BAB I. Definisi
Evaluasi reagensia adalah kegiatan dalam melakukan pengendalian reagen
meliputi penerimaan, penyimpanan dan kontrol kadaluarsa reagensia
1
kadaluarsa)
2) Petugas laboratorium mendata
tanggal reagen masuk, reagen
habis beserta tanggal
kadaluarsanya
3) Petugas laboratorium memeriksa
keadaan dalam reagen (warna,
bau, adanya jamur, atau
kontaminasi bahan lain)
4) Petugas laboratorium
memperhatikan penyimpanan
baik letak maupun suhu
setelahnya
2
boleh ditumpuk dengan barang/
bahan lain yang dapat
mengkontaminasi reagensia
2) Penyimpanan reagensia dalam
lemari pendingin
a) Pastikan suhu lemari pendingin
yang digunakan untuk
menyimpan reagensia sesuai
b) Jangan menaruh reagensia
pada pintu lemari pendingin,
karena pada saat dibuka bagian
tersebut sangat tidak stabil
c) Tidak diperkenankan membuka
lemari pendingin terlalu lama ,
hal tersebut mempengaruhi
suhu di dalamnya
3
5. Uji Kualitas Reagen (untuk reagensia : glukosa, trigliserid,
cholesterol, ureum, kreatinin, asam urat, sgot dan sgpt)
A. Uji Kualitas Reagen harus dilakukan :
1. Setiap kali batch larutan kerja ( working solution ) dibuat
2. Setiap minggu ( sangat penting untuk larutan Ziehl Neelsen)
3. Bila sudah mendekati masa kadaluarsa
4. Bila ditemukan/terlihat tanda-tanda kerusakan (timbul
kekeruhan, perubahan warna,timbul endapan)
5. Bila terdapat kecurigaan terhadap hasil pemeriksaan
B. Pengujian kualitas dapat dilakukan dengan :
1. Melakukan pemeriksaa bahan kontrol assayed yang telah
diketahui nilainya dengan menggunakan reagen tersebut
2. Menggunakan strain kuman. C. Uji Ketelitian Hasil
laboratorium digunakan untuk menentukan diagnosis,
pemantauan pengobatan dan meramalkan prognosis, maka
amatlah perlu untuk selalu menjaga mutu hasil
pemeriksaan, dalam arti mempunyai tingkay akurasi dan
presisi yang dapat dipertanggungjawabkan. Dalam
melaksanakan uji ketelitian ini dapat digunakan bahan
kontrol assayed atau unassayed. Kegiatan yang harus
dilakukan dalam pengujian ini adalah :
a) Periode Pendahuluan
Pada periode ini ditentukan nilai dasar yang merupakan
nilai rujukan untuk pemeriksaan selanjutnya. Periode ini
umumnya dilakukan baik untuk pemeiksaan kimia klinik,
hematologi, imunoserologi maupun kimia lingkungan.
Cara ;
i. Periksalah bahan kontrol bersamaan dengan
pemeriksaan spesimen setiap hari kerja atau pada hari
parameter yang bersangkutan diperiksa sampai mencapai
25 hari kerja
ii. Catat setiap nilai yang diperoleh tiap hari kerja
tersebut dalam formulir periode pendahuluan pada kolom
x
4
iii. Setelah diperoleh 25 nilai pemeriksaan, hitung nilai
rata-ratanya (mean), standar deviasi (SD). Koefisien
variasi (Cv), batas peringatan (mean+- 2 SD) dan batas
kontrol(mean+-3 SD)
iv. Teliti kembali apakah ada nilai yang melebihi batas
mean +- 3SD. Bila ada, maka nilai tersebut
dihilangkan.hitung kembali nilai mean, SD, CV, mean +-2
dan mean +- 3SD. e. Nilai mean dan S yang diperoleh ini
dipakai sebagai nilai rujukan periode control
b) Periode Kontrol
Merupakan periode untuk menentukan ketelitian
pemeriksaan pada hari tersebut. Prosedur pada periode
kontrol ini tergantung dari bidang pemeriksaannya. Untuk
pemeriksaan kimia klinik, hematologi dan kimia adalah
sebagai berikut :
i. Periksa bahan kontrol setiap hari kerja atau pada hari
parameter yang bersangkutan diperiksa
ii. Catatlah nilai yang diperoleh pada formulir periode
control
iii. Hitung penyimpangannya terhadap nilai rujukan dalam
satuan S (Standar Deviasi Index) dengan rumus: Xi – mean
Satuan SD =...........Sd
iv. Satuan S yang diperoleh di plot pada grafik kontrol.
Sumbu X dalam grafik kontrol menunjukkan hari/tanggal
pemeriksaan sedang sumu Y menunjukkan satuan S
c) Evaluasi Hasil 1 3S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri
dinyatakan keluar dari kontrol (out of control), apabila hasil
pemeriksaan satu bahan kontrol melewati batas x+- 3 S 2
2S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar
dari kontrol, apabila hasil pemeriksaan 2 kontrol berturut-
turut keluar dari batas yang sama yaitu x+2 S atau x-2S. R
4S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar
dari kontrol, apabila perbedaan antara 2 hasil kontrol yang
berturut-turut melebihi 4 S (satu kontrol diatas +2 S,
lainnya dibawah -2 S 4 1 S: Seluruh pemeriksaan dari satu
seri dinyatakan keluar dari kontrol apabila 4 kontrol
5
berturut-turut keluar dari batas yang sama baik x+S
maupun x-S. 10 X : Seluruh pemeriksaan dari satu seri
dinyatakan keluar dari kontrol, apabila 10 kontrol berturut-
turut berada pada pihak yang sama dari nilai tengah.
Aturan ini mendeteksi gangguan ketelitian (kesalahan
acak) yaitu 1 3S, R 4S atau gangguan ketepatan (kesalahan
sistematik) yaitu 2 2S, 4 1S, 10x, 1 3S.
d) Uji Ketepatan Pada uji ketepatan ini dipakai serum kontrol
yang telah diketahui rentang nilai kontrolnya (assayed).
Hasil pemeriksaan uji ketepatan ini dinilai apakah terletak
di dalam atau di luar rentang nilai kontrol menurut periode
pemeriksaan yang sama. Bila terletak di dalam rentang
nilai kontrol,maka dianggap hasil pemeriksaan terhadap
spesimen juga tepat. Bila terletak di luar rentang nilai
kontrol, dianggap hasil pemeriksaan bahan kontrol tidak
tepat sehingga hasil pemeriksaan terhadap spesimen juga
dianggap tidak tepat
6
Hasil Observasi Reagensia
NO NAMA REAGEN TANGGAL HASIL OBSERVASI
OBSERVASI
7
Ditetapkan di : Klaten
Pada Tanggal : ………….. 2019
KEPALA KLINIK PRATAMA HUSADA RAHARJA,
Andhika Setiawan