Anda di halaman 1dari 14

RESUME

PADA NY.M DENGAN DIAGNOSA ABORTUS IMMINENT


DI RUANGAN POLI ANC RSKD IBU DAN ANAK
SITI FATIMAH MAKASSAR

OLEH:

MUKARRAMAH RAHASTI

21907028

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR

MAKASSAR

2019
Laporan Pendahuluan

A. Pengertian

Abortus adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum

20 minggu, di mana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat”tertentu”) pada atau

sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk

hidup di luar kandungan.

Abortus imminen adalah perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap

kelangsungan sauatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin

berlanjut atau dipertahankan.

Abortus imminen adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20

minggu, tanpa tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat.

B. Etiologi

Penyebab abortus merupakan gabungan dari beberapa faktor Umumnya abortus

didahului oleh kematian janin.

Faktor-faktor yang yang dapat menyebabkan terjadinya abortus adalah:

1. Faktor Janin

Kelainan yang sering dijumpai pada abortus adalah kelainan perkembangan zigot ,

embrio, janin atau plasenta. Kelainan tersebut biasanya menyebabkan abortus pada

trimester pertama, yakni:

b. Kelainan telur,telur kosong (blighted ovum),kerusakan embrio,atau kerusakan

kromosom(monosomi,trisomi,atau poliploidi)

c. Embrio dengan kelainan lokal

d. Abnormalitas pembentukan plasenta (hiplopasi trofoblas)


Produk konsepsi yang abnormal menjadi penyebab terbanyak dari abortus spontan.

Paling sedikit 10% hasil konsepsi manusia mempunyai kelainan kromosom dan

sebagian besar akan gugur (Benson, 2008).

2. Faktor Maternal

a. Infeksi

Infeksi maternal dapat membawa dapat membawa resiko bagi janin yang sedang

berkembang , terutama pada akhir trimester pertama atau awal trimester kedua.

Tidak diketauhi penyebab kematian janin secara pasti, apakah janin yang menjadi

terinfeksi ataukah toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme

penyebabnya.Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan abortus.

b. Virus

Misalnya rubella, sitomegalo virus, virus herpes simpleks, varicella zoster,

vaccinia, campak, hepatitis, polio,dan ensefalomeilitis.

c. Bakteri- misalnya Salmonella typi.

d. Parasit- misalnya Toxoplasma gondii, plasmodium.

e. Penyakit vaskular-misalnya hipertensi vaskular

f. Penyakit endrokin

Abortus spontan dapat terjadi bila produksi progesteron tidak mencukupi atau pada

penyakit disfungsi tiroid:defisiensi insulin.

g. Faktor Imunologis

Ketidakcocokan (Inkompatibilitas) sistem HLA (Human Leukocyte Antigen)

h. Trauma

Kasusnya jarang terjadi, umumnya abortus terjadi segera setelah trauma tersebut,

misalnya trauma akibat pembedahan:


1) Pengangkatan Ovarium yang mengandung korpus luteum gravidatum sebelum

minggu ke-8

2) Pembedahan intraabdominal dan operasi pada uterus pada saat hamil.

i. Kelainan Uterus

Hipoplasia uterus, mioma (terutama mioma submukosa),serviks inkompeten atau

retroflexio uteri gravidi incarcerata.

j. Faktor psikosomatik _pengaruh dari faktor ini masih dipertanyakan.

3. Faktor Eksternal

a. Radiasi

Dosis 1-10 rad bagi janin pada usia 9 minggu pertama dapat merusak janin dan dosis

yang lebih tinggi dapat menyebabkan keguguran.

b. Obat-obatan

Antagonis asam folat,antikoagulan,dan lain-lain.Sebaiknya tidak menggunakan obat-

obatan sebelum kehamilan 16 minggu, kecuali telah di buktikan bahwa obat tersebut

tidak membahyakan janin ,atau untuk pengobatan penyakit ibu yang parah.

c. Bahan-bahan kimia lainnya, seperti bahan yang mengandung arsen dan benzen.

C. Klasifikasi Abortus :

1. Abortus spontan

Abortus spontan adalah abortus yang terjadi tanpa tindakan atau terjadi dengan

sendirinya. Aborsi ini sebagian besar terjadi pada gestasi bulan kedua dan ketiga.

Abortus spontan terdiri dari beberapa jenis yaitu:

a. Abortus Imminens

Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada

kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan

tanpa adanya dilatasi serviks.


Gejala-gejala abortus imminens antara lalin :

1) Perdarahan pervagina pada paruh pertama kehamilan. Perdarahan biasanya

terjadi beberapa jam sampai beberapa hari. Kadang-kadang terjadi perdarahan

ringan selama beberapa minggu.

2) Nyeri kram perut. Nyeri di anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri dapat berupa

nyeri punggung bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di panggul,

atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis.

Untuk pemeriksaan penunjang abortus imminen digunakan Sonografi vagina,

pemeriksaan kuantitatif serial kadar gonadotropin korionik (HCG) serum, dan

kadar progesteron serum, yang diperiksa tersendiri atau dalam berbagai kombinasi,

untuk memastikan apakah terdapat janin hidup intrauterus. Selain itu, juga

digunakan tekhnik pencitraan colour and pulsed Doppler flow per vaginam dalam

mengidentifikasi gestasi intrauterus hidup.

Jika konseptus meninggal, uterus harus dikosongkan. Semua jaringan yang

keluar harus diperiksa untuk menentukan apakah abortusnya telah lengkap.

Kecuali apabila janin dan plasenta dapat didentifikasi secara pasti, mungkin

diperlukan kuretase. Ultrasonografi abdomen atau probe vagina dapat membantu

dalam proses pengambilan keputusan ini. Apabila di dalam rongga uterus terdapat

jaringan dalam jumlah signifikan, maka dianjurkan dilakukan kuretase.

Penanganan abortus imminens meliputi :

1) Istirahat baring Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan,

karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan

berkurangnya rangsang mekanik.


2) Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai zat

progestasional sintetik peroral atau secara intramuskular. Walaupun bukti

efektivitasnya tidak diketahui secara pasti.

3) Pemeriksaan ultrasonografi

b. Abortus Insipiens

Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20

minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi

masih dalam uterus.

Gejala-gejala abortus insipiens adalah:

1) rasa mules lebih sering dan kuat

2) perdarahan lebih banyak dari abortus imminens.

3) Nyeri karena kontraksi rahim kuat yang dapat menyebabkan pembukaan.

Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau

dengan cunam ovum, disusul dengan kerokan. Penanganan Abortus Insipiens

meliputi :

1) jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi

vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat dilakukan, maka segera lakukan :

a) Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit

bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam

bila perlu).

b) Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.

2) Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :

a) Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil

konsepsi.
b) Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena

(garam fisiologik atau larutan ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes

permenit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.

c) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan

c. Abortus Inkompletus

Abortus Inkompletus merupakan pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada

kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.

Apabila plasenta (seluruhnya atau sebagian) tertahan di uterus, cepat atau lambat

akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus inkompletus. Pada

abortus yang lebih lanjut, perdarahan kadang-kadang sedemikian masif sehingga

menyebabkan hipovolemia berat. Gejala-gejala yang terpenting adalah:

1) Setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan, perdarahan berlangsung

terus.

2) Servux sering tetap terbuka karena masih ada benda di dalam rahim yang

dianggap corpus allienum, maka uterus akan berusaha mengeluarkannya

dengan kontraksi. Tetapi setelah dibiarkan lama, cervix akan menutup.

Penanganan abortus inkomplit :

1) Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang 16 minggu,

evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk

mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan

berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler atau misoprostol 400 mcg per

oral.

2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang 16

minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan :


a) Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi

dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual

tidak tersedia.

b) Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2 mg

intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400

mcg peroral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).

3) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:

a) Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam

fisiologik atau ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes permenit sampai

terjadi ekspulsi hasil konsepsi

b) Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai

terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)

c) Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.

d) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

d. Abortus kompletus

Pada jenis abortus ini, semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada

penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus

sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat

diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.

Klien dengan abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan khusus,

hanya apabila penderita anemia perlu diberikan tablet sulfas ferrosus 600 mg

perhari atau jika anemia berat maka perlu diberikan transfusi darah.

2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)

Abortus provokatus adalah peristiwa menghentikan kehamilan sebelum janin

dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum dapat hidup diluar
kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28 minggu, atau berat badan bayi

belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat

terus hidup.

a. Missed abortion

Kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang telah mati itu tidak

dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed abortion tidak diketahui,

tetapi diduga pengaruh hormone progesterone. Pemakaian Hormone progesterone

pada abortus imminens mungkin juga dapat menyebabkan missed abortion. Gejala

missed abortion adalah :

1) Tanda-tanda abortus imminens yang kemudian menghilang secara spontan atau

setelah pengobatan.

2) Gejala subyektif kehamilan menghilang,

3) Mamma agak mengendor lagi,

4) Uterus tidak membesar lagi malah mengecil,

5) Tes kehamilan menjadi negatif

6) Gejala-gejala lain yang penting tidak ada, hanya amenorhoe berlangsung terus.

Dengan ultrasonografi dapat ditentukan segera apakah janin sudah mati dan

besamya sesuai dengan usia kehamilan. Perlu diketahui pula bahwa missed

abortion kadang-kadang disertai oleh gangguan pembekuan darah karena

hipofibrinogenemia, sehingga pemeriksaan ke arah ini perlu dilakukan. Tindakan

pengeluaran janin, tergantung dari berbagai faktor, seperti apakah kadar fibrinogen

dalam darah sudah mulai turun. Hipofibrinogenemia dapat terjadi apabila janin

yang mati lebih dari 1 bulan tidak dikeluarkan. Selain itu faktor mental penderita

perlu diperhatikan karena tidak jarang wanita yang bersangkutan merasa gelisah,
mengetahui ia mengandung janin yang telah mati, dan ingin supaya janin

secepatnya dikeluarkan.

Sekarang kecenderungan untuk menyelesaikan missed abortus dengan oxitocin

dan antibiotic. Setelah kematian janin dapat dipastikan

b. Abortus Habitualis

Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut

turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi kehamilannya

berakhir sebelum 28 minggu.

D. Patofisiologi

Pada awal abortus terjadi perdarahan desidua basalis, diikuti dengan nerkrosis

jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing

dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.

Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara

dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14

minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan

menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin

dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti

kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),

janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus

papiraseus.

E. Manifestasi Klinis
1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan
darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan
normal atau meningkat
3. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi
4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat
kontraksi uterus
5. Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium bau busuk dari vulva
b. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup,
ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan
berbau busuk dari ostium.
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa,
cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah mati
2. Pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
3. Pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion
G. Penatalaksanaan

Istirahat – baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan,

karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya

rangsangan mekanik.

Anjurkan Untuk tidak melakukan aktivitas fisik secara berlebihan atau melakukan

hubungan seksual.

Bila perdarahan:

1. Berhenti: Lakukan asuhan antenatal terjadwal dan penilaian ulang bila terjadi

perdarahan lagi.

2. Terus Berlangsung: Nilai kondisi janin (uji kehamilan / USG). Lakukan konfirmasi

kemungkinan adanya penyebab lain (hamil ektopik atau mola hidatitosa)

3. Pada fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas , pemantauan hanya dilakukan melalui

gejala klinik dan hasil pemeriksaan ginekologik.


4. Terapi defesiensi hormon pada abortus iminen

Jenis hormon Dosis awal Dosis pemeliharaan

Ditrogesteron 40mg per oral 10mg setiap 8 jam

Alilesterenol 20mg per oral 5mg setiap 8 jam

Hidroksiprogesteron 500 mg intramuskuler 250mg setiap 12 jam,bila ada

kaproag perbaikan, lanjutkan dengan

250mg perhari hingga 7 hari

setelah perdarah berhenti.

a. Asam mefenamat

Digunakan sebagai anti prostaklandin dan penghilang nyeri tetapi efektifitasnya

dalam mengatasi ancaman abortus, belum dapat dikatakan memuaskan.

b. Penenang penobarbital 3x30 gram valium

c. Anti pendarahan: Adona ,Transami

d. Vit B Komplek

e. Hormon progesteron

f. Penguat plasenta: gestanom,dhopaston

g. Anti kontraksi Rahim:Duadilan,papaverin


B. Pathway

Perdarahan

Nekrosis

Hasil konsepsi terlepas dari uterus

Uterus berkontraksi

Hasil konsepsi keluar

Hasil konsepsi keluar Hasil konsepsi keluar tidak


Merasa kehilangan
sempurna sempurna

Cemas

Perdarahan
Stress

Defisit volume cairan


Nyeri

Intervensi aktifitas Gangguan rasa Gangguan istirahat dan tidur


nyaman, nyeri
DAFTAR PUSTAKA

Bobak. (2015). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. EGC: Jakarta.

Doenges. E. Marillynn. (2018). Rencana Keperawatan Maternal/bayi. Edisi 2. EGC:


Jakarta.

Farrer, H. 2017. Perawatan Maternitas. Edisi 2. EGC: Jakarta.

Kusmiyati, et al. 2018. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Bina Pustaka.

Manuaba. 2017. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana


untuk Pendidikan Bidan. EGC : Jakarta.

Masriroh, Siti. 2016. Keperawatan Obstetri & Ginekologi. Imperium: Yogyakarta.

Purwaningsih, Wahyu dkk. 2015. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jogjakarta: Nuha


Medika.

Rohmah, Nikmatur dkk. 2017. Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi. Jogjakarta :
Ar-ruzz Media.

Anda mungkin juga menyukai