Anda di halaman 1dari 14

Makalah analisis dampak lingkungan

Pengantar audit lingkungan

Oleh:

Kelompok11

Nama kelompok:

Armita sofani (15032015)

Hafizah ihsan(15032047)

Miftahul rahmi(15032005)

Jurusan biologi
Fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam
Universitas negeri padang
2017
Pengantar audit lingkungan

Dasar Hukum :

 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 42 Tahun 1994 tentang Pedoman
Umum Pelaksanaan Audit lingkungan

 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 31 Tahun 2001 tentang Audit
Lingkungan Yang diwajibkan

RUANG LINGKUP

Ruang lingkup audit lingkungan hidup yang diwajibkan meliputi :

 evaluasi masukan atau informasi,

 kriteria ketidakpatuhan,

 pelaksanaan, dan

 verifikasi laporan hasil audit lingkungan hidup yang diwajibkan akibat ketidakpatuhan
penanggung jawab usaha dan atau kegiatan terhadap peraturan perundang-undangan di
bidang pengelolaan lingkungan hidup.

1.Definisi Audit Lingkungan

Menurut Kep. Men.LH 42/1994, Audit lingkungan adalah suatu alat manajemen yang
meliputi evaluasi secara sistematik, terdokumentasi, periodik dan obyektif tentang bagaimana
suatu kinerja organisasi sistem manajemen dan peralatan dengan tujuan menfasilitasi kontrol
manajemen terhadap pelaksanaan upaya pengendalian dampak lingkungan dan pengkajian
pemanfaatan kebijakan usaha atau kegiatan terhadap peraturan perundang-undangan tentang
pengelolaan lingkungan.

Menurut The International Chamber of Commerce 1989 Audit lingkungan merupakan


pengujian yang sistematis dari interaksi antara setiap operasi usaha dengan keadaan sekitarnya.

Menurut Rob Gray, Jan Bebbington dan Diane Walters Dalam buku “Accounting for the
Enviroment” (1993, hal 104) Audit lingkungan merupakan suatu penilaian yang sistematis,
objektif dan didokumentasikan mengenai dampak dan aktivitas usaha anda terhadap lingkungan.
2.jenis-jenis audit lingkungan

Jenis audit lingkungan berdasarkan Peraturan Nasional, yaitu :

v Audit Lingkungan Wajib

Audit lingkungan adalah suatu proses evaluasi yang dilakukan oleh penanggungjawab usaha
dan/atau kegiatan berdasarkan perintah Menteri Lingkungan Hidup dan ketidakpatuhan
penganggungjawab usaha dan atau kegiatan terhadap peraturan perundang-undangan di bidang
pengelolaan lingkungan hidup yang terkait dengan kegiatan tersebut. (KEP-30/MENLH/2001).

v Audit Lingkungan Sukarela

Audit lingkungan adalah suatu alat manajemen yang meliputi evaluasi secara sistematik,
terdokumentasi, periodik dan obyektif tentang bagaimana suatu kinerja organisasi sistem
manajemen dan peralatan dengan tujuan menfasilitasi kontrol manajemen terhadap pelaksanaan
upaya pengendalian dampak lingkungan dan pengkajian pentaatan kebijakan usaha atau kegiatan
terhadap peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan lingkungan hidup. (KEP-
42/MENLH/111994).

Dasar hukum pelaksanaan audit lingkungan di Indonesia adalah UU RI Nomor 23 Tahun


1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan KEPMEN LH Nomor KEP-42
MENLH/11/1994 Tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Audit Lingkungan

ISO 14001 adalah standar lingkungan terhadap organisasi yang dinilai. Ini menentukan
persyaratan untuk EMS, yang menyediakan kerangka kerja bagi suatu organisasi untuk
mengendalikan dampak lingkungan dari kegiatan, produk dan jasa. Standar lain untuk isu-isu
lingkungan hidup adalah ISO 1OOO.

Ketika melihat audit lingkungan, kadang terpikir ini adalah sebuah ruang untuk menjaga
tetap berkualitasnya kondisi lingkungan hidup. Dalam pembelajaran, terlihat jelas bahwa audit
lingkungan hanya merupakan sebuah kesukarelaan. Bahkan yang dibelajarkan adalah audit
lingkungan dalam ISO 14000, bukan pada audit lingkungan yang termaktub dalam perundang-
undangan negeri ini. Kementerian Lingkungan Hidup sendiri telah mengeluarkan turunan UU
mengenai audit lingkungan, yaitu KepMenLH No 30/2001 juga sebelumnya pada KepMenLH
No 42/1994. Gaung Audit Lingkungan mulai menggema ketika WALHI (Wahana Lingkungan
Hidup Indonesia) berpendapat bahwa sistem AMDAL yang ada sepatutnya dilengkapi dengan
audit lingkungan. Namun kenyataannya masih sangat sulit melihat terjadinya proses audit
lingkungan terhadap pelaku usaha. Hal ini juga lebih dikarenakan tidak ada kewajiban pelaku
usaha untuk melakukan audit lingkungan, yang ada hanyalah kesukarelaan. Dalam Standar
Nasional Indonesia, pedoman audit lingkungan telah diabolisi (tidak dipergunakan lagi).
Diantaranya adalah SNI 19-14010-1997 tentang Pedoman audit lingkungan – Prinsip umum, SNI
19-14011-1997 tentang Pedoman untuk pengauditan lingkungan – Prosedur audit – Pengauditan
sistem manajemen lingkungan dan SNI 19-14012-1997 tentang Pedoman audit untuk lingkungan
Kriteria kualifikasi untuk auditor lingkungan. Melihat tidak pentingnya audit lingkungan dalam
tataran kebijakan, maka tidak salah bila telah terjadi pengarahan negeri bencana ini ke arah
ecosida, yang bisa jadi terjadi tidak lebih dari 7 tahun lagi.

Audit lingkungan adalah proses jalan panjang yang harus dimulai dan dikampayekan oleh
semua pihak demi keselamatan umat manusia. Banyak perusahaan di Indonesia yang telah
melaksanakan aktivitas CSR (corporate social responsibility/ pertanggungjawaban sosial
perusahaan) di lapangan. Akan tetapi belum banyak yang mengungkapkan aktivitas tersebut
dalam sebuah laporan. Hanya beberapa perusahaan yang telah mengungkapkan informasi
lingkungan dan tanggungjawab sosial di dalam laporan tahunan perusahaan. Beberapa di
antaranya membuat laporan CSR tersendiri, terpisah dari laporan tahunan. Dibandingkan dengan
negara lain, harus diakui bahwa perkembangan praktik laporan keberlanjutan di Indonesia
berjalan lambat. Jika penyusunan laporan keuangan diwajibkan oleh Undang-undang Perseroan
Terbatas, sedangkan untuk laporan keberlanjutan belum ada ketentuan perundang-undangan
yang mewajibkan pembuatan laporan tersebut. Khusus untuk mewajibkan penyusunan laporan
keberlanjutan di Indonesia nampaknya masih perlu waktu, terutama kesiapan dalam sistem
pendukung seperti adanya standar pelaporan yang bisa diterima secara umum dan ketersediaan
tenaga yang berkompeten untuk menyusun laporan tersebut, termasuk tenaga yang melakukan
fungsi assurance.

3.Manfaat audit lingkungan

A.Meningkatkan efektivitas manajemen lingkungan

- Mengklarifikasi masalah yang mungkin sebaiknya diinterprestasikan secara berkala pada


fasilitas yang berbeda.

-Mengembangkan suatu pendekatan yang lebih seragam untuk mengelola aktivitas melalui
pembagian informasi atau belajar dari fasilitas yang lain.

b. Perasaan dari kesenangan dan keamanan yang meningkat

- Ada kepastian bahwa identifikasi dan pendokumentasian status ketaatan dari fasilitas
individual.

-Ada kepastian bahwa sistem pengendalian berjalan dan beroperasi dengan tanggung jawab dan
etis terpenuhi.
4.Tipe Audit

Menurut Grant Ledgerwood dan kawan-kawan (1992) tipe audit termasuk :

a. Audit korporat (Corporate audits), yang mempertimbangkan pekerjaan dari korporasi secara
keseluruhan.

b.Audit aktivitas (Activity audits), yang mempertimbangkan satu aktivitas dari korporasi.

c Audit tempat (site audits), yang mempertimbangkan satu instalasi tunggal.

d.Audit ketaatan (compliance audits), yang menguji ketaatan industry terhadap lingkungan yang
relevan dan standar keamanan.

e.Audit resiko (risk audits), yang memepertimbangkan keamanan, kesehatan, operasional, resiko
terhadap karyawan dan public.

f.Audit produksi (production audits), yang menelusuri energy dan/atau material dari masuknya
material tersebut kedalam perusahaan sampai keluar.

g. Audit akuisisi (acquisition atau divesture audits), yang menguji liabilitas lingkungan yang
dapat timbul dari aktivitas tersebut.

Namun secara luas, audit dapat dibagi dalam 2 kategori, yaitu:

a. Program pemeriksaan siklikal (cylical auditing programs), yaitu audit yang terjadi dalam
siklus kejadian yang dijadwalkan. Bentuk audit ini merupakan produk sentral dari suatu unit
lingkungan. Audit demikian dapat dilakukan oleh spesialis dalam perusahaan atau kosultan luar.

b.Audit tunggal untuk maksud khusus (single audits for special purposes), audit demikian lebih
cocok dilakukan oleh konsultan luar.
5.Mekanisme Audit Lingkungan

Tahapan pelaksanaan audit lingkungan adalah sebagai berikut :

a.Pendahuluan

Penerapan audit lingkungan akan tergantung kepada jenis audit yang dilaksanakan, jenis
usaha atau kegiatan dan pelaksanaan oleh tim auditor.

b.Pra-audit

Kegiatan pra-audit merupakan bagian yang penting dalam prosedur audit lingkungan.
Perencanaan yang baik pada tahap ini akan menentukan keberhasilan pelaksanaan audit dan
tindak lanjut audit tersebut.

Informasi yang diperlukan pada tahap ini meliputi informasi rinci mengenai aktifitas di
lapangan, status hukum, struktur organisasi, dan lingkup usaha atau kegiatan yang akan diaudit.
Aktifitas pra-audit juga meliputi pemilihan tata laksana audit, penentuan tim auditor, dan
pendanaan pelaksanaan kegiatan audit. Pada saat ini, tujuan dan ruang lingkup audit harus telah
disepakati.

c.Kegiatan Lapangan

Pertemuan pendahuluan

Tahap awal yang harus dilaksanakan oleh tim audit adalah mengadakan pertemuan dengan
pimpinan usaha atau kegiatan untuk mengkaji tujuan audit, tata laksana, dan jadwal kegiatan
audit

Pemeriksaan lapangan

Pemeriksaan di lapangan dilaksanakan setelah pertemuan pendahuluan. Tim audit akan


mendapatkan gambaran tentang kegiatan usaha atau kegiatan yang akan menjadi dasar penetapan
areal kegiatan yang memerlukan perhatian secara khusus. Dengan melaksanakan pemeriksaan
lapangan, tim auditor dapat menemukan hal-hal yang terkait erat dengan kegiatan audit namun
belum teridentifikasi dalam perencanaan.

Pengumpulan data

Data dan informasi yang dikumpullkan selama audit lingkungan akan mencakup tata laksana
audit, dokumentasi yang diberikan oleh pemilik usaha atau kegiatan, catatan dan hasil
pengamatan tim auditor, hasil sampling den pemantauan, foto-foto, rencana, peta, diagram,
kertas kerja dan hal-hal lain yang berkaitan, Informasi tersebut harus terdokumentasi dengan
baik agar mudah ditelusuri kembali. Tujuan utama pengumpulan data adalah untuk menunjang
dan merupakan dasar bagi pengujian hasil temuan audit lingkungan,

Pengujian

Prinsip utama audit lingkungan adalah bahwa informasi yang disajikan oleh tim auditor telah
diuji dan dikonfirmasikan. Dokumentasi yang dihasilkan oleh tim auditor harus menunjang
semua pernyataan, atau telah teruji melalui pengamatan langsung oleh tim auditor. Dalam
menguji hasil temuan audit, tim auditor harus menjamin bahwa dokumen yang dihasilkan
merupakan dokumen yang asli dan sah. Oleh karena itu tata laksana audit harus menentukan
tingkat pengujian data yang dibutuhkan, atau harus ditentukan oleh tim auditor.

Evaluasi hasil temuan

Hasil temuan audit harus dievaluasi sesuai dengan tujuan audit dan tata laksana yang telah
disetujui untuk menjamin bahwa semua isu/masalah telah dikaji. Dokumentasi penunjang harus
dikaji secara teliti sehingga semua hasil temuan telah ditunjang oleh data dan diuji secara tepat.

Pertemuan akhir

Setelah penelitian lapangan selesai, tim auditor harus memaparkan hasil temuan
pendahuluan dalam suatu pertemuan akhir secara resmi. Pertemuan ini akan mendiskusikan
berbagai hal yang belum terpecahkan atau informasi yang belum tersedia. Tim auditor harus
mengkaji hasil temuannya secara garis besar dan menentukan waktu penyelesaian laporan akhir.
Seluruh dakumentasi selama penelitian harus dikembalikan kepada penanggung jawab usaha
atau kegiatan.

d.Pasca Audit

Tim auditor akan menyusun laporan tertulis secara lengkap sebagai hasil pelaksanaan audit
lingkungan. Laporan tersebut juga mencakup pemaparan tentang rencana tindak lanjut terhadap
isu-isu lingkungan yang telah diidentifikasi.

Aktivitas Pra dan Setelah Audit

Aktivitas Pra Audit

Proses audit lingkungan dimulai dengan sejumlah aktivitas sebelum audit ditempat aktual
terjadi. Aktivitas-aktivitas tersebut yaitu pemilihan fasilitas yang diaudit, jadwal dari fasilitas
yang diaudit, pemilihan tim audit, pengembangan dari suatu rencana audit, mendefinisikan ruang
lingkup audit, pemilihan topik yang prioritas untuk dimasukkan, memodivikasi program audit
dan mengalokasi sumber daya tim audit.
Audit ditempat aktual secara tipikal terdapat 5 langkah dasar, yaitu:

1.Memahami sistem dan prosedur manajemen internal

Pemahaman auditor biasanya dikumpulkan dari berbagai sumber, misalnya diskusi staff,
kesioner, kunjungan pabrik dan dalam kasus tertentu, suatu pengujian verifikasi terbatas
dilakukan untuk membantu mengkonfirmasikan pemahaman awal auditor. Auditor biasanya
mencatat pemahamannya dalam suatu bagan arus, uraian naratif atau gabungan dari keduanya
agar dapat mempunyai suatu deskripsi yang tertulis. Tujuan dasar dalam langkah ini untuk
memahami berbagai cara memperhatikan lingkungan yang dikelola. Dalam kelanyakan
organisasi, banyak aspek dari sistem manajemen lingkungan internal tidak didokumentasikan
secara tertulis. Namun sistem manajemen yang terpilih dapat didokumentasikan dalam detail
yang cukup untuk memberikan suatu pemahaman dan prosedur-prosedur dasar rencana.

2.Menilai kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan

Auditor mencari indikator- indikator seperti tanggungjawab yang secara jelas didefinisikan,
suatu sistem otorisasi yang memadai, kesadaran dan kapabilitas personil, dokumentasi dan
pencatatan, serta verifikasi internal. Jika disain manajemen lingkungan internal dinilai sehat
(yaitu hasil yang diterima tercapai, apabila sistem berfungsi seperti yang didisain), maka langkah
audit berikutnya dapat memfokuskan pada efektifitas yaitu disain diimplementasikan, dan
sejauhmana system dalam kenyataan telah dilaksanakan seperti yang dikehendaki. Namun,
apabila disain dari sistem intrenal tidak cukup sehat untuk memastikan hasil yang dikehendaki,
langkah audit berikutnya harus memfokuskan pada hasil lingkungan daripada sistem manajemen
internal.

3.Menyimpulkan bukti audit

Kelemahan-kelemahan yang dicurigai dalam sistem manajemen dikonfirmasi dalam tahap


ini, sistem yang tampak sehat diuji untuk membuktikan bahwa sistem tersebut berfungsi sesuai
dengan yang direncanakan dan digunakan secara konsisten. Bukti audit dapat dikumpulkan
melalui penyelidikan (seperti kuesioner formal dan kuesioner tidak formal), pengamatan dan
pengujian (seperti menelusuri kembali data, memverifikasi jejal kertas). Tim audit harus
mengidentifikasi dan kemudian memverifikasi aktivitas tersebut dalam proses manajemen
lingkungan yang dapat memberikan pandangan secara mendalam mengenai fungsi sistem secara
keseluruhan. Bukti audit dapat berupa dalam bentuk fisik, dokumen atau keadaan.

4.Menilai temuan audit

Pengamatan audit dan temuan dinilai, tujuannya dapat dimengerti dan mengintegrasikan
temuan-temuan dan observasi dari setiap anggota tim, kemudian menentukan disposisi akhir
temuan dan observasi akan dimasukkan ke dalam laporan audit yang formal atau hanya
membawa pada perhatian dari manajemen fasilitas. Temuan audit dan observasi dapat
diorganisasikan untuk menentuka temuan yang umum, dapat mempunyai signifikasi yang lebih
besar daripada bila dipandang secara individual. Dalam menilai temuan audit, anggota tim
khususnya pemimpin tim, menentukan apakah bukti audit yang dimiliki cukup untuk mendukung
temuan audit.

5. Melaporkan temuan audit

Proses pelaporan audit lingkungan sering dimulai dengan diskusi yang tidak formal antara
auditor dan koordinator lingkungan fasilitas ketika penyimpanan diketahui. Temuan lebih jauh
akan diklarifikasi ketika audit sedang berlangsung dan kemudian dilaporkan kepada manajemen
fasilitas selama penyelesaian audit atau konferensi penutupan. Selama pertemuan, tim audit
mengkomunikasikan semua temuan dan pengamatan yang diketahui selama audit dan
menunjukkan item-item mana yang akan muncul dalam laporan audit yang formal. Tujuan
pengunaan laporan audit mencakup memberikan informasi kepada manajemen, memprakarsai
tindakan korektif, dan menyediakan dokumentasi audit. Laporan audit memberikan kaitan yang
cukup untuk seluruh penelaahan yang dilakukan sehinggam kerangka kerja manajemen yang ada
dapat menentukan apa, apabila ada, tindakan-tindakan yang diperlukan.

Aktivitas setelah audit (post audit activities)

Proses audit tidak hanya berakhir pada simpulan dari audit ditempat. Pemimpin tim audit
menyiapkan suatu laporan sementara mengenai temuan dan observasi dalam dua minggu dari
audit ditempat. Laporan sementara ini dapat ditelaah oleh manajemen fasilitas, dan lain-lain
sebelum suatu laporan akhir diterbitkan.

Ketika laporan akhir disiapkan, proses perencanaan tindakan biasanya dimulai. Proses
mencangkup menentukan lokasi yang potensial, menyiapkan rekomendasi, memberikan
tanggung jawab untuk tindakan korektif dan menetapkan jadwal. Langkah terakhir dalam proses
audit secara keseluruhan dimulai dengan tindak lanjut terhadap rencana tindakan untuk
memastikan bahwa seluruh kekurangan dalam kenyataannya telah diperbaiki.
STUDI KASUS

PT. Barito Pasific Timber Tbk, dan PT. Binajaya Roda Karya telah memperoleh akreditasi
ISO 14001, standar internasional untuk sistem manajemen lingkungan (EMS). Akreditasi
diberikan pada tanggal 20 maret 2000 dan berlaku selama 3 tahun dari tanggal tersebut “sesuai
dengan implementasi berkesinambungan yang memuaskan dari sistem manajemen operator”
(BVQIISO 14001 Sertifikat 66596). BVQI (Bureau Verlitas Quality Internasional)
melaksanakan audit sertifikasi dan akan terus melaksanakan audit-audit eksternal EMS pada
interval 6 bulanan. Audit berikut nya dijadwalkan pada bulan February 2001.

Sebagai bagian dari proses ISO 14001, perusahaan ini memperbaiki penyelanggaraan
lingkungan perusahaannya dan menyusun prosedur kerja untuk mencapai tujuan ini. Juga sebagai
bagian dari proses tersebut, perusahaan telah melaksanakan dan akan terus melaksanakan audit
internal untuk memastikan EMS diimplementasikan secara efektif, untuk mengidentifikasi cara-
cara yang menjamin perbaikan yang berkesinambungan dari penyelenggaran lingkungan
perusahaan.

Meskipun tinjauan lingkungan awal (Initial Environmental Review) yang dilaksanakan


sebagai bagian dari proses ISO 14001, departemen lingkungan perusahaan mengeluarkan laporan
foto yang memperinci contoh-contoh dari kegiatan manajemen tidak baik yang mendapat
perhatian selama pemeriksaan. Laporan ini didistribusikan kepada kepala-kepala departemen
dengan instruksi agar memperbaiki keadaan ini. Audit internal dilaksanakan bulan Juli 2000
yang berlaku sebagai mekanisme untuk menjamin bahwa semua perbaikan telah dilakukan dan
mengidentifikasi perbaikan yang masih belum selesai atau baru. Tujuannya adalah untuk
membuat laporan foto lanjutan berdasarkan audit bulan Juli. Tetapi sejauh ini belum tercapai.
Selama audit juga banyak contoh pelaksanaan manajemen tidak bagus yang didapat dari laporan
foto, ternyata masih dijumpai di lingkungan perusahaan.

BVQI melaksanakan audit eksternal EMS selama bulan Agustus 2000, danselama itu ada
beberapa poin persoalan yang mendapat perhatian, yaitu:

• Kontrol debu yang tidak layak,

• Total Padatan Tersuspensi (TSS) di log pond masih terlalu tinggi. Rencana-rencana kerja untuk
mengurangi polusi log pond perlu diperbaiki,

• Mengurangi limbah kayu dan memperbaiki tingkat pemulihan kayu di areal utama yang
memerlukan perbaikan segera, dan

• Tidak adanya bukti pengawasan emisi cerobong asap, bau atau pengawasan vibrasi.

Semenjak audit eksternal telah ada tinjauan internal dari persoalan-persoalan ini, yang
menghasilkan saran perbaikan dan mengidentifikasi orang-orang yang bertanggung jawab
melaksanakan perbaikan tersebut. Masih belum ada tindakan sampai sekarang dan persoalan-
persoalan ini masih terbuka.

Penerimaan ISO 14001 seharusnya dipandang sebagai langkah positif dalam menjamin
peningkatan penyelenggaraan lingkungan PT. Barito Pacific TimberTbk. dan PT. Binajaya Roda
karya. Namun demikian, yang harus dilaksanakan untuk menjaga akreditasi adalah mengambil
langkah untuk meningkatkan kegiatan-kegiatan manajemen di lapangan secara
berkesinambungan,terutama di tempat- tempat dimana limbah kayu menjadi perhatian.

Temuan Audit :

1. Limbah Kayu

Limbah kayu merupakan persoalan kritis di PT. Barito Pacific Timber Tbk. dan PT.
Binajaya Roda karya, dan diidentifikasi BVQI sebagai salah satu dari persoalan-persoalan utama
yang memerlukan perhatian melalui EMS ISO14001. Selama tinjauan lapangan terdapat banyak
buangan dari sumber alamiah, yaitu kayu, selama proses produksi. Hal ini meliputi:

• Kayu yang dibuang selama proses penggergajian dalam jumlah banyak,

• Jumlah kayu gelondongan yang membusuk sebelum dipakai. Kebijakan “pertama datang,
pertama diolah” (first in first out) harusdiimplementasikan agar kayu digunakan sebelum rusak,

• Kerusakan kayu gelondongan karena kulit kayu dibiarkan melekat, membiarkan vetebrata
merusak log-log yang menyebabkan tingkat pemulihan rendah,dan

• Sejumlah besar produk akhir, terutama kayu papan, ditumpuk di tempatterbuka dalam jangka
waktu yang lama dan kemungkinan tidak bisa dijual.

Kebanyakan kulit kayu dan beberapa limbah kayu lain saat ini dibuang ketanah rawa untuk
mereklamasi tanah tersebut. Areal ini kelihatannya tidakmemiliki tumbuhan dan dari segi
estetika tidaklah menarik. Selain itu, areal-areal yang sebelumnya dipakai untuk pembuangan
limbah kayu nampaknya tidak ber-regenerasi dengan cepat, dan pembakaran secara bebas
menimbulkan persoalan kualitas udara.

2. Air

Fasilitas perusahaan PT. Barito Pacific Timber Tbk. dan PT. Binajaya Roda karya letaknya
berdekatan dengan sejumlah anak sungai. Di sebelah timur, pabrik berbatasan dengan, dan
menggunakan, sungai Barito. Di sebelah utara adalah sungai Andjir Soebardjo. Handil Sungai
Barito, anak sungai kecil dari sungai Barito, mengalir ke arah timur laut dari pabrik. Areal pabrik
dan daerah luar kotadi sekelilingnya rendah letaknya dan mudah kebanjiran.
Kepada auditor menunjukkan keseimbangan air semua areal pengolahan pabrik (kecuali
penggergajian yang tidak menggunakan air dalam aktifitasnya). Keseimbangan air menunjukkan
bahwa sebagian air pengolahan dipompa dari sungai Barito.

Staf lapangan menunjukkan bahwa mereka tidak menemukan adanya kontaminasi air
permukaan yang berhubungan dengan pabrik. Namun demikian, selama tinjauan ke lokasi
tercatat adanya kontaminasi hidrokarbon sungai Barito di sekitar log pond dan areal
penggergajian. Lapisan minyak dipermukaan air berasal dari derek, rel conveyor dan chainsaw
tarik. Terdapat sejumlah minyak dan pelumas di bawah peralatan ini, yang tidak mempunyai
tempat pengeringan lain selain log pond dan sungai.

Sungai Barito juga dipakai para staf untuk mandi dan mencuci. Sabun dan deterjen akan
mengkontaminasi sungai. Selain itu, di sungai juga ditemukansampah. Tidak jelas dari mana
asalnya, bisa saja berasal dari lokasi-lokasi lain.

3. Kualitas Udara

Debu merupakan persoalan diberbagai lokasi, tetapi yang terparah terdapat diareal
pembuatan particle board dan pabrik kayu lapis. Tidak ada pengawasan debu yang dilaksanakan
saat ini, walaupun debu membahayakan lingkungan dan kesehatan serta keamanan. Selain itu,
bahan kimia yang digunakan dalam proses pembuatan lem dan penggunaan lem, baik di pabrik
kayu lapis atau diareal pembuatan particle board menimbulkan persoalan kualitas udara.

Sejumlah cerobong asap di lapangan berhubungan dengan ketel yang menjalankan diesel,
pembakaran limbah kayu dan debu gergajian, dan juga tempat pembakaran buangan limbah.
Cerobong-cerobong ini menghasilkan asap pencemar dalam jumlah yang besar dan karenanya
memerlukan pengawasan. Program pengawasan cerobong asap telah tertinggal oleh program
EMS saat audit. Tetapi pada rapat selanjutnya dengan staf lapangan (tanggal 19 Oktober2000)
program pengawasan cerobong asap direkomendasikan pada tanggal 11Oktober 2000.
Pengawasan dilakukan oleh BPPI tetapi hasilnya belum tersedia.

Areal luas yang sebelumnya digunakan sebagai lahan penimbunan kulit kayu dan limbah
kayu, sebagai bagian dari upaya reklamasi sebagian tanah rawa dilokasi, dibakar. Aktifitas ini
menyebarkan banyak asap ke atmosfer.

BVQI mencatat tidak ada pengawasan vibrasi atau bau yang dilaksanakan saat ini.
Perusahaan mengalami kesulitan dalam mengorganisasi pengawasan karena hanya dua
organisasi di Indonesia yang dianggap mampu melakukan monitoring jenis ini. Organisasi-
organisai ini didekati dan diminta untuk melaksanakan pengawasan tersebut pada tanggal 20
Oktober 2000. Tanggal itu telah berlalu tetapi monitoring tersebut tidak pernah dilaksanakan.

Rekomendasi :

1. Limbah kayu
Manajemen seharusnya menanggapi persoalan limbah kayu sebagai sesuatu yang bersifat
mendesak karena hal ini merupakan persoalan yang berhubungan langsung dengan kelangsungan
akreditasi ISP 14001. Hal ini harus menggabungkan tinjauan menyeluruh dari rata-rata
pemerolehan kayu berdasarkan semua proses dari saat kedatangan kayu sampai pada pengolahan
akhir, dan juga keefektifan mesin pengolahan yang digunakan. Hasil-hasil tinjauan ini bisa
dipakai untuk mengidentifikasikan areal-areal yang mempunyai buangan terbesar dan bisa
dipakai untuk meningkatkan rata-rata pemerolehan.

Distribusi kayu harus juga diperhatikan, karena sejumlah besar kayu olahan di lapangan
nampaknya ditimbun dalam jangka waktu lama, yang terbuka bagi elemen-elemen tersebut.
Akibatnya, tumpukan-tumpukan ini akan berkurang nilainya.

2. Air

- Pengujian Kualitas Air di Saluran Air

Pengujian kualitas air di saluran air permukaan dekat areal-areal pemrosesan menunjukkan
tingkat polutan yang meninggi. Persoalan ini memerlukan perhatian segera untuk
mengembalikan tingkatan tersebut ke batas-batas yang diperbolehkan. Sebagai alternatif, air
limbah dari parit-parit penampungan ini harus menjadi bagian dari sistem drainase yang tertutup
dan dialihkan ke pusat pengolahan limbah cair di lapangan untuk perlakuan.

- Pemeliharaan Saluran Air Permukaan

Saluran air permukaan di lokasi pabrik diketahui memiliki kotoran dan lapisan berminyak di
beberapa tempat. Saluran-saluran ini langsung berhubungan ke sungai Barito dan mudah
kebanjiran. Dimana saluran ini ditutup, penutup betonnya harus diperbaiki, dan langkah-langkah
lanjutan harus diambil untuk menjamin bahwa saluran-saluran ini tidak tercemar. Jika terdapat
polusi di saluran-saluran ini, air limbah harus dipindah dan diolah di pusat pengolahan air
limbah.

3. Kualitas udara

- Debu

Debu dipandang sebagai masalah di lapangan, baik selama audit ini dan selama audit
BVQI. Direkomendasikan agar pengawasan debu dilaksanakan dengan mengimplementasikan
prosedur-prosedur pengurangan emisi debu di udara

- Pengawasan Kualitas Udara


Pengawasan kualitas udara harus dilaksanakan dan hasilnya ditindaklanjuti seperti yang
ditentukan, dengan mengurangi jumlah bahan kimia yang dilepaskan ke atmosfer, terutama
formalin.

Anda mungkin juga menyukai