Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS

Di Susun Oleh:

KHANSA GHINA PARAMATHA

P1337420217032

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO

2019
LAPORAN PENDAHULUAN
DIABETES MELITUS

A. DEFINISI
Diabetes Melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai
dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh
penurunan sekresi insulin atau sensitivitas insulin atau keduanya dan
menyebabkan komplikasi ronis mikrovaskuler, makrovaskuler dan
neuropati (Yuliana elin, 2009).
Diabetes Melitus adalah penyakit hipergikemia yang ditandai dengan
ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensivititas sel
terhadap insulin (Corwin, 2009), sedang menurut Mansjoer, 2007 Diabetes
Melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah disertai
lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron.

B. ETIOLOGI
Diabetes Melitus tipe 1
Diabetes Melitus yang tergantung insulin dengan pennghancuran sel-sel
beta pangkreas yang disebabkan oleh:
- Faktor genetik penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecendrungan genetik kearah terjadinya
diabetes tipe 1.
- Faktor Imunoogi (autoimun beta)
- Faktor lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang menimbulkan estruksi sel beta
Diabetes Melitus tipe II
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Faktor
resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetetes tipe II : usia,
obesitas, riwayat keluarga.

C. TANDA DAN GEJALA


Gejala klinis DM dikaitkan dengan konsekunsi metabolik insulin(Prince &
Wilson)
1. Kadar gula puasa yang tidak normal.
2. Hiperglikemia berat berakibat glukosuria yang akan mempengaruhi
dioresis osmatik yang meningkatkan pengeluaran urine (poliuria) dan
timbul rasa haus (poliipsia).
3. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia) , BB berkurang.
4. Lelah dan mengantuk
5. Gejala lain yang dikeluhkan antara lain kesemutan, gatal, mata kabur,
impotensia, peruritas vulva
Kriteria diagnosis DM (Sudoyo Aru, 2009)
1. Gejala klasik DM dan glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1
mmol/L)
2. Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada
suatu hari tanpa memperhatikan waktu.
3. Gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma > 126 mg/dl(7,0 mmol/L)
4. Glukosa plasma 2 jam pada TTGO > 200 mg/dl (11,1 mmol/L)
TTGO dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa
yang setara 75 gram glukosa anhidrus dilarutkan dalam air.

D. PATOFIOLOGI
Diabetes Melitus Tipe 1
Pada Diabetes Melitus Tipe 1 terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh
proses autoimun . Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa
yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu glukosa yang berasal dari
makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada di dalam
darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial.
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak
dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya
glukosa tersebut muncul dalam urine (glukosaria). Ketika glukosa yang
berlebihan diekresikan ke dalam urine, ekskresi akan disertai pengeluran
cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis
osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan dari kehilangan cairan berlebihan,
pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa
haus (polidipsia)

Diabetes Melitus Tipe 1I


Pada Diabetes Melitus Tipe 1I terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin yaitu resistentensi insulin dan gangguan
sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus
pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin tersebut, terjadi
suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi
insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel inti.
Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi glukosa
oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya
glukosa
dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan.
Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat
sekresi insulin yang berlebihan dan kadar gula glukosa akan dipertahankan
pada tingkat normal atau sedikit meningkat. Namun demikian jika sel – sel
beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin,
maka kadar gukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun
terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan siri khas diabetes, namun
masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah
pemecahan lemah dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena
itu ketoasidosis diabetik tidak dapat terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun
demikian diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan
masalah akutlainnya yang dinamakan hiperglikemik hiperosmoler
nonketoik (HKNK).
1. Pathway
Penurunan
Diabetes Militus Defisiensi insulin Pemakaian glukosa hiperglikemi dehidrasi trombosis
oleh sel

Gangren infeksi Jaringan nekrosis Berkurangnya Makrovaskuler


suplai O2 & darah ekstrimitas

Gangguan
Gangren basah Gangren kering perfusi jaringan
Peningkatan kadar Potensial
glukosa dalam terjadinya
darah penyebaran Thrombosis/emboli
Thrombosis/emboli
infeksi

Penyumbatan arteri
(Mendadak) Penyumbatan arteri
glukoneogenesis
(perlahan)

Suplai O2 dan
hiperosmolaritas darah ekstremitas
Gangguan
integritas
Kalori keluar Iskemia jaringan
jaringan Infeksi
(layu,anemic,
Nekrosis jaringan warna hitam)
Rasa lapar

Poli fagia Bakteri menembus Kerusakan sel


dinding kulit

Ggg. Pemunuhan Pelepasan mediator


keb.nutrisi Inflamasi nyeri

Medulla spinalis
Terdapat luka
Kurang informasi tentang Hypothalamus
proses penyakit, diet,
perawatan dan pengobatan Perawatan luka tdk
efektif
Otak

Kurang pengetahuan Masuk kuman


patogen Persepsi nyeri

Masa Inkubasi Nyeri

Cemas
Berbau busuk, layu,
anemic, warna Keterbatasan
hitam mobilitas fisik
Ggg. Rasa
nyaman
Gangguan
gambaran diri
E. Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes yang utama menurut Smeltzer dan Bare (2012:1220),
adalah sebagai berikut :
1. TipeI Diabetes Mellitustergantung insulin (Insulin Dependent Diabetes
Mellitus)
2. Tipe IIDiabetes mellitustidak tergantung insulin (Non-Insulin
Dependent Diabetes Mellitus)
3. Diabetes Mellitusyang berhubungan dengan sindrom lainnya.
4. Diabetes MellitusGestasional (GestasionalDiabetes Mellitus).
Klasifikasi Diabetes Mellitus menurut PERKENI (2016) adalah
yang sesuai dengan anjuran klasifikasi diabetes mellitus American
Diabetes Association (ADA) yang membagi klasifikasi diabetes
mellitus menjadi 4 kelompok yaitu diabetes mellitus tipe 1, diabetes
mellitus tipe 2, diabetes mellitus tipe lain, dan diabetes mellitus
gestasional (Shahab, 2016). Diabetes mellitus tipe 1 disebabkan karena
terjadinya destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin
absolute seperti autoimun (melalui proses imunologik) dan idiopatik
(Shahab, 2006).
Diabetes mellitus tipe 2 bervariasi mulai dari yang dominan resistensi
insulin disertai defesiensi insulin relative, sampai yang terutama defek
sekresi insulin disertai resistensi insulin (Shahab, 2006).
F. PENATALAKSANAAN
1. Diet
Prinsip diet DM adalah :
a. Jumlah sesuai kebutuhan
b. Jadual diet ketat
c. Jenis : boleh dimakan atau tidak
Dalam melaksanakan diet DM sehari –hari hendaklah diikuti pedoman
3 J yaitu:
a. Jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau
ditambah.
b. Jadual diet harus sesaui dengan intervalnya.
c. Jenis makanan yang harus dihindari.
2. Latihan
Latihan teratur setiap hari bagi penderita DM untuk meningkatkan
kepekatan insulin, apabila dikerjakan 1 ½ jam sebelum makan, berarti
pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan kegemukan
atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensitivitas
insulin terhadap reseptor.Tujuan latihan antara lain :
a. Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore.
b. Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen.
c. Meningkat kadar kolestero –high density lipoprotein.
d. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang
e. Menurunkan kolesterol total dan trigeserida dalam darah
3. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan
kepada penderita DM melalui berbagai cara atau media misalnya :
leaflet, poster, kaset video, serta diskusi kelompok.
4. Obat
a. Obat OAD (obat anti diabetes) Obat Hiperglikemik Oral (OHO)
b. Insulin
Cara pemberian insulin melalui suntikan subkutan, insulin reguler
mencapai puncak kerjanya pada 1-4 jam setelah suntikan subkutan.
5. Cangkok pankreas
Pendekatan terbaru untuk cangkok adalah segmental dari donor hidup
saudara kembar identik

G. FOKUS PENGKAJIAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses
keperawatan yang mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :
a) Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu
dalammenentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita
mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapt
diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan
laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
2. Anamnese
a. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk
rumah sakit dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya
nyeri pada luka.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta
upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas.
Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis,
tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa
digunakan oleh penderita.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga
yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat
menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.
f. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga
terhadap penyakit penderita.
3. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat
badan dan tanda – tanda vital.
b. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,
telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran,
lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah,
gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda,
diplopia, lensa mata keruh.
c. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren,
kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
d. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM
mudah terjadi infeksi.
e. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
f. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
g. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
h. Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat
lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
i. Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk,
reflek lambat, kacau mental, disorientasi.

4. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan darah
b. Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa
>120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
c. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat
melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ),
merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
d. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang
sesuai dengan jenis kuman.

5. Analisa Data
Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokan dan dilakukan
analisa serta sintesa data. Dalam mengelompokan data dibedakan atas data
subyektif dan data obyektif dan berpedoman pada teori Abraham Maslow
yang terdiri dari:
1. Kebutuhan dasar atau fisiologis
2. Kebutuhan rasa aman
3. Kebutuhan cinta dan kasih sayang
4. Kebutuhan harga diri
5. Kebutuhan aktualisasi diri
Data yang telah dikelompokkan tadi di analisa sehingga dapat diambil
kesimpulan tentang masalah keperawatan dan kemungkinan
penyebab, yang dapat dirumuskan dalam bentuk diagnosa
keperawatan meliputi aktual, potensial, dan kemungkinan.
6. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri ( biologi, kimia, fisik,
psikologis ).
b. Resiko Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor
mekanik, luka post operasi debridement.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka post debridement.
d. Gangguan Mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri akut.
e. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan
penurunan berat badan.
7. Intervensi Keperawatan
Diagnosa I : Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (
biologi, kimia, fisik, psikologis ).

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...x


24 jam maslah nyeri berkurang atau hilang

Kriteria Hasil :

a. Skala nyeri berkurang (0-10) menjadi 4


b. Pasien terlihat rileks atau nyaman
c. Pasien mampu mengontrol nyeri
Intervensi :

a. Pertahankan tirah baring dan posisi yang nyaman


Rasional : dengan adanya tirah baring akan mengurangi nyeri

b. Kaji nyeri menggunakan metode (PQRST) meliputi skala,


frekuensi nyeri, Rasional : pengkajian dari frekuensi, skala, waktu,
dapat dipertimbangkan untuk tindakan selanjutnya.
c. Ajarkan teknik relaksasi napas dalam
Rasional : teknik relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri dan
membuat relaks

d. Monitor Tanda – tanda vital


Rasional : mengetahui perkembangan kesehatan pasien

e. Kolaborasi untuk pemberian analgetik.


Rasional : pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri yang
dirasakan pasien

Diagnosa II : kerusakan integritas kulit berhubungan dengan


faktor mekanik, luka akibat post operasi debridement.

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x


24 jam diharapkan masalah gangguan integritas kulit dapat teratasi.

Kriteria Hasil :

a. Integritas kulit yang baik dapat dipertahankan.


b. Luka sembuh sesuai kriteria.
c. Tidak ada luka atau lesi
d. Perfusi jaringan baik
e. Menunjukkan proses penyembuhan luka
Intervensi :

a. Anjurkan pasien memakai pakaian yang longgar.


Rasional : udara tidak lembab jadi tidak menyebabkan kuman
tumbuh.

b. Hindari dari kerutan tempat tidur.


Rasional : meminimalkan perlukaan, atau nyeri tekan.

c. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering


Rasional : mencegah kuman maupun bakteri berkembang di sekitar
lingkungan

d. Mobilisasi pasien (ubah posisi), miring kanan, miring kiri setiap 2


jam
Rasional : menghindari adanya tekanan dalam waktu yang lama.
e. Monitor perkembangan kulit pada luka post debridement setiap
hari.
Rasional : perkembangan pada kulit / luka lebih baik.

f. Mengobservasi luka : perkembangan, tanda – tanda infeksi,


kemerahan,perdarahan, jaringan nekrotik, jaringan granulasi.
Rasional : proses penyembuhan luka terkontrol

g. Lakukan teknik perawatan luka dengan prinsip steril


Rasional : luka terkontrol dari infeksi.

h. Kolaborasi pemberian diit kepada penderita ulkus dm.


Rasional : glukosa darah pasien terkontrol.

Diagnosa III : Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka


post debridement

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ... x


24 jam diharapkan resiko infeksi dpat dicegah dan teratasi.

Kriteria Hasil :

a. Pasien bebas dari tanda gejala infeksi


b. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi.
c. Jumlah lekosit dlam batas normal
d. Menunjukkan perilaku hidup sehat.
Intervensi :

a. Pertahankan teknik aseptif


Rasional : mencegah terjadinya infeksi

b. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan


Rasional : mencegahterjadinya infeksi.

c. Monitor tanda dan gejala infeksi


Rasional : merencanakan tindakan untuk menghambat tanda gejala
infeksi

d. Meningkatkan intake nutrisi.


Rasional : mecegah terjadinya kelemahan/ kelelahan pada pasien

e. Berikan perawatan luka pada area epiderma


Rasional : membersihkan luka, mencegah resiko infeksi

f. Observasi kulit, membrane mukosa terhadap kemerahan, panas ,


drainase
Rasional : mengetahui perkembangan penyembuhan luka.

g. Inspeksi kondisi luka/insisi bedah


Rasional : mengetahui kondisi luka

h. Kolaborasi pemberian antibiotik.


Rasional : merencanakan pencegahan bakteri patologi / anaerob
menyerang pada insisi pembedahan

Diagnosa IV : Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan


nyeri akut pada kaki.

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x


24 jam diharapkan gangguan perfusi jaringan dapat diatasi.

Kriteria Hasil :

a. Nyeri berkurang atau hilang.


b. Pergerakan / aktivitas pasien bertambah dan tidak terbatasi.
c. Pasien mampu memenuhi kebutuhan secara mandiri.
Intervensi :

a. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi setiap hari.


Rasional : mengetahui kemampuan pasien dalam aktivitasnya
sehari – hari
b. Monitoring tanda – tanda vital pasien sebelum dan sesudah latihan
Rasional : mencegah penurunan status kesehatan pasien.

c. Bantu klien menggunakan tongkat saat berjalandan cegah terhadap


cidera.
Rasional : mencegah cidera.

d. Damping dan bantu pasien dalam pemenuhan ADLs


Rasional : kebutuhan ADLs pasien terpenuhi.

e. Mendekatkan alat / barang yang dibutuhkan pasien.


Rasional : pasien tidak kesulitan dalam kebutuhan fasilitasnya.

f. Kolaborasi dengan keluarga untuk pemenuhan ADLs paisen


Rasional : memaksimalkan nafsu makan, dan kebutuhan ADLs
yang lainnya

Diagnosa V : Ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah


berhubungan dengan hiperglikemia

Tujuan : setelah dilakukan tindkan keperawatan selama 3 x


24 jam kadar glukosa dalam dara darah stabil

Kriteria Hasil :

a. Kadar glukosa dalam darah normal (80 – 100 mg/dL)


b. Berat badan ideal atau tidak mengalami penurunan
Intervensi :

a. Kaji faktor yang menjadi penyebab ketidakstabilan glukosa


Rasional : untuk mengetahui tanda gejala ketidakstabilan glukosa.

b. Pantau keton urine.


Rasional : terjadi atau tidak komplikasi ketoadosis diabetik.

c. Gambarkan mengenai proses perjalanan penyakit.


Rasional : memberikan sebuah gambaran tetang masalah yang
dialami pasien.

d. Pantau tanda gejala terjadinya hipoglikemi dan hiperglikemi


Rasional : upaya untuk mengontrol kadar glukosa dalam darah.

e. Memberikan penyuluhan mengenai penyakit ulkus diabetik, diit,


obat, resep.
Rasional : merencanakan, melakukan program penyuluhan, pasin
melaksanakan program diet, dan menerima obat resep.

8. Evaluasi
Menurut Nursalam, 2011 , evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis
yaitu :

a. Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan


dimana evaluasi dilakukan sampai dengan tujuan tercapai.
b. Evaluasi somatif , merupakan evaluasi akhir dimana dalam
metode evaluasi ini menggunakan SOAP.
Masalah nyeri akut dapat teratasi
Masalah kerusakan integritas kulit dapat teratasi
Masalah perfusi jaringan dapat teratasi
Masalah resiko ketidak stabilan glukosa dapat teratasi
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2.


Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 2014. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC
Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorhouse dan Alice C. Geisser. 1999.
Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Hadi, Sujono. 2009.Gastroenterology. Bandung : Penerbit Alumni
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah 2.
(Ed 8). Jakarta: EGC
Price Sylvia A. 2015. Pathophisiology Consept of Disease Process (Brahm U.
Pendit, Penerjemah).USA : Mosby Company
Joane C. Mc. Closkey, Gloria M. Bulechek, 2016, Nursing Interventions
Classification (NIC), Mosby Year-Book, St. Louis
Kuncara, H.Y, dkk, 2012, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth, EGC, Jakarta
Marion Johnson, dkk, 2010, Nursing Outcome Classifications (NOC), Mosby
Year-Book, St. Louis
Marjory Gordon, dkk, 2001, Nursing Diagnoses: Definition & Classification
2001-2002, NANDA
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. (2014). Keperawatan medikal bedah 2.
(Ed 8). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Soeparman. (2014). Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai