Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAN
Otak merupakan organ penting bagi kehidupan manusia yang terletak di dalam
rongga kranium. Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh
kurang lebih 100 triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu
serebrum (otak besar), serebelum (otak kecil), brainstein (batang otak) dan
diensefalon. Otak menerima 17 % curah jantung dan menggunakan 20 %
konsumsi oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya. Otak
diperdarahi oleh 2 pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan arteri
vertebralis. Dalam rongga kranium, keempat arteri ini saling berhubungan dan
membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus Willis. Sebagai bagian dari organ
tubuh manusia, otak dapat mengalami gangguan yang dapat diakibatkan karena
berbagai penyebab diantaranya tumor. Klien yang menderita tumor otak akan
mengalami gejala dan defisit neurologi yang tergantung histologi, tipe, lokasi dan
cara pertumbuhan tumor. Diagnosa awal dari tumor sangat penting untuk
mencegah kerusakan neurologis secara permanen. Melihat fenomena di atas,
tumor otak merupakan penyakit yang menjadi momok bagi manusia. Orang yang
menderita tumor otak sering tidak menyadari bahwa dia terkena tumor otak.
Tiba-tiba saja penderita merasakan dan mengalami nyeri kepala, kelainan pada
syarafnya, pandangan kabur dan lain sebagainya tergantung bagian otak mana
yang terkena. Oleh karena itu penting bagi perawat untuk mempelajari
patofisiologi, manifestasi klinis, prosedur diagnostik dan asuhan keperawatan
yang komprehensif pada klien tumor otak beserta keluarganya.

B. TUJUAN
Tujuan penulisan laporan pendahuluan ini adalah
a. Mengetahui dan mempelajari lebih dalam mengenai tumor otak.
b. Mengetahui tata laksana dan asuhan keperawatan pada klien tumor otak.
c. Memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan paripurna kepada
klien tumor otak.
C. KONSEP TEORI
Pengertian
1. Tumor cerebri / tumor otak adalah lesi intracranial setempat yang
menempati ruang didalam tulang tengkorak (Baughman, Piaree, 2000).
2. Tumor cerebri adalah lesi desak ruang jinak maupun ganas, yang tumbuh di
otak, meningen dan tengkorak (Price, Slyvia, 2000).
3. Tumor otak adalah sebuah lesi terletak pada intrakranial yang menempati
ruang di dalam tengkorak (Brunner & Suddarth, 2002).
4. Tumor otak adalah neoplasma yang berasal dari sel saraf, neuro epithelium,
sel glia, saraf kranial, pembuluh darah, kelenjar pineal, hipofisis (Donna L.
Wong, 2002).

D. KLASIFIKASI
Tumor otak ada bermacam-macam menurut Price, Sylvia Ardeson,2000, yaitu :
1. Glioma adalah tumor jaringan glia (jaringan penunjang dalam system saraf
pusat (misalnya euroligis), bertanggung jawab atas kira-kira 40 sampai 50 %
tumor otak.
2. Tumor meningen (meningioma) merupakan tumor asal meningen, sel-sel
mesofel dan sel-sel jaringan penyambung araknoid dan dura dari paling
penting.
3. Tumor hipofisis berasal dari sel-sel kromofob, eosinofil atau basofil dari
hipofisis anterior
4. Tumor saraf pendengaran (neurilemoma) merupakan 3 sampai 10 % tumor
intrakranial. Tumor ini berasal dari sel schawan selubung saraf.
5. Tumor metastatis adalah lesi-lesi metastasis merupakan kira-kira 5-10 %
dari seluruh tumor otak dan dapat berasal dari sembarang tempat primer.
6. Tumor pembuluh darah antara lain :
a. Angioma adalah pembesaran massa pada pembuluh darah abnormal
yang didapat didalam atau diluar daerah otak. Tumor ini diderita sejak
lahir yang lambat laun membesar.
b. Hemangiomablastoma adalah neoplasma yang terdiri dari unsur-unsur
vaskuler embriologis yang paling sering dijumpai dalam serebelum
c. Sindrom non hippel-lindan adalah gabungan antara hemagioblastoma
serebelum, angiosmatosis retina dan kista ginjal serta pancreas.
Tumor congenital (gangguan perkembangan). Tumor kongenital yang
jarang antara lain kondoma, terdiri atas sel-sel yang berasal dari sisa-sisa
horokoida embrional dan dijumpai pada dasar tengkorak.

E. ETIOLOGI
Etiologi pasti terjadinya tumor otak belum diketahui, namun menurut beberapa
ahli dapat terjadi akibat proses primer dan sekunder.
Primer
a. Gangguan pada otak
b. Gangguan imunologi tubuh
c. Gangguan fungsi hipofisis
d. Virus
e. Toksin
Sekunder: Metastase tumor lain, biasanya tumor paru dan payudara

F. PATOFISIOLOGI
Menurut Brunner dan Suddarth 1987, gangguan neurologi pada tumor otak
disebabkan oleh 2 faktor yaitu gangguan fokal disebabkan oleh tumor dan
kenaikan TIK.
1. Gangguan fokal, terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak dan
infiltrasi atau invasi langsung pada parekim otak dengan kerusakan jaringan
neuron. Tentu saja disfungsi yang paling besar terjadi pada tumor yang
tumbuh paling cepat (misalnya glioblastama multiforme).
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang
bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah
arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut
dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan perubahan
serebrovaskuler primer. Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan
kepekaan neuron dihubungkan dengan kompresi, invasi dan perubahan
suplai darah kejaringan otak. Beberapa tumor membentuk kista yang juga
menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan
neurologis fokal.
2. Peningkatan TIK dapat diakibatkan oleh bebrapa faktor : bertambahnya
massa dalam tengkorak, terbentuknya oedema sekitar tumor dan perubahan
sirkulasi cairan serebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan
bertambahnya massa karena ia mengambil tempat dalam ruang yang relatif
tetap dari ruangan tengkorak yang kaku. Tumor ganas menyebabkan oedema
dalam jaringan otak sekitarnya. Mekanismenya belum seluruhnya dipahami,
tetapi diduga disebabkan oleh selisih osmotik yang menyebabkan
penyeparan cairan tumor. Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari
ventrikel lateral ke ruangan sub araknoid menimbulkan hidrosepalus.
Peningkatan TIK akan membahayakan jiwa bila terjadi cepat akibat salah
satu penyebab yang akan telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme
kompensasi memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk
menjadi efektif dan oleh karena itu tidak berguna apabila TIK timbul cepat.
Mekanisme kompensasi antara lain : bekerja menurunkan volume darah
intrakranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intra sel dan
mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati
mengakibatkan herniasi ulkus / serebellum. Herniasi ulkus menekan
mensesefalon menyebabkan hilangnya kesadaran saraf otak ketiga. Pada
herniasi cerebellum tergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu
massa posterior. Kompresi medulla oblongata dari henti pernafasan terjadi
dengan cepat. Perubahan fisiologis lain terjadi dengan cepat. Perubahan
fisiologis lain terjadi akibat peningkatan TIK yang cepat adalah bradikardia
progesif, hipertensi sitemik, (pelebaran tekanan nadi) dan gangguan
pernafasan.
G. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Price, Sylvia Ardeson,2000 :
1. Sakit kepala
Sakit kepala merupakan gejala umum yang paling sering dijumpai pada
penderita tumor otak. Rasa sakit dapat digambarkan bersifat dalam dan
terus menerus, tumpul dan kadang-kadang hebat sekali. Nyeri ini paling
hebat pada pagi hari dan lebih menjadi lebih hebat oleh aktivitas yang
biasanya meningkatkan TIK seperti membungkuk, batuk, mengejan pada
waktu BAB. Nyeri sedikit berkurang jika diberi aspirin dan kompres dingin
pada tempat yang sakit.
2. Nausea dan muntah
Terjadi sebagai akibat rangsangan pusat muntah pada medulla
oblongata. Muntah paling sering terjadi pada anak-anak berhubungan
dengan peningkatan TIK diserta pergeseran batang otak. Muntah dapat
terjadoi tanpa didahului nausea dan dapat proyektif.
3. Papiledema
Disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan pembengkakan papilla
nervioptist. Bila terlihat pada pemeriksaan funduskopi akan mengingatkan
pada kenaikan TIK. Seringkali sulit untuk menggunakan tanda ini sebagai
diagnosis tumor otak oleh karena pada beberapa individu fundus tidak
memperlihatkan edema meskipun TIK tidak amat tinggi. Dalam
hubungannya dengan papiledema mungkin terjadi beberapa gangguan
penglihatan. Ini termasuk pembesaran bintik buta dan amaurusis fugun
(perasaan berkurangnya penglihatan).
4. Gejala fokal
Tanda-tanda dan gejala-gejala tumor otak antara lainnya juga terjadi, tetapi
ini lebih cenderung mempunyai nilai melokalisasi :
a. Tumor korteks motorik, memanifestasikan diri dengan menyebabkan
gerakan seperti kejang yang terletak pada satu sisi tubuh yang disebut
Kejang Jacksonian.
b. Tumor lobus oksipital menimbulkan gejala visual, hemiaropsia
humunimus kontralateral (hilangnya penglihatan pada setengah lapang
pandang, pada sisi yang berlawanan dari tumor) dan halusinasi penglihatan.
c. Tumor serebelum, menyebabkan pusing, ataksia (kehilangan
keseimbangan) atau gaya berjalan yang sempoyongan dengan
kecenderungan jatuh ke sisi yang lesi, otot-otot tidak terkoordinasi dan
nistagmus (gerakan mata berirama tidak disengaja) biasanya menunjukkan
gerakan horizontal.
d. Tumor lobus frontal sering menyebabkan gangguan kepribadian
perubahan status emosional dan tingkah laku, dan disintegrasi perilaku
mental. Pasien sering menjadi ekstrem yang tidak teratur dan kurang
merawat diri dan menggunakan bahasa cabul.
e. Tumor sudut serebroponsin biasanya diawali pada sarung saraf akustik
dan member rangkaian gejala yang timbul dengan semua karakteriatik gejala
pada tumor otak :
 Pertama, tinnitus dan kelihatan vertigo, diikuti terjadinya tuli (saraf
cranial-8)
 Berikutnya kesemutan dan rasa gatal pada wajah dan lidah (saraf
cranial-5)
 Selanjutnya, terjadi kelemahan atau paralisis (saraf cranial-7)
 Akhirnya, karena pembesaran tumor menekan serebelum, mungkin
ada abnormalitas pada fungsi motorik.
f. Tumor ventrikel dan hipotalamus mengakibatkan somnolensia,
diabetes insipidus, obesitas, dan gangguan pengaturan suhu.
Tumor intrakranial dapat menghasilkan gangguan kepribadian, konfusi,
gangguan fungsi bicara dan gangguan gaya berjalan.
H. KOMPLIKASI
Menurut Brunner dan Suddarth 1987, komplikasi yang dapat terjadi adalah :
1. Peningkatan TIK dari tumor dalam ruang kranium yang terbatas. Biasanya
menimbulkan gejala-gejala neurologis seperti perdarahan dan infeksi.
Penggunaan steroid oral akan menurunkan oedema serebral dan mungkin
dapat mengontrol gejala tersebut.
2. Adanya lesi yang mengganggu fungsi normal yang dikontrol oleh bagian otak
tersebut.
3. Pengobatan kemoterapi mungkin memberikan kontribusi pada oedema
serebral sementara yang mungkin memerlukan peningkatan pemberian
steroid atau obat anti konvulsan. Gejala yang dialami pasien secara langsung
diakibatkan dengan lokasi tumor otak.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. CT Scan, memberikan informasi spesifik yang menyangkut jumlah ukuran
dan kepadatan jejas tumor dan meluasnya tumor serebral sekunder, selain
itu alat ini juga member informasi tentang system ventrikuler.
a. b. c
a.Ct-Scan Tm
b.Head CT Scan menunjukkan 2 buah tumor yang masih tersisa
c.Bercak putih menunjukkan tumor otak
2. MRI, digunakan untuk menghasilkan deteksi jejas yang kecil, membantu
dalam mendeteksi tumor didalam batang otak dan daerah hipofisis.
3. Biopsi stereotaktik bantuan computer (3 dimensi) dapat digunakan untuk
mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberikan dasar
pengobatan dan informasi prognosis.
4. Angiografi serebral, memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan
letak tumor serebral.
5. EEG, dapat mendekati gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati
tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada
waktu kejang.
6. Penelitian sitologis pada CSF, untuk mendekati sel-sel ganas, karena tumor-
tumor pada system saraf pusat mampu menggusur sel-sel ke dalam cairan
serebrospinal.
7. Ventriculogram / Arteriografi, apabila diagnose yang diduga sedemikian
rumitnya sehingga pungsi spinal atau pungsi lumbal tidak bias dilakukan karena
kontra indikasi peningkatan TIK.
(1) (2)
Gambar 1 : Pencitraan 3D CT scan memberikan gambaran detail struktur
anatomi, lesi, tumor.
Gambar2 : Tumor yang terakhir dioperasi dari bagian belakang otak.

J. PENATALAKSAAN
Menurut Brunner dan Suddarth 1987 :
1. Pembedahan
Merupakan pilihan pertama bagi pasien dengan tumor otak. Tujuan
diagnosis definitive dan memperkecil tumor tersebut. Pengangkatan dari
semua tumor menimbulkan defisit neurologis yang berat.
2. Terapi radiasi
a. Radioterapi, untuk mengatasi daerak eksisi dimana lesi metastatic
tumor telah diangkat.
b. Kemoterapi, untuk mengatasi kalignasi tumor otak.
Obat-obatan yang digunakan : Nitroseurea, BCNU dan CCNU karena
obat ini mampu melewati sawar darah / otak. Selama pemberian
obat-obatan ini pasien harus menghindari makanan yang tinggi
tiramin (misalnya anggur, yogurt, keju, hati ayam, pisang) dan
alcohol, karena pokorbazine menghambat dan melemahkan aktivitas
inhibitor monoamine oksidase (MAO). Prokabazine dikaitkan dengan
mual dan muntah yang mungkin hilang atau berkurang saat pertama
kali atau saat pengobatan sedang dilakukan.
3. Imunoterapi
a. Dengan menggunakan antibody monoclonal yang diciptakan secara
khusus untuk menyerang dan menghancurkan sel tumor otal.
b. Interleukin-2 digunakan untuk mengganti lesi-lesi metastatic dari kanker
primer ginjal dan melanoma, akan tetapi kemanjurannya masih perlu
dibuktikan.
4. Pengobatan penyelidikan
a. BCNU digabungkan dalam bentuk tablet tipis yang mematikan secra
biologis untuk ditempatkan pada daerah tumor selama pembedahan
kraniotomi.
b. Penempatan kateter arteri dekat dengan tumor. Beri infus manitol untuk
perusakan dari barier darah atau otak.
c. Transplantasi sumsum tulang juga sedang digunakan dalan uji klinis
untuk penatalaksanaan astrosiloma.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN TUMOR CEREBRI
A. Data Fokus Pengkajian
Pengkajian keperawatan berfokus pada bagaimana pasien berfungsi bergerak dan
berjalan beradaptasi terhadap kelemahan atau paralisisdan untuk melihat dan
kehilangan kemampuan bicara dan adanya kejang.
1. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Inkoordinasi, hilang keseimbangan (berdiri dengan dasar kaki lebar,
jatuh, kesandung, membentuk obyek), kelemahan, kekakuan.
Tanda : Kontrol motorik halus buruk Hiporefleksia atau hiperfleksia Tanda
babinski positif Paralisis
2. Sirkulasi
Gejala : Peningkatan tekanan darah Perubahan frekuensi jantung (bradikardi,
takikardi)
3. Integritas Ego
Gejala : Perubahan perilaku, perilaku aneh (bengong, gerakan otomatis).
Tanda : Peka rangsang, cemas, mudah tersinggung, penurunan nafsu makan,
gagal tumbuh, keletihan, letargi, koma
4. Eliminasi
Gejala : Inkontinensia kandung kemih atau mengalami gangguan fungsi
5. Makanan / Cairan
Gejala : Dengan atau tanpa mual atau makan Mengalami perubahan / penurunan
nafsu makan Muntah secara progresif, lebih parah dipagi hari muntah (mungkin
proyektif) Muntah hilang dengan bergerak dan mengubah posisi.
6. Neurosensori
Gejala : Defek visual (nistagmus, diplopia, strabismus, episode “graying out”,
pada penglihatan, defek lapang pandang). Tanda : menengadahkan kepala,
pembesaran cranial papiledema.
7. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Sakit kepala kambuhan dan progresif, pada area frontal atau oksipital,
biasanya tumpul dan berdenyut memburuk saat bangun berkurang disiang hari,
makin berat saat menunduhkan kepala / mengejan (defekasi, batuk, bersin)
Tanda : Menangis, memutar kepala
8. Pernapasan
Tanda : Perubahan pola napas
Penurunan pernapasan
9. Keamanan
Gejala : Edema karena kejang
Tanda : Gangguan penglihatan
Kejang, hipotermi, hipertermi

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK
2. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan perubahan fungsi neurologis
3. Perubahan persepsi sensori visual berhubungan dengan gangguan persepsi,
transmisi
4. Gangguan komunikais verbal berhubungan dengan tumor otak
5. Konflik pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang informasi yang
relevan
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi.

C. Intervensi
Dx 1 : Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK
NOC : Perilaku Mengendalikan Nyeri
Tujuan : Klien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat
diterima klien Kriteria hasil :
a. Tidak menunjukkan adanya nyeri atau minimalnya bukti-bukti
ketidaknyamanan
b. TIK dalam batas normal
c. Tidak menunjukkan bukti-bukti peningkatan TIK
d. Belajar dan mengimplementasikan strategi koping yang efektif.
Skala :
1. Ekstrem
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak Ada
NIC : Menejemen Nyeri
Intervensi :
1. Berikan pereda nyeri dengan manipulasi lingkungan (misal lampu ruangan
redup, tidak ada kebisingan, tidak ada gerakan tiba-tiba).
2. Berikan analgesia sesuai ketentuan, observasi adanya efek samping.
3. Lakukan strategi sesuai non farmakologi untuk membantu mengatasi nyeri
4. Gunakan strategi yang dikenal klien atau gambarkan beberapa strategi dan
biarkan klien memilih.
5. Libatkan keluarga dalam pemilihan strategi
6. Ajarkan klien untuk menggunakan strategi non farmakologi sebelum terjadi
nyeri atau sebelum menjadi lebih berat.

Dx 2 : Resiko tinggi cedera berhubungan dengan perubahan fungsi neurologis


NOC : Keamanan Sosial Tujuan : Klien tidak mengalami cedera
Kriteria hasil :
• Bebas dari cedera
• Klien dan keluarga menyetujui aktivitas atau modifikasi aktivitas yang tepat
Skala :
1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC : Mencegah Jatuh
1. Tekankan pentingnya mematuhi program terapeutik
2. Dampingi klien selama aktivitas yang diijinkan
3. Jaga agar penghalang tempat tidur tetap terpasang
4. Bantu ambulasi dan aktivitas hidup sehari-hari dengan tepat

Dx 3 : Perubahan persepsi sensori visual berhubungan dengan gangguan


persepsi, transmisi
NOC : Pengendalian Ansietas
Tujuan : Klien menunjukkan tanda-tanda penyesuaian terhadap defisit sensoris
/ persepsi
Kriteria hasil :
 Klien menyesuaikan diri pada defisit sensoris / persepsi
 Klien menunjukkan sikap dan rasa aman dalam lingkungan
Skala :
1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC : Pengelolaan Lingkungan
1. Berikan lingkungan yang mendorong rasa akrab dan rasa aman
2. Dorong partipasi dalam bermain aktif
3. Diskusikan bersama keluarga pentingnya membatasi lingkungan

Dx 4 : Gangguan komunikais verbal berhubungan dengan tumor otak


NOC : Neurogical Status
Tujuan : Klien menunjukkan komunikasi verbal yang efektif.
Kriteria hasil :
a. Fungsi neurologis
b. TIK dbn
c. Komunikasi
d. TTV dbn
Skala :
1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC : Pengelolaan Lingkungan
1. Membantu keluarga dalam memahami pembicaraan
2. Berbicara kepada klien dengan suara yang jelas
3. Menggunakan kata dan kalimat yang singkat
4. Instruksikan klien dan keluarga untuk menggunakan bantuan berbicara
5. Anjurkan klien untuk mengulangi pembicaraannya jika belum jelas
6. Beri pujian positif ketika klien bisa bicara

Dx 5 : Konflik pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang informasi yang


relevan
NOC: Decision Making
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan tidak terjadi konflik dalam keluarga.
Kriteria Hasil:
a. Identifikasi informasi yang relevan
b. Identifikasi alternative.
c. Memilih berbagai alternative
Keterangan skala:
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
NIC: Family Support
a. Informasikan kepada keluarga tentang alternatif pilihan atau solusi
b. Bantu keluarga mengidentifikasi keuntungan dan kerugian alternatif lain
c. Tawarkan informasi konsen
d. Bantu keluarga dalam menjelaskan keputusannyapada anggota keluarga yang
lain, jika diperlikan
e. Berikan dukungan secara penuh

Dx 6 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi


Tujuan : Keluarganya dapat mengerti / lebih paham mengenai penyakit anaknya
dan pengobatannya.
NOC : Knowledge: Proses Penyakit
a. Mengidentifikasi keperluan untuk penambahan informasi perawatan anak
b. Menjelaskan proses penyakit
c. Menjelaskan sebab atau faktor yang mempengaruhi
d. Kolaborasi aktif dengan tim kesehatan dalam pengobatan anaknya
e. Ket:
1 : Tidak mengetahui
2 : Terbatas pengetahuannya
3 : Sedikit mengetahui
4 : Banyak pengetahuannya
5 : Intensif atau mengetahuinya secara kompleks
NIC : Pengatahuan Proses Penyakit
1. Identifikasi faktor dalam atau luar untuk menambah / meningkatkan
motivasi pengobatan
2. Tentukan hubungan individu dengan latar belakang sosial budaya pada
individu, keluarga atau masyarakat mengenai tingkah laku kesehatannya.
3. Hindari menggunakan teknik menakut-nakuti
4. Mengikutsertakan keluarga (bila memungkinkan) dalam melaksanakan
pengobatan/ terapi.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, Suddarth.2001. Buku Ajar Keperawatan medical Bedah Edisi 8 Volume 2.Jakarta :
EGC.
Carpenito, L.J.1997.Buku Saku Keperawatan Edisi 6 ALih Bahasa Monica Ester.Jakarta :
EGC.
Donna, L.Wong.2002.Keperawatan Pediatrik.Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif.2000.Kapita selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.
Marilynn E.Doengoes. 2002.Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta : EGC.
Mc. Closkey,Joanne C.1996.IOWA Intervention Project nursing Intervention Clasification
(NIC) Edisi 2. Wesline Industrial Drive, St. Louis : Mosby.
Santosa, Budi.2005.Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006 Definisi dan
Klasifikasi.Yogyakarta : Prima Medika.

Anda mungkin juga menyukai