Ny. Hilda 28 thn (P1A0) usia yg produktif dan aktif secara reproduktif
KU : keputihan yang makin banyak dan gatal pada kemaluan sejak 2 mgg terakhir
dapat mengindikasikan adanya inflamasi akibat infeksi mikroorganisme pada area genitalia
pasien
RPO
HIPOTESIS
Infeksi Menular Seksual : - Vaginitis
- Uretritis
CLINICAL SCIENCE
TRICHOMONIASIS
DEFINISI
Trichomoniasis merupakan infeksi saluran urogenital bagian bawah pada wanita maupun
pria, dapat bersifat akut atau kronik, disebabkan oleh Trichomonas vaginalis dan
penularannya biasanya melalui hubungan seksual. (Kulkel)
Trichomoniasis termasuk ke dalam golongan sexually transmitted infection (STI) caused
akibat parasit golongan protozoa motil Trichomonas Vaginal. (Medscape)
EPIDEMIOLOGI
WHO 2005, diperkirakan terdapat 248.5 juta kasus trikomoniasis vagina.
WHO 2008 terjadi peningkatan sebesar 11,2 % yaitu sebesar 276.4 juta kasus.
Diperkirakan 2.8% infeksi banyak terjadi pada perempuan usia muda 18-25 tahun di
Amerika Serikat.
Indonesia, sekitar 10-15% terinfeksi oleh Chlamydia dan Trichomonas.
Penelitian di Bitung pada tahun 2003 melaporkan bahwa prevalensi trikomoniasis sebesar
20% pada wanita penjaja seks (WPS) dan 16% pada WPS jalanan.
DAUR HIDUP
FAKTOR RISIKO
Berganti-ganti pasangan
Riwayat STI atau sedang menderita STI
Hubungan seksual dengan pasang yang terinfeksi
Menggunakan obat-obatan yang diinjeksi
Tidak menggunakan kontrasepsi
Faktor risiko yang paling signifikan adalah aktivitas seksual dalam 30 hari sebelumnya
(dengan 1 atau lebih pasangan).
MEKANISME INFEKSI
Terdapat beberapa molekul adhesi (Ad) pada permukaan parasite, parasit memipih dan
melekat pada sel hospes
Memiliki hidrolase sistein proteinase untuk memediasi perlekatan dengan sel hospes
Memiliki molekul sitotoksik merusak membran plasma sel target
Memiliki lytic factor menghancurkan sel berinti
RESPON IMUN
Innate immunity kemotaktik neutrofil
Respon imun berupa antibodi di saluran reproduksi dan serum
Analisis in vitro antibodi antiadhesin menghalangi adhesi T vaginalis
Timbul Ig G dan Ig M spesifik terhadap parasit
GEJALA KLINIS
Pria: urethritis, epididimitis, dan prostatitis, namun sering tidak khas atau asimptomatik.
Wanita:
Gejala dapat berupa vaginitis dan servisitis
Dapat asimptomatis dan simptomatis
Discharge vagina, berbau, edema atau eritema pada vagina, dapat berbusa, warnanya
bervariasi
Pada kolposkopi strawberry cervix
Keluhan lain dysuria, nyeri perut bagian bawah
Ibu hamil: pada kehamilan pecah ketuban dini, prematuritas, berat badan lahir rendah
DIAGNOSIS
Pemeriksaan fisik
Vaginal disharge 42% wanita yang terinfeksi
Discharge encer dan berbusa 10% pasien
Disharge kekuningan dan kadang kental seperti pada kandidiasis
Bau2 an yang tidak normal 50% wanita
Edema atau erythema pada 22 – 37% wanita
pH vagina kadang meningkat (>4.5)
Colpitis macularis atau strawberry cervix adalah lesi eritem yang difus pada servix
sangat spesifik nama jarang ditemukan (1-2%)
Kekakuan pada perut bagian bawah (10%) kemungkinan salpingitis intra-abdomen
Pemeriksaan penunjang
Mikroskopis
Pap smear
Pewarnaan : Giemsa, akridin orange, Leishman, Gram dan Papanicolau. (kekurangan:
dpt merubah morfologi kuman)
Makroskopis : media modifikasi diamond misalnya In pouch TV (paling baik dan
mudah di dapat) GOLD STANDARD
PROGNOSIS
Wanita yang terinfeksi dengan aktivitas seksual yang aktif memiliki kemungkinan terkena
infeksi ulang yang lebih tinggi
REFERENSI
ABC OF SEXUALLY TRANSMITTED INFECTIONS Fifth Edition
Kulkel UI
https://www.cdc.gov/std/trichomonas/trich-fact-sheet-feb-2017.pdf
https://emedicine.medscape.com/article/230617-overview#a4
https://www.fpa.org.uk/sites/default/files/trichomonas-vaginalis-information-and-
advice.pdf
http://ejournal.ukrida.ac.id/ojs/index.php/Ked/article/download/1566/1665
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4525749/
CASE 7
CLINICAL SCIENCE
KANKER SERVIKS
DEFINISI
Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks (Kemenkes).
Kanker serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada jaringan leher rahim atau serviks.
Kanker serviks merupakan kanker primer yang berasal dari serviks pada kanalis servikalis
dan atau porsio (Jurnal UI).
Kanker serviks dapat berasal dari permukaan ektoserviks atau endoserviks (Jurnal USU).
EPIDEMIOLOGI
Kanker serviks merupakan penyakit kanker perempuan yang menimbulkan kematian
terbanyak akibat penyakit kanker terutama di negara berkembang
Insidensi dijumpai kasus baru 500.000 orang di seluruh dunia tiap tahunnya dan sebagian
besar negara berkembang
Di Indonesia, kanker serviks menduduki urutan kedua dari 10 kanker terbanyak berdasar
data dari Patologi Anatomi ahun 2010 dengan insidensi sebesar 12,7 %
Selama kurun waktu 5 tahun, usia penderita antara rentang 30-60 tahun dan terbanyak
ditemukan pada usia 45-50 tahun
ETIOLOGI
>90 % kanker serviks dihubungkan dengan infeksi jenis Human Papilloma Virus (HPV)
HPV merupakan family papilomaviridae dan ditemukan paling banyak genus
Alphapapillomavirus
HPV merupakan kelompok virus non-enveloped icosahedral double stranded DNA
HPV mempunnyai >120 tipe HPV berbeda namun hanya 40 tipe yang dapat infeksi
mucosal epitelium paling banyak dan beresiko adalah HPV tipe 16 dan HPV tipe 18
Manusia merupakan satu-satunya inang HPV
Transmisi melalui direct contact:
Sexual routes dari hubungan sexual baik penetrative maupun non penetrative
Non sexual routes dari dari ibu ke newborn pada saat persalinan
Faktor virulensi HPV; (genom HPV mengkode 8 gen)
Early Region (ER): kode protein non structural untuk replikasi virus
(E1,E2,E4,E5,E6,E7)
Late Region (LR): kode protein kapsid virus (L1 dan L2)
Penyebab lain adalah infeksi HIV karena menyebabkan penurunan imunitas yang
memudahkan infeksi HPV
PATOGENESIS
Infeksi HPV yang persistent menjadi faktor resiko
paling berperan terhadap perkembangan kanker
serviks
Infeksi pertama HPV dapat sembuh secara spontan
atau bertahan persistent
Manifestasi dari infeksi HPV persistent adalah
neoplasia intraepitel serviks (NIS/CIN) dan dalam
beberapa tahun infeksi dapat sembuh secara spontan
Infeksi HPV persistent bisa langsung berkembang secara progresif ke CIN 2 atau CIN 3
jika dibiarkan tidak diobati dalam beberapa tahun dapat berkembang secara progresif
menjadi kanker serviks
Infeksi oleh 1 tipe HPV tidak mencegah terjadinya infeksi HPV tipe lain, 5-30% terinfeksi
dengan beberapa tipe virus HPV
FAKTOR RISIKO
1. Usia reproduksi atau pernikahan muda
Umur antara 15-20 tahun atau sebelum usia reproduktif (20-40 tahun dengan umur
optimal 20-35 tahun) merupakan periode rentan dimana terjadi peningkatan proses
metaplasia sel tubuh pada pubertas terpapar karsinogen mudah menjadi dysplasia
Epitel serviks wanita remaja sangat rentan terhadap bahan karsinogenik
2. Jumlah paritas
Kehamilan dan persalinan melebihi 3 anak dan jarak kehamilan terlalu dekat
meningkatkan resiko kejadian kanker serviks
Terdapat perlukaan pada persalinan atau trauma sehingga memudahkan virus penyebab
anker serviks masuk
Pada kehamilan terjadi immunosupresi yang memungkinkan terjadi keganasan dan
replikasi HPV
3. Berganti-ganti pasangan seksual
Resiko meningkat 10x lipat kanker serviks pada wanita dengan partner sexual 6 orang
atau lebih
Peningkatan transmisi penularan penyakit kelamin (HPV)
4. Merokok
Resiko 2x lebih besar terkena kanker serviks
Lendir serviks pada wanita perokok mengandung nikotin dan zat toksik rokok lainnya
menurunkan daya tahan serviks dan berperan sebagai ko-karsinogen infeksi virus
5. Riwayat kanker serviks pada keluarga
Riwayat saudara kandung atau ibu kemugkinan 2-3x lebih besar kanker serviks
Berkaitan dengan kurangnya kemampuan daya tahan tubuh melawan infeksi HPV
(imunitas).
6. Sosioekonomi rendah
Tingkat pendidikan rendah pengetahuan dan sikap menjaga higienitas
Ketidakmampuan melakukan pap smear secara rutin
7. Obat hormonal atau kontrasepsi
Obat dietilstilbestrol (DES) atau anti keguguran dapat beresiko kanker serviks obat
estrogen sintetik dapat mempengaruhi karsinogenesis dengan merangsang proliferasi sel.
KLASIFIKASI
a. Klasifikasi lesi prakanker (Jurnal UI)
Klasifikasi Sitologi (untuk skrining) Klasifikasi Histologi (untuk diagnosis)
Pap Sistem Bethesda NIS (Neoplasia Klasifikasi
Intraepitelial Serviks) Deskriptif WHO
Kelas I Normal Normal Normal
Kelas II ASC-US Atipik Atipik
ASC-H
Kelas III LSIL NIS 1 termasuk Koilositosis
kondiloma
Kelas III HSIL NIS 2 Displasia sedang
Kelas III HSIL NIS 3 Displasia berat
Kelas IV HSIL NIS 3 Karsinoma insitu
Kelas V Karsinoma invasif Karsinoma invasif Karsinoma invasive
Sistem Bethesda
1. ASC-US atau Atypical Squamose Cell Undetermined Significance adalah gambaran
sel-sel yang terlihat sedikit berbeda dari sel-sel normal tetapi kerusakan sel-sel
tersebut tidak cukup parah untuk disebut sel pra-kanker
2. ASC-H atau Atypical Squamose Cell-cannot exclude HSIL adalah gambaran sel-sel
abnormal squamosa yang sugestif HSIL tetapi tidak cukup abnormal untuk
dikategorikan sebagai HSIL
3. LSIL atau Low-grade Squamose-cell Intraepithelial Lession menunjukan gambaran
dysplasia ringan
4. HSIL atau High-grade Squamose-cell Intraepithelial Lession menunjukan
gambaran moderate atau severe dysplasia
Pap test
NIS atau Neoplasia Intraepitel Serviks (CIN)
NIS 1/CIS 1 1. Perubahan dislpasia pada 1/3 bawah epitel squamosa
2. Perubahan koilositosis (terdapat vakuola perinuclear)
NIS 2/CIS 2 3. Displasia ekstensi ke 2/3 bagian tengah epitel
4. Maturasi keratinosit terhambat
5. Variasi ukuran sel dan nucleus
6. Terdapat mitosis dari atas basal layer sampai 2/3 tengah
NIS 3/CIS 3 7. Maturasi sel terhenti
8. Variasi ukuran sel dan nucleus >>
9. Disorganisasi sel
10. Mitosis pada semua lapisan epitel
GEJALA KLINIS
1. Fase permulaan kanker serviks asimptomatik dan diagnosis secara kebetulan
2. Tanda dini kanker serviks tidak spesifik:
Sekret vagina agak banyak
Sekret vagina berbau
Kadang bercak perdarahan
3. Fase lebih lanjut:
Perdarahan setelah bersenggama sampai metroragia dan menoragia
Keputihan bercampur darah dan berbau
Tanda – tanda anemia
4. Gejala metastasis:
Ke jaringan rongga pelvis: nyeri yang menjalar ke pinggul atau kaki
Ke vesical urinaria: nyeri berkemih, hematuria, obstruksi uretra
Ke rectum: perdarahan rektum
Ke KGB tungkai bawah: edema tungkai bawah
PENYEBARAN (METASTASIS)
a. Penyebaran secara langsung
1. Perluasan tumor ke atas (korpud uteri) atau ke bawah (vagina)
2. Penyebaran kearah belakang sepanjang ligamentum sakrouterina meluas ke rektum
atau bisa terjadi bila tumor telah mencapai 1/3 dinding atas vagina belakang
3. Penyebaran ke vesica urinaria
b. Penyebaran limfogen
1. Mengikuti alur dari kelenjar getah bening regional pelvis
2. KGB primer yang pertama terkena yaitu paraservikal, obturatoria, hipogastrika, iliaka
eksterna
3. KGB sekunder yaitu inguinal, iliaka komunis, dan aorta
c. Penyebaran hematogen
1. Melalui pleksus venosus dan vena paraservikal dan sering terjadi pada stadium lanjur
2. Terutama paru-paru (26,5%), hati (15,8%), tulang (14,2%), usus (8,2%), adrenal
(3,8%), limpa (2,3%) dan otak (1,4%)
DIAGNOSIS
1. Anamnesis Tanda, gejala, dan faktor resiko infeksi HPV
2. Pemeriksaan fisik
Inspeksi speculum melihat masa tumor dan cairan/perdarahan
Palpasi pemeriksaan dalam dan pemeriksaan rektovagina melihat perluasan
Kolposkopi yaitu pemeriksaan dengan menggunakan alat pembesar khusus untuk
melihat vulva, vagina, dan serviks. Sebagai alat konfirmasi dari hasil pap smear yang
abnormal
3. Pemeriksaan penunjang
a. Histopatologi biopsy jaringan untuk diagnosis definitive dilakukan di daerah abnormal
jika daerah tranformasi skuamosa-kolumner terlihat sepenuhnya dengan alat
kolposkopi
Hasil histopatologi 85% jenis karsinoma sel skuamosa, 10% adenokarsinoma, dan
5% adenoskuamosa, sel jernih, sel kecil, sel verukosa, dan tipe lain
Klasifikasi histopatologi berdasarkan derajat histologi:
Diferensiasi baik - Sel dan sitoplasma keratohialan bentuk masih
berdiferensiasi baik
- Gambaran mitosis jarang (<2 mitosis per LPB)
- Variasi ukuran dan bentuk sel tumor masih rendah
- Sedikit pleomorfik
Diferensiasi sedang - Sedikit sel dengan sitoplasma berlebihan
- 2-4 mitosis per LPB
- Sel-sel bervariasi sedang dalam ukuran
- Bentuk sel tumor pleomorfik lebih banyak
Diferensiasi buruk - Sedikit sitoplasma yang mengelilingi nucleus
hiperkromatik
- Sebagian besar bentuk sel muda pleomorfik
- >4 mitosis per LPB
- Variasi ukuran dan bentuk sel tumor
- Sel tumor kecil, elongasi, rapat, dan banyak ditemukan
giant cell
STAGING
DETEKSI DINI lesi pra kanker dengan berbagai metode :
1. Papsmear
Prinsip pemeriksaan pap smear adalah mengambil epitel permukaan serviks yang
mengelupas / eksfoliasi dimana epitel permukaan serviks selalu mengalami regenerasi
dan epitel tersebut merupakan gambaran keadaan epitel dibawahnya
Prosedur:
Spekulum dimasukan ke dalam vagina
untuk memudahkan pengambilan apusan
dari serviks
Sel diperoleh dengan lidi khas dengan
melakukan putaran mengikuti arah jam
pada lubang serviks
Lidi kemudian dioleskan pada kaca
fiksasi steril
Kaca objek kemudiakan dimasukan kedalam tabung yang berisi alcohol dan
diperhatikan dibawah mikroskop
Rekomendasi American College of Obstetry and Gynecology dan National Cancer
Institute dianjurkan pemeriksaan pap smear dan panggul dilakukan setiap tahun
terhadap semua wanita yang aktif seksual atau yang telah berusia 18 tahun. Setelah tiga
atau lebih pap smear normal tes pap smear dilakukan dengan frekuensi yang lebih
jarang.
2. Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) dan Inspeksi Visual Lugoliodin (VILI)
Tes visual menggunakan larutan asam cuka (asam asetat 3-5%) dan larutan iodium
logal pada serviks dan melihat perubahan warna yang terjadi setelah dilakukan olesan
Interpretasi IVA positif adanya area berwarna putih (Acetowhite) dan
permukaannya meninggi dengan batas yang jelas disekitar zona transformasi.
3. Tes DNA HPV
Pengambilan sampel isolate DNA dari apusan serviks atau jaringan segar dan DNA
harus bebas dari protein atau kontaminan lain
Isolasi DNA dan identifikasi dengan PCR hasil positif jika terdapat pita marker pada
elektrofloresis
DIAGNOSIS BANDING
1. Chlamydia trachomatis atau PMS lain pada wanita keluhan perdarahan vagina, nyeri
pelvis, dan serviks yang meradang dan rapuh sehingga mudah berdarah terutama setelah
senggama
2. Adenokarsinoma endometrial
3. Polip endoservikal
4. Pelvic Inflammatory Disease (PID)
5. Vaginitis
TATA LAKSANA
Menurut panduan penatalaksanaan kanker serviks dalam tiap stadium terdapat beberapa
pilihan terapi, diantaranya:
1. Stadium 0 / Karsinoma in situ
Terapi konisasi
Bila margin bebas konisasi sudah adekuat
Bila margin tidak bebas maka perlu dilakukan rekonisasi ulang
Bila fertilitas dipertahankan tidak perlu dilakukan histerektomi total
Bila hasil konisasi ternyata invasive lakukan tatalaksana invasif
2. Stadium IA 1 (LVSI negative)
LVSI atau Lymphovascular Space Invasion menunjukan adanya invasi atau penyebaran
sel tumor ke aliran limfa dan vascular
Konisasi apabila fertilitas dipertahankan
Histerektomi total apabila fertilitas tidak dipertahankan
Jenis-jenis histerektomi:
Histerektomi subtotal atau parsial
pengangkatan uterus dan cervix
dipertahankan
Histerektomi total pengangkatan uterus
dan cervix
Histerektomi pan pengeluaran uterus
dan cervix dan kedua ovarium bilateral
Histerektomi radikal pengangkatan
uterus, kedua tuba, ovarium, 1/3 atas
vagina, dan kelenjar limfoid iliaca dan obturator
Histerektomi ultra radikal: disertai pengangkatan rektum dan atau bladder
3. Stadium IA1 (LSVI positif)
Operasi trakelektomi atau pengangkatan cervix dan bagian vagina (rahim
dipertahankan) dan limfadenektomi pelvi
Jika kontraindikasi lakukan brakhiterapi yaitu radioterapi tertutup dengan menaruh
sumber radiasi langsung di dalam atau dekat sel kanker
4. Stadium IA2, IB1, IIA1
Operatif histerektomi radikal dengan limfadenektomi palvik
Disertai radioterapi atau kemoradiasi bila terdapat faktor resiko metastasis
Non operatif dengan radiasi (EBRT/external) dan kemoradiasi
5. Stadium IB 2 dan IIA2
Histerektomi radikal dan pelvik limfadenektomi
Neoajuvan kemoterapi atau kemoterapi sebelum tindakan operatif dengan tujuan untuk
mengecilkan massa tumor primer dan mengurangi resiko komplikasi operasi
6. Stadium II B
Kemoradiasi
Radiasi
Neoajuvan kemoterapi dilanjutkan radikal histerektomi dan pelvik limfadenektomi
Histerektomi ultraradikal
7. Stadium III A dan III B
Kemoradiasi atau Radiasi
8. Stadium III B dengan CKD
Nefrostomi yaitu mengalirkan urin dari ginjal dengan menggunakan kateter atau dapat
dilakukan hemodialisa bila diperlukan
Kemoradiasi atau radiasi
9. Stadium IV A tanpa CKD
Pada stadium IV A dengan fistula rekto-vaginal direkomendasi terlebih dahulu
dilakukan kolostomi, yaitu pembuatan lubang atau di dinding abdomen untuk
mengeluarkan feses dengan tujuan mencegah infeksi dan mencegah kerusakan lebih
lanjut pada usus dengan mengatasi penyumbatan
Dilanjutkan kemoradiasi paliatif atau radiasi paliatif. Terapi paliatif adalah pelayanan
kepada pasien yang penyakitnya sudah tidak bereaksi terhadap pengobatan kuratif atau
tidak bisa disembuhkan. Tujuan terapi paliatif adalah untuk meringankan beban pasien
dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
10. Stadium IV A dengan C dan IV B
Terapi paliatif
Bila tidak ada kontraindikasi pertimbangkan kemoterapi paliatif atau radiasi paliatif
PENCEGAHAN
a. Pencegahan primer
mencegah karsinogen masuk kedalam tubuh atau sel tubuh dengan mencegah transmisi
atau infeksi HPV
Menunda onset aktivitas seksual, kehidupan higienis, asupan gizi yang baik untuk daya
imun tubuh, kontrasepsi barriers (kondom), dan vaksinasi HPV yang efektif 90% dalam
pencegahan kanker serviks
b. Pencegahan sekunder
Melakukan deteksi dini dengan metode pap smear/IVA/VILI/tes DNA HPV
Pasien yang memulai hubungan seksual saat usia <18 tahun dan wanita yang
mempunyai banyak partner hub seksual seharusnya melakukan pap smear tiap tahun
dimulai dari onset seksual intercourse aktif, dan dianjurkan tiap 6 bulan lebih baik.
KEKAMBUHAN
a. Kekambuhan lokal
Meliputi kekambuhan di portio dan di puncak vagina
Diberikan terapi radioterapi atau pembedahan histerektomi radikal
b. Kekambuhan sentral
Meliputi uterus dengan atau vesika urinaria, rektum, atau perimetrium
Terapi dengan radioterapi atau radiasi. Terapi pembedahan bukan terapi pilihan karena
ada penyebaran atau metastasis tumor.
c. Kekambuhan regional
Meliputi organ genital dan mencapai dinding panggul
Terapi radioterapi
REFERENSI
Ilmu Kebidanan Sarwono
Patologi Anatomi Robbin
Jurnal UI http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/122569-S09011fk-
Analisa%20faktor-Literatur.pdf
Panduan Penatalaksanaan Kanker Serviks, Kemenkes
Jurnal UNDIP http://eprints.undip.ac.id/29397/3/Bab_2.pdf
https://www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook/hpv.html