Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Belilmbing Wuluh

2.1.1 Definisi Tumbuhan

Tanaman belimbing wuluh merupakan tumbuhan yang hidup pada

ketinggian 5 hingga 500 meter diatas permukaan laut. Tanaman ini mudah

sekali tumbuh dan berkembangbiak melalui cangkok. Pohon belimbing

wuluh bisa tumbuh dengan ketinggian mencapai 5-10 meter.

Daunnya majemuk, berselang-seling, panjang 30-60 cm dan

berkelompok di ujung cabang. Pada setiap daun terdapat 11 sampai 37

anak daun yang berselang-seling atau setengah berpasangan. Anak daun

berbentuk oval.

Di daerah Sulawesi selatan, daun belimbing wuluh dipercaya

sebagai obat gangguan kulit seperti gatal, gendongan,serta menghilangkan

bekas cacar, dimana buahnya juga dipercaya sebagai obat jerawat, gusi

berdarah, dan panu (Arief, 2009, hal.9-10).

Klasifikasi (Anonimus, 2012)

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Geraniales

Famili : Oxalidaceae

Genus : Averrhoa

Spesies : Averrhoa bilimbi L.

Gambar 2.1 Daun belimbing wuluh

2.1.2 Nama Daerah

Belimbing wuluh adalah salah satu tanaman yang belum

dibudidayakan secara khusus. Tanaman ini dikenal dengan nama daerah

limeng (Aceh), Bainang (Makassar), Selemeng (Gayo), Belimbing (Batak

Karo), Balimbing (Batak Toba), Malimbi (Nias), Balimbing


(Minangkabau), Balimbing (Lampung), Belimbing asam

(Melayu).Balimbing (Sunda), Blimbing wuluh (Jawa Tengah),

Bhalingbhing bulu (Madura), Blingbing buloh (Bali),Limbi (Bima), Libi

(Sawu), Balimbeng (Flores), Ninilu daelok (Roti), Kerbo

(Timor),Lembitue (Gorontalo), Lombituko (Buol), Bainang (Makasar),

Calene (Bugis),Taprera (Buru), Malibi (Halmahera),Utekee

(Irian).(Ismawan, 2010, hal. 210).

2.1.3. Kandungan Kimia

Kandungan kimia daun belimbing mengandung tanin sedangkan

batangnya mengandung alkaloid dan polifenol. Savitri (2014, hal. 40)

menyatakan bahwa ekstrak daun belimbing wuluh zat-zat aktif yang

terkandung adalah tanin, sulfur, asam format, dan flavonoid . Daun

belimbing wuluh selain tanin juga mengandung sulfur, asam format,

kalsium oksalat dan kalium sitrat. Bahan aktif pada daun belimbing wuluh

yang dapat dimanfaatkan sebagai obat adalah tanin. Senyawa tersebut

mampu menghambat aktivitas mikroba. Sehingga dengan konsentrasi yang

lebih rendah pun dapat menghambat pertumbuhan bakteri.

2.1.4. Manfaat Tanaman

Daunnya untuk mengatasi penyakit batuk, diabetes, rematik,

gondongan, sariawan, sakit gigi, diare sampai tekanan darah tinggi (Arief,

2009, hal 10-11).


Daun belimbing wuluh juga mengandung senyawa peroksida yang

dapat berpengaruh terhadap antipiretik, peroksida merupakan senyawa

pengoksidasi dan kerjanya tergantung pada kemampuan pelepasan oksigen

aktif dan reaksi ini mampu membunuh banyak mikroorganisme. Dan

buahnya untuk mengatasi penyakit seperti jerawat, gusi berdarah, panu dan

memperbaiki fungsi pencernaan. Buah blimbing wuluh, juga dapat

berfungsi sebagai antibakteri, karena di dalamnya terdapat senyawa aktif

antara lain flavonoid dan triterpenoid (Latifah, 2008, hal.39).

2.2 Uraian Mikroba Uji

2.2.1 Definisi Jamur

Jamur merupakan mikroorganisme yang tergolong eukariotik dan

tidak termasuk golongan tumbuhan. Jamur tumbuh pada kondisi aerob dan

memperoleh energi dengan mengkondasi bahan organik (Bauman,2001,

hal. 7). Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler. Tubuhnya terdiri dari

benang-benang yang disebut hifa yang dapat membentuk anyaman

bercabang-cabang (miselium) dan mempunyai dinding sel yang sebagian

besar terdiri dari atas kitin dan gluca dan sebagian kecil dari selulosa atau

kitosin. Pada mumnya jamur berkembang biak secara seksual dan aseksual

atau keduannya (Mozer, 2014, hal.8).

Pada umumnya jamur dapat tumbuh dengan baik ditempat lembab

dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Di alam bebas lebih

dari 100.000 spesies jamur dan kurang dari 500 spesies. Diduga jamur
dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Dari sekian banyak

jamur tersebut diperkirakan tidak kurang dari 100 spesies bersifat patogen

pada manusia dan sekitar 100 spesies hidup komensial pada manusia

(bersifat saporit), tetapi dapat menimbulkan kelainan pada manusia bila

keadaan menguntungkan untuk pertumbuhan jamur itu sendiri. (Sungkar

dkk, 2008, hal.20).

Jamur dibedakan menjadi empat kelas yaitu sebagai berikut :

1. Zygomycetes

2. Ascomycetes

3. Basidiomycetes

4. Dueteromycetes

(Pertiwi,2008)

2.2.2 Pertumbuhan Jamur

Pertumbuhan jamur merupakan peningkatan semua komponen dari

suatu organisme secara teratur (Najib, 2008, hal.20).

1. Fase Penyesuaian (lag)

Fase penyesuaian merupakan fase tidak adanya pertumbuhan populasi

karena sel jamur mengalami perubahan komposisi kimiawi dan ukuran

serta bertambahnya substansi intra seluler sehingga siap untuk membelah

diri. Fase ini disebut fase penyesuaian jamur dengan kondisi lingkungan

baru di sekelilingnya. Jumlah awal sel yang dipindah ke media baru

mempengaruhi cepat lambatnya fase adaptasi.


2. Fase Pertumbuhan Awali (Akselerasi)

Pada fase ini yaitu sel - sel jamur mulai membelah diri dan fase lag

menjadi aktif dengan kecepatan yang rendah karena baru menyesuaikan

diri.

3. Fase Eksponensial ( Logaritmik)

Pada fase ini jamur membelah dengan cepat dan konstan mengikuti kurva

logaritmik. Kecepatan pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh beberapa

faktor diantaranya pH, kandungan nutrien, suhu dan kelembaban udara,

konsentrasi, kadar oksigen, volume dan faktor lainnya. . Pada fase ini

kultur paling sensitif terhadap keadaan lingkungan.

4. Fase Pertumbuhan Lambat (Deselarasi)

Pada Fase ini pertumbuhan populasi jamur mulai krang aktif membelah

diperlambat karena zat nutrisi sudah sangat berkurang dan ada hasil

metabolisme yang mungkin beracun atau dapat menghambat pertumbuhan

jamur. Sehingga pada fase ini pertumbhan tetap

5. Fase Pertumbuhan Tetap (Stasioner)

Pada fase ini terjadi penumpukan racun akibat metabolisme sel dan

kandungan nutrien mulai habis. Jumlah sel yang tumbuh sama dengan

jumlah sel yang mati. Ukuran sel pada fase ini menjadi lebih kecil karena

sel tetap membelah meskipun zat-zat nutrisi sudah habis. Karena


kekurangan nutrisi, sel mempunyai komposisi berbeda dengan yang

tumbuh pada fase logaritmik.

6. Fase Menuju Kematian

Pada fase kematian sabagian besar populasi jamur mulai mengalami

kematian karena nutrien dalan medium sudah habis, adanya zat

penumpukan racun dan habisnya energi cadangan di dalam sel. Kecepatan

kematian tergantung dari kondisi nutrien, lingkungan dan jenis jamur.

2.2.3 Peranan Jamur

Peranan jamur dalam kehidupan manusia sangat banyak, baik peran

yang merugikan maupun yang menguntungkan. Jamur yang

menguntungkan meliputi berbagai jenis, antara lain:

A. Volvariella volvacea (jamur merang) yang berguna sebagai

bahan pangan berprotein tinggi.

B. Rhizopus dan Mucor yang berguna dalam industri bahan

makanan, yaitu dalam pembuatan tempe dan oncom.

C. Khamir Saccharomyces berguna sebagai fermentor dalam

industri keju, roti, dan bir.

D. Penicillium notatum yang berguna sebagai penghasil antibiotik.

E. Higroporus dan Lycoperdon perlatum yang berguna sebagai

decomposer.
Di samping peranan yang menguntungkan, ada beberapa jamur juga

mempunyai peranan yang merugikan, antara lain:

a. Phytium sebagai hama bibit tanaman yang menyebabkan

penyakit rebah semai.

b. Phythophthora inf'estan menyebabkan penyakit pada daun

tanaman kentang.

c. Saprolegnia sebagai parasit pada tubuh organisme air.

d. Albugo merupakan parasit pada tanaman pertanian.

e. Pneumonia carinii menyebabkan penyakit pneumonia pada

paru-paru manusia.

f. Candida sp. penyebab keputihan dan sariawan pada manusia

(Sumarsih, 2003, hal.35).

2.3 Jamur yang digunakan dalam penelitian

Mikroba uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah Candida Albicans.

2.2.1 Klasifikasi dan Definisi

Berdasarkan taksonominya, Candida albicans termasuk kedalam klasifikasi

sebagai berikut:

Diviso : Eumycophyta

Kelas :Deuteromycetes

Ordo : Melaneoniales
Familia : Moniliaceae

Genus : Candida

Spesies : Candida albicans

Candida albicans adalah fungi lonjong bertunas yang

menghasilkan pseudomisellium dalam biakan, jaringan dan eskudat.

Ukuran Candida albicans yaiu ( 2-3 mm x 4-6 mm ). Candida albicans

merupakan mikroorganisme normal dalam rongga yang bersifat lokal.

Candida albicans sangat berperan terhadap 50% dari infeksi jamur akibat

genus Candida (Mozer,2015, hal. 10). Candida albicans juga terdapat

saluran pernafasan, saluran pencernaan dan genetalis wanita. Candida

albicansdapat menimbulkan invasi dalam aliran darah, trombofiebitis,

endo karditas atau infeksi pada mata dan organ lain. Pada saat kondisi

imun tubuh manusia menurun Candida albicans akan menyebabkan

kandidiasis. Kandidiasis ditemukan pada permukaan kulit, genitalia dan

saluran pencernaan. Faktor predisposisi utama kandidiinasis adalah

rendahnya daya tahan tubuh, seperti pada penderita AIDS dan pasien yang

menjalani kemotrapi. Faktor predisposisi lain yang dapat menyebabkan

tingginya prevalensi kandidiasis antara lain, pasien yang menjalani

pengobatan dengan antibiotik spektrum luas dalam jangka panjang, iritasi

kronik akibat pemakaian protesa yang tidak adekuat dan pola makan yang

cenderung tinggi gula (Mozer, 2015, hal.11).


Infeksi yang disebabakan oleh Candida albicans antara lain (Mozer,

2015, hal.11).

1. Infeksi pada mulut (sariawan) terutama pada bayi, terjadi pada selaput

lendir pipi dan tampak sebagai bercak putih yang sebagian besar terdiri

atas pseudomiselium dan epital yang terkelupas.

2. Infeksi pada genitalia wanita Vulvovaginitis menyerupai sariawan, tetapi

menimbulkan iritasi dan gatal yang hebat. Timbulnya vulvovaginitis

dipermudah oleh pH alkali. Dalam keadaan normal pH dinetralkan oleh

kuman vagina.

3. Infeksi pada kulit terutama terjadi pada bagian tubuh yang basah dan

hangat seperti ketiak, lipatan paha atau lipatan dibawah payudara, infeksi

paling sering terdapat pada orang gemuk dan diabetes. Infeksi pada kulit

antara jari-jari tangan dan kaki paling sering setelah terkena air yang

berlangsung lama dan berulang.

4. Infeksi pada kuku ditandai dengan rasa sakit, bengkak kemerahan dari

lipatan kuku yang dapat mengakibatkan penebalan dan akhirnya

kehilangan kuku.

5. Infeksi pada paru-paru dan organ lain merupakan invasi sekunder paru-

paru, ginjal dan organ lain dimana sebelumnya terdapat penyakit seperti

tuberculosis dan kanker.

2.4 TinjauanUmum Ekstraksi

2.4.1 Defenisi
Ekstraksi merupakan proses penyarian zat-zat berkhasiat atau dikenal

dengan suatu proses penarikan komponen aktif yang terkandung dalam

tanaman menggunakan bahan pelarut yang sesuai dengan kelarutan komponen

aktifnya (Dirjen POM, 2000, hal.81).

2.4.2 Tujuan Ektraksi

Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang

terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa

komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada

lapisan antarmuka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut. Prosesnya

adalah sebagai berikut: pelarut organik akan menembus dinding sel dan akan

masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan terlarut

sehingga terjadi perbedaan konsentrasi di dalam sel dan pelarut organik di luar

sel. Maka larutan terpekat akan berdifusi ke luar sel, dan proses ini berulang

terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi zat aktif di dalam dan di

luar sel (Sastroamidjojo, 1985, hal. 65-72).

2.5 Antimikroba

2.5.1 Defenisi

Antimikroba adalah uji untuk mengetahui apakah suatu senyawa uji dapat

menghambat pertumbuhan , memberantas infeksi mikroba pada manusia


termasuk diantaranya antibiotika, antiseptika, desinfektan, dan preservatif.

(Djide dan Sartini, 2008, hal. 328).

2.5.1 Prinsip Kerja Antimikroba

Suatu antibakteri memperlihatkan toksisitas yang selektif, dimana obatnya

lebih toksik terhadap mikroorganismenya dibandingkan pada sel hospes. Hal

ini dapat terjadi karena pengaruh obat yang selektif terhadap mikroorganisme

dalam sel parasit lebih unggul dari pada pengaruhnya terhada sel hospes atau

inangnya(Djide dan Sartini, 2008, hal. 328). Mekanisme kerja antibakteri

yaitu:

a. Merusak dinding sel yaitu dengan antibiotik yang merusak lapisan

peptidoglikan yang menyusun dinding sel bakteri Gram positif dan Gram

negatif. Contohnya penisilin, mekanisme kerjanya dengan mencegah

ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir sintesis dindingsel, yaitu

dengan menghambat protein pengikat penisilin (penicillin binding

protein).

b. Mengganggu permeabilitas sel yaitu dengan merusak membran sel.

Antibiotik yang merusak membran plasma adalah golongan polipeptida

dengan mengubah permeabilitas membran plasma bakteri.Contohnya

polimiksin, mekanisme kerjanya melekat pada fosfolipid

membran.Fungsi membran sel adalah mempertahankan bahan-bahan

dalam sel serta mengaturaliran keluar masuknya bahan lain. Adanya


kerusakan pada membran ini mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan

sel atau matinya sel.

c. Merubah molekul protein dan asam nukleat yaitu dengan

mendenaturasikan protein dan asam nukleat sehingga kerusakan sel tidak

dapat diperbaiki lagi karena hidup suatu sel tergantung pada molekul

protein dan asam nukleat dalam keadaan alamiah. Contoh: fenolat dan

persenyawaan fenolat.

d. Menghambat kerja enzim dengan mengganggu reaksi biokimiawi.

Meekanisme kerjanya dengan adanya kompetitor berupa

antimetabolit,merupakan substansi yang secara kompetitif menghambat

metabolit bakteri. Penghambatan ini dapat mengakibatkan terganggunya

metabolisme sel. Contoh: sulfonamid.

e. Menghambat sintesis asam nukleat dan protein. Sehinggan menghambat

pembentukan atau fungsi-fungsi DNA, RNA dan protein dapat

mengakibatkan kerusakan total pada sel, karena zat-zat tersebut

memegang peranan penting dalam proses kehidupan normal sel. Contoh:

tetrasiklin, aminoglikosida, streptomisin, gentamisin,(Djide, 2008, hal.

460).

2.5.3 Sifat Antimikroba

Antimikroba memiliki 2 sifat utama, yaitu;

a. Bakteriostatika
Zat atau bahan yang dapat menghambat atau menghentikan pertumbuhan

mikroorganisme (bakteri). Dalam keadaan seperti ini jumlah mikroorganisme

menjadi stasioner, tidak dapat lagi bermultiplikasi dan berkembang biak.

Contoh sulfonamid, tetrasiklin, kloramfenikol, dan eritromisin.

b. Bakteriosida

Zat atau bahan yang dapat membunuh mikroorganisme (bakteri). Dalam hal ini

jumlah mikroorganisme (bakteri) akan berkurang atau bahkan habis, tidak

dapat lagi melakukan multiplikasi atau berkembang biak. Contoh penisilin,

sefalosforin, dan neomisin (Djide, 2008, hal.458dan Syamsuarni,2016, hal. 18).

2.6 Kerangka Teori

Ektrak Daun Belimbing


WuluhAverrhoa Bilimbi L
Variabel Bebas Beberapa Konsentrasi

Candida albicans

Zona bening atau hambat


pada medium NA ( Nutrien
Agar)
2.2 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ekstrak daun belimbing wuluh

(AverrhoaBilimbi L) berpengaruh dalam menghambat pertumbuhan jamur

(Candida albicans).
Arief, Prahasta. 2009. Belimbing. Bandung: CV Pustaka Grafika

Anonimus. 2012. Situs dunia tumbuhan.

Anonymous.,2008.

Ni Putu Iga Savitri. 2014. EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK

DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L) TERHADAP

BAKTERI MIX SALURAN AKAR GIGI. Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Mahasaraswati Denpasar. [Skripsi]. Denpasar.

Mukhlisoh W. Pengaruh Ekstrak Tunggal dan Gabungan Daun Belimbing

Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn) terhadap Efektivitas Antibakteri secara In

Vitro. [Skripsi]. Malang (Indonesia): Universitas Islam Negeri Maulana

Malik Ibrahim; 2010.

BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.)


24 Agustus 2011 — abuanjeli

https://abuanjeli.wordpress.com/2011/08/24/a-088/

Ismawan, Bambang, 2010. Herbal Indonesia Berkhasiat: Bukti Ilmiah dan

Cara Racik. PT. Trubus Swadaya; Depok

Lathifa H. Pengaruh Jenis Pati Sebagai Bahan Edible Coating dan Suhu

Penyimpanan Terhadap Kualitas Buah Tomat. (Skripsi). Malang

(Indonesia): Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim; 2013.

Ririn, E (2016). KAJIAN EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH

(Averrhoa bilimbi L) SEBAGAI ANTIBAKTERI PADA EDIBLE

COATING UNTUK MEMPERPANJANG UMUR SIMPAN BUAH

TOMAT (Lycopersium esculentum). Skripsi, Prgram Sarjana Universitas

Muhammadiyah. Yogyakarta

Risatul, M (2016) Uji Aktivitas AntiJamur Madura “Empot Jamu”

Terhadap Jamur ( Candida albicans). Skripsi. Program Pasca Sarjana

Universitas Islam Negeri. Maulana Malik Ibrahim (29)

Wijayakusuma, H., Dalimarta, S., 2006, Ramuan Tradisional Untuk

Pengobatan Darah Tinggi, 45-46, Jakarta, Penebar Swadaya.

. Uji Aktivitas Antibakteri Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L)

terhadap Bakteri StaphylococcusIptek.2013.

Mozer, Hardi. 2015. Uji Aktivitas Antifungi Ekstrak Etanol 96% Kulit

Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) Terhadap Aspergillus niger,


Candida albicans dan Trichophyton rubrum. Skripsi. Jakarta: Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sungkar, S., Ismid, I.S., Sjarifuddin, P.K., & Susanto, I. 2008. Parasitologi

Kedokteran, Edisi Keempat. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia.

Mozer, Hardi. 2015. Uji Aktivitas Antifungi Ekstrak Etanol 96% Kulit

Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) Terhadap Aspergillus niger,

Candida albicans dan Trichophyton rubrum. Skripsi. Jakarta: Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Djide, Natsir, M.N and Sartini Kadir. 2008. Dasar – dasar Mikrobiologi

Farmasi. Makassar: Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin

Syamsuarni, R (2016) Uji Aktivitas Mikroba Fraksi Daun Belimbing

Wuluh (Averrhoabilimbi L.) Terhadap Beberapa Mikroba Uji. Skripsi.

Program Pasca Sarjana. Universitas Islam Negeri Alauddin Makasar

Sumarsih, Sri. Diktat Kuliah Mikrobiologi Dasar. Fakultas Pertanian UPN

Veteran.

Yogyakarta. 2003http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=69

. Diakses pada 12 Mei 2017 Lathifah, Q.A.2008

.Uji Efektifitas Ekstrak Kasar Senyawa Antibakteri pada Buah Belimbing

Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dengan Variasi Pelarut


.Malang: Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN)

Malang. Wijayakusuma, H.M.H dan Dalimarta. 2006.

Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Darah Tinggi.

Jakarta: Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai