Anda di halaman 1dari 11

Laporan Praktikum 1

Agroklimatologi

Pengenalan Alat Stasiun Klimatologi

Nama : I Gede Kesuma Wijaya


NIM : G11115319
Kls/Klp : F/21
Asisten : Jafaruddin

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Agroklimatolgi adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara

unsur-unsur iklim dengan kehidupan tanaman. Radiasi Matahari adalah sesuatu

pancaran bersumber dari sinar matahari pada peristiwafotosintesis yang terjadi

dalam atmosfer yang di anggap penting bagi sumber kehidupan dan sangat

berpengaruh terhadap hasil produksi.

Manusia hidup di bumi pasti tidak akan terpisah dengan lingkungan. Dalam

lingkungan itu sendiri terdapat unsur yang penting yaitu iklim atau cuaca.

Dikatakan iklim jika terbentuk dalam jangka waktu yang panjang dan dikatakan

cuaca jika terbentuk dalam jangka waktu yang singkat. Pada setiap tempat tentunya

memiliki iklim atau cuaca yang berbeda tergantung dengan tofografi dan

sebagainya. Kita bisa merasakan keadaan udara sekitar hanya dengan menggunakan

indera. Tapi yang dirasakan oleh indera adalah sangat subjektif. Karena seseorang

dapat merasakan keadaan udara pada suatu saat adalah panas sekali akan tetapi

orang lain hanya merasakan panas biasa saja. Untuk menghilangkan subjektivitas

ini kemudian digunakan alat-alat pengamatan.

Kerentanan suatu daerah terhadap perubahan iklim atau tingkat ketahanan dan

kemampuan beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim, bergantung pada

struktur sosial-ekonomi, besarnya dampak yang timbul, infrastruktur, dan teknologi

yang tersedia. Di Indonesia, upaya-upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim


sebenarnya telah dimulai sejak tahun 1990,walaupun Indonesia tidak memiliki

kewajiban untuk memenuhi target penurunan emisi GRK.

Untuk memperkuat pelaksanaan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di

Indonesia pada sektor pertanian, perlu ditetapkan strategi nasional mitigasi

dan adaptasi perubahan iklim secara terintegrasi, yang melibatkan

berbagai sinstansi terkait.

Dalam pengelolaan cuaca (iklim) untuk bidang pertanian data cuaca yang benar

sangat dibutuhkan. Penyasuaian tanaman dengan cuaca (iklim) suatu daerah,

peramalan awal dan akhir musim hujan atau kemarau untuk kegiatan pertanian,

pengubah kesesuaian (modifikasi) cuaca (iklim) dan penggantian satu atau

beberapa unsur cuaca dibutuhkan data cuaca yang benar dan dari hasil pengamatan

yang panjang.

Data yang benar tentunya dihasilkan dari peralatan yang baku, cara, dan waktu

pengamatan yang mengikuti aturan yang disepakati secara nasional. Pearalatan

meteorology dan klimatologi haruslah dapat menghasilkan data yang benar dan

dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Kemudian data ini dapat

dibandingkan dengan data di tempat lain, sehingga kita dapat menilai cuaca dan

iklim. Oleh karena itu, dilaksanakan praktikum ini untuk mengetahui apa saja alat-

alat yang ada di stasiun klimatologi.

Pengetahuan cuaca dan iklim tidak saja penting dalam bidang pertanian dalam

arti luas (pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan), namun

juga peting dalam bidang pelayaran, penerbangan, pengairan dan kesehatan

(Sabaruddin, 2012).
1.2 Tujuan dan Kegunaan

Adapun tujuan dari prakek lapang ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui macam-macam alat yang terdapat di Stasiun klimatologi.

2. Untuk mengetahui kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam pengambilan data

di Stasiun Klimatologi.

3. Untuk mengetahui masing-masing hubungan alat yang terdapat di stasiun

klimatologi dengan bidang pertanian.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika)

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), sebelumnya

bernama Badan Meteorologi, dan Geofisika (BMG) adalah Lembaga Pemerintah

Non Departemen Indonesia yang mempunyai tugas melaksanakan tugas

pemerintahan di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika.

Sejarah pengamatan meteorologi, dan geofisika di Indonesia dimulai pada

tahun 1841 diawali dengan pengamatan yang dilakukan secara perorangan oleh

Dr. Onnen, Kepala Rumah Sakit di Bogor. Tahun demi tahun kegiatannya

berkembang sesuai dengan semakin diperlukannya data hasil

pengamatancuaca dan geofisika.

Pada tahun 1866, kegiatan pengamatan perorangan tersebut oleh

Pemerintah Hindia Belanda diresmikan menjadi instansi pemerintah dengan nama

Magnetisch en Meteorologisch Observatorium (Observatorium Magnetik, dan

Meteorologi) yang dipimpin oleh Dr. Bergsma.

Pada masa pendudukan Jepang antara tahun 1942 sampai dengan 1945,

nama instansi meteorologi, dan geofisika tersebut diganti menjadi Kisho Kauso

Kusho.

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, instansi tersebut

dipecah menjadi dua yakni:


1. Biro Meteorologi yang berada di lingkungan Markas Tertinggi Tentara

Rakyat Indonesia, Yogyakarta, khusus untuk melayani

kepentingan Angkatan Udara.

2. Jawatan Meteorologi dan Geofisika yang berada di Jakarta dibawah

Kementerian Pekerjaan Umum, dan Tenaga.

Pada tanggal 21 Juli 1947, Jawatan Meteorologi, dan Geofisika diambil alih

oleh Pemerintah Belanda dan namanya diganti menjadi Meteorologisch en

Geofisiche Dienst. Sementara itu, ada juga Jawatan Meteorologi, dan Geofisika

yang dipertahankan oleh Pemerintah Republik Indonesia yang berkedudukan di

Jalan Gondangdia, Jakarta.

Pada tahun 1949, setelah penyerahan kedaulatan negara Republik Indonesia

dari Belanda, Meteorologisch en Geofisiche Dienst diubah menjadi Jawatan

Meteorologi dan Geofisika dibawah Departemen Perhubungan, dan Pekerjaan

Umum.

Selanjutnya pada tahun 1950, Indonesia secara resmi masuk sebagai

anggota Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization atau

WMO) dan Kepala Jawatan Meteorologi, dan Geofisika menjadi Permanent

Representative of Indonesia with WMO.

Pada tahun 1955, Jawatan Meteorologi, dan Geofisika diubah namanya

menjadi Lembaga Meteorologi dan Geofisika dibawah Departemen Perhubungan,

dan pada tahun 1960 namanya dikembalikan menjadi Jawatan Meteorologi, dan

Geofisika di bawah Departemen Perhubungan Udara. Namun 10 tahun kemudian

diubah lagi menjadi Direktorat Meteorologi, dan Geofisika.


Pada tahun 1972, Direktorat Meteorologi, dan Geofisika diganti namanya

menjadi Pusat Meteorologi dan Geofisika, suatu instansi setingkat eselon II di

bawah Departemen Perhubungan, yang pada tahun 1980 statusnya dinaikkan

menjadi suatu instansi setingkat eselon I dengan nama Badan Meteorologi, dan

Geofisika, dengan kedudukan tetap berada dibawah Departemen Perhubungan.

Pada tahun 2002, melalui Keputusan Presiden RI Nomor 46, dan 48 tahun

2002, struktur organisasinya diubah menjadi Lembaga Pemerintah Non

Departemen (LPND) dengan nama tetap Badan Meteorologi dan Geofisika.

Terakhir, melalui Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2008, BMG

berganti nama menjadi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika dengan

status tetap sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen.

Tugas dan wewenang

Tugas

 pengkajian, dan penyusunan kebijakan nasional di bidang meteorologi,

klimatologi, kualitas udara, dan geofisika

 koordinasi kegiatan fungsional di bidang meteorologi, klimatologi, kualitas

udara, dan geofisika

 memfasilitasi, dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah, dan

swasta di bidang meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan geofisika

 penyelenggaraan pengamatan, pengumpulan, dan penyebaran, pengolahan,

dan analisis serta pelayanan di bidang meteorologi, klimatologi, kualitas

udara, dan geofisika


 penyelenggaraan kegiatan kerjasama di bidang meteorologi, klimatologi,

kualitas udara, dan geofisika

 penyelenggaraan pembinaan, dan pelayanan administrasi umum di bidang

perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi, dan tatalaksana, kepegawaian,

keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan, dan rumah tangga.

Wewenang

 penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya

 perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan secara

makro

 penetapan sistem informasi di bidangnya

 penetapan standar teknis peralatan serta pelayanan meteorologi penerbangan,

dan maritim

 pengaturan sistem jaringan pengamatan meteorologi, dan klimatologi

 pemberian jasa meteorologi, dan klimatologi

 pengamatan, dan pemberian jasa geofisika

 pengamatan, dan pemberian jasa kualitas udara

 pengaturan sistem jaringan pengamatan geofisika

 penetapan standar teknis peralatan meteorologi, klimatologi, kualitas udara,

dan geofisika (Wikipedia, 18-02-2016).


2.2 Agroklimatologi Bagi Pertanian

Pengetahuan akan Agriklimatologi sangat dibutuhkan guna menunjang

kemampuan petani dalam melakukan kegiatan pertanian. Prakiraan cuaca baik

harian maupun prakiraan musim, mempunyai arti penting dan banyak

dimanfaatkan dalam bidang pertanian. Prakiraan cuaca 24 jam yang dilakukan

oleh BMG, mempunyai arti dalam kegiatan harian misalnya untuk pelaksanaan

pemupukan dan pemberantasan hama. Misalnya pemupukan dan penyemprotan

hama perlu dilakukan pada pagi hari atau ditunda jika menurut prakiraan sore hari

akan hujan lebat. Prakiraan permulaan musim hujan mempunyai arti penting

dalam menentukan saat tanam di suatu wilayah. Jadi, bidang pertanian ini

memanfaatkan informasi tentang cuaca dan iklim mulai dari perencanaan sampai

dengan pelaksanaannya (Setiawan, 2003).

2.3 Syarat Penempatan Stasiun

Stasiun meteorologi pertanian adalah suatu tempat untuk mengadakan

pengamatan secara terus menerus keadaan lingkungan (atmosfer). Suatu stasiun

meteorologi paling sedikit mengamati keadaan iklim selama 10 tahun berturut-

turut, sehingga akan didapat gambaran umum tentang rerata keadaan iklim suatu

tempat. Agar diperoleh hasil pemgamatan yang akurat, maka dibutuhkan

persyaratan sebagai berikut :

1. Penempatan lokasi stasiun harus mewakili keadaan lahan yang luas.

2. Masing-masing alat harus dapat memberikan hasil pengukuran parameter cuaca

yang absah (tepat dan akurat), sederhana, kuat atau tidak mudah rusak, mudah

penggunaan dan perawatannya.


3. Pengamatan harus dapat dipercaya, terlatih, dan terampil.

4. Stasiun meteorologi harus ditempatkan pada daerah terbuka dan representatif

(mewakili). Secara umum luas daerah terbuka bagi suatu stasiun meteorologi

pertanian dengan peralatannya lengkap kira-kira 2-2,5 ha dengan luas taman alat

minimum 40 x 60 m.

2.4 Alat –Alat klimatologi

Adapun alat-alat meteorologi yang ada di Stasiun Meteorologi Pertanian

diantaranya alat pengukur curah hujan (Ombrometer), Alat pengukur kelembaban

relatif udara (Hygrometer), alat pengukur suhu udara (Termometer Biasa, Termometer

Maksimum, Termometer Minimum, dan Termometer Maximum-Minimum), alat

pengukur suhu air (Termometer Maksimum-Minimum Permukaan Air), alat pengukur

panjang penyinaran matahari (Solarimeter tipe Combell Stokes), alat pengukur suhu tanah

(Termometer Tanah), dan alat pengukur kecepatan angin (Anemometer) dan masih

banyak yang lainnya (Prawirowardoyo,1996).


BAB III

METEODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilakukan untuk pengenalan alat-alat pengukur klimatologi di lakukan di

Lab 3 Universitas Hasanuddin, dilaksanakan pada hari Senin , 15 Februari 2015 pada

pukul 08.00 WITA.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan pada praktikum ini berupa laptop dan LCD.

3.3 Metode Praktikum

Pada praktikum pengenalan alat stasiun klimatologi ini asisten menjelaskan fungsi dan

cara kerja dari masing-masing alat serta syarat-syarat yang diperlukan untuk mendirikan

stasiun klimatologi.

Anda mungkin juga menyukai