Kelompok 1.02
Kelompok 1.02
Oleh
Kelompok 1.02
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memeberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaiakan
makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Laporan
pendahuluan gout, hipertensi, dan benigna prostat hiperplasia”. Diharapkan
makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam menyusun makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin
17 Desember 2019
Penulis
i
DAFTAR ISI
TINJAUAN TEORI
ii
4. Konsep Asuhan Keperawatan Gerontik Hipertensi. .................................
4.1 Pengkajian .......................................................................................
4.2 Diagnosa keperawatan ....................................................................
4.3 Intervensi ........................................................................................
iii
GOUT
1. KONSEP PENYAKIT
1.1 Definisi
Gout adalah peradangan akibat adanya endapan kristal asam urat pada sendi
dan jari. Awalnya, kata gout berasal dari bahasa Latin, yaitu gutta, yang berarti
tetesan. Sebab, menurut kepercayaan kuno, penyakit ini disebabkan oleh luka
yang jatuh tetes demi tetes ke dalam sendi. Pada zaman dahulu, penyakit ini
disangka disebabkan adanya racun yang menyerang pada persendian. Kejadiannya
secara perlahan-lahan, yaitu setetes demi setetes. Hingga akhirnya, pada abad ke
III, Galen menulis mengenai tofi, yaitu endapan natrium urat dalam jaringan
dibawah kulit. Sementara itu, Van Leuwenhoek, pada tahun 1679 sudah
mengetahu adanya kristal pada tofi pirai. (Padila, 2013)
Gout bisa diartikan sebagai sebuah penyakit dimana terjadi penumpukan
asam urat dalam tubuh secara berlebihan, baik akibat produksi yang meningkat,
pembuangan yang menurun, atau akibat peningkatan asupan makanan kaya purin.
Gout ditandai dengan serangan berulang dari arthritis (peradangan sendi) yang
akut, kadang-kadang disertai pembentukan kristal natrium urat besar yang
dinamakan tophus, deformitas (kerusakan) sendi secara kronis, dan cedera pada
ginjal. (Naga S. Sholeh, 2013 )
1.3 Etiologi
Gangguan metabolik dengan meningkatnya konsentrasi asam urat ini
ditimbulkan dari penimbunan kristal di sendi oleh monosodium urat (MSU, gout)
dan kalsium pirofosfat dihidrat (CPPD, pseudogout), dan pada tahap yang lebih
lanjut terjadi degenerasi tulang rawan sendi. (Nurarif A. Huda, 2015)
1.4 Klasifikasi
a. Gout primer adalah gout yang disebabkan faktor genetik dan lingkungan.
Pada penyakit gout primer ini, 99% penyebabnya belum diketahui (idiopatik).
Namun, kombinasi faktor genetik dan hormonal diduga yang menjadi
penyebab terganggunya metabolisme. Akibatnya, produksi asam urat juga
ikut meningkat. Gout jenis ini juga dapat diakibatkan karena berkurangnya
pengeluaran asam urat dari tubuh.
b. Gout sekunder biasanya timbul karena adanya komplikasi dengan penyakit
lain (hipertensi dan artherosklerosis). Penyebab penyakit gout sekunder antara
lain karena meningkatnya produksi asam urat akibat nutrisi, yaitu
mengonsumsi makanan dengan kadar purin tinggi. Purin adalah salah satu
senyawa basa organik yang menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan
termasuk dalam kelompok asam amino, unsur pembentuk protein. (Naga S.
Sholeh, 2013)
2
1.5 Patofisiologi
Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang
mengandung asam urat tinggi, dan sistem ekskresi asam urat yang tidak adekuat
akan menghasilkan akumulasi asam urat yang berlebihan didalam plasma darah
(Hiperurecemia), sehingga mengakibatkan kristal asam urat menumpuk dalam
tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon
inflamasi.
3
1.6 Pathway
4
3. Stadium ketiga setelah serangan gout akut adalah tahap interkritis. Tidak
terdapat gejala-gejala pada tahap ini, yang dapat berlangsung dari beberapa
bulan sampai tahun. Kebanyakan orang mengalami serangan gout berulang
dalam waktu kurang dari 1 tahun jika tidak diobati.
4. Stadium keempat adalah tahap gout kronik, dengan timbunan asam urat yang
terus meluas selama beberapa tahun jika pengobatan tidak dimulai.
Peradangan kronik akibat kristal-kristal asam urat mengakibatkan nyeri, sakit,
dan kaku, juga pembesaran dan penonjolan sendi bengkak. (Nurarif A. Huda,
2015)
1. Hiperurisemia.
2. Arthritis pirai/gout akut, bersifat eksplosif, nyeri hebat, bengkak, merah,
teraba panas pada persendian, dan akan sangat terasa pada waktu bangun tidur
di pagi hari.
3. Terdapat kristal urat yang khas dalam cairan sendi.
4. Terdapat tofi dengan pemeriksaan kimiawi.
5. Telah terjadi lebih dari satu serangan akut.
6. Adanya serangan pada satu sendi, terutama sendi ibu jari kaki.
7. Sendi terlihat kemerahan.
8. Terjadi pembengkakan asimetris pada satu sendi.
9. Tidak ditemukan bakteri pada saat serangan dan inflamasi. (Naga S. Sholeh,
2013 )
5
5. Sinar X sendi menunjukkan massa tofaseus dan destruksi tulang dan
perubahan sendi. (Nurarif A. Huda, 2015)
1.9 Penatalaksanaan
Apabila terjangkit penyakit ini, maka harus dilakukan pengobatan sebagai berikut
:
1. Obat anti peradangan nonsteroid.
2. Jika penyakit ini mengenai 1-2 sendi, suatu larutan kristal kortikosteroid bisa
disuntikkan langsung ke dalam sendi.
3. Obat pereda nyeri ditambahkan untuk mengendalikan nyeri.
4. Obat-obatan seperti probenesid atau sulfnipirazon berfungsi untuk
menurunkan kadar asam urat dalam darah. (Naga S. Sholeh, 2013)
1.10Komplikasi
1. Tofus
2. Deformitas sendi
3. Nefrolithiasis dapat terjadi sebelum atau sesudah serangan pertama gout
4. Nefropati gout → gagal ginjal
5. Hipertensi. (Mubin, H, 2008)
6
3. Riwayat Kesehatan
a. Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.
4. Pemeriksaan fisik
sinovial
5. Aktivitas/istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres
pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan
simetris.
pekerjaan, keletihan.
7
Tanda : Malaise
sendi.
6. Kardiovaskuler
7. Integritas ego
9. Makanan/ cairan
10. Hygiene
pribadi. Ketergantungan
11. Neurosensori
8
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari
tangan.
Gejala : Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan
13. Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus kaki.
mukosa.
peran; isolasi.
9
2.2 Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan
Kriteria Hasil:
sesuai kemampuan.
10
Intervensi Rasional
Kaji nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala Membantu dalam menentukan kebutuhan
Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil,. Matras yang lembut/ empuk, bantal yang
terinflamasi/nyeri
pada sendi
Bantu untuk bergerak di tempat tidur, mengurangi gerakan/ rasa sakit pada sendi
Anjurkan pasien untuk mandi air hangat mobilitas, menurunkan rasa sakit dan
atau mandi pancuran pada waktu bangun melepaskan kekakuan di pagi hari.
Sediakan waslap hangat untuk mengompres Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan
11
sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. dan luka dermal dapat disembuhkan
sebagainya.
Kriteria Hasil :
kontraktur.
aktivitas
Intervensi Rasional
untuk memberikan periode istirahat eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit
yang terus menerus dan tidur malam yang penting untuk mencegah kelelahan
demikiqan juga latihan resistif dan sendi, kekuatan otot dan stamina umum.
12
menimbulkan kekakuan sendi, karenanya
sendi
Ubah posisi dengan sering dengan Menghilangkan tekanan pada jaringan dan
mengurangi kontraktor
Kriteria Hasil :
keterbatasan.
13
Intervensi Rasional
hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek diri dan interaksi dengan orang lain
14
Susun batasan pada perilaku mal adaptif. Membantu pasien untuk
koping. diri
Kriteria Hasil :
Intervensi Rasional
15
dalam perawatan diri. Identifikasi kemandirian, yang akan meningkatkan
Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi Berguna untuk menentukan alat bantu
kemampuan aktual
16
HIPERTENSI
17
3.2 Etiologi
Etiologi yang pasti dari hipertensi esensial belum diketahui. Namun,
sejumlah interaksi beberapa energi homeostatik saling terkait. Defek awal
diperkirakan pada mekanisme pengaturan cairan tubuh dan tekanan oleh ginjal.
Faktor hereditas berperan penting bilamana ketidakmampuan genetik dalam
mengelola kadar natrium normal. Kelebihan intake natrium dalam diet
meningkatkan volume cairan dan curah jantung. Pembuluh darah memberikan
reaksi atas peningkatan aliran darah melalui ontraksi atau peningkatan tekanan
perifer. Tekanan darah tinggi adalah hasil awal dari peningkatan curah jantung
yang kemudian dipertahankan pada tingkat lebih tinggi sebagai suatu timbal balik
peningkatan tekanan perifer.
Etiologi hipertensi sekunder pada umunya diketahui. Berikut ini beberapa
konsisi yang menjadi penyebab terjadinya hipertensi sekunder.
1) Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen)
Oral kontrasepsi yang berisi estrogen dapat menyebabkan hipertensi melalui
mekanisme Renin-aldosteron-mediated volume expansion. Dengan
penghentian oral kontrasepsi, tekanan darah normal kembali setelah beberapa
bulan.
2) Penyakit parenkim dan vaskular ginjal
Merupakan penyebab utama hipertensi sekunder. Hipertensi renovaskular
berhubungan dengan penyempitan satu atau lebih arteri besar yang secara
langsung membawa darah ke ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal pada klien
dengan hipertensi disebabkan oleh arterosklerosis atau fibrous displasia
(pertumbuhan abnormal jaringan fibrous). Penyakit parenkim ginjal terkait
dengan infeksi, inflamasi, dan perubahan struktur, serta fungsi ginal.
3) Gangguan endokrin
Disfungsi medulla adrenal atau korteks adrenal dapat menyebabkan hipertensi
sekunder. Adrenal-mediated hypertension disebabkan kelebihanprimer
aldosterone, kortisol, dan katekolamin. Pada aldosteronisme primer,
kelebihan aldosteron menyebabkan hipertensi dan hypokalemia.
Aldosteronisme primer biasanya timbul dan benign adenoma korteks adrenal.
18
Pheochromocytomas pada medulla adrenal yang paling umum dan
meningkatkan sekresi katekolamin yang berlebihan. Pada Sindriom Cushing,
kelebihan glukortikotioid dan dieksresi dari korteks adrenal. Sindorm
Cushing’s mungkin disebabkan oleh hipertensi adrenokortikal atau adenoma
adrenokortikal.
4) Coarctation aorta
Merupakan penyempitan aorta kongenital yang mungkin terjadi beberapa
tingkat pada aorta toraksisk atau aorta abdominal. Penyempitan menghambat
aliran darah di atas area kontriksi.
5) Neurogenik: tumor otak, encephalitis, dan gangguan psikiatrik.
6) Kehamilan
7) Luka bakar
8) Pengingkatan volume intravaskular
9) Merokok
Nikotin dalam rokok merangsang pelepasa katekolamin. Peningkatan
katekolamin menyebabkan iritabilitas miokardial, peningkatan denyut
jantung, dan menyebabkan vasokontriksi, yang mana pada akhirnya
menigkatkan tekanan darah. (Wajan Juni, 2013).
3.3 Klasifikasi
1) Menurut kausanya
a. Hipertensi esensil (hipertensi primer); hipertensi yang tidak jelas
penyebabnya.
b. Hipertensi sekunder; hipertensi yang disebabkan oleh penyakit tertentu.
2) Menurut ganguan tekanan darah.
a. Hipertensi sistolik; peningkatan tekanan darah sistolik saja.
b. Hipertensi diastolik; peninggian tekanan diastolik.
3) Menurut beratnya atau tingginya peningkatan tekanan darah
a. Hipertensi ringan : 130-140 mmHg.
19
b. Hipertensi sedang : 140-160 mmHg .
c. Hipertensi berat : >200 mmHg.
20
Prevalensi Hipertensi
Tekanan Darah Presentase Populasi
(TDS/TDD) (Manusia)
>140/90 53
>160/95 24
>170/95 17
3.4 Patofisiologi
21
tekanan sistemik. Tekanan sistolik meningkat lebih signifikan dibandingkan
dengan tekanan darah diastolic akibat penurunan elastisitas arteri. Tiap faktor
hemodinamika dapat saling memppengaruhi (Potter dan Perry, 2010).
22
3.5 Pathway
Menurut balck dan Hawks (2014) pada tahap awal tahap perkembangan
hipertensi, tidak manifestasi yang dicatat oleh klien atau praktisi kesehatan. Pada
akhirnya tekanan darah akan naik, jika keadaan ini tidak “terdeteksi” selama
pemeriksaan rutin, klien akan tetap tidak sadar bahwa tekanan darahnya baik. Jika
ekadaan ini dibiarkan tidak terdiagnosis, tekanan darah akan terus naik,
23
manifestasi akan menjadi jelas dank lien pada akhirnya akan dating ke rumah
sakit dengan berbagai keluhan seperti:
1) Sakit kepala terus-menerus,
2) Kelelahan,
3) Pusing,
4) Berdebar-debar,
5) Sesak,
6) Pandagan kabur atau penglihatan ganda, serta mimisan.
3.7 Penatalaksanaan
24
Hidroklorotiazid adalah diuretik yang paling sering diresepkan untuk
mengobati hipertensi ringan. Bayak obat antihipertensi yang dapat
menyebabkan retensi cairan sehingga seringkali diuretik diberi bersama
antihipertensi.
b. Simtpatolitik
Penghambat (adrenergik bekerja di sentral simpatolitik , pengahambat
adrenergic alfa, dan penghambat neuron adrenergik diklasifikasikan
sebagai penekan simpatik, atau simpatolitik penghambat adrenergik bata,
dibahas sebelumnya, juga dianggap sebagai simpatolitik dan mneghambat
reseptor beta.
c. Penghambat adrenergik alfa
Golongan obat ini memblok reseptor adrenergik alfa 1, menyebabkan
vasodilatasi dan penutunan tekanan darah. Penghambat beta juga
menurunkan lipoprotein berdensitas sangat rendah (verylow-density
lipoprotein-VLDL) dan lipoprotein berdensitas rendah (low-desity
lipoproteins-LDL) yang bertanggung jawab dalam penimbunan lemak di
arteri (arteriosclerosis).
d. Pengahmbat neuron adrenergik-alfa (simpatolitik yangbekerja perifer)
Pengahmbat neuro adrenergik merupakan obat antihipertrndi yang kuat
yang menghambat norepinefrin menjadi berkurang dan menyebabkan naik
curah jantung maupun tahanan vascular perife mrnurun. Reserpin dan
guanetidin (dua obat yabg paling kuat) dipakai untuk pengendalian
hipertensi berat. Hipotensi ortostatik merupakakn efek samping yang
sering terjadi klien harus dinasiahtkan untuk bangkit perlahan-lahn dari
posisi baring atau posisi duduk. Obat-obatan dalam kelompok ini dapat
menyebabkan retensi natrium dan air.
e. Vasodilator Arteriol yang bekerja langsung
Vasodilator yang bekerja langsung adalah obat tahap III yang bekerja
dengan merelaksasikan oto-otot pembuluh darah, terutama arteri, shingga
menyebakan vasodilatasi. Dengan terjadinya vasodilatasi, tekanan darah
akan turun dan natrium serta air terteahan, sehingga terjadi edema perifer,
25
diuretik dapat diberikan bersmaa-sama dengan vasodilator yang bekerja
langsung untuk mengurangi edema. Refleks takikardia disebabkan oleh
vasodilatasi dan menurunnya tekanan darah.
f. Antagonis angiostensin (ACE Inhibitor)
Obat dalam golongan ini menghambat enzim perubahan angiotensisn
(ACE), yang nantinya akan menghambat pemebentukan angiostensin II
(vaskonstriktor) dan menghambat pelepasan aldosterone. Aldosterone
meningkatkan retensi natrium dan eksresi kalium. Jika aldosterone
dihambat, natrium dieksresikan bersama-sama dengan air. Kaptopil,
enalaprin, dan linsiropril adalah ketiga antagonis angiostensin. Obat-obat
ini dipakai pada klien dengan kadar renin serum yang tinggi.
3.8 Komplikasi
26
b. Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup
dan penyakit serebrovaskuler.
Tanda:
1. Kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darahdiperlukan
untuk diagnosis.
2. Nadi: Denyutan jelas dari kerotis, jugularis, radialis.
3. Ekstremitas: perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksiperifer),
pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda (vasokonstriksi)
4. Kulit pucat, sianosis dan diaforesis (kongesti, hipoksemia), kemerahan.
c. Integritas ego
Gejala:
d. Eliminasi
Gejala:Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti infeksi/obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal masa yang lalu).
e. Makanan/Cairan
Gejala:
27
1) Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju,
telur), gula-gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.
2) Mual, muntah
3) Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/menurun)
4) Riwayat penggunaan diuretik
Tanda:
1) Berat badan normal atau obesitas
2) Adanya oedema
f. Neurosensori
Gejala:
1) Keluhan pening/pusing
2) Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang
secara spontan setelah beberapa jam)
3) Episode kebas, dan atau kelemahan pada satu sisi tubuh
4) Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur)
5) Episode epistaksis
g. Nyeri/ ketidaknyamanan
Gejala:
1) Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)
2) Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi (indikasi arteriosklerosis
pada arteri ekstremitas bawah)
3) Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya
4) Nyeri abdomen atau massa (feokromositoma)
h. Pernafasan
Gejala:
1) dispneu yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja
2) takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal paroksismal
3) batuk dengan atau tanpa sputum
28
4) riwayat merokok
Tanda:
1) distress respirasi/penggunaan obat aksesori pernafasan
2) bunyi nafas tambahan (krekles/mengi)
3) Sianosis
i. Keamanan
Gejala:
1) gangguan koordinasi atau cara berjalan
2) episode parestesia unilateral transion
3) hipotensi postural
j. Pembelajaran/penyuluhan
Gejala:
1) faktor-faktor risiko keluarga: hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung,
diabetes mellitus, penyakit serebrovaskuler/ginjal.
2) Pengguaan pil KB atau hormone lain; penggunaan obat atau alkohol
(Doenges, 2000; Ruhyanudin, 2007).
29
6) Kurang pengetahuan mengenai konndisi penyakitnya berhubungan dengan
kurangnya informasi
4.3 Intervensi
30
Rasional: Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress,
membuat efek tenang, sehingga akan menurunkan tekanan darah.
8) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi anti
hipertensi, diuretik.
Rasional: Menurunkan tekanan darah.
31
c. Nyeri (akut): nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
Intervensi:
1) Pertahankan tirah baring selama fase akut.
Rasional: Meminimalkan stimulasi meningkatkan relaksasi.
2) Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya:
kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher.
Rasional: Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dengan
menghambat/memblok respon simpatik, efektif dalam menghilangkan sakit
kepala dan komplikasinya.
3) Hilangkan/minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit
kepala : mengejan saat BAB, batuk panjang, dan membungkuk.
Rasional: Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit
kepala pada adanya peningkatkan tekanan vakuler serebral.
4) Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.
Rasional: Meminimalkan penggunaan oksigen dan aktivitas yang berlebihan
yang memperberat kondisi klien.
5) Beri cairan, makanan lunak. Biarkan klien itirahat selama 1 jam setelah
makan.
Rasional: menurunkan kerja miocard sehubungan dengan kerja pencernaan.
6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti ansietas,
diazepam dll.
Rasional: Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan saraf
simpatis.
32
1) Kaji pemahaman klien tentang hubungan langsung antara hipertensi dengan
kegemukan.
Rasional: Kegemukan adalah resiko tambahan pada darah tinggi, kerena
disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan
dengan massa tumbuh.
2) Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak,
garam dan gula sesuai indikasi.
Rasional: Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya aterosklerosis
dan kegemukan yang merupakan predisposisi untuk hipertensi dan
komplikasinya, misalnya, stroke, penyakit ginjal, gagal jantung, kelebihan
masukan garam memperbanyak volume cairan intra vaskuler dan dapat
merusak ginjal yang lebih memperburuk hipertensi.
3) Tetapkan keinginan klien menurunkan berat badan.
Rasional: motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal. Individu
harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan, bila tidak maka program
sama sekali tidak berhasil.
4) Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.
Rasional: mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dalam program diitterakhir.
Membantu dalam menentukan kebutuhan inividu untuk
menyesuaikan/penyuluhan.
5) Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasuk
kapan dan dimana makan dilakukan dan lingkungan dan perasaan sekitar saat
makanan dimakan.
Rasional: memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang dimakan
dan kondisi emosi saat makan, membantu untuk memfokuskan perhatian pada
faktor mana pasien telah/dapat mengontrol perubahan.
6) Intruksikan dan Bantu memilih makanan yang tepat , hindari makanan dengan
kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging dll) dan
kolesterol (daging berlemak, kuning telur, produk kalengan, jeroan).
Rasional: Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting
dalam mencegah perkembangan aterogenesis.
33
7) Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi.
Rasional: Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan
diet individual.
34
Rasional: Fokus perhatian klien pada realitas situasi yang relatif terhadap
pandangan klien tentang apa yang diinginkan. Etika kerja keras, kebutuhan
untuk kontrol dan fokus keluar dapat mengarah pada kurang perhatian pada
kebutuhan-kebutuhan personal.
6) Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup
yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan ketimbang membatalkan tujuan
diri/keluarga.
Rasional: Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara
realistis untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya
35
4) Jelaskan pada klien tentang proses penyakit hipertensi
(pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan, pengobatan, dan akibat
lanjut) melalui pendkes.
Rasional: Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan klien tentang proses
penyakit hipertensi (Doenges, 2000; Ncithea, 2008).
BPH adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat ( secara umum pada
pria lebih tua dari 50 tahun ) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan
pembatasan aliran urinarius (Marilynn, E.D, 2000 : 671).
36
Kelenjar prostat merupakan organ khusus pada lokasi yang kecil, yang
hanya dimiliki oleh pria. Kelenjar prostat terletak di bawah kandung kemih
(vesika urinaria) melekat pada dinding bawah kandung kemih di sekitar uretra
bagian atas. Biasanya ukurannya sebesar buah kenari dengan ukuran 4 x 3 x 2,5
cm dan beratnya kurang lebih 20 gram dan akan membesar sejalan dengan
pertambahan usia. Prostat mengeluarkan sekret cairan yang bercampur secret dari
testis, perbesaran prostate akan membendung uretra dan menyebabkan retensi
urin. Kelenjar prostat, merupakan suatu kelenjar yang terdiri dari 30-50 kelenjar
yang terbagi atas 4 lobus yaitu:
a. Lobus posterior
b. Lobus lateral
c. Lobus anterior
d. Lobus medial
a. Batas superior: basis prostat melanjutkan diri sebagai collum vesica urinaria,
otot polos berjalan tanpa terputus dari satu organ ke organ yang lain. Batas
inferior : apex prostat terletak pada permukaan atas diafragma urogenitalis.
Uretra meninggalkan prostat tepat diatas apex permukaan anterior.
37
d. Lateral : permukaan lateral prostat terselubung oleh serabut anterior m. levator
ani waktu serabut ini berjalan ke posterior dari os pubis. Ductus ejaculatorius
menembus bagisan atas permukaan prostat untuk bermuara pada uretra pars
prostatica pada pinggir lateral orificium utriculus prostaticus. Lobus lateral
mengandung banyak kelenjar.
38
Fungsi Prostat
Kelenjar prostat ditutupi oleh jaringan fibrosa, lapisan otot halus, dan
substansi glandular yang tersusun dari sel epitel kolumnar. Kelenjar prostat
menyekresi cairan seperti susu yang menusun 30% dari total cairan semen, dan
memberi tampilan susu pada semen. Sifat cairannya sedikit alkali yang member
perlindungan pada sperma di dalam vagina yang bersifat asam. Sekret prostat
bersifat alkali yang membantu menetralkan keasaman vagina. Cairan prostat juga
mengandung enzim pembekuan yang akan menebalkan semen dalam vagina
sehingga semen bisa bertahan dalam serviks.
5.3 Etiologi
39
Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasi
prostat adalah :
3. Meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel yang mati.
4. Teori sel stem, menerangkan bahwa terjadi proliferasi abnormal sel stem
sehingga menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat
menjadi berlebihan.
5.4 Patofisiologi
Kelenjar prostat adalah salah satu organ genetalia pria yang terletak di
sebelah inferior buli-buli, dan membungkus uretra posterior. Bentuknya sebesar
buah kenari dengan berat normal pada orang dewasa ± 20 gram. Menurut Mc Neal
(1976) yang dikutip dan bukunya Purnomo (2000), membagi kelenjar prostat
dalam beberapa zona, antara lain zona perifer, zona sentral, zona transisional,
40
zona fibromuskuler anterior dan periuretra (Purnomo, 2000). Sjamsuhidajat
(2005), menyebutkan bahwa pada usia lanjut akan terjadi perubahan
keseimbangan testosteron estrogen karena produksi testosteron menurun dan
terjadi konversi tertosteron menjadi estrogen pada jaringan adipose di perifer.
Purnomo (2000) menjelaskan bahwa pertumbuhan kelenjar ini sangat tergantung
pada hormon tertosteron, yang di dalam sel-sel kelenjar prostat hormon ini akan
dirubah menjadi dehidrotestosteron (DHT) dengan bantuan enzim alfa reduktase.
Dehidrotestosteron inilah yang secara langsung memacu m-RNA di dalam sel-sel
kelenjar prostat untuk mensintesis protein sehingga terjadi pertumbuhan kelenjar
prostat.
41
pembesaran prostat akan merangsang kandung kemih, sehingga sering
berkontraksi walaupun belum penuh atau dikatakan sebagai hipersenitivitas otot
detrusor (frekuensi miksi meningkat, nokturia, miksi sulit ditahan/urgency,
disuria).
Karena produksi urin terus terjadi, maka satu saat vesiko urinaria tidak
mampu lagi menampung urin, sehingga tekanan intravesikel lebih tinggi dari
tekanan sfingter dan obstruksi sehingga terjadi inkontinensia paradox (overflow
incontinence). Retensi kronik menyebabkan refluks vesiko ureter dan dilatasi.
ureter dan ginjal, maka ginjal akan rusak dan terjadi gagal ginjal. Kerusakan
traktus urinarius bagian atas akibat dari obstruksi kronik mengakibatkan penderita
harus mengejan pada miksi yang menyebabkan peningkatan tekanan
intraabdomen yang akan menimbulkan hernia dan hemoroid. Stasis urin dalam
vesiko urinaria akan membentuk batu endapan yang menambal. Keluhan iritasi
dan hematuria. Selain itu, stasis urin dalam vesika urinaria menjadikan media
pertumbuhan mikroorganisme, yang dapat menyebabkan sistitis dan bila terjadi
refluks menyebabkan pyelonefritis (Sjamsuhidajat, 2005).
42
5.5 Pathway
43
5.6 Manifestasi Klinis
b. Rasa tidak puas sehabis miksi, kandung kemih tidak kosong dengan baik.
g. Pada gejala yang sudah lanjut, dapat terjadi azotemia (akumulasi produk
sampah nitrogen) dan gagal ginjal dengan etensi urun kronis dan volume
residu yang besar.
3. Gejala generalisata seperti keletihan, anoreksia, mual dan muntah, dan rasa
tidak nyaman pada epigastrik.
44
c. Derajat 3, timbulnya retensi total. Bila sudah sampai tahap ini maka bisa
timbul aliran refluks ke atas, timbul infeksi askenden menjalar ke ginjal
dan dapat menyebabkan pielonefritis, hidronefrosis.
1. Laboratorium
a. Sedimen Urin
Untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi saluran
kemih.
b. Kultur Urin
Mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi atau sekaligus
menentukan sensitifitas kuman terhadap beberapa antimikroba yang
diujikan.
2. Pencitraan
a. Foto polos abdomen
Mencari kemungkinan adanya batu saluran kemih atau kalkulosa prostat
dan kadang menunjukan bayangan buii-buli yang penuh terisi urin yang
merupakan tanda dari retensi urin.
b. IVP (Intra Vena Pielografi)
Mengetahui kemungkinan kelainan ginjal atau ureter berupa hidroureter
atau hidronefrosis, memperkirakan besarnya kelenjar prostat, penyakit
pada buli-buli.
c. Ultrasonografi (trans abdominal dan trans rektal)
Untuk mengetahui, pembesaran prostat, volume buli-buli atau mengukur
sisa urin dan keadaan patologi lainnya seperti difertikel, tumor.
d. Systocopy
Untuk mengukur besar prostat dengan mengukur panjang uretra
parsprostatika dan melihat penonjolan prostat ke dalam rektum
45
5.8 Penatalaksanaan
1. Observasi
Yaitu pengawasan berkala pada klien setiap 3-6 bulan kemudian setiap tahun
tergantung keadaan klien
2. Medika mentosa
Terapi diindikasikan pada BPH dengan keluhan ringan, sedang dan berat
tanpa disertai penyakit. Obat yang digunakan berasal dari : phitoterapi
(misalnya : hipoxis rosperi, serenoa repens, dll) gelombang alfa blocker dan
golongan supresor androgen.
3. Pembedahan
Indikasi:
a. Klien yang mengalami retensi urin akut atau pernah retensi urin akut
3) Perianal prostatectomy.
46
5.9 Komplikasi
1. Seiring dengan semakin beratnya BPH dapat terjadi obstruksi saluran kemih,
karena urin tidak mampu melewati prostat. Hal ini dapat menyebabkan infeksi
saluran kemih dan apabila tidak diobati, dapat mengakibatkan gagal ginjal.
(Corwin, 2000).
47
- Keadaan umum
- Kesadaran
- TTV
- TB dan BB
b. Pemeriksaan fisik secara head to toe
5. Data psikologis
a. pendidikan
b. hubungan siosial
c. gaya hidup
d. peran dalam keluarga
6. Data penunjang
7. Pengobatan
48
6.3 Intervensi
49
7. Berikan informasi nyeri semakin parah
tentang cara 7. Evaluasi dengan klien
meringankan nyeri dan tim kesehatan
8. Mampu bekerja tentang keefektifan
sama dengan tim tindakana pengontrolan
kesehatan lain nyeri terakhir kali yang
dalam manajemen telah dilakukan
nyeri 8. Sediakan informasi
Domain : merasa sehat tentang nyeri, seperti
Kelas : kesehatan dan penyebab nyeri, berapa
kualitas hidup lama nyeri akan terjadi
Kriteria hasil : dan pencegahan
1. Kesehatan fisik ketidaknyamanan dari
menjadi lebih baik tindakan
2. Konsistemsi 9. Kurangi atau hilangkan
pelayanan yang faktor penyebab atau
dibutuhkan klien peningkatan rasa nyeri (
dapat terpenuhi misal : ketakuatan,
Domain : merasa sehat kelemahan,monoton)
Kelas : status gejala 10. Pilih dan lakukan
tingkat ketidaknyamanan sebuah tindakan variasi
Kritria hasil : ( misal : pengobatan,
1. nyeri berkurang nonfarmakologi) untuk
2. Tidak lagi merasa mendukung
cemas meringankan nyeri
3. Klien tidak lagi secara tepat.
mengalami 11. Ajarkan tentang prinsip
bedrest dari manajemen nyeri
Mampu memposisikan 12. Anjurkan klien
tubuh dengan nyaman memantau nyeri pada
diri sendiri dan
50
rencanakan secara tepat
13. Ajarkan tentang
pengobatan pereda nyeri
14. Implementasikan
penggunaan control
analgetik pasien secara
tepat
15. Gunakan tindakan
pengontrolan nyeri
sebelum nyeri menjadi
hebat
16. Periksa tingkat
keidaknyamanan pada
klien, perubahan catatan
pada catatan medis,
informasikan dengan
tim kesehatan lainnya.
Distraksi :
1. Ajarkan klien untuk
memilih teknik relaksasi
2. Berikan teknik yang
konsisten dengan
tingkat kekuatan,
kemampuan sesuai usia,
tingkat perkembangan
dan penggunaan secara
efektif untuk yang
terakhir
3. Berikan teknik distraksi
secara mandiri dengan
dasar kesuksesan teknik
51
yang digunakan terakhir
kali dan usia atau
tingkat perkembangan
Evaluasi dan dokumentasiakn
respon terhadap distraksi
2. Gangguan Urinaria elimination 1. Monitoring eliminasi
eliminasi Indikator : urin termasuk frekuesni,
urin 1. Pengosongan konsistensi, volume dan
vesika urinaria warna secara tepat
secara menyeluruh 2. Catat waktu terakhir
2. Penurunan skla kali secara tepat
nyeri ketika BAK 3. Bantu klien dengan
3. Frekuensi urin mengembangakn
normal toileting secara rutin,
4. Tidak ada retensi secara tepat
urin 4. Intruksikan pasien
5. Tidak lagi untuk mengosongkan
mengalami BAK kandung kemih terlebih
pada malam hari dahulu yang
terlalu sering berhubungan dengan
produre yang
bersangkutan
5. Intruksikan pasien
untuk memonitor tanda
dan gejala infeksi
saluran kemih.
52
DAFTAR PUSTAKA
Yogyakarta. 2011
Black JM, Hawks JH. Keperawatan Medikal Bedah: manajemen klinis untuk hasil
yang diharapkan (Nampira RA, Yudhistira, Eka SC editor Bahasa
Indonesia) 8th ed. 1. Singapura: Elsevier; 2014
Jakarta. 2010
Naga, Sholeh. (2013). Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Yogyakarta
: DIVA Press
53
Nurarif & Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Nanda Nic-Noc. Jilid 2. Jogjakarta : Mediaction
Potter dan Perry. Fundamental Keperawatan. (Nggie AF, Albar M, editor Bahasa
Indonesia). 7th ed. Buku 2. Jakarta: Salemba Medika; 2010
Stanley, Mickey. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Alih Bahasa; Nety Juniarti,
Jakarta. 2006
54
55