Dude Hahal
Dude Hahal
- Glomerulonefritis Akut
- Bacterial Infection
- Epistaksis
- Hipertensi grade 2
- Gizi normal
- Imunisasi lengkap
- -
- C3
- Uji sampel urin segar
V. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
- IVFD 2A 12 tpm
- inj Ceftriaxone 3x500mg
- Captopril 1x6,25mg
Non-medikamentosa
- Diet rendah garam
- Pembatasan Asupan protein
- Istirahat sementara pasien dianjurkan dirawat di rumah sakit mengingat kondisi
pasien saat ini.
- Edukasi dan informasikan kepada pasien keluarga terkait GNA yang sedang
dialami oleh pasien
- Edukasi agar ayah pasien berhenti merokok
Menjaga kebutuhan kalori per hari :
Recommended Daily Allowances
= Berat badan ideal x kebutuhan kalori berdasarkan umur
dan jenis kelamin
= 22kg x 90 kalori
= 1980kkal/hari
Protein : 1980kkal x 10% : 4 kkal/g = 49,5 g
Karbohidrat : 1980 kkal x 50% : 4 kkal/g = 247,5 g
Lemak : 1980 kkal x 40% : 9 kkal/g= 88g
Follow Up
14/12/19
Hari 1
S Demam(+) naik turun, muntah(-), mual(-), BAK on DC, nyeri pinggang(+)
Kesan sakit : TSS
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 120/70 mmHg
HR : 103x/menit
RR : 22x/menit
T : 37,3oC
SpO2 : 98%
O
Kepala : wajah pucat (-), CA-/- ; SI -/- ; mata cekung (-), oedem palpebra(-)
Toraks : simetris, SNV+/+ ; Rh-/- ; Wh-/- ;retraksi-/- ;
S1 S2 reg ; m(-), g(-)
Abdomen : BU(+) 3x/menit ; nyeri punggung (+) turgor kulit kembali cepat, nyeri
ketuk CVA (+)
Genitalia : BAK on DC, hematuria (+)
Ekstremitas : akral hangat, edema (-), CRT<2”
GNA
A Gizi normal
Imunisasi lengkap
- IVFD 2A 12 tpm
- inj Ceftriaxone 3x500mg
- Captopril 1x6,25mg
P
15/12/19
Hari 2
S Demam(+) naik turun, muntah(-), mual(-), BAK on DC, nyeri pinggang membaik
Kesan sakit : TSS
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 120/70 mmHg
HR : 106x/menit
RR : 24x/menit
T : 37,5oC
SpO2 : 99%
O
Kepala : wajah pucat (-), CA-/- ; SI -/- ; mata cekung (-), oedem palpebra(-)
Toraks : simetris, SNV+/+ ; Rh-/- ; Wh-/- ;retraksi-/- ;
S1 S2 reg ; m(-), g(-)
Abdomen : BU(+) 2x/menit ; nyeri punggung (+) nyeri ketuk CVA (+)
Genitalia : BAK on DC, Hematuria (-)
Ekstremitas : akral hangat, edema (-), CRT<2”
GNA
Gizi normal
A
Imunisasi lengkap
- IVFD 2A 12 tpm
- inj Ceftriaxone 3x500mg
- Captopril 1x6,25mg
P
16/12/19
Hari 3
S Demam(-) naik turun, muntah(-), mual(-), BAK on DC, nyeri pinggang membaik
Kesan sakit : TSS
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 120/70 mmHg
HR : 98x/menit
RR : 22x/menit
T : 36,9oC
SpO2 : 99%
O
Kepala : wajah pucat (-), CA-/- ; SI -/- ; mata cekung (-), oedem palpebra(-)
Toraks : simetris, SNV+/+ ; Rh-/- ; Wh-/- ;retraksi-/- ;
S1 S2 reg ; m(-), g(-)
Abdomen : BU(+) 2x/menit ; nyeri punggung (-) nyeri ketuk CVA (+)
Genitalia : BAK on DC hematuria(-)
Ekstremitas : akral hangat, edema (-), CRT<2”
GNA
A Gizi normal
Imunisasi lengkap
- IVFD 2A 12 tpm
- inj Ceftriaxone 3x500mg
- Captopril 1x6,25mg
P
17/12/19
Hari 4
S Demam(-) naik turun, muntah(-), mual(-), BAK on DC, nyeri pinggang(-)
Kesan sakit : TSR
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
HR : 101x/menit
RR : 22x/menit
T : 36,6oC
SpO2 : 99%
O
Kepala : wajah pucat (-), CA-/- ; SI -/- ; mata cekung (-), oedem palpebra(-)
Toraks : simetris, SNV+/+ ; Rh-/- ; Wh-/- ;retraksi-/- ;
S1 S2 reg ; m(-), g(-)
Abdomen : BU(+) 2x/menit ; nyeri punggung (-) nyeri ketuk CVA (-)
Genitalia : BAK on DC, Hematuri(-)
Ekstremitas : akral hangat, edema (-), CRT<2”
GNA
A Gizi normal
Imunisasi lengkap
- IVFD 2A 12 tpm
- inj Ceftriaxone 3x500mg
P
18/12/19
Hari 5
S Demam(+) naik turun, muntah(-), mual(-), BAK on DC, nyeri pinggang
Kesan sakit : TSR
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 100/70 mmHg
HR : 101x/menit
RR : 22x/menit
T : 36,6oC
SpO2 : 99%
O
Kepala : wajah pucat (-), CA-/- ; SI -/- ; mata cekung (-), oedem palpebra(-)
Toraks : simetris, SNV+/+ ; Rh-/- ; Wh-/- ;retraksi-/- ;
S1 S2 reg ; m(-), g(-)
Abdomen : BU(+) 2x/menit ; nyeri punggung (-) nyeri ketuk CVA (-)
Genitalia : BAK on DC produksi 600 per 8 jam
Ekstremitas : akral hangat, edema (-), CRT<2”
GNA
A Gizi normal
Imunisasi lengkap
- IVFD 2A 12 tpm
- inj Ceftriaxone 3x500mg
P
DIAGNOSIS AKHIR
- Glomerulonefritis Akut
- Hipertensi Grade 2
- Epistaksis
- Bacterial Infection
- Gizi normal
- Imunisasi lengkap
IX. PROGNOSIS
Periode antara infeksi streptokokus dan timbulnya gejala-gejala. Periode ini berkisaar
1-3 minggu; periode 1-2 minggu umumnya terjadi pada GNAPS yang didahului oleh infeksi
saluran nafas, sedangkan periode 3 minggu didahului oleh infeksi kulit/piodermi. Periode ini
jarang terjadi di bawah 1 minggu.
1. Edema.
Paling sering dan hampir selalu ada, biasanya mulai di Palpebra pada waktu bangun
pagi, disusul tungkai, abdomen (asites), dan genitalia.6
2. Hematuri.
Hematuri makroskopik berupa urin coklat kemerah-merahan seperti teh tua / air
cucian daging biasanya muncul pada minggu pertama. Hematuri makroskopik muncul
pada 30–50 % kasus, sedangkan hematuri mikroskopik ditemui pada hampir semua
kasus.
3. Hipertensi.
Muncul pada 50-90% kasus, umumnya hipertensi ringan dan timbul dalam minggu
pertama. Adakalanya terjadi hipertensi ensefalopati (5-10% kasus). Dikatakan
hipertensi jika tekanan darah sistolik dan atau diastolik tiga kali berturut-turut di atas
persentil 95 menurut umur dan jenis kelamin.
4. Oligouri.
Terdapat pada 5-10% kasus. Dikatakan oligouri bila produksi urin kurang dari atau
sama dengan 1 cc/kgBB/jam. Umumnya terjadi pada minggu pertama dan menghilang
bersama dengan diuresis pada akhir minggu pertama.
5. Sakit kepala, jika disertai dengan hipertensi.
6. Dyspnea, jika terjadi gagal jantung atau edema pulmo; biasanya jarang.
7. Kadang disertai dengan gejala spesifik; mual dan muntah, purpura pada Henoch-
Schoenlein, artralgia yang berbuhungan dengan Systemic Lupus Erythematosus
(SLE).
3.4.1 Anamnesis
Secara klinik diagnosis GNAPS dapat ditegakkan bila dijumpai full blown case
dengan gejala-gejala hematuria, hipertensi, edema, oliguria yang merupakan gejala-
gejala khas GNAPS.
3.4.2 Pemeriksaan Fisik
3.4.3.1 Urinalisis
Kadang-kadang kadar ureum dan kreatinin serum meningkat dengan tanda gagal
ginjal seperti hiperkalemia, asidosis, hiperfosfatemia dan hipokalsemia. Komplemen C3
rendah pada hampir semua pasien dalam minggu pertama, tetapi C4 normal atau hanya
menurun sedikit, sedangkan kadar properdin menurun pada 50% pasien. Keadaan tersebut
menunjukkan aktivasi jalur alternatif komplemen. Penurunan C3 sangat mencolok pada
penderita GNAPS kadar antara 20-40 mg/dl (harga normal 50-140 mg.dl). Penurunan
komplemen C3 tidak berhubungan dengan derajat penyakit dan kesembuhan. Kadar
komplemen C3 akan mencapai kadar normal kembali dalam waktu 6-8 minggu. Bila setelah
waktu tersebut kadarnya belum mencapai normal maka kemungkinan glomerulonefritisnya
disebabkan oleh yang lain atau berkembang menjadi glomerulonefritis kronik atau
glomerulonefritis progresif cepat. Anemia biasanya berupa normokromik normositer, terjadi
karena hemodilusi akibat retensi cairan. Di Indonesia 61% menunjukkan Hb < 10 g/dL.
Anemia akan menghilang dengan sendirinya setelah efek hipervolemiknya menghilang atau
sembabnya menghilang. Adanya infeksi streptokokus harus dicari dengan melakukan biakan
tenggorok dan kulit. Biakan mungkin negatif apabila telah diberi antimikroba sebelumnya.
Beberapa uji serologis terhadap antigen streptokokus dapat dipakai untuk membuktikan
adanya infeksi, antara lain antistreptozim, ASTO, antihialuronidase, dan anti Dnase B.
Skrining antistreptozim cukup bermanfaat oleh karena mampu mengukur antibodi terhadap
beberapa antigen streptokokus. Titer anti streptolisin O mungkin meningkat pada 75-80%
pasien dengan GNAPS dengan faringitis, meskipun beberapa strain streptokokus tidak
memproduksi streptolisin O, sebaiknya serum diuji terhadap lebih dari satu antigen
streptokokus. Bila semua uji serologis dilakukan, lebih dari 90% kasus menunjukkan adanya
infeksi streptokokus, titer ASTO meningkat pada hanya 50% kasus. Pada awal penyakit titer
antibodi streptokokus belum meningkat, hingga sebaiknya uji titer dilakukan secara serial.
Kenaikan titer 2-3 kali berarti adanya infeksi.
3.5 Patofisiologi
3.6.1.1 Istirahat
Istirahat di tempat tidur terutama bila dijumpai komplikasi yang biasanya timbul
dalam minggu pertama perjalanan penyakit GNAPS. Sesudah fase akut, tidak dianjurkan lagi
istirahat di tempat tidur, tetapi tidak diizinkan kegiatan seperti sebelum sakit. Lamanya
perawatan tergantung pada keadaan penyakit. Dahulu dianjurkan prolonged bed rest sampai
berbulan-bulan dengan alasan proteinuria dan hematuria mikroskopik belum hilang. Kini
lebih progresif, penderita dipulangkan sesudah 10-14 hari perawatan dengan syarat tidak ada
komplikasi. Bila masih dijumpai kelainan laboratorium urin, maka dilakukan pengamatan
lanjut pada waktu berobat jalan. Istirahat yang terlalu lama di tempat tidur menyebabkan
anak tidak dapat bermain dan jauh dari temantemannya, sehingga dapat memberikan beban
psikologik.
3.6.1.2 Diet
Jumlah garam yang diberikan perlu diperhatikan. Bila edema berat, diberikan
makanan tanpa garam, sedangkan bila edema ringan, pemberian garam dibatasi sebanyak 0,5-
1 g/hari. Protein dibatasi bila kadar ureum meninggi, yaitu sebanyak 0,5-1 g/kgbb/hari.
Asupan cairan harus diperhitungkan dengan baik, terutama pada penderita oliguria atau
anuria, yaitu jumlah cairan yang masuk harus seimbang dengan pengeluaran, berarti asupan
cairan = jumlah urin + insensible water loss (20-25 ml/kgbb/ hari) + jumlah keperluan cairan
pada setiap kenaikan suhu dari normal (10 ml/kgbb/hari)
3.6.1.3 Antibiotik
Bendungan sirkulasi
Hal paling penting dalam menangani sirkulasi adalah pembatasan cairan,
dengan kata lain asupan harus sesuai dengan keluaran. Bila terjadi edema berat atau
tanda-tanda edema paru akut, harus diberi diuretik, misalnya furosemid. Bila tidak
berhasil, maka dilakukan dialisis peritoneal.
Hipertensi
Tidak semua hipertensi harus mendapat pengobatan. Pada hipertensi ringan
dengan istirahat cukup dan pembatasan cairan yang baik, tekanan darah bisa kembali
normal dalam waktu 1 minggu. Pada hipertensi sedang atau berat tanpa tanda-tanda
serebral dapat diberi kaptopril (0,3-2 mg/kgbb/hari) atau furosemid atau kombinasi
keduanya. Selain obat-obat tersebut diatas, pada keadaan asupan oral cukup baik
dapat juga diberi nifedipin secara sublingual dengan dosis 0,25-0,5 mg/kgbb/hari
yang dapat diulangi setiap 30-60 menit bila diperlukan. Pada hipertensi berat atau
hipertensi dengan gejala serebral (ensefalopati hipertensi) dapat diberi klonidin
(0,002-0,006 mg/kgbb) yang dapat diulangi hingga 3 kali atau diazoxide 5 mg/
kgbb/hari secara intravena (I.V). Kedua obat tersebut dapat digabung dengan
furosemid (1 – 3 mg/kgbb)
Gangguan ginjal akut
Hal penting yang harus diperhatikan adalah pembatasan cairan, pemberian
kalori yang cukup dalam bentuk karbohidrat. Bila terjadi asidosis harus diberi natrium
bikarbonat dan bila terdapat hiperkalemia diberi Ca glukonas atau Kayexalate untuk
mengikat kalium.
3.7 Prognosis
Penyakit ini dapat sembuh sempurna dalam waktu 1-2 minggu bila tidak ada komplikasi,
sehingga sering digolongkan ke dalam self limiting disease. Walaupun sangat jarang, GNAPS
dapat kambuh kembali. Pada umumnya perjalanan penyakit GNAPS ditandai dengan fase
akut yang berlangsung 1-2 minggu, kemudian disusul dengan menghilangnya gejala
laboratorik terutama hematuria mikroskopik dan proteinuria dalam waktu 1-12 bulan. Pada
anak 85-95% kasus GNAPS sembuh sempurna, sedangkan pada orang dewasa 50-75%
GNAPS dapat berlangsung kronis, baik secara klinik maupun secara histologik atau
laboratorik. Pada orang dewasa kira-kira 15-30% kasus masuk ke dalam proses kronik,
sedangkan pada anak 5-10% kasus menjadi glomerulonefritis kronik. Walaupun prognosis
GNAPS baik, kematian bisa terjadi terutama dalam fase akut akibat gangguan ginjal akut
(Acute kidney injury), edema paru akut atau ensefalopati hipertensi
BAB IV
ANALISA KASUS
Teori Kasus
Non-medikamentosa
- Diet rendah garam
- Pembatasan Asupan protein
- Istirahat sementara pasien
dianjurkan dirawat di rumah sakit
mengingat kondisi pasien saat ini.
- Edukasi dan informasikan kepada
pasien keluarga terkait GNA yang
sedang dialami oleh pasien
- Edukasi agar ayah pasien berhenti
merokok
- Menjaga kebutuhan kalori per hari :
Recommended Daily Allowances
= 22kg x 90 kalori
= 1980kkal/hari
Protein : 49,5 g
Karbohidrat : 247,5 g
Lemak : 88g
PROGNOSIS
- Ad vitam :Ad bonam
- Ad functionam :Ad bonam
- Ad sanationam :Ad bonam
DAFTAR PUSTAKA
1. Albar H, Rauf S. The profile of acute glomerulonephritis among Indonesian Children.
Paediatrica Indonesiana. 2005; 45: 264–69.
2. Brouhard BH, Travis LB. Acute postinfectious glomerulonephritis. Dalam: Edelmann
CM, Bernstein J, Meadow SR, Spitzer A, Travis LB, penyunting. Pediatric kidney
disease, edisi kedua. Boston, Little Brown, 1992. h. 1199-221.
3. Noer S, Soemyarso N, Subandiyah K, et al. Kompedium Nefrologi Anak 1st ed. Jakarta:
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2011
4. Sherwood, Laura Iee. 2011. Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC.
5. Noer MS. Glomerulonefritis. Dalam: Alatas H, Tambunan T, Trihono PP, Pardede SO,
penyunting. Buku ajar nefrologi anak, edisi ke-2, Jakarta, Balai Penerbit FKUI, 2002. h.
323-61. Smith JM, Faizan MK, Eddy AA.
6. The child with acute nephritic syndrome. Dalam: Webb NAJ, Postlethwaite RJ,
penyunting. Clinical paediatric nephrology, edisi ketiga. Oxford, Oxford University
Press, 2003. h. 367-79.
7. Makker SP. Glomerular disease. Dalam: Kher KK, Makker SP, penyunting. Clinical
pediatric nephrology. New York: McGraw-Hill, 1992. h. 175-220.
8. Rauf S, Albar H, Aras J et al. Konsensus Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus
IDAI. Jakarta: Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2012
9. Makker SP. Glomerular disease. Dalam: Kher KK, Makker SP, penyunting. Clinical
pediatric nephrology. New York: McGraw-Hill, 1992. h. 175-220.
10. Travis LB, Kalia A. Acute nephritic syndrome. Dalam: Postlethwaite J, penyunting,
Clinical paediatric nephrology, edisi ke-2, Oxford, Butterwoth Heinemann,1994.
h. 201-9.