Anda di halaman 1dari 9

STUDI KASUS : IDENTIFIKASI BAKTERI Staphylococcus sp.

DARI SWAB NASAL


DAN SWAB LUKA PADA KULIT ANJING LOKAL

*Anita Kartini Lakapu1 , Filomena M.Ds. Ramos1 , Maxs U.E. Sanam2


1
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana
2
Bagian Ilmu Penyakit Hewan dan Kesmavet Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Nusa
Cendana
*Email korespondensi : anitalakapu05@gmail.com

ABSTRAK
Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui spesies Staphylococcus pada swab nasal dan
swab luka pada kulit anjing lokal dengan diagnostik laboratorik. Sampel diperiksa di
Laboratorium Bakteriologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana, jumlah
sampel yang diperiksa adalah 2 sampel dengan ditumbuhkan pada media MSA. Hasil identifikasi
bakteri menunjukkan bahwa bakteri yang terdapat pada sampel adalah Staphylococcus aureus
setelah melewati tahapan-tahapan pengujian dari pengujian gram, uji KOH3%, uji Biokimia (uji
katalase, uji hemolisis, uji koagulase, uji MR-VP, Sulfide Indole Motility (Uji Motil dan Uji
Indol). Sampel dari swab nasal menunjukkan tingginya pertumbuhan bakteri setelah diinkubasi
dibandingkan swab luka dari kulit anjing.

Kata kunci : Staphylococcus sp., bakteriologi, anjing lokal

ABSTRACT

This case study aims to find out Staphylococcus species in nasal swabs and wound swabs
on local dog skin with laboratory diagnostics. Samples were examined at the Bacteriology
Laboratory of the Faculty of Veterinary Medicine, Nusa Cendana University, the number of
samples examined was 2 samples grown on MSA media. The results of bacterial identification
showed that the bacteria found in the sample were Staphylococcus aureus after passing the
testing stages of gram testing, KOH3% test, Biochemical test (catalase test, hemolysis test,
coagulase test, MR-VP test, Sulfide Indole Motility (Motil Test and Indol Test) Samples from
nasal swabs showed high growth of bacteria after incubation compared to wound swabs from
dog skin.

Keywords: Staphylococcus sp., bacteriology, local dogs


PENDAHULUAN MATERI DAN METODE

Bakteriologi merupakan ilmu yang Alat


mempelajari kehidupan dan klasifikasi Alat yang digunakan untuk mengidentifikasi
bakteri. Bakteriologi dapat dikatakan juga adalah cotton swab, tabung reaksi,
sebagai biologi bakteri. Di dalamnya timbangan digital, tabung durham (tabung
dipelajari struktur anatomi sel bakteri, media), gelas ukur, sendok media, kompor,
klasifikasi, cara kerja sel bakteri, interaksi panci, bunsen, korek api, autoclave, cawan
antarsel bakteri, dan juga tanggapan bakteri petri, object glass, ose, pipet tetes, dan
terhadap perubahan pada lingkungan mikroskop, rak pewarnaan, , tabung durham,
hidupnya. Bakteriologi merupakan satu pipet anatomi, dan ose lurus.
bagian penting dalam mikrobiologi.
Bakteri memiliki ukuran yang sangat Bahan
kecil sehingga memerlukan alat pembesar Manitol Salt Agar, aquades, air, koloni
yaitu mikroskop dalam mengamatinya. bakteri Staphylococcus sp, NaCl, kristal
Identifikasi bakteri didasarkan pada violet, lugol, alcohol, safranin, aquades,
morfologi (bentuk, susunan, ukuran), KOH 3%, Nutrient agar, H2O2, Media Blood
karakteristik koloni (bau, warna koloni, sifat Agar, darah domba, BHIB, darah kelinci,
koloni terhadap media pertumbuhan, Metil Red Voges Proskauer, methyl red,
elevansi, bentuk pinggiran koloni), sifat Sulfide Indole Motility.
biokimia (kemampuan bakteri yang
berhubungan dengan fisiologisnya), dan uji Metode
serologi. Koleksi Sampel
Kurang lebih terdapat 30 spesies Sampel yang digunakan pada pengujian
Staphylococcus secara komensal terdapat di bakteri Staphylococcus sp. terdiri dari 2
kulit dan membran mukosa; beberapa sampel. Sampel pertama yaitu sampel yang
diantaranya dapat bersifat patogen oportunis diambil dari leleran pada mukosa hidung
menyebabkan infeksi pyogenik anjing sedangkan untuk sampel kedua
(Quinn,dkk,2002). Infeksi bakteri diambil dari swab luka pada telinga anjing.
Staphylococcus terjadi jika jumlahnya Sampel diambil menggunakan cotton swab
meningkat didalam jaringan sehingga jika dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi
terjadi infeksi pada kulit maupun membran yang berisi NaCl fisiologis 0,9%, NaCl
mukosa dapat dilakukan pengujian fisiologis digunakan sebagai pengencer agar
laboratorium untuk mengetahui keberadaan suspense sampel tetap steril
bakteri ini, diagnosa dapat dilakukan melalui
uji biokimiawi dan uji terhadap morfologi Pembuatan media MSA
bakteri (pewarnaan gram). 10,8 gram media MSA ditimbang dan
Tujuan dilakukan studi ini adalah dimasukkan ke dalam tabung durham,
untuk mengisolasi dan mengidentifikasi ditambahkan aquades 100 ml dan
bakteri Staphylococcus pada swab nasal dan dihomogenkan, larutan homogen dimasukan
swab luka pada anjing lokal. ke dalam panci berisi air mendidih dan
dimasak selama 1 (satu) jam, media yang
telah dimasak tersebut kemudian dibiarkan
pada suhu ruang, dituang pada 6 cawan Prosedur penanaman bakteri pada NA :
petri, dan dibiarkan memadat. Media NA dikeluarkan dari autoclave dan
didinginkan, media NA dituang pada tabung
Penanaman Bakteri reaksi dan dibiarkan hingga padat (tabung
Sampel yang diduga adalah bakteri diletakkan secara miring), koloni
staphyloccus sp. digoreskan pada media Staphylococcus pada media MSA diambil
MSA dengan metode sinambung (masing- menggunakkan ose dan digoreskan dengan
masing sampel digoreskan pada cawan yang metode sinambung pada media NA,
berbeda) secara aseptis, diinkubasikan diinkubasi selama ±24 jam kemudian
selama ± 24 jam kemudian diamati koloni diamati pertumbuhan koloni bakteri
bakteri yang tumbuh.
Pengujian Gram Pengujian Biokimia

Pewarnaan gram menggunakan kristal Uji Katalase


violet, lugol dan safranin H2O2 diteteskan pada objeck glass, koloni
NaCl diambil menggunakkan ose dan bakteri diambil menggunakan ose dan
diteteskan pada object glass, koloni bakteri diletakkan pada objeck glass, kemudian
diambil menggunakan ose dan dihomogenkan, dilihat ada tidaknya
dihomogenkan dengan NaCl pada object gelembung
glass, object glass difiksasi diatas bunsen,
kristal violet diteteskan diatas preparat dan Uji Hemolisis
dibiarkan selama 3 menit kemudian dibilas
Pembuatan Blood Agar
dengan aquades, lugol diteteskan pada
preparat dan dibiarkan selama 1 menit Media BA ditimbang 4 gram dan
kemudian dicuci menggunakan alcohol dan dimasukkan ke dalam tabung durham,
aquades, safranin diteteskan ke atas preparat ditambahkan aquades 100 ml, dimasak
dan dibiarkan selama 1 menit kemudian menggunakan kompor selama 1 jam dan
dicuci dengan aquades, diamati dibawah disterilkan dengan autoclave selama ± 60
mikroskop. menit, didinginkan pada suhu ruangan
hingga ± 450C, ditambahkan dengan darah
Pengujian KOH 3% domba sebanyak 5 ml dan dituang kedalam
KOH 3% diambil menggunakan ose dan 2 cawan petri.
diletakkan diatas gelas objek, biakan bakteri
diambil dan dihomogenkan bersama KOH Penanaman bakteri :
3% dengan menggunakan ose, ose kemudian Secara aseptis bakteri diambil
ditarik keatas untuk melihat ada tidaknya menggunakkan ose dari NA, ose kemudian
lendir. di streak secara sinambung pada media
blood agar, media diinkubasikan selama ±24
Pembuatan Nutrient Agar (NA) jam pada suhu 370 C, hasil uji hemolisis
Media NA ditimbang 2 gram dan kemudian diamati.
dimasukkan ke dalam tabung durham,
ditambahkan aquades 100 ml, dimasak Uji Koagulase
menggunakan kompor selama 1 jam dan
disterilkan dengan autoclave selama ±60 Pembuatan media BHIB
menit BHIB ditimbang 0,4 gram kemudian
dimasukkan dalam tabung durham, aquades
20 ml ditambahkan dan dihomogenkan ke selama 15 menit dan diamati motilitas dari
dalam tabung durham dengan BHIB, bakteri (uji motilitas)
disterilisasi dalam autoclave ± 60 menit,
media BHIB didinginkan pada suhu ruang HASIL DAN PEMBAHASAN
dan dipindahkan ke dalam tabung reaksi,
koloni bakteri pada media NA miring Penanaman bakteri pada media MSA
diambil menggunakan ose dan ditanam Hasil yang didapatkan berbeda
dalam media BHIB, suspensi diinkubasi antara sampel 1 dan 2. Pada sampel 1 koloni
selama 16-24 jam pada suhu 370 C. yang tumbuh lebih banyak dibandingkan
sampel 2. Karakteristik koloni yang tumbuh
Penambahan Plasma pada suspensi berwarna kuning, pinggiran rata, cembung,
Sebanyak 1 ml darah kelinci disentrifugasi dan terdapat zona kuning sedangkan pada
selama 15 menit 3000 rpm dan didapatkan sampel 2 koloni yang tumbuh sedikit.
plasma sebanyak 0,5 ml, plasma sebanyak
0,5 ml dipindahkan ke tabung reaksi
menggunakan mikropipet, suspensi diambil
sebanyak 0,5 ml dan dihomogenkan dengan
plasma kelinci, diinkubasi selama 1 jam
kemudian diamati

Uji MR-VP
Media MR-VP dituangkan pada 2 tabung
reaksi (untuk pengujian MR), sampel bakteri Gambar 1.Koloni bakteri yang tumbuh pada
diambil dengan menggunakan ose dan media MSA dari sampel 1 dan 2
dihomogenkan, diinkubasi ± 24 jam
kemudian diteteskan methyl red untuk uji Zona kuning pada media pertumbuhan
MR, diinkubasi selama ± 15 menit dan sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa
diamati perubahan yang terjadi Staphyllococcus aureus positif tumbuh pada
media MSA, media dan koloni berwarna
Sulfide Indole Motility (Uji Motil dan Uji kuning karena terjadi fermentasi manitol
Indol) menjadi asam. MSA mengandung manitol
Media SIM ditimbang 1,5 gram dan dan indikator PH phenol red.Hal ini
dimasukan ke dalam tabung durham, menyebabkan media MSA menjadi media
ditambahkan aquades 50 ml dan diferensial.Produk yang dihasilkan bakteri
dihomogenkan, dimasak menggunakan ini adalah asam organik yang mengubah
kompor, disterilisasi di autoclave selama ± indikator pH di MSA, merubah warna merah
60 menit. media MSA menjadi kuning cerah
(Tambayong, 2009).
Prosedur penanaman bakteri pada media Media MSA mengandung konsentrasi
SIM: garam NaCl yang tinggi (7,5%-10%)
Media SIM dikeluarkan dari autoclave dan sehingga membuat MSA menjadi media
didinginkan, media SIM dituangkan pada selektif untuk Micrococcaceae dan
tabung reaksi dan didiamkan hingga padat, Staphylococcus, karena tingkat NaCl yang
sampel bakteri dari NA diambil tinggi menghambat bakteri yang lain
menggunakan ose lurus dan dimasukkan tumbuh (Boerlin et al., 2003).
tegak lurus sampai setengah agar, diinkubasi Staphylococus aureus termasuk jenis bakteri
yang tidak mudah untuk diisolasi karena dan Sadava (2003), perbedaan warna
umumnya bercampur dengan flora normal tersebut dikarenakan perbedaan ketebalan
coagulase negative Staphylococcus(CoNS) dinding peptidoglikan bakteri, bakteri Gram
yaitu S. epidermidis dan S. haemoliticus Negatif memiliki peptidoglikan lebih tipis
(Herlina dkk., 2015). dibandingkan dengan bakteri Gram
Berdasarkan pernyataan Herlina dkk Positif.Perbedaan ketebalan dinding ini
(2015), maka dilanjutkan dengan melakukan mengakibatkan perbedaan kemampuan
metode streak T untuk mendapatkan koloni afinitas dengan pewarna Gram.
terpisah (Gambar 2).

Gambar 3. Hasil pewarnaan bakteri


Staphylococcus sp. (100x)
Gambar 2. Hasil streak T dengan koloni Pengujian KOH 3%
yang terpisah Pada pengujian dihasilkan suspensi berair
dan tidak tampak adanya benang lendir
setelah ose digerakkan berulang-ulang maka
Pengujian Gram dapat diketahui bahwa kultur bakteri itu
Pewarnaan gram menggunakan kristal adalah Gram Positif.
violet, lugol dan safranin
Pewarnaan Gram adalah teknik
pewarnaan diferensial yang memisahkan
bakteri menjadi dua kelompok yaitu Gram
Positif dan Gram Negatif (Harley dan
Presscot, 2002). Berdasarkan hasil
pewarnaan menunjukkan koloni berwarna
ungu, berbentuk bulat serta bergerombol Gambar 4. Bakteri Staphylococcus sp.
seperti anggur. Sesuai dengan penelitian menunjukkan Gram Positif dengan tidak
Salamena(2015) yang menyatakan bahwa adanya lendir
hasil kultur yang menunjukan ciri khas S.
aureus yaitu merupakan bakteri Gram Secara teoritis Gram Positif memiliki
Positif berbentuk coccus bergerombol dinding sel yang tebal dan lemak yang tipis
seperti buah anggur dan berwarna ungu saat sedangkan Gram Negatif berlemak tebal dan
di amati dibawah mikroskop. Bakteri Gram berdinding sel tipis yang berada di ruang
Positif mempertahankan zat warna kristal periplasma. KOH akan menyerang lemak
violet karenanya tampak ungu tua (bilayer lipid) dan membuat sel Gram
sedangkan bakteri Gram Negatif kehilangan Negatif pecah. Pecahnya sel melepaskan
kristal violet ketika dicuci dengan alkohol materi genetik (DNA) yang merupakan
dan waktu diberi pewarna tandingan dengan substansi melimpah di dalam sel
warna merah safranin tampak bewarna bakteri.Molekul DNA sangat panjang
merah (Zubaidah, 2006). Menurut Purves bersifat sticky strings (menyerupai lendir,
getah atau dapat berarti lengket) yang enzim katalase oleh bakteri (katalase
memberikan hasil seperti lendir saat positif).Uji katalase dilakukan untuk melihat
diangkat dengan jarum inokulum (Edwin, kemampuan bakteri memproduksi enzim
2011). Tidak terbentuknya lendir pada katalase. Bakteri Staphylococcus
bakteri Gram Positif karena dinding sel aureusbersifat katalase positif karena bakteri
bakteri Gram Positif lebih resisten terhadap ini mampu menghasilkan enzim katalase.
KOH sehingga dinding sel tidak Uji ini dilakukan dengan menggunakan
pecah.Kuatnya dinding sel ini yang H2O2 3% , enzim katalase dari bakteri dapat
membuat DNA tetap berada di dalam sel. mengurai hydrogen peroksida (H2O2)
Dinding sel bakteri Gram Negatif lebih sehingga koloni bakteri dicampurkan dengan
sensitif dan tidak memiliki ketahanan H2O2 3% akan terbentuk gelembung-
terhadap penghambat basa seperti larutan gelembung gas.
KOH. Sehingga apabila bakteri Gram
Negatif direaksikan dengan larutan KOH
akan menyebabkan dinding sel bakteri pecah
dan terjadi lisis dan DNA dibebaskan. DNA
bersifat sangat kental di dalam air, maka
terbentuklah benang lendir
(Purwohadisantoso et al., 2009).
Gambar 6.Bakteri Staphylococcussp.
Pembuatan Nutrient Agar (NA) menunjukkan positif uji katalase dengan
ditandai adanya gelembung
Nutrient agar digunakan sebagai media
umum untuk pertumbuhan berbagai macam Uji Hemolisis
mikroorganisme. Koloni yang tumbuh pada
media NA berwarna putih. Media agar darah dapat menjadi media
pertumbuhan bakteri untuk dilihat reaksi
hemolitiknya.Cara membaca reaksi hemolitik
pada media agar darah yaitu cawan petri harus
diangkat ke sumber cahaya dan diamati dengan
cahaya yang datang dari belakang (Buxton,
2013).
Terdapat tiga jenis hemolisis yaitu beta
hemolisis, alpha hemolisis, dan gamma
hemolisis. Beta hemolisis adalah hemolisis total
(seluruh sel darah merah lisis) maka tampak
zona yang jelas, mendekati warna dan
Gambar 5. Koloni bakteri Staphylococcus
transparasi media dasar, mengelilingi koloni.
sp. yang tumbuh pada media NA Alpha hemolisis adalah hemolisis sebagian
(penurunan hemoglobin sel) maka menyebabkan
Pengujian Biokimia perubahan warna hijau atau coklat dalam
medium. Gamma hemolisis adalah tidak terjadi
Uji Katalase hemolisis sama sekali (Buxton, 2013).
Hasil uji katalase Staphylococcus
aureus menunjukkan reaksi positif yang
ditunjukkan dengan terbentuknya
gelembung.Salamena (2015), mengatakan
bahwa hasil uji katalase yaitu timbulnya
gelembung-gelembung gas akibat produksi
Uji MR-VP
Pada praktikum menunjukkan hasil
positif uji MR, yang ditandai dengan adanya
difusi warna merah ke dalam media.
Staphylococcus aureus memberikan hasil
positif untuk uji MR, menurut Sudarsono
(2008) uji Methyl Red bertujuan untuk
mengetahui kemampuan bakteri untuk
Gambar 7. Hasil uji Hemolisis mengoksidasi glukosa dengan memproduksi
Staphylococcus aureus pada media blood asam dengan konsentrasi tinggi sebagai hasil
agar akhirnya. Fermentasi glukosa yang
terkandung dalam medium Methyl-Red yang
mampu dihasilkan oleh bakteri akan
Uji Koagulase
menyebabkan perubahan warna pada media.
Pengujian koagulase sangat penting
dalam mengidentifikasi Staphylococcus
aureus. Staphylococcus aureus merupakan
satu-satunya spesies Staphylococcus yang
mampu menghasilkan enzim koagulase.
Pengujian ini dilakukan untuk membedakan
Staphylococcus aureus dengan
Staphylococcus lainnya serta membedakan
Staphylococcus aureus dengan Micrococcus.
Enzim koagulase bekerja seperti protrombin
yang mampu mengubah fibrinogen menjadi Gambar 9. Hasil Pengujian MR (Methylen
fibrin sehingga dapat menggumpalkan Red)
plasma darah (Salamena, 2015). Hasil
pengujian menunjukkan koagulase positif Sulfide Indole Motility (Uji Motil dan Uji
dengan terjadinya gumpalan, hasil ini sesuai Indol)
dengan SNI (2011) bahwa hasil uji Sulfida Indole Motility (SIM)
koagulase tipe 3 menunjukkan adanya medium adalah agar semisolid yang
gumpalan. digunakan untuk menentukan produksi
hidrogen sulfida (H2S), formasi indole, dan
motilitas.Pada hasil praktikum menunjukkan
hasil negatifpada uji motil. Hasil
negatifditandai dengan pertumbuhan bakteri
tidak menyebar, hanya yang didapatkan
berupa satu garis, maka bakteri tersebut
tidak bergerak (non motil) sedangkan jika
hasil positif pertumbuhan bakteri yang
menyebar, maka bakteri tersebut dinyatakan
Gambar 8. Hasil uji Koagulase bergerak (motil) (Sudarsono, 2008).
menunjukkan koagulase positif
Voges Proskauer (VP) Test: Principle,
Procedure and Results.[Mikrobe Online].
Acharya,T. 2014,Biochemical tests in
Microbiology: Methyl Red (MR) test:
Principle, procedure and results. [Mikrobe
Online].
Brooks, G.F., Butel, J.S., Morse, S.A.,
Jawetz. 2015, Melnick & Adelberg's
Medical Microbiology: McGraw-Hill
Medical.
Buxton, R. 2013, Blood Agar Plates and
Gambar 20. Hasil uji motilitas (Negatif)
Hemolysis Protocols, diakses pada 27
Oktober 2018, http://microbelibraby.org
Edwin, 2011, Materi Kuliah
KESIMPULAN Mikrobiologi. Universitas Lambung
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka Mangkurat, Banjarbaru.
dapat disimpulkan bahwa: Ferianto, A. 2012, ‘Pola Resistensi
1. Bakteri Staphylococcusyang Staphylococcus aureus yang Diisolasi dari
ditumbuhkan pada media Manitol Salt Mastitis pada Sapi Perah di Wilayah Kerja
Agar adalah Staphylococcus aureus KUD Argopuro Krucil Probolinggo
berwarna putih/krem, zona berwarna Terhadap Antibiotika’, Skripsi, Fakultas
kuning dikarenakan Staphylococcus Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga,
aureus mampu mefermentasikan manitol Surabaya.
pada media Manitol Salt Agar. Harley, J.P. and Prescott, L.M. 2002,
2. Berdasarkan pewarnaan gram dengan Laboratory Exercises in Microbiology, 1st
krista violet, lugol dan safranin dan ed, The McGraw-Hill Companies, USA.
dilakukan pengujian gram menggunakan Herlina, N., Afiati, F., Cahyo, A.D.,
KOH 3% Staphylococcus merupakan Herdiyanti, P.D., Qurotunnada., Tappa, B.
bakteri Gram Positif dan berbentuk 2015, Isolasi dan Identifikasi
coccus. Staphylococcus Aureus dari Susu Mastitis
3. Berdasarkan pengujian biokimia, Subklinis di Tasikmalaya, Jawa Barat,
Staphylococcusmenunjukkan hasil positif PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON,
pada uji katalase, uji koagulase, uji 1(3):413-417.
hemolisis (beta-hemolisis) dan uji MR, Khusnan., Salasia., dan Soegiyono.
sedangkan uji motilitas menunjukkan 2008, Isolasi, Identifikasi dan Karakterisasi
hasil negatif. Fenotipe Bakteri S. Aureus dari Limbah
Penyembelihan dan Karkas Ayam
DAFTAR PUSTAKA Potong.Jurnal Vet, 9(1): 4551.
Acharya, T. 2015, Bacteriology, Kusnadi et al. 2003.Mikrobiologi,
Biochemical tests in Microbiology, JICA-IMSTEP, Bandung.
laboratory diagnosis of Bacterial Disease: Maulitasari, S.S. 2014, ‘Identifikasi
Tests for Bacterial Motility: Procedure and Cemaran Stahpylococcus Aureus pada
Results. [Mikrobe Online]. Daging Ayam yang di Jual di Pasar
Acharya, T. 2015, Bacteriology, Tradisonal dan Modern di Sekitar Kampus
Biochemical tests in Microbiology, Institut Pertanian Bogor’, Skripsi, Fakultas
laboratory diagnosis of Bacterial Disease: Kedokteran Hewan, Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Purves, W.K. and Sadava,D.E. 2003,
Life the Science of Biology. 7th ed. Sinauer
Associates Inc, New York.
Purwohadisantoso K., Zubaidah E.,
dan Saparianti, 2009. Isolasi Bakteri Asam
Laktat Laktat Dari Sayur Kubis yang
Memiliki Kemampuan Penghambatan
Bakteri Patogen, Universitas Brawijaya,
Malang.
Quinn, P.J., Markey, B.K., M.E.,
Carter, W.J., Donnelly and Leonard, F.C.
2002, Veterinary Microbiology and
Microbial Disease, Blackwell Publishing,
USA.
Salamena, R.P. 2015, ‘Deteksi dan
Resistensi Staphylococcus Aureus Patogen
Pada Daging Ayam’, Skripsi, Fakultas
Kedokteran, Universitas Hasanuddin,
Makasar.
Standar Nasional Indonesia.2011,
Penentuan Staphylococcus aureus Pada
Produk Perikanan, Badan Standardisasi
Nasional.
Sudarsono, A. 2008,‘Isolasi dan
Karakterisasi Bakteri Pada Ikan Laut Dalam
Spesies Ikan Gindara (Lepidocibium
flnvobronneum)’,Skripsi, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Tambayong, J. 2009, Mikrobiologi
untuk Keperawatan, Widya Medika, Jakarta.
Volk, N. dan Wheleer, P. 1993,
Analisis Praktikum Mikrobiologi Umum
untuk Perguruan Tinggi, UGM Press,
Yogyakarta.
Warsa, U.C. 1994, Staphylococcus
dalam Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran,
Edisi Revisi, Penerbit Binarupa Aksara
Jakarta.
Waluyo, L. 2005, Mikrobiologi Umum,
Edisi ke-2, Universitas Muhamadiyah
Malang, Malang.
Zubaidah, K. 2006,Mikrobiologi
Umum, Universitas Brawijaya, Malang.

Anda mungkin juga menyukai