin
banyak dengan kualitas yang semakin baik untuk mendorong kehidupan modern
manusia dengan memanfaatkan beragam barang tambang yang ditemukan di
seluruh dunia.

KONTRIBUSI PERTAMBANGAN

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat,


Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sektor pertambangan Mineral dan
Batubara mencapai Rp 40,6 triliun pada 2017. Capaian tersebut meningkat
dibanding tahun lalu.

Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Bambang


Gatot mengatakan, capaian PNBP 2017 dari sektor pertambangan sebesar Rp 40,6
triliun menembus target 125 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Perubahan (APBNP) 2017 sebesar Rp 32,7 triliun. "2017 ini target kita Rp
32 triliun, sampai Desember Rp 40,6 triliun," kata Bambang, di Kantor
Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (11/1/2018).
Sumber : Negara Raup Rp 40,6 Triliun dari Sektor Pertambangan - Bisnis
Liputan6.com

Sejak Kapan Sih Tambang Itu Hadir dan Dikenal Di Dunia Ini? | Tambang
Untuk Negeri

Anda mungkin juga menyukai