Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP CARA


MEMBERIKAN PENDIDIKAN SEKS PADA ANAK DI DUSUN CITAMAN DESA
BOJONGLOA

Dosen Pengampu :
Dr. Ela Hodijah N. S.Pd. M.Pd.I

Oleh:

Oleh :
Ade Kurniawan Maulana ELit
201611003

STAI SEBELAS APRIL SUMEDANG


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN 2019

1
FORMAT PENGAJUAN PROPOSAL PENELITIAN
STAI SEBELAS APRIL SUMEDANG
TAHUN 2019
Nama : Ade Kurniawan Maulana Elit

Prodi : Pendidikan Agama Islam

Klaster Penelitian: Pendidikan Agama Islam

I. Judul (Maksimal 15 Kata)

Pengaruh Tingkat Pendidikan Orag tua Terhadap Cara Memberikan


Pendidikan Seks Pada Anak di Dusun Citaman Desa Bojongloa

II. Latar Belakang (Maksimal 500 Kata)


Riset ini akan meneliti Cara Memberikan Pendidikan Seks pada Anak,
yang dilakukan di Dusun Citaman Bojongloa serta Orag tua sebagai objek
penelitiannya.
Menurut Abu Ahmad Pendidikan Berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari
kata pais yang berarti anak dan again memiliki arti membimbing. Jadi
paedagogie yaitu bimbingan yang diberikan kepada anak. Dalam bahasa
Romawi, pendidikan diistilahkan dalam kata educate yang berarti mengeluarkan
sesuatu yang berada di dalam. (Helmawati 2016 : 22) Menurut Zuhairini (1999 :
177), ada tiga pusat pendidikan, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat yang satu
dengan yang lainnya saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pendidikan.
lingkungan keluarga pada dasarnya merupakan lingkungan yang paling utama dan
terpenting bagi anak dalam memperoleh pendidikan terutama dari orang tuanya.
(Habullah, 2013: 38)
Pendidikan sangatlah menentukan perilaku seseorang, orang yang
berpendidikan lumayan baik akan tampak pada sikap, ucapan dan pergaulannya.
Demikian pula orang yang berpendidikan rendah maka akan terlihat pada sikap,
ucapan dan perbuatannya hanya sesuai dengan kemampuan pendidikannya.
Pendidikan formal terdapat jenjang pendidikan yang dimulai dari Sekolah Dasar

2
(SD) sampai dengan Perguruan Tinggi (PT). Tujuan Pendidikan agama Islam
untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Allah Swt, yang artinya menghayati
dan mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari dengan baik, di sisi
lain pendidikan Islam mempunyai tujuan yang sejalan dengan misi Islam, yaitu
meninggikan nilai-nilai akhlak sehingga mencapai tingkat akhlakul karimah.
(Jalaluddin dan Usman Said, 1994 : 38)
Pendidikan seks juga sangat penting untuk dipahami bagi kalangan anak-
anak, remaja, hingga dewasa baik melalui pendidikan formal maupun pendidikan
non formal. Hal ini untuk mencegah perbuatan yang sifatnya merugikan bagi diri
sendiri dan keluarga. Orang tua yang beranggapan bahwa membicarakan
mengenai seks pada anak adalah hal yang tabu, sehingga dari ketidak fahaman
tersebut anak-anak merasa tidak bertanggung jawab dengan kesehatan anatomi
tubuhnya. Dalam kehidupan sehari-hari banyak dijumpai bahwa anak-anak yang
berusia 7-15 tahun yang masuk dalam kategori remaja awal sangat rentan
terjerumus dalam dunia seks, berupa pergaulan bebas yang tidak terkontrol oleh
keluarganya. Orang tua harus berperan serta dalam mendidik atau membina
anak-anaknya, maka dari itu orang tua juga harus memiliki jenjang pendidikan
yang memadai untuk tercapaiannya keberhasilan anak-anaknya agar anak dapat
memahami mengenai seks tersebut. Dalam pandangan islam, anak adalah amanat
yang dibebankan oleh Allah Swt kepada orang tuanya, karena itu orang tua harus
menjaga dan memelihara serta menyampaikan amanah kepada yang berhak
menerimanya. Karena manusia adalah milik Allah Swt, mereka harus
mengantarkan anaknya untuk mengenal dan menghadapkan diri kepada Allah
Swt (Chabib Thoha, 1996 : 103).
Pada kenyataanya di berbagai penduduk hingga di tiap wilayah pendidikan
seks merupakan pendidikan yang belum diperhatikan oleh keluarga khususnya
orang tua. Hal ini dikarenakan seks merupakan hal yang tabu untuk
diperbincangkan mengingat di Indonesia sangat menjunjung tinggi nilai-nilai
kesopanan. Selain masih tabu mereka beranggapan seks merupakan masalah
yang akan diketahui dengan sendirinya oleh anak ketika sudah mencapai tingkat
perkembangannya. Padahal yang diharapkannya ketika anak mendapat

3
pendidikan seks dari orang terdekat yaitu orang tua maupun keluarga, maka anak
akan tumbuh menjadi seorang remaja yang dapat mengetahui perkara yang di
halalkan dan di haramkan oleh Allah.
Tidak dapat dipungkiri bahwa penyimpangan seksual masih saja sering
terjadi seperti di Dusun Citaman Desa Bojongloa kecamatan Buahdua seperti
kasus hamil diluar nikah. Kasus tersebut terjadi dikarenakan kurangnya
pengawasan orang tua terhadap anaknya. Orang tuanya tidak mengetahui karena
orang tuanya sedang sibuk bekerja. Ketika orang tua dirumah, anak meminta ijin
kepada orang tuanya untuk mengerjakan tugas, padahal anak tersebut tidak
mengerjakan tugas, melainkan bepergian dengan teman laki-lakinya tersebut,
tidak tahu kemana tujuannya.
Berangkat dari kasus tersebut, kurangnya perhatian orang tua merupakan
akibat dari kurangnya kesadaran orang tua mengenai pentingnya pendidikan seks
pada anak. Selain itu, di Dusun Citaman dihuni oleh penduduk yang mempunyai
latar belakang pendidikan yang berbeda-beda, sehingga setiap orang tua akan
mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang berbeda-beda pula mengenai
pendidikan seks. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul “Pengaruh Tingkat Pendidikan Orag tua Terhadap Cara
Memberikan Pendidikan Seks Pada Anak di Dusun Citaman Sumedang“.

III. Rumusan Masalah (Maksimal 50 Kata)

1. Bagaimana tingkat pendidikan orag tua di Dusun Citaman ?


2. Bagaimana Cara Memberikan pendidikan seks pada anak di Dusun
Citaman?
3. Adakah pengaruh tingkat pendidikan orag tua terhadap kualitas
pendidikan seks pada anak di Dusun Citaman?
IV. Tujuan Penelitian (Maksimal 50 Kata)
1. Bagaimana tingkat pendidikan orang tua di Dusun Citaman ?
2. Bagaimana Cara Memberikan pendidikan seks pada anak di Dusun
Citaman?
3. Adakah pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap kualitas pendidikan

4
seks pada anak di Dusun Citaman?

V. Kajian Terdahulu yang Relevan (Maksimal 1000 Kata)


1. Dari penelitian Syaeful Anwar Firmansyah dengan judul “Pengaruh
Tingkat Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga Terhadap Motivasi
Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran PAI Di Kelas X SMKN 1
Sumedang.
Penelitian ini di latar belakangi kurangnya pendidikan agama dalam
keluarga yang diberikan kepada peserta didik sehingga menjadi salah satu
penyebab rendahnya motivasi pendidikan agama islam.
Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa ada pengaruh positif yang
cukup signifikan antara tingkat pendidikan agama dalam keluarga
terhadap motivasi belajar peserta didik. Besarnya pengaruh tingkat
pendidikan agama dalam keluarga terhadap motivasi belajar peserta didik
adalah 28,8% sedangkan 71,2 % dipengaruhi oleh variable lain.
2. Penelitian oleh Naila Sa’adah ”Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua
Terhadap Penanaman Keagamaan Pada Anak Di Dusun Koripan, Desa
Dawung, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang”. Dari penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa dari 40 responden orang tua yang
mempunyai tingkat pendidikan rendah berjumlah 13 orang atau 32,5%,
orang tua yang tingkat pendidikan menengah berjumlah 24 orang atau
60%, orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi 3 orang atau
7,5%. Jadi rata-ratanya bisa dikatakan sedang, karenah setelah dianalisis
menggunakan uji statistik, ternyata menunjukkan bahwa ada pengaruh
yang positif antara tingkat pendidikan orang tua terhadap penanaman
keagamaan pada anak. Hal ini diperhitungkan dengan chi kuadrat dengan
hasil 0,442 yang berada diatas r tabel atau r produc moment pada taraf
signifikansi 1% (0,403) dengan N=40
3. Dari penelitian Leli Nurlaeli (2017) yang berjudul “Pengaruh Bimbingan
Orang Tua Terhadap Akhlak Siswa Di SDN Tolengas Kecamatan Tomo
Kabupaten Sumedang.” Mengungkapkan bahwa kesadaran orang tua

5
akan peran dan tanggung jawabnya selaku pendidik yang pertama dan
utama dalam keluarga sangat diperlukan.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran empirik mengenai
bimbingan orang tua di SDN Tolengas Kecamatan Tomo Kabupaten
Sumedang, Motivasi belajar siswa dalam bidang studi PAI di SDN
Tolengas Kecamatan Tomo Kabupaten Sumedang. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Hasil penelitiannya meenunjukan bahwa pengaruh bimbingan orang tua
terhadap akhlak siswa disekolah sebesar 18,49%.
4. Penelitian oleh Siti Sakdiyah “Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua.
Terhadap Prestasi Belajar Anak Di Sekolah MTSN Klego Kabupaten
Boyolali Tahun 2015”. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa
tingkat pendidikan orang tua yang berpendidikan SD 2 orang atau 2,41%
dengan menggunakan rumus product moment, nilai rxy: 1, SMP 65 orang
atau 28,31% dengan menggunakan rumus product moment nilainya rxy:
0,985, SMA 16 orang atau 19,27% dengan menggunakan rumus product
moment nilai rxy: 0,702. Untuk prestasi belajar siswa dalam kategori
prestasi belajar tinggi ada 11 orang atau 13,25%, sedang 37 atau 44,58%,
rendah 35 atau 42,17%. Jadi hipotesis yang menyatakan ada pengaruh
signifikan pendidikan orang tua terhadap prestasi anak di MTSN Klego
Boyolali diterima kebenarannya.
5. Laily Febriani Sakinah. D01214007. 2018. Pengaruh Latar Belakang
Pendidikan Orang Tua Terhadap Kedisiplinan Ibadah Sholat Siswa
Kelas VIII MTsN 2 Lamongan, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan di atas, setelah dianalisis
hasil menunjukkan bahwa : (1) Latar belakang dari segi tingkat
pendidikan orang tuasiswa kelas VIII MTsN 2 Lamongan yang paling
banyak adalah tingkat SMA/sederajat dengan prosentase sebanyak
57,4%, tergolong “Cukup Baik”. Latar belakang dari segi perbedaan
pendidikan orang tua siswa yang sangat disiplin dalam menjalankan

6
sholat sebagian besar orang tuanya berasal dari pendidikan agama islam.
Sedangkan orang tua yang tidak berasal dari pendidikan agama tingkat
kedisiplinan siswa dalam menjalankan ibadah sholat masih relative
kurang (2) Kedisiplinan ibadah sholat siswa di MTsN 2 Lamongan dapat
dikategorikan cukup baik dengan hasil prosentase sebesar 54,16% . (3)
Pengaruh latar belakang pendidikan orang tua terhadap kedisiplinan
ibadah sholat siswa menggunakan uji anova dengan rincian hasil sebagai
berikut SD dengan nilai rata-rata kedisiplinan sebesar 55,6667, SMP
mempunyai rata-rata kedisiplinan ibadah sebesar 72,5625, responden
yang mempunyai orang tua berpendidikan SMA mempunyai rata-rata
kedisiplinan ibadah sebesar 73,5806 dan responden yang mempunyai
orang tua berpendidikan perguruan tinggi mempunyai rata-rata
kedisiplinan ibadah sebesar 86,75. diperoleh nilai P (P-value) = 0,000.
Dengan demikian pada taraf nyata = 0,05 maka ho di tolak, Jadi ada
pengaruh latar belakang pendidikan orang tua terhadap kedisiplinan
ibadah sholat siswa kelas VIII MTsN 2 Lamongan.

VI. Konsep atau Teori Relevan (Maksimal 1000 Kata)

1. Tingkat Pendidikan
a. Pengertian pendidikan
Menurut John S. Brubacher, Pendidikan adalah proses pengembangan
potensi, kemampuan, dan kapasitas manusia yang mudah dipengaruhi
oleh kebiasaan, kemudian disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan
yang baik, didukung dengan alat yang disusun sedemikian rupa sehingga
pendidikan dapat digunakan untuk menolong orang lain atau dirinya
sendiri dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. (Helmawati.
2016 : 23)
b. Tujuan Pendidikan
Seperti yang diungkapkan oleh Abuddin Nata (2010: 63-65) Dilihat dari
segi cakupan atau ruang lingkupnya, tujuan pendidikan dapat dibagi
dalam lima tahapan, antara lain:

7
1) Tujuan pendidikan islam secara universal
2) Tujuan pendidikan islam secara nasional
3) Tujuan pendidikan islam secara institusional
4) Tujuan pendidikan islam pada tingkat program studi
5) Tujuan pendidikan islam pada tingkat mataa pelajaran
c. Fungsi Pendidikan
Menurut Anas Salahudin (2013: 194) bahwa dalam pendidikan
mempunyai beberapa fungsi, diantaranya yaitu :
1) Fungsi keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt

2) Fungsi Penanaman nilai ajaran islam

3) Fungsi penyesuaian mental

4) Fungsi Perbaikan kesalahan

5) Fungsi pencegahan

d. Tingkat Pendidikan
Jenjang pendidikan ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan,
tujuan pendidikan yang dicapai, kemampuan peserta didik yang
dikembangkan, jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar,
pendidikan menengah dan perguruan tinggi. (Anis Muniroh, 2016 : 17)
Dari dasar pengertian tentang pendidikan formal dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1) Tingkat Sekolah Dasar
Sekolah ini meliputi sekolah dasar (SD), madrasah ibtidaiyah (MI)
dan sekolah dasar luar biasa (SDLB). Lama pendidikannya adalah 6
tahun yang terdiri dari kelas 1 sampai kelas 6. Pada tingkat ini
dipersiapkan untuk memasuki sekolah menengah pertama (SMP).
2) Tingkat Sekolah Pertama
Pada tingkat ini masuk dalam pendidikan selama 3 tahun.Sekolah
ini meliputi SMP, MTS, dan SMP LB. Dua tingkat sekolah formal
SD dan SMP disebut dengan wajib belajar 9 tahun.

8
3) Tingkat Sekolah Menengah Atas
Sekolah menengah atas adalah sekolah lanjut dari SMP dengan
lama pendidikan 3 tahun.Sekolah menengah atas meliputi sekolah
menengah umum (SMU), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan
madrasah aliyah (MA).Sekolah ini ditempuh guna untuk ke tingkat
pendidikan tinggi.
4) Tingkat Pendidikan Tinggi
Tingkat terakhir adalah perguruan tinggi yang meliputi universitas,
institut, akademik.
2. Orang Tua
a. Pengertian Orang Tua
Orang tua adalah pendidik kodrati yaitu orang tua yang telah di ciptakan
oleh Allah kodratnya menjadi pendidik.Orang tua juga sebagai pendidik
lingkungan keluarga karena dari merekalah anak mulai mengenal
pendidikan baik dasar pandangan hidup, sikap hidup, ketrampilan hidup,
semua itu banyak tertanam sejak anak berada ditengah orang tua
(Ramayulis, 2008: 60).
b. Kewajiban Orang Tua
Orang tua tidak hanya memberikan pengarahan kepada anaknya saja,
bahkan orang tua juga memiliki kewajiban untuk memberikan tuntunan
kepada anak-anaknya. Sebagai orang tua yang menjadi tuntunan bagi
anak-anaknya, maka orang tua memiliki kewajibannya, antara lain:
1. Bapak memilih istri yang baik.
2. Memilih nama yang baik bagi anaknya, terutama ia seorang laki-
laki.
3. Memperbaiki adab dan pengajaran anak-anaknya dan menolong
mereka, membina aqidah yang betul dan agama yang kukuh.
4. Orang yang harus memuliakan anak-anaknya agar berbuat adil
dan baik diantara orang lain.
5. Orang tua bekerjasama dengan lembaga-lembaga lain dalam
masyarakat yang berusaha menyadarkan dan memelihara dari

9
kanak-kanak hingga remaja untuk memelihara anaknya dari
kesehatan, akhlak dan sosial, serta melindungi mereka dari segala
yang membahayakan badan dan akalnya.
6. Supaya orang tua memberikan contoh yang baik dan tauladan
yang sholeh atas segala yang diajarkannya (Hasan Langgulung,
1995: 380).
c. Hak Orang Tua
Orang tua atau pendidik wajib memberi tahu atau mengenalkan hak
kedua orang tua mereka, yaitu berbakti kepada orang tua, taat, berbuat
ikhsan, memelihara orang tuanya, memelihara dimasa tuanya, tidak
boleh bersuara keras, mendoakan setelah mereka wafat, serta berperilaku
sopan terhadap kedua orang tua (Abdullah Nashih Ulwan, 1992: 33)
d. Tanggung Jawab Orang Tua
Tanggung jawab orang tua terhadap anak-anaknya dibagi menjadi dua,
antara lain:
1. Karena kodrat, yaitu orang tua ditakdirkan untuk bertanggung jawab
mendidik anak-anaknya.
2. Kepentingan orang tua, yaitu orang tua mempunyai kepentingan
untuk kemajuan perkembangan anak, suksesnya anak adalah
suksesnya orang tua (Abuddin Nata, 1997: 62).
3. Pendidikan Seks
a. Pengertian Pendidikan Seks
Pendidikan seks artinya penerangan yang bertujuan untuk membimbing
serta mengasuh tiap-tiap lelaki dan perempuan, sejak dari anak-anak
sampai dewasa, perihal pergaulan antar kelamin umumnya dan
kehidupan seksual khususnya, agar mereka dapat melakukan
sebagaimana mestinya, sehingga kehidupan berkelamin itu
mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan bagi umat manusia.
(Akhmad Azhar Abu Miqdad, 2001: 7).
Selain itu, pendidikan seks juga merupakan pendidikan yang tidak
menerangkan semata-mata membahas mengenai seks saja, bahkan

10
pendidikan seks, sebagaimana pendidikan pada lain umumnya
(pendidikan agama, pendidikan moral pancasila). Dengan demikian,
informasi tentang seks tidak diberikan telanjang kepada masyarakat,
melainkan diberikan secara konstektual. Misalnya berkaitan dengan
norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, apa yang terlarang, apa
yang lazim dan bagaimana cara melakukannya tanpa melanggar aturan.
Pendidikan konstektual, seperti peran pria dan wanita dalam masyarakat,
hubungan pria dan wanita dalam pergaulan, peran ayah, ibu dan anak
dalam keluarga (Sarwono, 2008: 190),
b. Tujuan Pendidikan Seks pada Anak
Tujuan merupakan cita-cita yang ingin dicapai dalam dunia pendidikan.
Adapun tujuan dalam memberikan pendidikan seks pada anak antara
lain:
1) Pembentukan pribadi muslim berdasarkan Al-qur’an dan As-
Sunnah.
2) Pembentukan manusia yang berakhlak mulia, memiliki aqidah
dan keimanan yang kuat dan taat beribadah kepada Allah Swt.
3) Untuk mencapai kebahagiaan dalam membentuk rumah tangga
sakinah mawaddah wa rahmah.
4) Untuk melahirkan generasi yang bertanggung jawab.
5) Mencegah kerusakan dalam masyarakat yang ditimbulkan oleh
penyimpangan dalam masalah seks. (Akhmad Azhar, 2001 :54)
c. Strategi Orang Tua dalam Pendidikan Seks
Hasan El-Qudsi (2012: 22) menyampaikan beberapa strategi yang
diterapkan oleh orang tua atau guru dalam memberikan pendidikan seks,
antara lain:
1. Perkuat pendidikan agama
2. Mulailah sejak dini
3. Sesuai umur dan kebutuhan
4. Berharap terus menerus (Istiqomah)
5. Dari hati ke hati dan terbuka

11
6. Jangan menunggu anak bertanya
7. Jangan lari dari pertanyaan anak
8. Jadilah teladan yang baik untuk anak
9. Silaturahmi kekeluarga shaleh dan shalehah
10. Mintalah bantuan orang yang ahli
d. Materi Pendidikan Seks Anak
Menurut Abdullah Nashih ‘Ulwan (2012: 423), fase pendidikan seks
telah dibagi beserta materi dalam beberapa klasifikasi, yaitu:
1) Usia antara 7-10 tahun (tamyiz) atau masa kanak-kanak
diajarkan etika meminta ijin untuk masuk (ke kamar orang tua
atau kamar orang lain) dan etika melihat (lawan jenis).
2) Usia antara 10-14 tahun, yaitu masa remaja anak dijauhkan dari
segala hal-hal yang mengarah pada seks.
3) Usia antara 14-16 tahun, dinamakan usia baligh, anak diajarkan
tentang etika berhubungan badan, ketika ia sudah siap menikah.
4) Usia setelah baligh dinamakan dengan usia pemuda / pemudi,
dimana anak diajarkan tentang cara menjaga kehormatan dan
menahan diri ketika ia belum mampu untuk menikah.
4. Anak
a. Pengertian Anak
Anak adalah makhluk yang masih membawa kemungkinan untuk
berkembang, baik jasmani maupun rohani. Ia memiliki jasmani yang
belum mencapai taraf kematangan baik bentuk, kekuatan, maupun
perimabangan bagian-bagiannya. Dalam segi rohaniah anak mempunyai
bakat yang harus dikembangkan. Ia juga mempunyai kehendak, perasaan
dan pikiran yang belum matang. Disamping itu ia mempunyai berbagai
kebutuhan akan pemeliharaan jasmani antara lain makan, minum, dan
pakaian, kebutuhan akan kesempatan berkembang, bermain dan
berolahraga serta lain sebagainya. Selain itu anak juga mempunyai
kebutuhan rohaniahnya seperti kebutuhan akan ilmu pengetahuan
duniawi dan keagamaan, kebutuhan akan nilai (Nur Uhbiyati, 2005: 91).

12
b. Pertumbuhan Anak
Menurut pendapat ahli dalam buku Uhbubiyah (1998 : 92-93) mengenai
periodesasi pertumbuhan itu bermacam-macam, tetapi dapat digolongkan
menjadi tiga macam yaitu :
1) Periodesasi pertumbuhan berdasarkan biologis
2) Periodesasi pertumbuhan berdasarkan psikologis
3) Periodesasi pertumbuhan berdasarkan didaktis
VII. Metode dan Teknik Penggalian Data (Maksimal 500 Kata)
A. Jenis Penelitian
Menurut Sugiyono (2013: 7) menyebutkan metode kuantitatif merupakan
data penelitian berupa angka-angka data analisis menggunakan statistik.
Penelitian kuantitatif komparatif diarahkan untuk mengetahui apakah antara
dua atau lebih dua kelompok data ada perbedaan dalam aspek atau variable
yang diteliti.Variable dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan orang
tua dibandingkan dengan kualitas pendidikan seks pada anak. Hal tersebut
untuk mengetahui tingkat pendidikan orang tua dalam memberikan cara
pendidikan seks pada anak di Dusun Citaman.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Adapun penelitian ini dilaksanakan di Dusun Citaman Desa Bojongloa
Kecamatan Buahdua Kabupaten Sumedang
2. Waktu penelitian
Penelitian tentang Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap
Cara Memberikan Pendidikan Seks Pada Anak di Dusun Citaman ini
dilaksanakan sejak tanggal dikeluarkannya izin penelitian.
C. Populasi dan Sampel
Menurut Arikunto (2010: 173) populasi adalah keseluruhan subjek dalam
penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga
yang memiliki anak usia 7-10 tahun yaitu terdiri dari 54 kepala keluarga
yang memiliki anak usia 7-10 tahun di Dusun Citaman Desa Bojongloa.
Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti

13
(Arikunto, 2010: 174). Sampel dalam penelitian ini yakni 54 kepala
keluarga.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang peneliti gunakan
adalah :
1. Metode Angket
Angket adalah instrumen penelitian yang berisi serangkaian pertanyaan
atau pernyataan untuk menjaring data atau informasi yang harus dijawab
responden secara bebas sesuai dengan pendapatnya. (Zainal Arifin,
2012: 228). Metode ini digunakan untuk mendapatkan data pendidikan
seks yang diberikan orang tua kepada anak.
Adapun jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket
tertutup, maksudnya pada tiap-tiap item telah tersedia alternatif
jawaban, dimana responden tinggal memilih alternatif respon yang
dianggap benar atau yang sesuai dengan keadaan dirinya.
Penyusunan angket menggunakan skala likert yaitu dengan
menggunakan rentang mulai dari pernyataan sangat positif sampai
pernyataan sangat negatif, alternatif jawaban adalah Selalu (S), Sering
(SR), Kadang (KD), Jarang (J) dan Tidak Pernah (TP).
2. Metode Dokumetasi
Hasil penelitian dari observasi atau wawancara, perlu di dukung oleh
dokumen karena akan “lebih kredibel/dapat di percaya kalau
didukung oleh sejarah pribadi kehidupan di masa kecil, di sekolah,
di tempat kerja, di masyarakat, dan autobiografi”. (Sugiyono, 2007:240)
Metode dokumentasi ini di gunakan untuk mencari data tentang letak
geografis Dusun Mendak Buntar Mojogedang serta data-data lain yang
berhubungan dengan peran orang tua terhadap pendidikan moral remaja
di Dusun Citaman Desa Bojongloa.

14
E. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data
1. Teknik Pengolahan Data
a. Seleksi lembar jawaban angket
b. Klasifikasi data atau angket
c. Penilaian data, yaitu jawaban para responden diberi skor dengan
menggunakan sistem Skala Likert.
d. Tabulasi data
e. Pengujian validitas, reliabilitas, korelasi, dan regresi.
2. Analisis Data
a. Uji Validitas
Suatu instrumen disusun untuk mengumpulkan data yang diperlukan,
sebab data merupakan alat pembuktian hipotesis. Oleh karena itu,
suatu data harus memiliki tingkat kebenaran yang tinggi, sebab akan
menentukan kualitas penelitian. Uji validitas merupakan salah satu
usaha penting yang harus dilakukan peneliti guna mengukur
kevalidan dari instrumen.
Validitas atau kesalahan adalah menunjukan sejauh mana suatu alat
ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur.
b. Uji Reliabilitas
Pada penelitian ini pengujian uji reliabilitas dilakukan dengan
internal consistency, dilakukan dengan cara mencobakan instrumen
sekali saja. Kemudian hasil yang diperoleh dianalisis dengan teknik
tertentu.
Reliabilitas setiap pernyataan akan ditunjukkan dengan ri positif dan
thitung > ttabel, berarti seluruh item pernyataan adalah reliabel atau
handal dengan taraf kesalahan 5%.
c. Analisis Korelasi
Menurut Arikunto (2010: 313) suatu alat statistik, yang dapat
digunakan untuk membandingkan hasil pengukuran dua variabel
yang berbeda agar dapat menentukan tingkat hubungan antara
variabel-variabel ini.

15
d. Analisis Regresi
Analisis regresi digunakan untuk melakukan prediksi seberapa jauh
nilai dependen (variabel Y) jika variabel independen (variabel X)
diubah.
e. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan analisis data, selanjutnya adalah pengujian
hipotesis melalui pendekatan kuantitatif. Hipotesis diuji dengan
teknik korelasi pearson product moment (r) untuk menguji pengaruh
dan dilanjutkan dengan analisis regresi sederhana.
VIII. Rencana Pembahasan (Maksimal 500 Kata)
A. Judul :
“PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP
CARA MEMBERIKAN PENDIDIKAN SEKS PADA ANAK DI
DUSUN CITAMAN”
B. BAB I (Pendahuluan)
1.1. Latar Belakang Masalah
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penelitian
1.4. Kajian Terdahulu
1.5. Kerangka Teori
C. BAB II (Pembahasan/Kajian Teori)
2.1. Pendidikan
a. Pengertian Pendidikan
b. Tingkat Pendidikan
c. Fungsi Pendidikan
d. Tujuan Pendidikan
2.2. Orang Tua
a. Pengertian Orang Tua
b. Kewajiban Orang Tua
c. Hak Orang Tua
d. Tanggung Jawab Orang Tua

16
2.3. Pendidikan Seks
a. Pengertian Pendidikan Seks
b. Tujuan Pendidikan Seks pada Anak
c. Strategi Pendidikan Orang Tua dalam Pendidikan Seks
d. Materi Pendidikan Seks Anak
2.4. Anak
a. Pengertian Anak
b. Pertumbuhan Anak
D. BAB III (Metode)
3.1. Jenis Penelitian
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
3.4. Teknik Pengumpulan Data
3.5. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data
E. BIBLIOGRAFI ( DAFTAR PUSTAKA)
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Profil Kepala Keluarga
2. Tabel
3. Angket wawancara
4. Photo
IX. Pustaka Acuan atau Bibliografi (Maksimal 1000 Kata)
PUSTAKA ACUAN / BIBLIOGRAFI
A. Buku
Hasbullah. 2013. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers.
Thoha, H. M. Chabib. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Dr. helmawati, S.E., M.Pd.I., 2016. Pendidikan Keluarga Teoritis dan
Praktis. PT REMAJA ROSDAKARYA.
Anas Salahudin, Irwanto Alkrienciehie. 2013. Pendidikan Karakter,
Bandung : CV Pustaka Setia
Nur Uhbiyati, 2005. Ilmu Pendidikan Islam (IPI) Jilid 1. Bandung :

17
Pustaka Setia
M. Sahlan Syafei, 2006. Bagaimana Anda Mendidik Anak, Bogor: Ghalia
Indonesia.
Zuhairini,dkk, 1983. Metode Khusus Pendidikan Agama, Surabaya:
Usaha Nasional.
Sukardi, 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan
Praktiknya, Jakarta: Bumi Aksara.
Ramayulis, 2008. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia.
Abuddin Nata. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Suharsimi Arikunto, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik, Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono, 2015. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta.
Tim Prima Pena, tt. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Gita Media
Press, tt.
Lalunglung, Hasan, 1995. Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan
Islam. Jakarta : Al- Ma’Arif
Abdullah Nashih Ulwan, 1992. Tarbiyatul Aulad Fil Islam,
terj.Jamaludin Mirri, Pendidikan Anak Dalam Islam, PT-Rosdakarya,
Bandung
Akhmad Azhar Abu Miqdad, 2001. Pendidikan Seks Bagi Remaja
Menurut Hukum Islam. Yogyakarta : Ittaqa Press
Hasan El-Qudsi, 2012. Ketika anak bertanya seks, panduan Islami bagi
orang tua mendampingi anak tumbuh menjadi dewasa. Jakarta : Tinta
Medina
B. Journal
Zulnuraini. Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Prestasi
Belajar Siswa Di Sdn Inpres 1 Birobuli. Vol 2, No 2 (2014)
Shetty, P. Kowli S, Patil V. (2000). Sikap Ibu Terhadap Pendidikan Seks
Gadis Remaja, E-Jurnal Regional Halth, Vol. 3, No. 56-57, 2000.

18
C. Online
Mu’tadin, Z. (2008). Pendidikan Seksual Pada Remaja.
http://www.ilmupsikologi.com Diakses tanggal 19 Maret 2018.Ahlul.
(2008). Pendidikan Seks Pada Anak dan Remaja.
http://www.edubencmark.com/pendidikan-seks-pada-anak-dan-remaja.
Diakses tanggal 19 Maret 2018.
D. Perundang-Unadangandan Peraturan Pemerintah

19
JADWAL PENELITIAN
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP CARA
MEMBERIKAN PENDIDIKAN SEKS PADA ANAK DI DUSUN CITAMAN DESA
BOJONGLOA

Bulan ke:
No Kegiatan
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
A Pengajuan dan Seleksi Proposal
1 Penyusunan dan Perbaikan
Proposal
2 Diskusi dan Presentasi
Proposal
3 Pengajuan ke 1
4 Seminar Proposal
5 Perbaikan Proposal
B. Pelaksanaan Penelitian dan Analisa Data
5 Memasuki lapangan, grand
tour dan minitour guestion,
analisis domain
6 Menentukan 20 Focus,
minitour question, analisis
komponensial
7 Tahap selection, structural
question, analisis
kompenensial
8 Analisis Data
9 Uji keabsahan data
10 Laporan Kemajuan
Penelitian
C Draf Laporan Penelitian
11 Membuat draf laporan
penelitian
12 Diskusi draf laporan
13 Penyempurnaan laporan
14 Laporan Akhir Penelitian

20
RENCANA BIAYA PENELITIAN
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP CARA
MEMBERIKAN PENDIDIKAN SEKS PADA ANAK DI DUSUN CITAMAN DESA
BOJONGLOA
Peneliti : Ade Kurniawan Maulana Elit
Dana Keseluruhan : Rp. 4.128.000,00

No. Komponen Belanja V F Satuan Harga / RP Jumlah Total


1 2 3 4 5 6 7

A Biaya Transport dan Living Cost


1 Pengajuan Proposal
a. Kertas HVS 500 Lbr Rim Rp. 76,00 Rp. 38.000.00
b. Tinta Printer 4 Botol Set Rp. 20.000.00 Rp. 80.000.00
2 Transport ke
lapangan/Penelitian
a. Bensin 30 1xjln Liter Rp.12.000.00 Rp. 360.000.00

Jumlah transport selama Penelitian Rp.478.000.00

B Biaya Living Cost


a. Makan 3x 1bln 1 Porsi Rp 25.000.00 750.000.00
b. Kosan 4 1bln Orang Rp 200.000.00 800.000.00
Jumlah Sewa Kos/Living Cost selama penelitian 1.550.000.00

C Biaya pelaksanaan penelitian di lapangan dan kajian analisis data


a. Survei Awal Rp.300.000.00
b. Izin Penelitian Rp.500.000.00
c. Pemateri 2 1 org orang Rp.150.000.00 Rp.300.000.00
d. Bahan dan Alat 8 Brg prangkat - Rp.1.000.000.00
Jumlah Rp.2.100.000.00
Jumlah Keseluruhan : 4.128.000,00

Catatan:
Jadwal dan biaya diisesuaikan kebutuhan

21
IDENTITAS PENELITI

Nama Peneliti : Ade Kurniawan Maulana Elit


NIMKO : 201611003
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat, Tanggal Lahir : Sumedang, 27 Juli 1997
Alamat : Dsn. Babakan Citaman RT 01/01 Desa bojongloa Kecamatan
Buahdua Kabupaten Sumedang

Nomor Hp : 0823173535345
Alamat E-mail : Kurniawan9754@gmail.com

Riwayat Pendidikan :- TK Taruna Bhakti (2003-2004)


- SDN Bojongloa 1 (2004-2010)
- SMPN 1 Buahdua (2010-2013)
- SMAN Conggeang (2013-2016)

Unit Kerja :-
Alamat Kantor :-

22

Anda mungkin juga menyukai