Anda di halaman 1dari 13

PEMERIKSAAN LIAR Muhammad Fadzrul

JENAZAH 16 - 135
PENDAHULUAN
DASAR HUKUM PEMERIKSAAN
Dalam rangka memberikan jaminan rasa aman dan tenteram serta mengungkapkan
kebenaran (truth), maka aparatur negara penegak hukum dapat menggunakan
seperangkat peraturan dan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia untuk
menyelesaikan permasalhan tersebut.
Apabila penyidik hanya meminta pemeriksaan luar saja, maka kesimpulan visum et repertum
menyebutkan jenis luka atau kelainan yang ditemukan dan jenis kekerasan penyebabnya, sedangkan sebab
kematian tidak dapat ditentukan karena tidak dilakukan pemeriksaan bedah jenazah. Lamanya mati sebelum
pemeriksaan (perkiraan saat kematian), apabila dapat diperkirakan dapat dicantumkan dalam kesimpulan.
PROSEDUR PEMERIKSAAN
Sebelum menggunakan instrumen apapun, penting untuk mengingat beberapa hal, berikut ini ditegaskan
pentingnya hal berikut :

 Pertama, dan yang paling penting, harus ada surat persetujuan sebelum melakukan tindakan. Hal ini
penting untuk menentukan apa yang telah disepakati dan apa yang telah dikeluarkan. Beberapa
bagian yang merupakan pemeriksaan rutin atau sekaligus keterbatasan, teknik khusus, retensi
jaringan, dan histologi.

 Kedua, sangat penting untuk memverifikasi identitas pasien (di rumah sakit kasus hubungan nama harus
diperiksa; dalam kasus lain kerabat atau perwakilan hukum harus mengidentifikasi tubuh secara
resmi).
Pemeriksa harus berpakaian sesuai untuk pemeriksaan dan
instrumen yang tepat dan harus bersih.

• Periksa bentuk persetujuan


• Periksa identitas tubuh
• Baca semua catatan dan informasi yang tersedia
• Tentukan pertanyaan yang diminta
• Mengidentifikasi teknik khusus yang dibutuhkan
• Menilai risiko
PERUBAHAN POST MORTEM
1. Lebam Mayat (Livor Mortis)

Setelah kematian maka eritrosit akan menempati tempat terbawah akibat gravitasi
bumi, mengisi vena dan venula, membentuk bercak berwarna merah ungu (livide). Lebam
mayat mulai tampak 20-30 menit pasca kematian. Makin lama intensitasnuya makin
bertambah dan menjadi lengkap setelah 8-12 jam, dengan demikian penekanan pada lebam
mayat setelah 8 jam tidak akan menyebabkan hilangnya lebam mayat.

Lebam mayat dapat digunakan untuk mengetahui perubahan posisi mayat yang
dilakukan setelah terjadinya lebam mayat yang menetap dan memperkirakan saat kematian.
Lebam mayat yang belum menetap dan masih hilang pada penekanan menunjukkan saat
kematian kurang dari 8-12 jam sebelum saat pemeriksaan.
2. Kaku Mayat (Rigor Mortis)

Kelenturan otot setelah kematian masih dipertahankan karena metabolisme tingkat


seluler masih berjalan berupa pemecahan cadangan glikogen otot yang menghasilkan energi.
Energi ini digunakan untuk mengubah ADP menjadi ATP. Selama masih terdapat ATP maka
serabut glikogen dalam otot akan habis, maka energi tidak terbentuk lagi, aktin dan miosin
menggumpal dan otot menjadi kaku.

Kaku mayat dibuktikan dengan memeriksa persendian. Kaku mayat mulai tampak 2
jam setelah kematian dan menetap setelah 12 jam. Faktor yang dapat mempercepat
kekakuan pada mayat adalah aktivitas fisik sebelum mati, suhu tubuh yag tinggi, bentuk tubuh
kurus dengan otot-otot kecil dan suhu serta lingkungan yang tinggi.
3. Pembusukan (Decomposition)

Pembusukan adalah proses degradasi jaringan yang terjadi akibat autolisis


dan kerja bakteri. Autolisis adalah perlunakan dan pencairan jaringan yang terjadi
dalam keadaan steril. Setelah seorang meninggal, bakteri yang normal hidup dalam
tubuh segera masuk ke jaringan. Darah merupakan daerah terbaik untuk bakteri
tersebut tumbuh. Pembusukan baru tampak kira-kira 24 jam pasca mati berupa
warna kehijauan pada perut kanan bawah, yaitu daerah sekum yang isinya lebih cair
dan penuh dengan bakteri serta terletak dekat dengan dinding perut. Larva lalat
akan dijumpai kira-kira 36-48 jam pasca mati.
Tank you

Anda mungkin juga menyukai