Lapsus Cemas Mage
Lapsus Cemas Mage
Oleh :
MAGEFIRA HASANUDDIN, S.Ked
10542061015
Pembimbing :
dr. Lanny Pratiwi, Sp.KJ
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
LAPORAN KASUS PSIKIATRI
Nama : Tn. S
Umur : 49 tahun
Alamat : Passalangang
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
LAPORAN PSIKIATRIK
I. RIWAYAT PENYAKIT
A. Keluhan utama
Perasaan gelisah dan sulit tidur
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Seorang laki-laki 70 tahun MRS dengan keluhan gelisah dan sulit tidur.
Hal ini ia rasakan kurang lebih sejak 7 tahun yang lalu. Awalnya keluhan
ini tiba tiba muncul saat sedang aktivitas seperti biasa di rumah tiba-tiba
pasien merasakan sakit kepala pusing berputar disertai nyeri ulu hati.
Semenjak itu pasien sulit tidur dan gelisah. kadang juga pasien
mengeluhkan jantung berdebar, dan keringat dingin, pasien juga sering
merasa cemas tanpa alasan yang jelas. Riwayat trauma tidak ada, riwayat
penyakit lainnya tidak ada. Selama ini pasien kontrol rutin di poliklinik
jiwa RS Syeikh Susuf Gowa dan minum obat secara teratur.
1
- Hendaya Disfungsi
Hendaya Sosial (-)
Hendaya Pekerjaan (-)
Hendaya Penggunaan Waktu Senggang (-)
- Faktor Stressor Psikososial (-)
- Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit sebelumnya.
Tidak ada
2
- Riwayat pernikahan
Hubungan dengan istri baik , namun sampai saat ini belum
dikaruniai anak.
F. Situasi Sekarang
Pasien tinggal bersama Istri dan keponakannya.
3
- Empati : dapat dirabarasakan
D. Gangguan persepsi
- Halusinasi : Tidak ada
- Ilusi : Tidak ada
- Depersonalisasi : Tidak ada
- Derealisasi : Tidak ada
E. Proses berpikir
- Arus pikiran :
Produktivitas : Baik
Kontinuitas : Relevan
Hendaya berbahasa : Tidak ada
- Isi Pikiran
Preokupasi : perasaan tidak enak
Gangguan isi pikiran : Tidak ada
4
F. Daya nilai
- Norma sosial : Baik
- Uji daya nilai : Baik
- Penilaian Realitas : Baik
G. Tilikan (insight)
Derajat VI: Pasien menyadari bahwa dirinya sakit dan perlu dapat
pengobatan.
5
IV. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I:
Dari anamnesis dan pemeriksaan mental status, didapatkan adanya perasaan
tidak enak, tidak nyaman, gelisah, sulit tidur, ketakutan menimbulkan
penderitaan yang bermakna dan gangguan dalam fungsi sosial dan pekerjaan,
sehingga dapat dikatakan bahwa pasien mengalami gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan status mental tidak ditemukan adanya hendaya dalam
meniali realita seperti halusinasi atau waham, sehingga digolongkan sebagai
gangguan jiwa non psikotik.
Pada pemeriksaan status internus, neurologis dan riwayat medis, tidak
didapatkan indikasi adanya gangguan medis umum yang menimbulkan
disfungsi otak sehingga gangguan psikotik organik dapat disingkirkan.
Pada pasien ditemukan tanda-tanda adanya waspada yang berlebihan,
ketegangan motorik seperti sakit kepala pusing, mual, nyeri ulu hati, sehingga
pasien ini dikatakan mengalami gangguan anxietas. Keluhan ini tidak
dirasakan terus-menerus dan tidak dicetuskan oleh objek yang jelas maka
berdasarkan PPDGJ III pasien ini di diagnosis Gangguan Anxietas YTT
(F41.9).
Aksis II
ciri kepribadian tidak khas.
Aksis III
gangguan non organic.
Aksis IV
Tidak jelas
Aksis V
GAF scale 70-61 (beberapa gejala ringan contohnya gangguan tidur ringan).
6
V. PROGNOSIS
Ad bonam
7
VII. AUTOANAMNESIS
Dr : Perkenalkan nama saya Magefira, dokter muda yang bertugas disini.
bapak namanya siapa?
P : Nama saya S
Dr : Berapa umur bapak sekarang?
P : 70 tahun dok
Dr : Sama siapa ki ke rumah sakit pak?
P : Iye, sama istri dok.
Dr : Bagaimana perasaan ta hari ini pak?
P : Iye, baik-baik ji dok.
Dr : Kalau begitu bapak berobat kerumah sakit dengan keluhan apa pak?
P : Ini dok saya mau kontrol
Dr : Sekarang keluhannya bapak apa?
P : Masih biasa keringat dingin sama sakit-sakit badan dok
Dr : Sebelumnya pak sudah berobat berapa lama?
P : Sudah sejak 7 tahun yang lalu dok.
Dr : Oh iya pak, bisa pak ceritakan awal mula bapak di rawat di rumah
sakit ini?
P : Begini dok sebelumnya saya itu pernah sakit kepala dan pusing dok
ulu hati ku juga nyeri terus saya dibawa kerumah sakit sama
keluargaku dok. Saya juga sering merasa berdebar sama keringat
dingin.
Dr : Oh begitu pak, itu kita rasa gejala-gejala seperti itu memang sudah
sejak lama muncul? Atau ada saat-saat tertentu kita rasakan seperti
itu?
P : Sudah lama, tiba-tiba saja tidak menentu kapan munculnya dok.
Dr : sebelumnya, apa bapak punya masalah? di keluarga atau di tempat
kerja?
P : Tidak ada ji dok.
Dr : Sebelumnya, apa bapak pernah melihat bayangan-bayangan atau
dengar suara-suara aneh?
8
P : Tidak pernah ji dok.
Dr : Mungkin adalagi keluhan yang lain yang mau bapak sampaikan?
P : Tidak ada ji dok. Itu saja
Dr : Baik pak, kalau begitu terimakasih atas waktu dan informasinya ya
pak, semoga cepat sembuh.
P : Iye dok sama-sama dok.
VIII. PEMBAHASAN
Menurut buku Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan
Jiwa (PPDGJ III) untuk mendiagnosis gangguan anxietas terdapat
ketentuan gejala utama yang mencakup unsur-unsur berikut :
a. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung
tanduk,sulit konsentrasi, dsb)
b. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat
santai)
c. Overaktivitas autonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung
berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala,
mulut kering dsb.)
Pada pasien ini ditemukan gejala-gejala anxietas, seperti
kecemasan (rasa khawatir akan penyakitnya dan sulit berkonsentrasi saat
bekerja) dan overaktivitas otonom nyeri kepala pusing, berdebar dan
keringat dingin namun tidak memenuhi untuk gangguan cemas
menyeluruh, gangguan campuran anxietas dan depresi, gangguan anxietas
campuran, dan gangguan anxietas lainnya maka diagnosis pasien
berdasarkan PPDGJ III digilongkan sebagai Anxietas ytt (F41.9)
Pada pasien ini, psikofarmaterapi yang diberikan adalah
Alprazolam 0,25 mg 1/2-1/2-1. Alprazolam merupakan obat anxietas
golongan benzodiasepnine. Benzodiazepine terbagi atas 2 golongan
berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu golongan kerja lama dan kerja
singkat. Alprazolam termasuk dalam golongan benzodiazepine kerja lama.
9
Benzodiazepine mempengaruhi neurotransmitter kunci dalam otak
yang disebut Gamma-amino butyric acid (GABA). Neurotransmitter ini
memiliki efek penghambatan pada neuron motorik, sehingga kehadiran
GABA memperlambat atau menghentikan aktivitas neuronal.
Benzodiasepine meningkatkan aktivitas GABA, efektif memperlambat
impuls saraf di seluruh tubuh. Tindakan alami GABA ditambah dengan
benzodiazepine yang dengan demikian memberikan pengaruh tambahan
penghambatan pada neuron.
10
DAFTAR PUSTAKA
Kaplan.H.I, Sadock. B.J. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi Kedua. EGC:
Jakarta
Okta, Tendry, Rika. 2016. Gangguan Cemas Menyeluruh. Jurnal Medula Unila.
Vol 5 No.2
11