Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SALMONELLA

Makalah Dibuat Sebagai Tugas Mata Kuliah Bakteriologi II


Semester 3 Prodi Sarjana Terapan Analis Kesehatan
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Disusun oleh :
NI PUTU INDAH SAVILA
NIM. P07134218003

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2019

1
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Puji syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya saya dapat menyusun makalah yang berjudul “Salmonella“. Ucapan
terima kasih saya sampaikan kepada Bapak Suyana, S.Si, M.Biotech selaku
dosen pembimbing. Saya menyadari keberbatasan kemampuan dan
pengetahuan yang saya miliki sehingga kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat diharapan guna kesempurnaan makalah ini.

Demikian yang dapat saya sampaikan. Semoga makalah yang saya buat ini
dapat bermanfaat dan berguna untuk para pembaca.

Om, Shanti, Shanti, Shanti, Om

Yogyakarta, 5 Desember 2019

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul ...........................................................................................i

Kata Pengantar ......................................................................................... ii

Daftar Isi .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................ 2
C. Tujuan ........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Salmonella ................................................................................ 6
B. Klasifikasi Salmonella............................................................................. 6
C. Morfologi Salmonella .............................................................................. 7
D. Sifat hidup Salmonella............................................................................ 8
E. Patogenitas Salmonella.......................................................................... 8
F. Diagnosis laboratorium Salmonella ........................................................ 9
G. Penularan dan penyebaran Salmonella ................................................ 10
H. Pengobatan Salmonella ....................................................................... 10
I. Pencegahan Salmonella ...................................................................... 11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 12
B. Saran........................................................................................... 12

Daftar Pustaka ....................................................................................... 13

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salmonella merupakan bakteri gram negatif yang dapat menginfeksi
manusia dan hewan menyebabkan tingginya angka morbiditas dan mortalitas di
dunia. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri patogen Salmonella ini sering
disebut Salmonellosis. Salmonella mempunyai lebih dari 2300 jenis
serotipe.Meskipun begitu banyak jenis bakteri Salmonella, namun Serotipe
Salmonella enterica merupakan bakteri yang paling sering dijumpai sebagai
penyebab infeksi. Salmonella telah diketahui merupakan penyebab timbulnya
penyakit selama lebih dari 100 tahun lalu, pertama kali ditemukan oleh Dr. Daniel
E. Salmone. Salmonellosis adalah penyakit endemis di Indonesia dan
merupakan masalah utama di beberapa negara berkembang termasuk Indonesia
(Chin, 2000; United States Department of Agriculture, 2011; Widodo, 2007).

Rantaiutama penularan Salmonellosis berkaitan erat dengan sumber


penularan ternak dan produknya (foodborne disease). Bakteri ini bersifat patogen
pada manusia dan hewan jika terkontaminasi melalui mulut, akan menyebabkan
penyakit enterik. Bakteri ini termasuk ke dalam kelompok enterobacteriaceae
(Chin, 2000; Nelson, et al., 1999; United States Department of Agriculture, 2011).

Gejala klinis akibat terinfeksi bakteri ini adalah demam, diare, anoreksia,
mual, muntah, nyeri abdomen, dan pusing umumnya sembuh sendiri, namun
cenderung dapat berkembang menjadi infeksi ekstraintestinal. Infeksi bisa
dimulai dengan gastroenteritis (enterokolitis) akut, berkembang menjadi
septikemia atau hanya infeksi lokal, dan manifestasi bentuk klinis terberatnya
adalah demam tifoid (Chin, 2000; Tim Mikrobiologi, 2003).

Infeksi Salmonella dapat berakibat fatal pada bayi, balita, ibu hamil dan
fetus serta lanjut usia. Pada subjek tersebut mengakibatkan resiko lebih tinggi
karena umumnya memiliki kekebalan tubuh yang lemah(United States
Department of Agriculture, 2011). Oleh karena itu, hal ini menjadi perhatian
khusus semua pihak terkait dan World Health Organization (WHO) dalam upaya
mengatasi salmonellosis. Umumnya terapi salmonellosis adalah antibiotika.Di

4
Indonesia, kloramfenikol masih merupakan obat pilihan utama untuk terapi
Salmonellosis.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas dapat disusun
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sejarah Salmonella?
2. Bagaimana klasifikasi Salmonella?
3. Bagaimana morfologi Salmonella?
4. Bagimana sifat hidup Salmonella?
5. Bagaimana patogenitas Salmonella?
6. Bagaimana diagnosis laboratorium Salmonella?
7. Bagaimana penularan dan penyebaran Salmonella?
8. Bagaimana pengobatan Salmonella?
9. Bagaimana pencegahan Salmonella?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, tujuan dari
makalah ini adalah agar pembaca dapat mengetahui bagaimana sejarah,
klasifikasi, morfologi, sifat hidup, patogenitas, diagnosis laboratorium, penularan,
penyebaran, pengobatan dan pencegahan dari bakteri Salmonella.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Salmonella
Salmonella sp. merupakan mikrobia patogen penyebab Salmonellosis.
Habitat alami Salmonella sp. adalah di usus manusia dan hewan, sedangkan air
dan makanan merupakan media perantara penyebaran Salmonella sp.
Salmonella sp.merupakan bakteri batang gram negatif. Karena habitat aslinya
yang berada di dalam usus manusia maupun binatang, bakteri ini dikelompokkan
ke dalam enterobacteriaceae (Brooks, 2005).
Isolasi dari mikroorganisme Salmonella pertama kali dilaporkan pada
tahun 1884 oleh Gaffky dengan nama spesies Bacterium thyposum. Kemudian,
pada tahun 1886 perkembangan nomenklatur semakin kompleks karena peranan
Salmon dan Smith serta sempat menjadi bahan pembicaraan yang rumit. Bahkan
dalam perkembangannya, Salmonella menjadi bakteri yang paling kompleks
dibandingkan enterobacteriacea lain, oleh karena bakteri ini memiliki lebih dari
2400 serotipe dari antigen bakteri ini (Winn, 2006).

B. Kasifikasi Salmonella
Menurut Lubi, 2015, Salmonella sp. merupakan bakteri yang berada
dalam kingdom Bacteria, filum Proteobacteria, kelas Gamma Proteobacteria,
ordo Enterobacteriales dan famili dari Enterobacteriaceae. Klasifikasi dari
Salmonella sp. dapat dibagi berdasarkan spesies, subspecies dan serotipe.
Genus salmonella terbagi kedalam 2 spesies yakni : Salmonella enterica dan
Salmonella bongori. Spesies Salmonella enterica dibagi lagi menjadi 6
subspesies yaitu :
1. Subspecies enteric atau subspesies I
2. Subspecies salamae atau subspecies II
3. Arizonae atau IIIA
4. Diarizonae atau IIIB
5. Houtenae atau IV
6. Indica atau VI
Klasifikasi Salmonella terbentuk berdasarkan dasar epidemiologi, jenis
inang, reaksi biokimia, dan struktur antigen O, H, V ataupun K. Antigen yang
paling umum digunakan untuk Salmonella adalah antigen O dan H.

6
Antigen O, berasal dari bahasa Jerman yaitu Ohne, merupakan susunan
senyawa lipopolisakarida (LPS). LPS mempunyai tiga region. Region I
merupakan antigen O-spesifik atau antigen dinding sel. Antigen ini terdiri dari
unit-unit oligosakarida yang terdiri dari tiga sampai empat monosakarida. Polimer
ini biasanya berbeda antara satu isolat dengan isolat lainnya, itulah sebabnya
antigen ini dapat digunakan untuk menentukan subgrup secara serologis. Region
II merupakan bagian yang melekat pada antigen O, merupakan core
polysaccharide yang konstan pada genus tertentu. Region III adalah lipid A yang
melekat pada region II dengan ikatan dari 2-keto-3-deoksioktonat (KDO). Lipid A
ini memiliki unit dasar yang merupakan disakarida yang menempel pada lima
atau enam asam lemak. Bisa dikatakan lipid A melekatkan LPS ke lapisan
murein-lipoprotein dinding sel (Dzen, 2003).
Antigen H merupakan antigen yang terdapat pada flagela dari bakteri ini,
yang disebut juga flagelin. Antigen H adalah protein yang dapat dihilangkan
dengan pemanasan atau dengan menggunakan alkohol. Antibodi untuk antigen
ini terutamanya adalah IgG yang dapat memunculkan reaksi aglutinasi. Antigen
ini memiliki phase variation, yaitu perubahan fase salam satu serotip tunggal.
Saat serotip mengekspresikan antigen H fase-1, antigen H fase-2 sedang
disintesis (Chart, 2002).
Antigen K berasal dari bahasa Jerman, kapsel. Antigen K merupakan
antigen kapsul polisakarida dari bakteri enteric (Dzen, 2003). Antigen ini
mempunyai berbagai bentuk sesuai genus dari bakterinya. Pada salmonella,
antigen K dikenal juga sebagai virulence antigen (antigen Vi).
Salmonella memiliki banyak serotip, namun hanya Salmonella typhi,
Salmonella cholera, dan mungkin Salmonella paratyphi A dan Salmonella
parathypi B yang menjadi penyebab infeksi utama pada manusia. Infeksi bakteri
ini bersumber dari manusia, namun kebanyakan Salmonella menggunakan
binatang sebagai reservoir infeksi pada manusia, seperti babi, hewan pengerat,
ternak, kura-kura, burung beo, dan lain-lain. Dari beberapa jenis salmonella
tersebut di atas, infeksi Salmonella typhi merupakan yang tersering (Brooks,
2005).

C. Morfologi
Salmonella sp. adalah jenis gram negatif, berbentuk batang, tidak
membentuk spora, motil (bergerak dengan flagel peritrik), memiliki kapsul serta

7
mempunyai tipe metabolisme yang bersifat fakultatif. Ukurannya yaitu 2 – 4 µ x
0,5– 0,8 µ. Pada media Mac Conkey Agar (MCA) bakteri salmonella
menunjukkan morfologi sebagaigai berikut: berukuran kecil, berbentuk bulat,
warna bening menyerupai media (tidak meragi laktosa), memiliki tepian rata,
permukaan halus dan cembung, konsistensinya kering serta memiliki opalesensi
jernih.

D. Sifat Hidup
Habitat Salmonella sp. adalah di saluran pencernaan (usus halus)
manusia dan hewan. Suhu optimum pertumbuhan Salmonella sp. ialah 37˚C dan
pada pH 6-8. Salmonella sp. bersifat aerob dan anaerob falkultatif. Salmonella
sp. memiliki flagel jadi pada uji motilitas hasilnya positif. Pada media Mac Conkay
tidak memfermentasi laktosa atau disebut Non Laktosa Fermenter tapi pada
media gula-gula memfermentasi glukosa , manitol dan maltosa disertai
pembentukan asam dan gas kecuali S. typhi yang tidak menghasikkan gas. Pada
uji sitrat Salmonella paratyphi menunjukkan hasil positif sedangkan hasil negatif
ditunjukkan oleh Salmonella typhi.Kemudian pada uji indol menunjukkan hasil
negatif. Tidakmenghidrolisiskan urea dan menghasilkan H2S (Julius,1990).

E. Patogenitas
Salmonellosis adalah istilah yang menunjukkan adanya infeksi Salmonella
sp. Manifestasi klinik Salmonellosis pada manusia ada 4 sindrom yaitu:
1. Gastroenteritis atau keracunan makanan merupakan infeksi usus dan
tidak ditemukan toksin sebelumnya (Karsinah et al, 1994). Terjadi karena
menelan makanan yang tercemar Salmonella sp. misalnya daging dan
telur (Julius,1990). Masa inkubasinya 8-48 jam, gejalanya mual, sakit
kepala,muntah, diare hebat, dan terdapat darah dalam tinja. Terjadi
demam ringan yang akan sembuh dalam 2-3 hari. Bakterimia jarang
terjadi pada penderita(2-4%) kecuali pada penderita yang kekebalan
tubuhnya kurang (Jawezt et.al., 2008).
2. Demam tifoid yang disebabkan oleh S. typhi dan demam paratifoid
disebabkan S. paratyphi A, B dan C. Kuman yang masuk melalui mulut
masuk ke dalam lambung untuk mencapai usus halus, lalu ke kelenjar
getah bening. Kemudian memasuki ductus thoracicus. Kemudian kuman
masukdalam saluran darah (bacterimia) timbul gejala dan sampai ke hati,

8
limpa,sumsum tulang, ginjal dan lain-lain. Selanjutnya di organ tubuh
tersebut Samonella sp. berkembang biak (Julius,1990).
3. Bakterimia (septikimia) dapat ditemukan pada demam tifoid dan infeksi
Salmonella non-typhi. Adanya Salmonella dalam darah beresiko tinggi
terjadinya infeksi. Gejala yang menonjol adalah panas dan
bakterimiaintermiten (Karsinah et al, 1994) . Dan timbul kelainan-kelainan
lokal pada bagian tubuh misalnya osteomielitis, pneumonia, abses paru-
paru,meningitis dan lain-lain. Penyakit ini tidak menyerang usus dan
biakantinjanya negatif (Julius,1990).
4. Carier yang asomatik adalah semua individu yang terinfeksi Salmonella
sp. akan mengekskresi kuman dalam tinja untuk jangka waktu yang
bervariasi disebut carrier convalescent, jika dalam 2-3 bulan penderita
tidak lagi mengekskresi Salmonella. Jika dalam satu tahun penderita
masih mengekskresi Salmonella disebut carrier kronik (Karsinah et al,
1994).

F. Diagnosis Laboratorium
Diagnosis laboratorium untuk bakteri Salmonella dapat dilakukan dengan
bebrapa cara sebagai berikut:
1. Kultur Bakteri
Kultur adalah metode mengembangbiakkan bakteri dalam suatu
media. Pada umumnya Salmonella tumbuh dalam media pepton ataupun
kaldu ayam tanpa penambahan natrium klorida atau suplemen lain. Media
kultur yang sering digunakan adalan Mac Conkey Agar, EMB ( Eosine
Methylene Blue), bismuth sulfit dan Salmonella-shigella (SSA).
Media yang direkomendasikan untuk S.typhi adalah media Bile
dari sapi, karena media ini dapat meningkatkan positivitas karena hanya
S.typhi dan S.paratyphi yang dapat tumbuh. Sedangkan pada media
SSA, S.typhi akan membentuk koloni hitam karena bakteri ini
menghasilkan H2S.
Prinsip kultur bakteri ini dengan menggunakan bekuan darah
penderita yang ditambahkan media Bile 1 % dalam air pepton, kemudian
dilakukan penanaman pada media differensial pada mac conkey agar.
Salmonella tidak akan memfermentasikan laktosa.
2. Uji Serologis

9
a. Tes widal
Tes widal bertujuan untuk mendeteksi adanya antibodi (dalam
darah) terhadap antigen Salmonella yaitu antigen pada flagela (H)
dan badan bakteri (O).
b. Uji Tubex
Menguji aglutinasi kompetitif semikuantitatif untuk mendeteksi
adanya antibodi IgM terhadap antigen lipopolisakarida tanpa
mendeteksi IgG. Uji ini lebih sensitif dan spesifik dari tes widal.
c. Uji ELISA
Dapat digunakan untuk mendiagnosa s.typhi dan S. Paratyphi
yang dinyatakan 1 bila IgM positig menandakan infeksi akut, 2 bila
IgG positig menandakan pernah terinfeksi.
3. Tes Biokimia
a. Tes urease, Salmonella tidak menghasilkan urease
b. Tes oxidase, Salmonella berssifat oksidase negatif
c. Tes indol, Salmonella bersifat indol negatif
4. Biomolekular
Metode identifikasi Salmonella yang akurat adalah dengan
mendeteksi DNA(asam nukleat) dari bakteri Salmonella dalam darah
disebut dengan hibridasi asam nukleat. Reaksi hibridasi merupakan
reaksi kinetik yang efisien dan dapat mendeteksi sejumlah sangat kecil
asam nukleat bakteri dalam waktu yang sangat pendek.

G. Penularan dan Penyebaran


Salmonella sp ditularkan kepada manusia terutama sewaktu makan
makanan yang tidak cukup matang dari binatang yang terinfeksi (yaitu daging,
ayam, telur dan produknya).
Penularan melalui “pencemaran silang” terjadi apabila Salmonella sp
mencemari makanan yang siap dimakan: misalnya, apabila makanan yang tidak
akan dimasak lagi dipotong dengan pisau tercemar atau melalui tangan
pengendali makanan yang terinfeksi. Salmonella sp. dapat menular dari orang ke
orang melalui tangan orang yang terinfeksi, dapat juga ditularkan dari binatang
ke manusia.

H. Pengobatan

10
Infeksi Salmonellosis yang ringan tidak membutuhkan pengobatan.
Kebanyakan pasien akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu 24 hingga 48
jam. Pada infeksi yang berat, perlu untuk mendapatkan rehidrasi dengan cairan
intravena melalui infus. Obat antibiotik diberikan pada kondisi ini, seperti
golongan ampicillin, kloramfenikol, kotrimoksazol, dan lainnya tergantung kondisi
pengidap sesuai rekomendasi dari dokter.
Obat-obatan antidiare, seperti loperamid sebaiknya dihindari. Walaupun
gejala diare akan berkurang setelah pemberian antidiare, tetapi penggunaan
obat ini dapat memperlama infeksi Salmonella ini. Selain itu obat-obatan lain
untuk mengurangi gejala lainnya dapat diberikan, seperti obat penurun demam
dan obat antimual.

I. Pencegahan
1. Jangan sampai mengonsumsi makanan yang mengandung daging, telur,
dan susu yang masih mentah. Karena makanan tersebut sangat rawan
jika kita konsumsi.
2. Jika memasak unggas, daging, dan telur usahakan memasakannya
sampai matang. Atau pada suhu 65-77 derajat celcius agar salmonella
benar-benar sudah mati.
3. Pastikan tangan selalu bersih setelah kontak dengan kotoran hewan.
4. Pastikan juga pisau, talenan, meja, dan peralatan dapur yang telah
digunakan untuk mengolah makanan mentah harus selalu bersih.

11
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan penjelasan mengenai bakteri Salmonella sp. di atas, dapat


disimpulkan bahwa bakteri Salmonella sp. adalah bakteri penyebab penakit
Salmonellosis. Dimana bakteri ini disebarkan melalui makanan dan mampu
berkembang baik pada saluran pencernaan. Sehingga sangat penting untuk
menjaga keberishan makanan yang kita makan.

B. Saran

Berdasarkan penjelasan di atas penulis menyarankan sebaiknya kita


selalu waspada terhadap kebersihan asupan makanan yang kita makan, baik
dari segi sumbernya, pengolahannya, serta kondisi tangan dan alat makan yang
selalu bersih.

12
Daftar Pustaka

Jawetz, Melnick dan Adelberg’s. 2008.Mikrobiologi Kedokteran.Jakarta :


Salemba Medika.

Julius, E.S. 1990. Mikrobiologi Dasar. Jakarta : Binarupa Aksara Latar.

Karsinah, et. al.1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.

Retnosari, Sylvia dan Alan.R.Tumbelaka.2000.Pendekatan Diagnostik Serologik


dan Pelacak Antigen Salmonella. Jakarta: FKUI.

13

Anda mungkin juga menyukai