pembangunan gedung (Building Construction), pembangunan prasarana sipil (Sipil Engineer), dan
instalasi mekanikal serta elektrikal. Walaupun kegiatan konstruksi dikenal sebagai suatu pekerjaan,
namun kenyataannya konstruksi merupakan suatu kegiatan yang terdiri dari beberapa kegiatan
pekerjaan lainnya dengan tujuan akhir satu unit bangunan.
Jasa konstruksi adalah layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi, jasa
pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan layanan jasa konsultansi pengawasan pekerjaan
konstruksi. Pekerjaan konstruksi adalah seluruh pekerjaan yang mencakup semua
pelaksanaan konstruksi bangunan, seperti arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal dan tata
lingkungan untuk mewujudkan suatu bangunan.
Usaha jasa konstruksi adalah usaha tentang jasa di bidang perencanaan, pelaksana dan
pengawas konstruksi yang semuanya disebut penyedia jasa. Jadi pengertian utuh dari usaha
jasa konstruksi adalah usaha yang berhubungan dengan perencanaan atau pelaksanaan dan
pengawasan suatu kegiatan konstruksi untuk membentuk suatu bangunan atau fisik lain yang
dalam penggunaan atau pemanfaatan menyangkut kepentingan dan keselamatan masyarakat
pemakai serta lingkungan hidup.
Ada 3 (tiga) kategori kegiatan yang tercakup dalam jenis usaha jasa konstruksi menurut UU
No. 18 Tahun 1999, yaitu :
Adalah dokumen yang mempunyai kekuatan hukum yang memuat persetujuan bersama
secara sukarela antara pihak kesatu dan pihak kedua. Pihak kesatu berjanji untuk memberikan
jasa dan menyediakan material untuk membangun proyek bagi pihak kedua; Pihak kedua
berjanji untuk membayar sejumlah uang sebagai imbalan untuk jasa dan material yang telah
digunakan.
Menurut PP no.29 tahun 2000 pasal 20 ayat 1, “Kontrak kerja konstruksi pada dasarnya
dibuat secara terpisah sesuai tahapan dalam pekerjaan konstuksi yang terdiri dari kontrak
kerja konstruksi untuk pekerjaan perencanaan, kontrak kerja konstruksi untuk pekerjaan
pelaksanaan, dan kontrak kerja konstruksi untuk pekerjaan pengawasan”. Pada ayat 2, PP
no.29 tahun 2000 pasal 20 dijelaskan bahwa, “Dalam hal pekerjaan terintegrasi, kontrak
kerja konstruksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dituangkan dalam 1 (satu)
kontrak kerja konstruksi”. Sedangakan pada ayat selanjutnya yaitu PP no.29 tahun 2000 pasal
20 ayat 1, yang berbunyi, “Kontrak kerja konstruksi sebagaimana dimaksud dalam ayat 1
dibedakan berdasarkan“ :
c. Cara pembayaran hasil pekerjaan : 1) sesuai kemajuan pekerjaan; atau 2) secara berkala.
Salah satu bentuk kantor perwakilan asing yang terdapat di Indonesia adalah Badan
Usaha Jasa Kontruksi Asing (BUJKA). Dalam menyelenggarakan kegiatannya di
Indonesia, BUJKA wajib membentuk ikatan kerjasama operasi dengan Badan Usaha Jasa
Kontruksi di Indonesia dan wajib memiliki Izin Perwakilan BUJKA.
Kantor Perwakilan Badan Usaha Jasa Kontruksi Asing (BUJKA) adalah kantor perwakilan di
Indonesia dari badan usaha yang didirikan menurut hukum dan berdomisili di negara asing,
yang dipersamakan dengan badan hukum Perseroan Terbatas yang bergerak di bidang usaha
jasa kontruksi. Dalam penyelenggaraan kegiatannya di Indonesia, BUJKA wajib membentuk
ikatan kerjasama operasi dengan Badan Usaha Jasa Kontruksi di Indonesia didasari dengan
prinsip-prinsip kesamaan layanan jasa kontruksi dan kesetaraan kualifikasi jasa kontruksi.
Selain itu, kantor perwakilan ini juga harus memiliki Izin Perwakilan dari Pelayanan Terpadu
Satu Pintu (PTSP) Pusat di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) jika ingin
menyelenggarakan kegiatannya di Indonesia. Izin perwakilan diberikan hanya untuk BUJKA
yang termasuk ke dalam kualifikasi besar. Izin Perwakilan BUJKA terdiri dari:
Ketentuan biaya administrasi untuk permohonan Izin baru, perpanjangan izin atau pergantian
data izin BUJKA, adalah sebagai berikut:
Permohonan di atas diterbitkan paling lama 10 hari sejak diterimanya permohonan yang
lengkap dan benar. Setelah mendapatkan Izin perwakilan BUJKA, kantor perwakilan yang
bersangkutan dapat menggunakan izin tersebut untuk melakukan kegiatan usaha jasa
kontruksi di seluruh wilayah Indonesia. Masa berlaku izin perwakilan ini maksimal 3 tahun
dan dapat diperpanjang 2 tahun.
ISI KONTRAK
Isi kontrak menurut Keppres No. 80 Tahun 2003 dan Peraturan Presiden (Pepres) No 32
Tahun 2005, antara lain:
Lingkup pekerjaan
Persyaratan dan Spesifikasi Teknis
Masa Penyelesaian/Penyerahan
Hak dan Kewajiban Para Pihak yang terlibat
Ketentuan Cidera Janji
Pemutusan Kontrak secara Sepihak
Keadaan Memaksa (Force Majeur)
Kewajiban Para Pihak apabila terjadi Kegagalan dalam Pelaksanaan Pekerjaan
Penyelesaian Perselisihan
Nilai atau Harga Kontrak Pekerjaan serta Syarat-syarat Pembayaran
Jaminan Teknis/Hasil Pekerjaan
Perlindungan Tenaga Kerja
Bentuk dan Tanggung Jawab Gangguan Lingkungan
Keabsahan para pihak yang terlibat
UNDANG-UNDANG JASA KONSTRUKSI
Undang-Undang Jasa Konstruksi (UUJK) memungkinkan adanya kontrak jasa konstruksi
secara turnkey, dan dalam implementasinya jenis kontrak tersebut cenderung pada pekerjaan
besar dan kompleks seperti pekerjaan yang terintegrasi (Engineering,
Procurement. Construction/EPC). Sekalipun penyedia jasa dalam kontrak tersebut sudah
memiliki bargaining power yang kuat, namun aspek kesetaraan belumlah ideal, terutama jika
dilihat dari sisi penyedia jasa.
Hal ini haruslah menjadi perhatian para profesional yang bergerak dalam bidang konstruksi.
Hubungan kedua belah pihak yang melakukan perjanjian belum adil, belum seimbang dan
belum setara kedudukannya, dimana lebih memberatkan pihak penyedia jasa. Apalagi
penerapan UUJK dan standar kontrak FIDIC belum begitu memasyarakat di Indonesia.
Kontrak hanya dapat terbentuk jika ada dua pihak atau lebih telah sepakat untuk mengadakan
suatu transaksi. Transaksi tersebut umumnya berupa kesanggupan oleh satu pihak untuk
melakukan sesuatu bagi pihak lainnya dengan sejumlah imbalan yang telah disepakati. Tidak
semua kesepakatan dan transaksi akan dijabarkan dalam bentuk kontrak. Kesepakatan hanya
dapat dilanjutkan dalam bentuk perjanjian/kontrak bila memenuhi dua aspek utama, yaitu
saling menyetujui (mutual contract) dan ada penawaran dan peneriman (offer and
acceptance)
Saling menyetujui (mutual consent)
Suatu transaksi harus disetujui oleh kedua pihak, dan persetujuan brsama ini harus mengikat
dan berlaku terhadap semua aspek prinsipil yang menyangkut persetujuan tersebut. Aspek-
aspek prinsipil yang harus dipenuhi dalam suatu persetujuan menyangkut kelengkapan aspek-
aspek subjektif dan objektif dari persetujuan.
Secara umum, suatu perjanjian yang disepakati bersama harus bebas dari suatu terminologi
yang dapat mempunyai arti sama atau ganda. Terminologi atau kata-kata yang bermakna
sama/ganda dapat menimbulkan keragu-raguan dalam mengartikan dan menafsirkannya.
Akibatnya masing-masing pihak akan berusaha untuk memberikan penafsiran tersendiri yang
tentunya dengan maksud untuk tidak merugikan diri sendiri, sehingga kerap menjadi bibit
timbulnya suatu perselesihan (dispute). Oleh karena itu sangat penting bagi semua pihak yang
terlibat dalam kontrak untuk mengerti dan memahami apa yang diharapkan dan apa yang
akan diberikan oleh masing-masing pihak.
Prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam upaya untuk memahami dan
menginterpertasikan suatu terminology yang meragukan adalah bahwa kesempatan
penafsiran lebih diutamakan bagi pihak yang tidak atau bukan menulis rancangan kontrak.
Offer and Acceptance
Suatu kesepakatan harus dilandasi pada asas keadilan. Suatu transaksi terbentuk secara adil,
maka kedua pihak yang akan mengadakan transaksi harus bebas dan diberikan kesempatan
yang sama untuk melakukan penawaran dan penerimaan. Transaksi terjadi bila satu pihak
melakukan penawaran kepada pihak lain untuk mengadakan sesuatu hal dan pihak lain akan
memberikan tanggapan atas penawaran tersebut. Jawaban atas penawaran tersebut dapat
berupa penerimaan, penolakan atau penerimaann bersyarat melalui suatu proses negosiasi.
Suatu upaya untuk menegakkan isi dan tujuan dari suatu persetujuan, maka pada kontrak-
kontrak sering dilengkapi dengan klausula-klausula mengenai pemutusan kontrak (contract
termination). Pemutusan kontrak dapat terjadi dengan sendirinya (by default) atau karena
pertimbangan lain. Selesainya suatu pekerjaan dengan semua pemenuhan persyaratannya
secara otomatis mengakibatkan kontrak selesai (terminated). Demikian pula, jika terjadi
kegagalan yang bersifat material yang dilakukan oleh kontraktor, yang oleh pemilik dapat
dinilai membahayakan kelangsungan dan penyelesaian pekerjaan, maka kontrak tersebut
dapat diputuskan melalui pemberitahuan singkat atau bahkan tanpa ada pemberitahuan
terlebih dahulu kepada kontraktor. Untuk pelanggaran-pelanggaran yang bersifat immaterial,
dengan berbagai pertimbangan pemilik dapat memilih untuk menghentikan/memutuskan
kontrak. Hal tersebut tentunya harus disertai dengan ganti rugi yang memadai bagi pihak
kontraktor.
Terhadap suatu pelanggaran kontrak, secara umum pihak yang tidak melanggar kontrak yang
mempunyai tiga pilihan, yaitu:
Membebaskan atau mengabaikan pelanggaran yang terjadi dan tidak menuntut ganti
rugi kepada pihak yang melanggar.
Memilih untuk memutuskan kontrak dengan sendirinya.
Mengajukan tuntutan gantu rugi.
1.1.3. Kerugian akibat Pelanggaran Kontrak
Kerugain yang ditimbulkan oleh karena pelanggaran kontrak, maka pihak-pihak yang
dirugikan berhak memperoleh penggantian kerugian (compensation). Kerugian yang dialami
akibat satu pihak yang melakukan pelanggaran kontrak, maka pihak lainnya berhak
mengajukan penggantian kerugian, yang perhitungannya dapat dilakukan dengan berbagai
metode perhitungan penggantian dasar, yaitu:
Biaya Penyelesaian
Selisih Nilai
Liquidated Damages
DOKUMEN KONTRAK
Dokumen kontrak memegang peran yang sangat penting bagi pengembangan proyek konstruksi.
Dokumen ini merupakan jembatan penghubung antara citra konsepsual pemberi
tugas (owner) dengan kegiatan konstruksi fisik dari satu fasilitas/bangunan seperti yang
diharapkan oleh pemberi tugas. Pada setiap proyek (konstruksi) jembatan penghubung yang
vital ini diselenggarakan oleh pihak-pihak pemberi tugas perancang/perencana, kontraktor, dan
berbagai pihak lainnya yang hampir dapat dipastikan belum pernah bekerja sama
sebelumnya. Satu-satunya media yang memungkinkan mengakomodasi semua kepentingan
mereka adalah dokumen kontrak. Dokumen kontrak pada dasarnya terdiri dari:
Lembar Perjanjian
Gambar-gambar rencana
Syarat-syarat umum
Syarat-syarat khusus
Spesifikasi teknis dan
Adendum
Dokumen ini disiapkan oleh konsultan perancang sebagai media komunikasi antara pemberi
tugas dan kontraktor.
Gambar rencana (plans, blueprint) merupakan komponen yang penting dari suatu dokumen
kontrak konstruksi. Dokumen ini merupakan sumber informasi utama untuk mengetahui bentuk
fisik, kuantitas dan gambaran visual dari suatu proyek. Melalui dokumen ini penaksiran
kuantitas terhadap rencana suatu fasilitas (bangunan) dapat dilakukan, sehingga dapat
direncanakan jumlah sumber daya dan metoda konstruksi yang akan dilaksanakan di
lapangan.
Dalam suatu dokumen kontrak, gambar-gambar rencana disusun dalam suatu
organisasi penyajian sehingga dapat dengan mudah diikuti, dipelajari dan sesuai
dengan uruturutan pelaksanaan fisik di lapangan. Kelompok umum gambar-gambar
rencana dari suatu proyek pembangunan gedung terdiri dari:
Informasi umum, pekerjaan persiapan dan pekerjaan tanah
Pekerjaan Struktural
Pekerjaan Arsitektural
Pekerjaan Mekanikal (plumbing, HVAC)
Pekerjaan Elektrikal
Masing-masing kelompok gambar disajikan dengan kode gambar tersendiri dan diurutkan
sesuai dengan rencana penggunaannya kemudian. Selain itu masing-masing
kelompok gambar tersebut juga harus disajikan dalam berbagai bentuk
penyajian yang berbeda, seperti gambar tampak, potongan dan detil dan dengan
skala yang berbeda-beda pula, sehingga informasi mengenai gambar-gambar tersebut
benar-benar dapat disampaikan dengan baik dan lengkap. Melalui bentuk penyajian
tersebut maka identifikasi dan penentuan kebutuhan untuk berbagai kegiatan proyek
dapat dengan mudah dan cepat diketahui. Untuk beberapa hal khusus perlu diperhatikan
cara penggambaran dan penulisan notasi gambar. Hal ini dimaksudkan agar terhindar
kesalahan identifikasi terhadap suatu gambar yang disajikan.
Gambar-gambar rencana umumnya disajikan dalam bentuk
proyeksi orthografi yang dengan mudah dapat diskalakan untuk memperoleh informasi
tambahan secara langsung. Skala juga banyak membantu pembaca gambar,
khususnya estimator dan quantity surveyor, untuk menentukan besaran kuantitatif dari
suatu elemen bangunan. Namun demikian perlu diperhatikan pengaruh penggunaan
skala, terutama untuk gambar-gambar yang mengalami perbesaran atau perkecilan.
Untuk gambar-gambar yang akan mengalami perubahan tersebut sebaiknya jangan
menggunakan besaran skala numeris untuk menghitung atau menentukan kuantitas suatu
elemen bangunan, kecuali bila menggunakan skala grafis.
Setiap halaman umumnya dilengkapi dengan informasi skala dan tanggal
penggambaran dan tanda bahwa gambar disetujui. Bagian arsitektural terdiri dari
gambar-gambar yang memperlihatkan komponen proyek pada tahap finishing. Notasi
standar umummya digunakan untuk memperlihatkan detil-detil, bagian dinding dan
rencana lantai. Gambar struktural memperlihatkan detil struktural. Semua kompunen struktur
utama diperlihatkan berikut sambungan-sambungan utama. Gambar-gambar mekanikal
memperlihatkan berbagai lokasi instalasi pipa, sedang gambar-gambar pada bagian elektrikal
menyajikan informasi mengenai instalasi komponen elektrikal.
3.2.3. Persyaratan Umum
Di dalam persyaratan umum dinyatakan hak, wewenang dan tanggung jawab dari pihak--
pihak yang terlibat dalam kontrak pelaksanaan proyek, yaitu pemilik proyek, wakil pemilik dan
kontraktor. Berbagai standar persyaratan umum yang telah dibuat antara lain:
Standar AIA (American Institute ofArchitects) - Amerika Serikat
Standar yang dibuat oleh AGC (American General Contractor) dan ASCE
(American Society of Civil Engineers) - Amerika Serikat
Standar EJCDC (Engineers Joint Contract Document Committee) – Amerika Serikat
FIDIC (Federation International Des Ingenieurs-Conceils) - Perancis
ICE (Institution for Civil Engineers) - Inggrs
AV-41 (Algemene Voorwaarden voor de uitvoering bij aanneming
van openbare werken) atau SU-41 (Syarat-syarat Umum untuk Pelaksanaan Bangunan
Umum yang Dilelangkan)
Bagian ini berisikan hal-hal khusus yang ada pada proyek yang akan dibangun, yang
menunjukan kekhususan banguan tersebut dibandingkan bangunan lain yang sejenis. Bagian
ini berfungsi memperkuat dan menambah persyaratan umum yang telah ada. Dalam bagian
ini termasuk juga jumlah salinan dokumen kontrak yang hares diterima kontraktor, tipe informasi
survei yang harus dilakukan pemilik proyek, material yang akan disediakan pemilik
proyek, informasi spesifik mengenai penggantian materiali, perubahan dalam persyaratan
asuransi, persyaratan mengenai fase-fase konstruksi, pengujian lokasi proyek, tanggal memulai
pekerjaan, persyaratan-persyaratan mengenai keamanan proyek, persyaratan mengenai fasilitas-
fasilitas sementara, prosedur khusus dalam penyerahan gambar hasil pelaksanaan, persyaratan
mengenai pelaporan biaya, persyaratan mengenai jadwal pekerjaan, persyaratan khusus
mengenai pekerjaan pembersihan, persyaratan pengaturan lalu lintas, penemuan barang-barang
bersejarah.
3.2.5. Spesifikasi
Spesifikasi merupakan petunjuk dan peraturan yang berkaitan dengan tata cara penanganan
pelaksanaan pekerjaan. Hal-hal yang termasuk dalam spesifikasi adalah undangan lelang,
instruksi untuk penawaran, persyaratan umum, persyaratan khusus, formulir penawaran, formulir
jaminan penawaran, formulir jaminan kontrak, daftar pembayaran gaji pekerja, spesifikasi
teknis. Spesifikasi teknis adalah deskripsi tertulis mengenai aspek kualitas berbagai item
dari proyek konstruksi, sedang aspek kuantitatif tercermin dari gambar-
gambar rencana yang melengkapi spesifikasi teknis. Informasi yang perlu
diketengahkan dalam spesifikasi teknis antara lain kualitas beton, kualitas agregat, kualitas
cara kerja (pengadukan, penempatan, perawatan), kualitas material yang digunakan untuk
test kelembaban, deskripsi material untuk pipa pembuangan, persiapan fondasi tanah, tipe
alat berat dan persyaratan pemaatan
Spesifikasi digunakan untuk memodifikasi atau menjelaskan hal-
hal yang diperlihatkan dalam gambar rencana. Dalam kontrak perlu dijelaskan
personil yang akan bertanggung jawab jika terjadi perbedaan antara gambar rencana dan
spesifikasi.
3.2.6. Organisasi Spesifikasi Teknis
Dilihat dari jenis perjanjian yang disepakati, kontrak jenis unit price mempunyai
potensi untuk disalahgunakan, kecuali jenis pekerjaan telah ditetapkan dengan lengkap
dan perkiraan jumlah volume pekerjaan dapat diketahui dengan cukup akurat.