Anda di halaman 1dari 13

PEMBELAJARAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

DENGAN MULTIMEDIA ADOBE FLASH CS6 MELALUI MODEL


INKUIRI TERBIMBING DAN DISCOVERY LEARNING
DI KELAS X MIPA SMAN TITIAN TERAS

ARTIKEL ILMIAH

OLEH:
NELI ASTUTI
RSA1C114016

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS JAMBI
MEI 2018
PEMBELAJARAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT
DENGAN MULTIMEDIA ADOBE FLASH CS6 MELALUI MODEL
INKUIRI TERBIMBING DAN DISCOVERY LEARNING
DI KELAS X MIPA SMAN TITIAN TERAS

Oleh:
Neli Astuti1), Epinur2), Fuldiaratman2)

1) Alumni Prodi Pendidikan Kimia


2) Dosen Pendidikan Kimia

Program Studi Pendidikan Kimia


Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Jambi
E-mail: neliastuti04@gmail.com

ABSTRAK
Penggunaan multimedia pembelajaran diharapkan dapat menciptakan
kondisi belajar yang efektif dan efisien, lebih menarik perhatian, mengurangi
kejenuhan siswa dalam proses pembelajaran dan mempermudah siswa menguasai
materi pelajaran. Maka multimedia Adobe Flash CS6 merupakan alternatif
multimedia pembelajaran larutan elektrolit dan non elektrolit yang diharapkan
mampu meningkatkan hasil belajar siswa di kelas X MIPA SMA Negeri Titian
Teras.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar larutan
elektrolit dan non elektrolit dengan multimedia Adobe Flash CS6 yang diajarkan
melalui model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan model Discovery Learning.
Penelitian ini merupakan penelitian quasi ekperimen dengan rancangan
penelitian Non-Equivalent Control Group Pretest-Posttest Design. Pengambilan
sampel dilakukan dengan cara sampling purposive dan diperoleh kelas X.2
sebagai kelas eksperimen I dan kelas X.5 sebagai kelas eksperimen II. Data
penelitian yang dianalisis yaitu peningkatan pretest-posttest kedua kelas
eksperimen. Untuk menguji hipotesis dengan menggunakan rumus uji-t, yaitu
pihak kanan, dengan asumsi data harus berdistribusi normal dan homogen.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata peningkatan pretest-posttest
dan simpangan baku kelas eksperimen I sebesar 58 dan 6,1 pada kelas eksperimen
II sebesar 54,5 dan 5,9. Pengujian hipotesis dihitung dengan menggunakan uji-t
dengan taraf signifikansi α = 0,05 didapat thitung > ttabel dimana thitung = 2,624 dan
diperoleh ttabel = 1,676. Artinya hipotesis diterima dengan kriteria yang digunakan
adalah H1 : µ1>µ2.
Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran materi larutan elektrolit dan
non elektrolit dengan multimedia Adobe Flash CS6 melalui model pembelajaran
Inkuiri Terbimbing lebih baik dibandingkan melalui model Discovery Learning
pada siswa kelas X SMAN Titian Teras.

Kata Kunci: Multimedia Adobe flash, Inkuiri Terbimbing, Discovery Learning,


Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit

1
PENDAHULUAN tersebut, diperlukan multimedia pada
Kimia adalah mata pelajaran pembelajaran larutan elektrolit dan
IPA yang mempelajari gejala sesuatu non elektrolit, sehingga membantu
meliputi komposisi, struktur dan peserta didik lebih mudah
sifat, perubahan dinamika, dan memahami konsep-konsep yang
energetika zat yang melibatkan ditemukan berkaitan dengan materi
keterampilan dan penalaran. Ada dua tersebut.
hal yang berkaitan dengan kimia Menurut Asyhar (2012)
yang tidak bisa dipisahkan, yaitu penggunaan mutimedia dalam
kimia sebagai produk (pengetahuan pembelajaran diantaranya dapat
kimia berupa fakta, konsep, prinsip, meningkatkan kemampuan siswa
hukum dan teori) temuan ilmuan dan dalam memahami konsep abstrak
kimia sebagi proses (kerja ilmiah) dengan lebih mudah, selain itu juga
oleh sebab itu, pembelajaran kimia dapat memberikan kesan positif
dan penilaian hasil belajar kimia kepada guru karena dapat membantu
harus memperhatikan karakteristik guru menjelaskan isi pelajaran
ilmu kimia sebagi proses dan produk kepada siswa.
(Suyanti, 2012). Berdasarkah hasil studi
Salah satu materi pokok yang pendahuluan di SMA Negeri Titian,
ada dalam mata pelajaran kimia masih banyak siswa yang mengalami
adalah larutan elektrolit dan non kesulitan dalam pembelajaran kimia
elektrolit. Menurut Peraturan khususnya materi larutan elektrolit
Menteri Pendidikan Nasional dan non elektrolit. Hal ini terbukti
Republik Indonesia nomor 64 tahun dengan persentase ketuntasan kelas
2013, dalam kurikulum 2013, proses dalam tiga tahun terakhir, yaitu 65%;
belajar mengajar mengarahkan siswa 72,5% dan73,8% dengan KKM 75.
yang harus aktif dalam membangun Rakhmawati (2017) telah
pengetahuanya, sedangkan guru mengembangkan multimedia dengan
lebih berperan sebagai fasilitator. Adobe Flash pada materi larutan
Kompetensi dasar yang terdapat pada elektrolit dan non elektrolit berbasis
materi larutan elektrolit dan non Scientific Approach. Dari penilaian
elektrolit adalah menganalisis sifat validator dan guru serta respon
larutan elektrolit dan non elektrolit siswa, multimedia yang dibuatnya
berdasarkan daya hantar listriknya. dikategorikan sangat baik digunakan
Menurut Johnstone dalam dalam pembelajaran. Didapatkan
Chittleborough (2010) manyatakan hasil validasi medianya 4,68,
ilmu kimia memiliki tiga kompenen materinya 4,7 dan penilaian guru 4,6
dasar yaitu aspek makroskopis (dapat dari skor maksimum 5, serta respon
dilihat), submikroskopis (tatanan siswa 92,4%. Namun multimedia
molekuler) dan simbolik. Materi tersebut belum pernah diterapkan
larutan elektrolit dan non elektrolit dalam kegiatan pembelajaran dengan
merupakan salah satu konsep kimia menggunakan model pembelajaran.
yang bersifat abstrak Dari analisis terhadap
(submikroskopis). Suyanti (2012) multimedia yang telah
menyatakan konsep kimia sulit dikembangkan oleh Rakhmawati
diobservasi langsung karena terkait (2017), multimedia dapat digunakan
molekul yang submikroskopis. dengan menerapkan model Inkuiri
Untuk mengatasi sifat yang abstrak Terbimbing dan Discovery Learning.

2
Menurut Sani (2014) pembelajaran. Dengan adanya
pembelajaran berbasis inkuiri adalah multimedia masalah yang disajikan
pembelajaran yang melibatkan siswa dengan mengkombinasikan teks,
dalam merumuskan pertanyaan yang suara dan gambar/video, sehingga
mengarahkan untuk melakukan siswa lebih mudah untuk menggali
investigasi dalam upaya membangun informasi.
pengetahuan dan makna baru. Berdasarkan analisis terhadap
Sehingga siswa mampu membangun kedua model pembelajaran
kesimpulan secara mandiri guna menggunakan multimedia Adobe
menjawab pertanyaan atau Flash, terlihat model Inkuiri
permasalahan yang diajukan oleh Terbimbing memiliki kelebihan yang
guru. tidak dimiliki oleh model Discovery
Menurut Sani (2014) Learning. Kelebihannya adalah
pembelajaran Discovery Learning memberikan pengalaman belajar
didefinisikan sebagai proses kepada siswa karena model Inkuiri
pembelajaran yang terjadi bila materi Terbimbing dapat menampung
pembelajaran tidak disajikan dalam seluruh gaya belajar siswa. Selain itu
bentuk finalnya, tetapi diharapkan model ini juga memiliki tahapan
siswa mengorganisasi sendiri. Dapat yang lebih sistematis yang dapat
dikatakan bahwa discovery adalah membantu siswa lebih mudah dalam
menemukan konsep melalui penemuan konsepnya.
serangkaian data atau informasi yang Berdasarkan latar belakang di
diperoleh melalui pengamatan atau atas maka penulis tertarik untuk
percobaan. melakukan penelitian dengan judul:
Beberapa penelitian yang “Pembelajaran Larutan Elektrolit
menggunakan multimedia melalui Dan Non Elektrolit Dengan
model inkuiri terbimbing sudah Multimedia Adobe Flash CS6
banyak dilakukan oleh beberapa Melalui Model Inkuiri Terbimbing
peneliti sebelumnya. Diantaranya Dan Model Discovery Learning Di
Mufidah (2014) dan Ansyari (2015) Kelas X MIPA SMAN Titian
pembelajaran inkuiri terbimbing Teras”.
dengan menggunakan multimedia
memberikan banyak alternatif untuk KAJIAN PUSTAKA
bertanya atau menyampaikan A. Belajar dan Pembelajaran
pendapat dalam memuaskan rasa Menurut Rusman (2015)
ingin tahu mereka melalui video Belajar pada hakikatnya adalah
percobaan dan animasi yang terdapat proses interaksi terhadap semua
dalam multimedia pembelajaran. situasi yang ada di sekitar individu
Selain itu beberapa penelitian siswa. Belajar merupakan suatu
yang menggunakan multimedia aktivitas yang dapat dilakukan secara
melalui model Discovery Learning psikologi maupun secara fisiologi.
sudah banyak dilakukan oleh Belajar dapat dipandang sebagai
beberapa peneliti sebelumnya. proses yang diarahkan kepada
Diantaranya Setiaji (2014) dan pencapaian tujuan dan proses berbuat
Sudiatmika (2015) menunjukkan melalui berbagai pengalaman yang
punggunaan multimedia melalui diciptakan guru. Sedangkan Trianto
model Discovery Learning, efektif (2014) menyatakan belajar adalah
diterapkan dalam proses suatu proses yang ditandai dengan

3
adanya perubahan pada diri Isjoni (2014) menyatakan
seseorang. Perubahan sebagai hasil bahwa inkuiri terbimbing adalah
dari proses belajar dapat suatu model pembelajaran inkuiri
diindikasikan dalam berbagai bentuk yang dalam pelaksanaannya guru
seperti berubahnya pengetahuan, menyediakan bimbingan atau
pemahaman, sikap, tingkah laku, petunjuk cukup luas kepada peserta
kecakapan, keterampilan dan didik. Dalam pembelajaran guru
kemampuan, serta perubahan aspek- tidak melepas begitu saja kegiatan
aspek yang lain yang ada pada kegiatan yang dilakukan oleh peserta
individu yang belajar. didik. Guru harus memberikan
Dari definisi tersebut dapat pengarahan dan bimbingan kepada
disimpulkan bahwa belajar adalah peserta didik dalam melakuakn
suatu proses yang dilakukan oleh kegiatan-kegiatan. Dengan demikian
seseorang untuk mengalami peserta didik yang berpikir lambat
perubahan secara bertahap dalam mampu mengikuti kegiatan-kegiatan
berbagai bentuk seperti berubahnya yang sedang dilaksanakan.
pengetahuan, pemahaman, sikap,
tingkah laku, kecakapan, C. Model Discovery Learning
keterampilan dan kemampuan, serta Discovery merupakan suatu
perubahan aspek-aspek yang lain model pembelajaran yang
yang ada pada individu yang belajar. dikembangkan dengan berdasarkan
Menurut Suardi (2015) pandangan konstruktivisme. Model
pembelajaran adalah proses interaksi ini menekankan pentingnya
peserta didik dengan pendidik dan pemahaman struktur atau ide-ide
sumber belajar pada suatu penting terhadap suatu disiplin ilmu,
lingkungan belajar. Pembelajaran melalui keterlibatan siswa secara
merupakan bantuan yang diberikan aktif dalam proses pembelajaran
pendidik agar dapat terjadi proses (Hosnan, 2014).
perolehan ilmu dan pengetahuan, Model pembelajaran
penguasaan kemahiran, serta penemuan (Discovery Learning)
pembentukan sikap dan kepercayaan merupakan metode mengajar yang
pada peserta didik. Dengan kata lain, mengatur pengajaran sedemikian
pembelajaran adalah proses untuk rupa sehingga siswa memperoleh
membantu peserta didik agar dapat pengetahuan yang sebelumnya belum
belajar dengan baik. diketahui tidak melalui
pemberitahuan, akan tetapi sebagian
B. Model Pembelajaran Inkuiri atau seluruhnya ditemukan sendiri
Terbimbing oleh siswa. Dalam pembelajaran,
Model pembelajaran inkuiri diharapkan siswa dapat menemukan
terbimbing adalah model konsep-konsep melalui proses
pembelajaran yang didalamnya guru mentalnya sendiri (Shobirin, 2016).
membimbing siswa melakukan
kegiatan dengan memberi pertanyaan D. Multimedia Pembelajaran
awal atau petunjuk-petunjuk yang Menurut Rusman (2011),
dapat mengarahkan siswa ke dalam multimedia digunakan untuk
suatu diskusi untuk menemukan menjelaskan materi-materi yang
pemecahan masalah (Trianto,2013). bersifat teoritis, serta cukup efektif
digunakan dalam pembelajaran

4
klasikal dengan group belajar yang Elektrolit kuat adalah elektrolit yang
cukup besar. Kelebihan media ini dapat menghasilkan larutan dengan
adalah menggabungkan semua unsur daya hantar yang baik. Hal tersebut
media seperti teks, video, animasi, dikarenakan senyawa-nya dapat
grafik, dan sound menjadi satu terurai sempurna dalam pelarut air
kesatuan penyajian, sehingga dapat membentuk banyak ion. Elektrolit
mengakomodasi semua jenis gaya lemah adalah elektrolit yang dapat
belajar siswa yaitu gaya belajar menghasilkan larutan dengan daya
visual, autitif dan kinestetik. hantar listrik yang buruk. Hal ini
Penggunaan mutimedia dalam karenakan senyawa-nya hanya
pembelajaran diantaranya dapat terurai sebagain kecil dalam pelarut
meningkatkan kemampuan siswa air membentuk sedikit ion.
dalam memahami konsep abstrak Berdasarkan daya hantar
dengan lebih mudah, selain itu juga listriknya, larutan dapat dibedakan
dapat memberikan kesan positif kedalam larutan elektrolit dan
kepada guru karena dapat membantu larutan non elektrolit. Larutan
guru menjelaskan isi pelajaran elektrolit adalah larutan yang dapat
kepada siswa secara efesien dan menghantarkan arus listrik dengan
efektif. (Asyhar, 2012). memberikan gejala berupa
Multimedia yang akan menyalanya lampu pada alat uji atau
digunakan dalam penelitian ini timbulnya gelmbung gas dalam
adalah multimedia yang larutan. Larutan yang menunjukan
dikembangakn oleh Rakhmawati gejala-gejala tersebut pada pengujian
(2017) dengan judul Pengembangan tergolong ke dalam larutan elektrolit.
Multimedia Pembelajaran Berbasis Larutan non elektrolit adalah larutan
Scientific Approach pada Materi yang tidak dapat menghantarkan arus
Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit listrik dengan memberikan gejala
Menggunakan Software Adobe Flash berupa tidak ada gelembung dalam
CS6 Untuk Kelas X. larutan atau lampu tidak menyala
pada alat uji.
E. Karakteristik Materi
Dalam ilmu kimia, larutan METODOLOGI PENELITIAN
berarti campuran yang homogen Penelitian ini dilaksanakan di
antara zat terlarut dan zat pelarut. kelas X MIPA SMAN Titian Teras.
Dalam pembicaraan sehari – hari, Penelitian ini dilaksanakan pada
larutan diartikan sebagai campuran semester genap tahun ajaran
yang berbentuk cair. Contoh larutan 2017/2018.
yang berbentuk cair adalah larutan Jenis penelitian ini adalah
gula, larutan garam dapur, larutan penelitian eksperimen, yaitu Quasi-
asam cuka dan larutan alkohol. Dari Experimental Designs. Dalam
contoh larutan tersebut ada larutan penelitian ini peneliti menggunakan
yang dapat menghantarkan arus dua kelas sebagai kelas eksperimen
listrik dan ada pula yang tidak dapat untuk melihat perbedaan antara
menghantarkan arus listrik. pembelajaran larutan elektrolit dan
Berdasarkan kekuatan daya non elektrolit dengan multimedia
hantarnya, larutan elektorlit Adobe flas CS6 melalui model
dibedakan menjadi dua yaitu pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan
elektrolit kuat dan elektrolit lemah. model pembelajaran Discovery

5
Learning terhadap peningkatan hasil
belajar siswa. Kriteria yang akan digunakan dalam
Intrumen non tes yang penelitian ini adalah hipotesis
dgunakan adalah lembar observasi diterima (H1) jika thitung > ttabel.
yang digunakan observer sebagai
pedoman dalam melakukan observasi HASIL DAN PEMBAHASAN
untuk memperoleh informasi Penelitian ini menggunakan
bagaimana keterlaksanaan model dua kelas sebagai kelas eksperimen
pembelajarannya dikelas. Lembar untuk melihat perbedaan antara
observasi yang digunakan adalah pembelajaran larutan elektrolit dan
daftar Chek-List, yang terdiri dari non elektrolit dengan multimedia
lembar observasi aktivitas guru dan Adobe flas CS6. Kelas X.2 melalui
siswa. model pembelajaran Inkuiri
Instrument tes yang Terbimbing dan kelas X.5 melalui
digunakan adalah soal pilihan ganda model pembelajaran Discovery
(objektif). Butir-butir soal Learning terhadap hasil belajar
dikategorikan dalam 4 ranah yaitu siswa.
(C1) mengingat, (C2) memahami, Data yang dianalisis adalah
(C3) mengaplikasikan dan (C4) peningkatan nilai hasil ppretest-
menganalisis. posttest dari kedua kelas eksperimen.
Untuk melihat peningkatan Dalam teknik analisis data akan
hasil belajar siswa dilakukan tes dilakukan uji hipotesis yaitu dengan
menggunakan instrument kognitif menggunakan uji-t. Sebelum
berupa soal objektif dengan subjek menguji hipotesis, terlebih dahulu
penelitian akan diberikan pretest dilakukan uji normalitas dan uji
terlebih dahulu sebelum diberikan homogenitas.
perlakuan, lalu setelah diberikan
perlakuan akan diberikan lagi Uji Normalitas
posttest. sehingga diperoleh data Hasil perhitungan uji normalitas
kuantitatif. Kemudian data yang dilakukan untuk mengetahuii apakah
dianalisis adalah hasil peningkatan kelas ekperimen I dan kelas ekperimen
rata-rata pretest-postest dari kedua II berdistribusi normal atau tidak. kelas
kelas eksperimen dengan uji satu eksperimen I berdistribusi normal
dengan L0 < Lt (0,15726 < 0,161), dan
pihak yaitu pihak kanan (uji t), kelas eksperimen II berdistribusi normal
dengan L0 < Lt (0,15645< 0,161)
Hipotesis statistik dalam penelitian
sebagai berikut: Uji Homogenitas
Ho : µ1≤µ2 Hasil perhitungan uji
H1 : µ1>µ2 homogenitas terhadap peningkatan
nilai Pretest dan Posttest pada kedua
Menurut Sudjana (2014) rumus yang kelas yang digunakan adalah uji F.
digunakan sebagai berikut: berdasarkan uji F diperoleh hasil
̅ 1 -X
X ̅2 Fhitung = 1,03 dan Ftabel = 1,8608
t= 1 1
dapat dilihat bahwa Fhitung < Ftabel
S√ +
n1 n2 yaitu (1,03 < 1,8608). Sehingga
dengan dapat disimpulkan bahwa data kedua
2
(n1 -1)s21 + (n2 -1)s22 kelas tersebut homogen.
s =
n1 +n2 -2

6
Uji t non elektrolit. Pada tahap ini peserta
Berdasarkan hasil perhitungan didik dibagi menjadi 6 kelompok,
diperoleh thitung = 2,624 dan ttabel = setiap kelompok terdiri dari 5 orang.
1,672 dengan dk = 58 dan α = 0,05. b. Merumuskan masalah
Karena thitung > ttabel maka dalam hal Peserta didik pada tahap ini
ini diterima H1 dan tolak Ho pada diberi kesempatan untuk
tingkat kepercayaan 95% atau µ1>µ2. merumuskan permasalahan yang
Dengan demikian dapat menguji terdapat pada LDS. Peserta didik
kebenaran hipotesis, yaitu dibantu guru melalui suatu
pembelajaran materi larutan pertanyaan-pertanyaan yang
elektrolit dan non elektrolit dengan mengarahkan siswa dalam
multimedia Adobe Flash CS6 menemukan konsep materi. Berawal
melalui model pembelajaran Inkuiri dari pertanyaan tersebut, peserta
Terbimbing lebih baik dibandingkan didik dapat menghubungkan
pembelajaran materi larutan jawabannya untuk merumuskan
elektrolit dan non elektrolit yang masalah. Selanjutnya, dari masalah
diajarkan melalui model Discovery ini peserta didik dituntut untuk
Learning. membuat hipotesis sebagai jawaban
sementara atas masalah yang telah
Pembahasan dirumuskan.
c. Merumuskan hipotesis
A. Model Inkuiri Terbimbing Guru pada tahap ini
Pembelajaran dengan multimedia memberikan kesempatan pada
Adobe Flash CS6 melalui model peserta didik untuk berpendapat
pembelajaran Inkuiri Terbimbing dalam membentuk hipotesis dan
diperoleh rata-rata peningkatan hasil membimbing peserta didik dalam
belajar sebesar 58. Beberapa tahapan menentukan hipotesis yang relevan
pembelajaran yang dilakukan oleh dengan permasalahan.
guru dalam pembelajaran dikelas d. Mengumpulkan data
ekperimen I yaitu: Peserta didik diminta oleh
a. Orientasi guru untuk berkerja sama dalam
Guru pada tahap ini kelompok dengan menyimak
memberikan apersepsi dan bertanya multimedia sebagai sumber pelajaran
serta menyampaikan tujuan yang berkaitan dengan materi.
pembelajaran. Peserta didik dituntut Multimedia ini membantu peserta
untuk mengeksplorasi segala didik lebih mudah menemukan
pengetahuannya yang telah lalu konsep. Hal ini akan membuat
untuk dikemukakan kembali. Selain peserta didik memprioritaskan
itu, peserta didik diminta untuk hipotesis mana yang akan menjadi
mengemukakan masalah yang berada prioritas penyelidikan/penemuan.
di lingkungan sehari-hari dan e. Menguji hipotesis
berhubungan dengan materi yang Guru pada tahap ini memberi
akan dipelajari. Dengan adanya tahap kesempatan pada tiap kelompok
orientasi diawal pembelajaran, untuk menyampaikan hasil diskusi
membuat peserta didik lebih sehingga dari perwakilan kelompok
termotivasi untuk menggali masing-masing menyampaikan hasil
kemampuannya yang berhubungan hasil diskusi kelompok. Peran guru
dengan materi larutan elektrolit dan disini mengarahkan dan

7
membimbing jalannya diskusi awal atau petunjuk-petunjuk yang
peserta didik dalam kelompok. dapat mengarahkan siswa ke dalam
Diskusi pada dasarnya adalah cara suatu diskusi untuk menemukan
yang digunakan untuk bertukar pemecahan masalah.
informasi, pendapat, dan unsur-unsur Dilihat dari persentase
pengalaman secara teratur dengan keterlaksanaan siswa pada pertemuan
maksud untuk mendapat pengertian pertama sebesar 57,61% hal ini
bersama yang lebih jelas dan cermat dikarenakan peserta didik yang
tentang suatu permasalahan. Adanya masih menyesuaikan diri dengan
diskusi antar peserta didik dalam pembelajaran multimedia Adobe
kelompok ketika pembelajaran Flash CS6 dengan model
berlangsung, dapat dijadikan sarana pembelajaran inkuiri terbimbing.
untuk menggali dan mengembangkan Persentase pada pertemuan kedua
pemahaman peserta didik sehingga sebesar 69,06% besarnya presentase
pemecahan masalah yang ini menunjukan bahwa peserta didik
dihadapinya dapat dilakukan melalui telah mampu menyesuaikan diri
proses berpikir secara kelompok. dengan pembelajaran multimedia
Adanya diskusi membuat peserta Adobe Flash CS6 dengan model
didik dapat bertukar pikiran dengan pembelajaran inkuiri terbimbing
teman kelompok sehingga dapat meski angka kenaikan masih sedikit
memahami materi lebih terperinci lebih tinggi dari pada pertemuan
karena adanya konsep. Diskusi juga pertama. Persentase pada pertemuan
menjadi ajang diantara peserta didik ketiga sebesar 83,39%, terlihat
untuk saling bertukar informasi, bahwa peserta didik sudah benar-
selain itu diskusi yang dilakukan benar mampu menyesuaikan diri
dapat memotivasi peserta didik yang dengan pembelajaran multimedia
awalnya diam menjadi lebih aktif Adobe Flash CS6 dengan model
dan banyak bertanya. pembelajaran inkuiri terbimbing.
f. Merumuskan kesimpulan Pada saat proses pembelajaran siswa
Peserta didik pada tahap terlihat lebih bersemangat dalam
menyimpulkan dapat menemukan mengikuti pembelajaran, siswa juga
konsep permasalahan pada materi mampu mengembangkan hipotesis
larutan elektrolit dan non elektrolit. yang terdapat dalam pikirannya,
Model inkuiri terbimbing adalah kemudian berpikir secara teratur
suatu proses belajar mengajar yang untuk menemukan konsep. Hal ini
berpusat pada peserta didik, guru sejalan dengan keunggulan dari
tidak perlu menawarkan seluruh model inkuiri terbimbing menurut
informasi kepada peserta didik. Guru Hosnan (2014) bahwa pembelajaran
perlu membimbing suasana belajar inkuiri memiliki keunggulan yaitu
peserta didik sehingga pembelajaran ini menekankan pada
mencerminkan proses penemuan pengembangan aspek kognitif,
bagi peserta didik. Hal ini sejalan afektif, dan psikomotor secara
dengan Trianto (2013), mengatakan seimbang, sehingga pembelajaran
bahwa model pembelajaran inkuiri dianggap lebih bermakna. Hal ini
terbimbing adalah model menunjukkan bahwa pembelajaran
pembelajaran yang didalamnya guru inkuiri terbimbing efektif diterapkan
membimbing siswa melakukan dalam proses pembelajaran.
kegiatan dengan memberi pertanyaan

8
B. Model Discovery Learning melakukan uji coba sendiri dan
Pembelajaran dengan sebagainya untuk membuktikan
multimedia Adobe Flash CS6 benar atau tidaknya hipotesis. Tahap
melalui model pembelajaran ini berfungsi untuk menjawab
discovery learning diperoleh rata- pertanyaan atau membuktikan benar
rata peningkatan hasil belajar sebesar tidaknya hipotesis.
54,5. Beberapa tahapan pembelajaran d. Pengolahan data
yang dilakukan oleh guru dalam Tahap pengolahan data
pembelajaran dikelas ekperimen II merupakan kegiatan mengolah data
yaitu: dan informasi yang telah diperoleh
a. Pemberian rangsangan peserta didik dan dituntut keahlian
Pada tahap ini peserta didik peserta didik untuk menganalisis
diberikan LDS dan dibagi menjadi 6 data yang diperoleh sendiri.
kelompok, setiap kelompok terdiri e. Pembuktian
dari 5 orang. Pada tahap ini peserta Guru pada tahap ini memberi
didik peserta didik diminta untuk kesempatan pada tiap kelompok
mengemukakan masalah yang berada untuk menyampaikan hasil diskusi
di lingkungan sehari-hari dan sehingga dari perwakilan kelompok
berhubungan dengan materi yang masing-masing menyampaikan hasil
akan dipelajari. Dengan adanya tahap diskusinya. Disini peserta didik
stimulasi diawal pembelajaran, melakukan pemeriksaan secara
membuat peserta didik lebih cermat untuk membuktikan benar
termotivasi untuk menggali atau tidaknya hipotesis yang
kemampuannya. Menurut Hosnan ditetapkan tadi dengan temuan
(2014) Stimulasi pada tahap ini alternatif, dihubungkan dengan hasil
berfungsi untuk menyediakan data. Peserta didik bisa
kondisi interaksi belajar yang dapat membuktikannya dengan
mengembangkan dan membantu mendapatkan jawaban sendiri dari
peserta didik dalam mengeksplorasi data yang dianalisisnya dan hasil
bahan. yang diperolehnya pun maksimal.
b. Identifikasi masalah f. Generalization (Menarik
Pada tahap peserta didik kesimpulan)
diberi kesempatan untuk Tahap generalization/menarik
mengidentifikasi berbagai kesimpulan adalah proses menarik
permasalahan yang relevan sebanyak sebuah kesimpulan yang dapat
mungkin. Pada tahap dijadikan prinsip umum dan berlaku
mengidentifikasi masalah, kemudian untuk semua kejadian atau masalah
salah satunya dipilih dan dirumuskan yang sama. Pada tahap ini peserta
dalam bentuk hipotesis (jawaban didik dapat menarik kesimpulan
sementara atas pertanyaan masalah). berdasarkan hasil verifikasi, dengan
c. Pengumpulan data adanya teori atau konsep ditemukan
Pada tahap ini pendidik yang mendasari kesimpulan.
memberi kesempatan kepada pserta Menurut Hosnan (2014)
didik untuk mengumpulkan berbagai keunggulan model Discovery
informasi yang relevan dengan Learning membantu siswa untuk
menyimak multimedia Adibe Flash mengembangkan sikap aktif dan juga
CS6 sebagai sumber belalajar dan keterampilan proses berpikir siswa,
membaca buku pelajaran untuk membantu siswa memiliki pribadi

9
yang baik melalui peningkatan menggunakan multimedia Adobe
kepercayaan diri karena proses Flash CS6 melalui model pelajaran
penemuan yang dilakukannya, serta Inkuiri Terbimbing memberikan
pengetahuan memberikan peningkatan hasil belajar lebih baik
kesempatan kepada siswa untuk dibandingkan melalui model
lebih aktif mengeluarkan ide. Namun Discovery Learning. Dimana dapat
kenyataannya pada saat proses dilihat dari perolehan rata-rata
pembelajaran siswa cenderung pasif peningkatan pretest ke posttest kelas
dan kurang bersemangat sehingga eksperimen I yaitu 58 lebih tinggi
kesulitan untuk mengembangkan daripada rata-rata hasil perolehan
hipotesis yang terdapat dalam rata-rata peningkatan pretest ke
pikirannya. Untuk persentase skor posttest kelas eksperimen II yaitu
keterlaksanaan siswa pada pertemuan 54,5 dan berdasarkan uji statistiknya,
pertama sebesar 58,01% hal ini diperoleh thitung > ttabel (2,624 >
dikarenakan peserta didik yang 1,676).
masih menyesuaikan diri dengan
pembelajaran multimedia Adobe B. Saran
Flash CS6 dengan model Berdasarkan hasil penelitian
pembelajaran Discovery Learning. yang telah dilakukan penulis dan
Persentase pada pertemuan kedua berdasarkan kesimpulan di atas,
sebesar 67,44% besarnya presentase maka penulis menyarankan:
ini menunjukan bahwa peserta didik 1. Guru kimia diharapkan dapat
telah mampu menyesuaikan diri menggunakan model
dengan pembelajaran multimedia pembelajaran selain Inkuiri
Adobe Flash CS6 dengan model Terbimbing dan model
pembelajaran Discovery Learning Discovery Learning dengan
meski angka kenaikan masih sedikit multimedia pembelajaran pada
lebih tinggi dari pada pertemuan materi larutan elektrolit dan non
pertama. Persentase pada pertemuan elektrolit untuk melihat
ketiga sebesar 80,51%, terlihat peningkatan hasil belajar siswa.
bahwa peserta didik sudah benar- 2. Perlu adanya penelitian
benar mampu menyesuaikan diri selanjutnya terhadap penelitian
dengan pembelajaran multimedia eksperimen dengan
Adobe Flash CS6 dengan model memperhatikan pengaruh yang
pembelajaran Discovery Learning. signifikan terhadap model
Kurangnya perhatian, minat dan pembelajaran atau
kesiapan siswa dalam belajar juga keterlaksanaan model
dapat mengakibatkan proses pembelajaran terhadap hasil
pembelajaran tidak berlangsung belajar siswa.
secara maksimal. 3. Dalam penelitian yang bersifat
studi perbandingan hendaknya
Penutup pelaksanaan pembelajaran
A. Kesimpulan dilakukan pada kelas yang
Berdasarkan data hasil belajar dan memiliki kondisi yang sama.
pengujian hipotesis yang telah
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Daftar Pustaka
pembelajaran materi larutan larutan
elektrolit dan non elektrolit

10
Anonim. 2013. Permendikbud No. 64 Mufidah, D. N. 2014. Pengaruh
tahun 2013 tentang Standar Pembelajaran Kimia Dengan
Proses Pendidikan Dasar dan Model Inkuiri Terbimbing
Struktur Kurikulum Sekolah yang Dilengkapi Multimedia
Menengah. Jakarta: Menteri Pembelajaran terhadap
Pendidikan dan Kebudayaan prestasi Belajar pada Materi
Republik Indonesia. Pokok Larutan Asam Basa
Ditinjau dari Kemampuan
Asyhar, R. 2012. Kreatif Berpikir Abstrak Siswa Kelas
Mengembangkan Media XI IPA SMAN 8 Surakarta
Pembelajaran. Jakarta: Tahun Ajaran 2012/2013.
Referensi Jakarta. Jurnal Pendidikan Kimia,
2(3): 130-138.
Ansyari, D. 2015. Pengaruh Model
Pembelajaran Inkuiri Rakhmawati, M. D. 2017.
Terbimbing Berbasis Pengembangan Multimedia
Multimedia Interaktif pada Pembelajaran Berbasis
Materi Koloid Terhadap Scientific Approach pada
Hasil Belajar Ditinjau dari Materi Larutan Elektrolit dan
Rasa Ingin Tahu dan Non Elektrolit Menggunakan
Menyampaikan Pendapat Software Adobe Flash CS6
Siswa Kelas XI SMA Untuk Kelas X, Skripsi,
Karanganyar Tahun Ajaran Universitas Jambi, Jambi.
2013/2014. Jurnal
Pendidikan Kimia, 3(1): 86- Rusman., Kurniawan., D, Riyana, C.,
94. 2015. Pembelajaran Berbasis
Teknologi Informasi dan
Chittleborough, G.D. 2010. Student- Komunikasi Mengembangkan
generated submicro diagrams Profesionalitas Guru.,
: a useful tool for teaching Jakarta: Rajawali Press.
and learning chemical
Sani, R. A. 2014. Pembelajaran
equation and stoichiometry. Saintifik Untuk Implementasi
CE : Research and Practice, Kurikulum 2013. Jakarta:
11 , 154-164. Bumi Aksara.

Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik Setiaji, D. 2014. Pembelajaran


dan Kontekstual dalam Kooperatif Model Discovery
Pembelajaran Abad 21. Learning Berbantuan
Bogor: Ghalia Indonesia. Multimedia Dilengkapi
Lembar Kerja Siswa (LKS)
Isjoni. 2014. Cooperative Learning pada Materi Termokimia
Efektifitas Pembelajaran Terhadap Kemampuan
Kelompok. Bandung: Berpikir Abstrak Kelas XI
Alfabeta SMAN 1 Purwokerto Tahun
Ajaran 2013/2014. Jurnal
Pendidikan Kimia, 3(1): 86-
94.

11
Shobirin, M. 2016. Konsep dan
Implementasi Kurikulum
2013 di Sekolah. Yogyakarta:
Deepublish.

Suardi, M. 2015. Belajar dan


Pembelajaran. Yogyakarta:
Deepubblish.

Suyanti, R.D. 2012. Strategi


Pembelajaran Kimia.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sudiatmika, E. 2015. Penerapan


Multimedia Pembelajaran
pada Materi Larutan Asam
Basa dengan Model
Discovery Learning Terhadap
Kemampuan Memecahkan
Masalah Siswa Kelas XI IPA.
Unesa Journal of Chemical
Education, 3(1): 119-123.

Sudjana. 2014. Metoda Statistika.


Bandung: Tarsito.

Trianto. 2013. Mendesain Model


Pembelajaran Inovatif-
Progresif. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.

12

Anda mungkin juga menyukai