Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

TUBERKULOSIS PARU

Disusun Oleh :

Isnain Adi Nasucha (P1337420217023)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO

2018
A. Pengertian

Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh


Mycobakterium Tuberculosa yang merupakan bakteri batang tahan asam,
dapat merupakan organisme patogen atau saprofit (Sylvia Anderson,
1995:753).

Tuberkulosis adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang


parenkim paru (Bruner dan Suddart. 2002 : 584).

Tuberkulosis adalah contoh lain infeksi saluran nafas bawah. Penyakit


ini disebabkan oleh mikrooganisme Mycobacterium tuberculosis (Elizabeth J.
Corwn, 2001 : 414).

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh


mycobakterium tuberkulosa gejala yang sangat bervariasi (FKUI 2001;472).

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tuberkulosis


paru adalah suatu penyakit infeksi pada saluran nafas bawah yang menular
disebabkan mycobakterium tuberkulosa yaitu bakteri batang tahan asam baik
bersifat patogen atau saprofit dan terutama menyerang parenkim paru.

B. Penyebab
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
mycobakterium tuberculosis, kuman batang tahan asam ini dapat merupakan
organisme patogen maupun saprofit. Ada beberapa mikobakteria patogen,
tetapi hanya starin bovin dan human yang patogenik terhadap manusia.

Basil tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 um, ukuran ini lebih kecil dari
satu sel darah merah.

Di dalam jaringan kuman hidup sebagai parasit intra seluler yakni dalam
sitoplasma makrofag. Sifat lain kuman ini adalah aerob, sifat ini
memungkinkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi
kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apikal
paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lain sehingga bagian apikal ini
merupakan predilaksi penyakit tuberkulosis.

Faktor predisposisi penyebab penyakit tuberkulosis antara lain ( Elizabeth J


powh 2001: 414)

1). Mereka yang kontak dekat dengan seorang yang mempunyai TB aktif
2). Individu imunosupresif (termasuk lansia, pasien kanker, individu dalam
terapi kartikoteroid atau terinfeksi HIV)
3). Pengguna obat-obat IV dan alkoholik
4). Individu tanpa perawatan yang adekuat
5). Individu dengan gangguan medis seperti : DM, GGK, penyimpanan gizi,
by pass gatrektomi.
6). Imigran dari negara dengan TB yang tinggi (Asia Tenggara, Amerika
Latin Karibia)
7). Individu yang tinggal di institusi (Institusi psikiatrik, penjara)
8). Individu yang tinggal di daerah kumuh
9). Petugas kesehatan

C. Patofisiologi
Kuman micobacterium tuberculosis masuk kedalam tubuh melalui saluran
pernafasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit, kebanyakan
infeksi tuberculosis terjadi melalui udara (air borne), yaitu melalui inhalasi
droppet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari
orang yang terinfeksi.

Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi terdiri


dari satu sampai tiga gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan di
saluran hidung dan cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit.
Setelah berada dalam ruang alveolus biasanya di bagian bawah lobus atau
paru-paru, atau di bagian atas lobus bawah. Basil tuberkel ini membangkitkan
reaksi peradangan.
Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit
bacteria namun tidak membunuh organisme tersebut. Sesudah hari-hari
pertama maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan
mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut.
Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya sehingga tidak ada
sisa yang tertinggal, atau proses dapat juga berjalan terus, dan bakteri terus
difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui
getah bening menuju ke kelenjar bening regional. Makrofag yang mengadakan
infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel
tuberkel epiteloit, yang dikelilingi oleh fosit. Reaksi ini biasanya
membutuhkan waktu 10 sampai 20 hari.

D. Pathway
E. Manifestasi Klinik
Diagnosis tuberkulosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, radiologis, dan penunjang
yang lain.(1) Keluhan yang dirasakan pasien tuberculosis dapat bermacam-
macam atau banyak ditemukan TB paru tanpa keluhan sama sekali dalam
pemeriksaan kesehatan.(2) Keluhan-keluhan yang dirasakan pasien, yang
merupakan gejala klinik pada TB paru, di bagi dalam dua kelompok yaitu;
1. Gejala Respiratorik;
Batuk > 3 minggu, berdahak/Batuk darah, sesak napas, nyeri dada(1)
a. Batuk/batuk darah
Batuk terjadi karena iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk
membuang produk-produk radang keluar. Sifat batuk dimulai dari batuk
kering (non-produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi
produktif (menghasilkan sputum). karena terlibatnya bronkus pada setiap
penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit
berkembang dalam jaringan paru yankni setelah berminggu-minggu atau
berbulan-bulan peradangan bermula.Batuk darah terjadi karena terdapat
pembuluh darah yang pecah, dan ini merupakan tanda pasiean berada
pada keadaan lanjut. (2)

b. Sesak napas
Sesak napas/dispnea adalah perasaan tidak enak (discomfort sensation)
yang berhubungan dengan kesulitan pernapasan yang didasari dan
dirasakan perlu upaya tambahan bernapas dalam mengatasi perasaan
kekurangn udara (air hunger). Dispnea terjadi terutama karena paru-paru
mengalami hambatan ventilasi dalam rongga dada (cavity ventilation)
dan hambatan difusi udara pernapasan (actual ventilation). (3) Gejala ini
akan ditemukan pada tahap yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah
meliputi setengah bagian paru. (2)

c. Nyeri dada
Gejala ini jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang
sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan
kedua pleura sewaktu padien melakukan inspirasi/ekspirasi.

2. Gejala Sistemik;
Demam, malaise(keringat malam ,nafsu makan menurun, berat badan
turun).
a. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang
panas badan dapat mencapai 40-41°C. serangan demam pertama dapat
sembuh sebentar, tetapi dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya
hilang timbulnya demam influenza ini, sehingga pasien merasa tidak
terbebas dari serangan demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi
oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman
tuberculosis yang masuk.

b. Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise
sering ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan, badan makin
kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat
malam, dan loain-lain. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan
terjadi hilang timbul secara tidak teratur.

F. Pemeriksaan Diagnostik

1 .Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan darah tepi pada umumnya akan memperlihatkan adanya :

 Anemia, terutama bila penyakit berjalan menahun


 Leukositosis ringan dengan predominasi limfosit
 Laju Endap Darah (LED) meningkat terutama pada fase akut, tetapi pada
umumnya nilai-nilai tersebut normal pada tahap penyembuhan

2. Pemeriksaan radiologi

 Bayangan lesi radiologik yang terletak di lapangan atas paru


 Bayangan yang berawan atau berbecak
 Adanya kavitas tunggal atau ganda
 Adanya kalsifikasi
 Kelainan bilateral, terutama bila terdapat di lapangan atas paru
 Bayangan yang menetap atau relatif setelah beberapa minggu

3. Pemeriksaan bakteriologik (sputum)

Ditemukan kuman mikobakterium tuberkulosis dari dahak penderita,


memastikan diagnosis TB paru pada pemeriksaan dahak.
4. Uji tuberkulin

Sangat penting bagi diagnosis tersebut pada anak. Hal positif pada orang
dewasa kurang bernilai.

G. Komplikasi

Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada


penderita tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :

 Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat


mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau karena
tersumbatnya jalan napas.
 Atelektasis (paru mengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus
akibat retraksi bronchial.
 Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
 Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan ginjal.

H. Penatalaksanaan medis

a) Jenis dan Dosis Obat Anti Tuberkulosis (OAT)

· Isoniazid (H)

Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh 90 % populasi kuman


dalam beberapa hari pertama pengobatan. Sangat efektif terhadap kuman dalam
keadaan metabolik aktif yaitu kuman yang sedang berkembang. Dosis harian 5
mg/kg berat badan, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu
diberikan dengan dosis 10 mg/kg berat badan.

· Rifampisin (R)

Bersifat bakterisid, membunuh kuman semi dormant yang tidak dapat dibunuh oleh
isoniasid. Dosis 10 mg/kg berat badan. Dosis sama untuk pengobatan harian
maupun intermiten 3 kali seminggu.

· Pirazinamid (Z)

Bersifat bakterisid, membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana
asam. Dosis harian 25 mg/kg berat badan, sedangkan untuk pengobatan intermiten
3 kali seminggu diberikan dengan dosis 35 mg/kg berat badan.
· Streptomisin (S)

Bersifat bakterisid, dosis 15 mg/kg berat badan, sedangkan untuk pengobatan


intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis yang sama.

· Etambutol (E)

Bersifat menghambat pertumbuhan bakteri (bakteriostatik). Dosis harian 15 mg/kg


berat badan, sedangkan untuk intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan 30
mg/kg berat badan.

b) Tahap Pengobatan

Pengobatan Tuberculosis diberikan dalam 2 tahap yaitu:

1. Tahap Intensif

Penderita mendapat obat setiap hari. Pengawasan berat/ketat untuk mencegah


terjadinya kekebalan terhadap semua Obat Anti Tuberculosis (OAT).

2. Tahap Lanjutan

Penderita mendapat jenis obat lebih sedikit dalam jangka waktu yang lebih lama.
Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persistem (dormant) sehingga
mencegah terjadinya kekambuhan.

c) Kategori Pemberian Obat Anti Tuberculosis

1. Kategori 1 (211RZE/4113R3)

Tahap intensif terdiri dari isoniasid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z) dan
Etambutol(E). Obat-obatan tersebut diberikan setiap hari selama 2 bulan (2
HRZE), kemudian teruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari Isoniasid (H)
dan Rifampisin (R), diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan (4H3R3).
Obat ini diberikan untuk :

 Penderita baru TBC paru BTA positif


 Penderita TBC paru BTA negatif, rontgen positif.
 Penderita TBC ekstra paru berat.

2. Kategori 2 (2HRZES/HRZE/5H3RE3)
Tahap intensif diberikan selama 3 (tiga) bulan, yang terdiri dari 2 bulan dengan
isoniasid (H), Rifampisn, Pirazinamid (Z), Etambutol (E) setiap hari. Setelah itu
diteruskan dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan Isoniasid (H),Rifampisin
(R), Etambutol (E) yang diberikan 3 kali dalam seminggu.

Perlu diperhatikan bahwa suntikan streptomisin diberikan setelah penderita selesai


menelan obat. Obat ini diberikan untuk penderita kambuh, penderita gagal,
penderita dengan pengobatan setelah lalai

3. Kategori 3 (2HRZ/4H3R3)

Tahap intensif terdiri dari Isoniasid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z) diberikan
setiap hari selama 2 bulan (2HRZ) diteruskan dengan tahap lanjutan terdiri dari
Isoniasid (H), Rifampisin (R) selama 4 bulan diberikan 3 kali seminggu (4H3R3).
Obat ini diberikan untuk :

 Penderita baru BTA negatif dan roentgen positif sakit ringan


 Penderita ekstra paru ringan, yaitu TBC kelenjar limfe (limfadenitis),
pleuritis aksudativa unilateral, TBC kulit, TBC tulang (kecuali tulang
belakang) sendi dan kelenjar adrenal.

4. OAT Sisipan (HRZE)

Bila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita baru BTA positif dengan
kategori 1 atau penderita BTA positif pengobatan ulang dengan kategori 2, hasil
pemeriksaan dahak masih BTA positif, diberikan obat sisipan Isoniasid (H),
Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), Etambutol (E) setiap hari selama 1 bulan.

I. Pengkajian

Data Yang dikaji

1. Aktifitas/istirahat

 Nafas pendek karena kerja


 Kesultan tidur pada malam hari, menggigil atau berkeringat
 Mimpi buruk
 Takhikardi, takipnea/dispnea pada kerja
 Kelelahan otot, nyeri , dan sesak
2. Integritas Ego

 Adanya / factor stress yang lama


 Masalah keuangan, rumah
 Perasaan tidak berdaya / tak ada harapan
 Menyangkal
 Ansetas, ketakutan, mudah terangsang

3. Makanan / Cairan

 Kehilangan nafsu makan


 Tak dapat mencerna
 Penurunan berat badan
 Turgor kult buruk, kering/kulit bersisik
 Kehilangan otot/hilang lemak sub kutan

4. Kenyamanan

 Nyeri dada
 Berhati-hati pada daerah yang sakit
 Gelisah

5. Pernafasan

 Nafas Pendek
 Batuk
 Peningkatan frekuensi pernafasan
 Pengembangn pernafasan tak simetris
 Perkusi pekak dan penuruna fremitus
 Defiasi trakeal
 Bunyi nafas menurun/tak ada secara bilateral atau unilateral
 Karakteristik : Hijau /kurulen, Kuning atua bercak darah

6. Keamanan

 Adanya kondisi penekanan imun


 Test HIV Positif
 Demam atau sakit panas akut

7. Interaksi Sosial
 Perasaan Isolasi atau penolakan
 Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab

Pemeriksaan Diagnostik

a. Kultur Sputum
b. Zeihl-Neelsen
c. Tes Kulit
d. Foto Thorak
e. Histologi
f. Biopsi jarum pada jaringan paru
g. Elektrosit
h. GDA
i. Pemeriksaan fungsi Paru

J. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada klien dengan Tuberkulosis paru
adalah sebagai berikut:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan: Sekret kental atau
sekret darah, Kelemahan, upaya batuk buruk. Edema trakeal/faringeal.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan: Berkurangnya keefektifan
permukaan paru, atelektasis, Kerusakan membran alveolar kapiler, Sekret
yang kental, Edema bronchial.
3. Resiko tinggi infeksi dan penyebaran infeksi berhubungan dengan: Daya
tahan tubuh menurun, fungsi silia menurun, sekret yang inenetap, Kerusakan
jaringan akibat infeksi yang menyebar, Malnutrisi, Terkontaminasi oleh
lingkungan, Kurang pengetahuan tentang infeksi kuman.

K. Rencana Keperawatan

Adapun rencana keperawatan yang ditetapkan berdasarkan diagnosis


keperawatan yang telah dirumuskan sebagai berikut:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif

Tujuan: Mempertahankan jalan napas pasien. Mengeluarkan sekret tanpa


bantuan. Menunjukkan prilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas.
Berpartisipasi dalam program pengobatan sesuai kondisi. Mengidentifikasi
potensial komplikasi dan melakukan tindakan tepat.

Intervensi:
a. Kaji fungsi pernapasan: bunyi napas, kecepatan, imma, kedalaman dan
penggunaan otot aksesori.
Rasional: Penurunan bunyi napas indikasi atelektasis, ronki indikasi
akumulasi secret/ketidakmampuan membersihkan jalan napas
sehingga otot aksesori digunakan dan kerja pernapasan meningkat.
b. Catat kemampuan untuk mengeluarkan secret atau batuk efektif, catat
karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis.
Rasional: Pengeluaran sulit bila sekret tebal, sputum berdarah akibat
kerusakan paru atau luka bronchial yang memerlukan
evaluasi/intervensi lanjut.
c. Berikan pasien posisi semi atau Fowler, Bantu/ajarkan batuk efektif dan
latihan napas dalam.
Rasional: Meningkatkan ekspansi paru, ventilasi maksimal membuka area
atelektasis dan peningkatan gerakan sekret agar mudah
dikeluarkan
d. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, suction bila perlu.
Rasional: Mencegah obstruksi/aspirasi. Suction dilakukan bila pasien tidak
mampu mengeluarkan sekret.
e. Pertahankan intake cairan minimal 2500 ml/hari kecuali kontraindikasi.
Rasional: Membantu mengencerkan secret sehingga mudah dikeluarkan
f. Lembabkan udara/oksigen inspirasi.
Rasional: Mencegah pengeringan membran mukosa.
g. Berikan obat: agen mukolitik, bronkodilator, kortikosteroid sesuai indikasi.
Rasional: Menurunkan kekentalan sekret, lingkaran ukuran lumen
trakeabronkial, berguna jika terjadi hipoksemia pada kavitas yang
luas.
h. Bantu inkubasi darurat bila perlu.
Rasional: Diperlukan pada kasus jarang bronkogenik. dengan edema laring
atau perdarahan paru akut.

2. Gangguan pertukaran gas

Tujuan: Melaporkan tidak terjadi dispnea. Menunjukkan perbaikan


ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang
normal. Bebas dari gejala distress pernapasan.

Intervensi:
a. Kaji dispnea, takipnea, bunyi pernapasan abnormal. Peningkatan upaya
respirasi, keterbatasan ekspansi dada dan kelemahan.
Rasional: Tuberkulosis paru dapat rnenyebabkan meluasnya jangkauan
dalam paru-pani yang berasal dari bronkopneumonia yang
meluas menjadi inflamasi, nekrosis, pleural effusion dan
meluasnya fibrosis dengan gejala-gejala respirasi distress.
b. Evaluasi perubahan-tingkat kesadaran, catat tanda-tanda sianosis dan
perubahan warna kulit, membran mukosa, dan warna kuku.
Rasional: Akumulasi secret dapat menggangp oksigenasi di organ vital
dan jaringan.
c. Demonstrasikan/anjurkan untuk mengeluarkan napas dengan bibir
disiutkan, terutama pada pasien dengan fibrosis atau kerusakan
parenkim.
Rasional: Meningkatnya resistensi aliran udara untuk mencegah
kolapsnya jalan napas.
d. Anjurkan untuk bedrest, batasi dan bantu aktivitas sesuai kebutuhan.
Rasional: Mengurangi konsumsi oksigen pada periode respirasi.
e. Monitor GDA.
Rasional: Menurunnya saturasi oksigen (PaO2) atau meningkatnya
PaC02 menunjukkan perlunya penanganan yang lebih. adekuat
atau perubahan terapi.
f. Berikan oksigen sesuai indikasi.
Rasional: Membantu mengoreksi hipoksemia yang terjadi sekunder
hipoventilasi dan penurunan permukaan alveolar paru.

3. Resiko tinggi infeksi dan penyebaran infeksi

Tujuan: Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko


penyebaran infeksi. Menunjukkan/melakukan perubahan pola hidup untuk
meningkatkan lingkungan yang. aman.

Intervensi:
a. Review patologi penyakit fase aktif/tidak aktif, penyebaran infeksi
melalui bronkus pada jaringan sekitarnya atau aliran darah atau sistem
limfe dan resiko infeksi melalui batuk, bersin, meludah, tertawa., ciuman
atau menyanyi.
Rasional: Membantu pasien agar mau mengerti dan menerima
terapi yang diberikan untuk mencegah komplikasi.
b. Identifikasi orang-orang yang beresiko terkena infeksi seperti anggota
keluarga, teman, orang dalam satu perkumpulan.
Rasional: Orang-orang yang beresiko perlu program terapi obat untuk
mencegah penyebaran infeksi.
c. Anjurkan pasien menutup mulut dan membuang dahak di tempat
penampungan yang tertutup jika batuk.
Rasional: Kebiasaan ini untuk mencegah terjadinya penularan infeksi.
d. Gunakan masker setiap melakukan tindakan. Rasional: Mengurangi
risilio penyebaran infeksi.
e. Monitor temperatur.
Rasional: Febris merupakan indikasi terjadinya infeksi.
f. Identifikasi individu yang berisiko tinggi untuk terinfeksi ulang
Tuberkulosis paru, seperti: alkoholisme, malnutrisi, operasi bypass
intestinal, menggunakan obat penekan imun/ kortikosteroid, adanya
diabetes melitus, kanker.
Rasional: Pengetahuan tentang faktor-faktor ini membantu pasien untuk
mengubah gaya hidup dan menghindari/mengurangi keadaan
yang lebih buruk.
Daftar Pustaka

Wibisono M J,Winarni, Slamet Hariadi. Buku ajar ilmu penyakit paru.Surabaya: Departeman
Ilmu Penyakit Paru FK UNAIR;2010. h. 14-5

Lynda Juall carpernito, Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan,


Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2, EGC, Jakarta, 1999.
Sudoyo Ari, dkk. Buku ajar ilmu penyakit dalam Jilid III. Edisi V.Jakarta: Interna Publishing;
2009. h.2234

Anda mungkin juga menyukai

  • ASKEP Tumor
    ASKEP Tumor
    Dokumen35 halaman
    ASKEP Tumor
    mulia akhdan abhirama
    Belum ada peringkat
  • ASKEP Tumor
    ASKEP Tumor
    Dokumen35 halaman
    ASKEP Tumor
    mulia akhdan abhirama
    Belum ada peringkat
  • ASKEP Tumor
    ASKEP Tumor
    Dokumen35 halaman
    ASKEP Tumor
    mulia akhdan abhirama
    Belum ada peringkat
  • ASKEP Tumor
    ASKEP Tumor
    Dokumen35 halaman
    ASKEP Tumor
    mulia akhdan abhirama
    Belum ada peringkat
  • Sap DM
    Sap DM
    Dokumen8 halaman
    Sap DM
    mulia akhdan abhirama
    Belum ada peringkat
  • Sap DM
    Sap DM
    Dokumen8 halaman
    Sap DM
    mulia akhdan abhirama
    Belum ada peringkat
  • Sap DM
    Sap DM
    Dokumen8 halaman
    Sap DM
    mulia akhdan abhirama
    Belum ada peringkat
  • ASKEP Tumor
    ASKEP Tumor
    Dokumen35 halaman
    ASKEP Tumor
    mulia akhdan abhirama
    Belum ada peringkat
  • Booklet Gigi
    Booklet Gigi
    Dokumen9 halaman
    Booklet Gigi
    mulia akhdan abhirama
    Belum ada peringkat
  • Pathofisiologi Jantung Iskemik
    Pathofisiologi Jantung Iskemik
    Dokumen1 halaman
    Pathofisiologi Jantung Iskemik
    mulia akhdan abhirama
    Belum ada peringkat
  • Pathofisiologi Jantung Iskemik
    Pathofisiologi Jantung Iskemik
    Dokumen1 halaman
    Pathofisiologi Jantung Iskemik
    mulia akhdan abhirama
    Belum ada peringkat
  • ASKEP Tumor
    ASKEP Tumor
    Dokumen35 halaman
    ASKEP Tumor
    mulia akhdan abhirama
    Belum ada peringkat
  • Makalah Bone
    Makalah Bone
    Dokumen12 halaman
    Makalah Bone
    mulia akhdan abhirama
    Belum ada peringkat
  • Booklet Gigi
    Booklet Gigi
    Dokumen9 halaman
    Booklet Gigi
    mulia akhdan abhirama
    Belum ada peringkat
  • LP DHF Anak
    LP DHF Anak
    Dokumen19 halaman
    LP DHF Anak
    Sarah Kusumah Bakti
    Belum ada peringkat
  • Makalah Bone
    Makalah Bone
    Dokumen12 halaman
    Makalah Bone
    mulia akhdan abhirama
    Belum ada peringkat
  • Makalah KDK
    Makalah KDK
    Dokumen8 halaman
    Makalah KDK
    mulia akhdan abhirama
    100% (1)
  • Makalah KDK
    Makalah KDK
    Dokumen8 halaman
    Makalah KDK
    mulia akhdan abhirama
    100% (1)
  • Hiv
    Hiv
    Dokumen24 halaman
    Hiv
    mulia akhdan abhirama
    Belum ada peringkat
  • Abortus - BAB I-1
    Abortus - BAB I-1
    Dokumen19 halaman
    Abortus - BAB I-1
    mulia akhdan abhirama
    Belum ada peringkat
  • Diagnosa Keperawatan
    Diagnosa Keperawatan
    Dokumen10 halaman
    Diagnosa Keperawatan
    mulia akhdan abhirama
    Belum ada peringkat
  • USG
    USG
    Dokumen16 halaman
    USG
    mulia akhdan abhirama
    Belum ada peringkat
  • Makalah Bone
    Makalah Bone
    Dokumen12 halaman
    Makalah Bone
    mulia akhdan abhirama
    Belum ada peringkat
  • Makalah Bone
    Makalah Bone
    Dokumen12 halaman
    Makalah Bone
    mulia akhdan abhirama
    Belum ada peringkat
  • LP DHF Anak
    LP DHF Anak
    Dokumen19 halaman
    LP DHF Anak
    Sarah Kusumah Bakti
    Belum ada peringkat
  • Cov Abortus
    Cov Abortus
    Dokumen4 halaman
    Cov Abortus
    mulia akhdan abhirama
    Belum ada peringkat
  • LP DHF Anak
    LP DHF Anak
    Dokumen19 halaman
    LP DHF Anak
    Sarah Kusumah Bakti
    Belum ada peringkat
  • Khasiat Mentimun Untuk Menurunkan Tekanan Darah Tinggi Khasiat Buah
    Khasiat Mentimun Untuk Menurunkan Tekanan Darah Tinggi Khasiat Buah
    Dokumen6 halaman
    Khasiat Mentimun Untuk Menurunkan Tekanan Darah Tinggi Khasiat Buah
    mulia akhdan abhirama
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan
    Laporan Pendahuluan
    Dokumen15 halaman
    Laporan Pendahuluan
    mulia akhdan abhirama
    Belum ada peringkat