Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN TUGAS BESAR

SI-3151 MANAJEMEN KONSTRUKSI


PENGUJIAN MUTU EREKSI GIRDER PADA PEMBANGUNAN
KERETA CEPAT INDONESIA CHINA

Dosen :
Ir. Muhamad Abduh, MT., Ph.D.
Rani Gayatri Kusumawardhani P. ST,M.Sc.,Ph.D.

Asisten :
Faisal Mirza 15016124
Muhammad Fadhl 'abbas 15016143

Disusun Oleh :
Jihan Asy Syifa 15017087
Alif Luqman Kahfi 15017097
Abdurrahman Hanif 15017107
M. Fajar Ichsan 15017117

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2019
Laporan Tugas Besar SI-3151 Manajemen Konstruksi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas selesainya tugas besar berupa laporan kuliah lapangan yang berjudul "
Pengujian Mutu Ereksi Girder pada Pembangunan Kereta Cepat Indonesia
China untuk mata kuliah SI-3151 Manajemen Konstruksi. Atas dukungan
yang diberikan dalam penyusunan laporan ini, maka penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada:

1. Ir. Muhamad Abduh, MT., Ph.D. dan Rani Gayatri Kusumawardhani


P. ST,M.Sc.,Ph.D.selaku dosen mata kuliah SI-3151 Manajemen
Konstruksi.
2. Faisal Mirza dan Muhammad Fadhl 'abbas selaku asisten tugas besar
SI-3151 Manajemen Konstruksi.

Penulis menyadari bahwa laporan ini belum sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat dibutuhkan agar
makalah ini dapat bermanfaat, sesuai dengan tujuan laporan ini.

ii
Laporan Tugas Besar SI-3151 Manajemen Konstruksi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang................................................................................. 1

1.2 Maksud dan Tujuan ......................................................................... 1

1.3 Metode Kerja Praktik ...................................................................... 2

1.4 Lokasi dan Waktu ............................................................................ 2

1.5 Ruang Lingkup Pembahasan ........................................................... 2

1.6 Sistematika Penulisan ...................................................................... 2

2 BAB II DASAR TEORI......................................................................... 4

2.1 Metode Ereksi Girder ...................................................................... 4

2.1.1 Metode Floating Crane ............................................................. 4

2.1.2 Metode Kura-Kura ................................................................... 5

2.1.3 Metode Turn Roll ..................................................................... 6

2.2 Pengujian Mutu ............................................................................... 7

2.2.1 Manajemen Mutu Proyek ......................................................... 7

2.2.2 Manajemen Mutu di Lokasi Proyek ......................................... 8

2.3 Sistem Penjaminan dan Pengendalian Mutu ................................... 9

3 BAB III DESKRIPSI PERUSAHAAN ............................................... 11

3.1 Profil Perusahaan ........................................................................... 11

3.2 Struktur Organisasi ........................................................................ 11

3.3 Lingkup Usaha............................................................................... 16

iii
Laporan Tugas Besar SI-3151 Manajemen Konstruksi

4 BAB IV DESKRIPSI PROYEK .......................................................... 17

4.1 Latar Belakang Pelaksanaan .......................................................... 17

4.2 Identitas Proyek ............................................................................. 18

5 BAB V DATA HASIL OBSERVASI.................................................. 19

5.1 Konstruksi yang Baik dan Layak .................................................. 19

5.2 Pengujian Mutu pada Proses Pengerjaan Girder ........................... 19

BAB VI ANALISIS DATA ......................................................................... 22

6.1 Perbandingan Ereksi Girder Secara Umum dengan KCIC di


Bidang Pengujian Mutu............................................................................ 22

6.2 Analisis dan Saran Perbandingan Pengujian Mutu Ereksi Girder . 23

7 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ............................................ 24

7.1 Kesimpulan .................................................................................... 24

7.2 Saran .............................................................................................. 24

8 LAMPIRAN ......................................................................................... 25

9 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 27

iv
Laporan Tugas Besar SI-3151 Manajemen Konstruksi

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2-1 Ereksi Girder Metode Floating Crane ........................................ 5
Gambar 2-2 Ereksi Girder Metode Kura-Kura .............................................. 6
Gambar 2-3 Ereksi Girder Metode Turn Roll ................................................ 6
Gambar 2-4 Skema Pengujian Mutu Pada Pengerjaan Proyek di Lapangan . 9
Gambar 3-1 Struktur Organisasi PT KCIC .................................................. 12
Gambar 4-1 Denah Jalur KCIC .................................................................... 18

v
Laporan Tugas Besar SI-3151 Manajemen Konstruksi

DAFTAR LAMPIRAN

vi
Laporan Tugas Besar SI-3151 Manajemen Konstruksi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu pencapaian dari visi Presiden Joko Widodo adalah dengan
adanya pembangunan infrastruktur di seluruh penjuru Indonesia. Karenanya,
dibuatlah beberapa infrastruktur seperti jalan tol trans Sumatra,
pemanjangan tol trans Jawa, sampai pembangunan jalan di Papua.
Salah satu proyek infrastruktur besar yang saat ini sedang dilakukan
adalah proyek Kereta Cepat Indonesia Cina atau biasa disebut KCIC yang
menghubungkan Jakarta ke Bandung dengan kecepatan sekitar 250 – 300
km/jam, sehingga dari Jakarta ke Bandung hanya memerlukan waktu sekitar
30 menit saja. Proyek ini dilakukan karena mengingat banyaknya penduduk
Jakarta yang pergi ke Bandung dan sebaliknya sehingga dibutuhkan moda
transportasi tambahan untuk mempercepat pergerakan penduduk dari
Jakarta ke Bandung ataupun sebaliknya.
Salah satu kegiatan di proyek ini adalah pelaksaan girder untuk
menunjang pergerakan kereta nantinya. Terdapat perbedaan metode
pelaksaan girder pada proyek KCIC dengan pelaksaan girder pada proyek
lainnya seperti jalan tol, jalan layang, dan lain-lain. Pada laporan ini akan
dibahasa mengenai bagaimana pelaksaan girder dalam proyek KCIC supaya
hasilnya bisa maksimal.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan disusunnya laporan ini adalah:
1. Mengetahui pelaksaan girder secara umum
2. Mengetahui pelaksaan girder pada proyek Kereta Cepat Indonesia
Cina (KCIC)
3. Membandingkan pelaksaan girder secara umum dan di proyek KCIC

1
Laporan Tugas Besar SI-3151 Manajemen Konstruksi

1.3 Metode Kerja Praktik


Metode yang digunakan untuk mengumpulkan informasi dalam
penyusunan laporan ini yaitu:
1. Observasi
2. Wawancara
3. Literatur

1.4 Lokasi dan Waktu


Lokasi yang akan digunakan untuk mencari data pada laporan ini
berada di Karawang Site yang sedang melaksanakan proyek Kereta Cepat
Indonesia Cina (KCIC) dengan pekerjaan ereksi girder. Adapun waktu yang
akan dilaksanakan adalah pada awal bulan November 2019.

1.5 Ruang Lingkup Pembahasan


Pada laporan ini kami tidak membahas ereksi girder sepenuhnya.
Batas dari laporan ini adalah pengujian mutu dari ereksi girder, mulai dari
persiapan hingga girder terpasang.

1.6 Sistematika Penulisan


Untuk memahami lebih jelas laporan ini, maka isi dari laporan ini
dikelompokkan menjadi 7 bab dengan beberapa sub-bab di dalamnya.
Pada bab pertama adalah pendahuluan tentang laporan ini. Berisikan
latar belakang laporan ini dibuat, maksud dan tujuan, metoda yang
digunakan dalam pengambilan data, lokasi dan waktu pengambilan data,
ruang lingkup pembahasan laporan ini, dan juga sistematika penulisannya.
Bab kedua adalah teori-teori yang mendukung dalam analisis pada
laporan ini. Berisi referensi-referensi dari luar tempat kami melakukan
observasi. Adapun teori yang kami bahas adalah metode dari ereksi girder
tersebut, dan juga manajemen mutunya.
Bab ke-3 merupakan deskripsi perusahaan yang melaksanakan proyek
KCIC ini. Bab ini berisikan profil perusahaan, struktur organisasi
perusahaan, dan juga lingkup usaha yang mereka kerjakan.

2
Laporan Tugas Besar SI-3151 Manajemen Konstruksi

Bab ke-4 merupakan deskripsi dari proyek KCIC ini yang berisikan
latar belakang pelaksanaan proyek Kereta Cepat Indo Cina ini, Data proyek,
lokasi proyek, dan lingkup pekerjaan proyek.
Bab ke-5 merupakan hasil dari observasi kami ke lapangan. Data yang
digunakan dapat diperoleh dari perusahaan pelaksana, ataupun hasil
wawancara ke orang-orang yang bersangkutan.
Bab ke-6 merupakan analisis kami terhadap apa yang terjadi di
lapangan dengan teori-teori yang dibahas pada teori dasar. Bab ke-6 ini juga
berisi saran dari kami terhadap pengujian mutu yang terjadi di lapangan.
Bab ke-7 berisi kesimpulan-kesimpulan untuk menjawab maksud dan
tujuan dari laporan ini. Adapun hal lain yang ada pada bab ini adalah saran
dari kami untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

3
Laporan Tugas Besar SI-3151 Manajemen Konstruksi

2 BAB II
DASAR TEORI

2.1 Metode Ereksi Girder


Girder adlaah struktur atas yang biasanya terbuat dari precast
beton dimana terpasang diantara dua penyangga. Girder sendiri
berfungsi untuk menyalurkan beban berupa beban kendaraan atau
benda yang ada diatasnya ke struktur bawah yaitu abutment nya agar
bisa diredam sehingga tidak terjadi persimpangan gaya.

Salah satu keuntungan sehingga girder lebih banyak dgnakan


oleh kontraktor adalah dikarenakan lebih praktis dan lebih kuat. Selain
itu juga, bentuk girder juga bermacam-macam sesuai dengan
kebutuhannya yaitu girder I, girder T, box girder sigle dan multi sel.
Dalam proses pemasangan girder sendiri terdapat beberapa alternatef
yang dapat menyesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi dilapangan.

2.1.1 Metode Floating Crane


Sesuai dengan namanya, metode ini menggunakan 2 unit floating
crane dengan kapasitas masing-masing 100 Ton untuk meletakkan badan
STF pada abutment. Floating crane tersebut diletakkan diatas sebuah
ponton. Kemudian untuk menjaga kestabilannya, badan floating crane
dikaramkan dengan cara mengisi air hingga bagian ponton floating crane
tersebut. Kemudian untuk melakukan mobilisasi badan GIRDER dilaut
dapat menggunakan ponton yang ditarik dengan tug boat dari tempat
fabrikasi. Setelah sampai ditempat yang dituju, badan GIRDER disambung
terlebih dahulu perbagian dan sambungkan dengan ponton lain sehingga
siap untuk dipasang.

4
Laporan Tugas Besar SI-3151 Manajemen Konstruksi

Gambar 2-1 Ereksi Girder Metode Floating Crane

2.1.2 Metode Kura-Kura


Metode kura-kura mempunyai prinsip kerja yang hamper sama
dengan metode floating crane, bedanya ada pada alat berat yang digunakan
untuk pemasangan STF. Untuk metode kura-kura ini alat yang digunakan
adalah berupa crawler crane berjumlah 2 buah dengan kapasitas 100 Ton
untuk meletakkan STF pada abutment. Crawler crane tersebut diletakkan
diatas ponton dan juga dikaramkan dengan cara mengisi air pada bagian
badan ponton. Untuk mobilisasinya sendiri, pada STF diangkut
menggunakan ponton yang dikapalkan dari tempat fabrikasi dalam bentuk
segmen-segmen dan ketika sudah sampai dilokasi segmen-segmen tersebut
disambungkan didaratan yang kemudian diangkut dengan sebuah roller
bogie menuju bearing pad. Kemudian untuk mengangkat materialnya secara
bersamaan dapat menggunakan 2 unit crane dengan kpasitas masing-masing
100 Ton.

5
Laporan Tugas Besar SI-3151 Manajemen Konstruksi

Gambar 2-2 Ereksi Girder Metode Kura-Kura


2.1.3 Metode Turn Roll
Untuk metode ini alat yang digunakan adalah semacam bogie dengan
rel yang diletakan di darat yang kemudian didukung dengan crawler crane
yang memiliki kapaitas 100 Ton pada kedua ujung abutment. Untuk
mobilisasi didarat dapat menggunakan Turn Roll dan untuk mobilisasi dilaut
menggunakan peluncur rel dimana badan Girder dapat diapungkan dengan
ditutup pada kedua ujung girder. Untuk mengangkat material secara
bersamaan dapat menggunakan 2 unit crawler crane dengan kapasitas
masing-masing 100 Ton.

Gambar 2-3 Ereksi Girder Metode Turn Roll

6
Laporan Tugas Besar SI-3151 Manajemen Konstruksi

2.2 Pengujian Mutu


2.2.1 Manajemen Mutu Proyek
Mutu merupakan tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat
sesuatu. Pada proses konstruksi, yang dimaksud dengan mutu adalah
kesesuaian produk konstruksi yang dihasilkan dengan kebutuhan dan
persyaratan yang sudah dirancang dan direncanakan sebelumnya.
Manajemen mutu merupakan proses penting, terutama pada proses
konstrusi. Manajemen mutu atau yang disebut juga Manajemen Kualitas
Proyek adalah proses yang dilakukan, untuk menjamin proyek dapat
memenuhi kebutuhan yang telah disepakati, melalui aturan-aturan mengenai
kualitas, prosedur ataupun guidelines. Kesepakatan ini dapat terukur melalui
parameter conformance to requirements (proses dan produk proyek
memenuhi spesifikasi) dan fitness for use (produk dapat digunakan sesuai
maksud dan tujuannya).
Menurut Project Management Body of Knowledge (PM BOK),
Project Quality Management terdiri dari:
 Quality Planning - mengidentifikasi standar kualitas seperti apa
yang relevan dengan proyek dan menentukan bagaimana untuk
memenuhinya.
 Quality Assurance - mengevaluasi keseluruhan kinerja proyek
secara teratur untuk memberikan keyakinan bahwa proyek akan
memenuhi standar kualitas yang sesuai.
 Quality Control - pemantauan hasil proyek untuk menentukan
apakah mereka memenuhi standar kualitas yang relevan dan
mengidentifikasi cara untuk menghilangkan penyebab dari kinerja
tidak memuaskan.
Pada manajemen mutu, terdapat beberapa karakteristik kualitas/mutu
dari berbagai aspek proyek yang harus dipenuhi. Aspek-aspek tersebut yaitu
a. Nilai dan biaya
b. Waktu dan jadwal
c. Produk
d. Workmanship

7
Laporan Tugas Besar SI-3151 Manajemen Konstruksi

e. Keselamatan dan kesehatan kerja di lokasi proyek


f. Lingkungan hidup

2.2.2 Manajemen Mutu di Lokasi Proyek


Manajemen Mutu di Lokasi Proyek (on-site Quality Management)
merupakan bagian Quality Assurance dan Quality Control System dari
perusahaan konstruksi. Sistem ini dapat dikembangkan di salah satu dari dua
pendekatan ini:
a. End result specifications
Sistem mutu ini berorientasi kepada hasil dari proyek konstruksi dan
dikembangkan selama proses lelang, sebelum kontrak. Sistem mutu ini
disebut juga dengan Pre-award. Hal-hal yang harus diperhatikan pada
pendekatan ini adalah sbb.
• Quality Assurance dijelaskan dalam Spesifikasi
• Evaluasi penawaran memperhatikan Spesifikasi (teknis)
• Kontraktor terikat dengan persyaratan QA - Specs.
• Quality Plan dan supplier approval dibutuhkan untuk finalisasi
daftar kualitas barang.

b. Method specifications
Rencana mutu pada sistem ini dikembangkan setelah penandatanganan
kontrak, atau disebut juga dengan Post-award.Sistem mutu ini berfokus
pada hal-hal sbb.
• Approval Quality Plans
• Inspeksi dan sistem pengukuran
• Sistem persetujuan dan penerimaan
Lingkup dari manajemen mutu di lokasi proyek dimulai dari :
a. Penyediaan Material
Pengendalian mutu dilakukan dengan cara melakukan pengujian
kualitas material di laboratorium atau tempat uji. Hasil dari
pengujian tersebut menentukan material yang dipakai dapat dipakai
untuk proyek atau tidak.

8
Laporan Tugas Besar SI-3151 Manajemen Konstruksi

b. Persiapan pekerjaan
Pengendalian mutu dilakukan dengan cara melakukan inspeksi atau
pengecekan pada tahap persiapan. Pengecekan tersebut menilai
apakah tahap persiapan yang dilakukan sudah sesuai dengan kontrak
dan hasil dari inspeksi tersebut menentukan apakah proses dapat
diterima atau tidak.
c. Tahap Konstruksi
Pada tahap konstruksi membutuhkan peralatan-peralatan dan pekerja
konstruksi. Ditengah perjalanan konstruksi dilakukan inspeksi agar
pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan perjanjian dan
menghasilkan pekerjaan konstruksi sesuai dengan yang diharapkan.
Sebelum penyelesaian pekerjaan konstruksi, dilakukan pengujian
kembali terhadap hasil pekerjaan.

Gambar 2-4 Skema Pengujian Mutu Pada Pengerjaan Proyek di


Lapangan
2.3 Sistem Penjaminan dan Pengendalian Mutu
Ruang lingkup yang diperhatikan pada sistem penjaminan dan pengendalian
mutu adalah sbb.
a. Penjaminan mutu
- Perencanaan dan spesifikasi
- Shop Drawings
- Standar and Manuals, termasuk pengujian
- Prosedur pekerjaan

9
Laporan Tugas Besar SI-3151 Manajemen Konstruksi

b. Pengendalian mutu
- Pengawasan
- Pemeriksaan
- Sampling
- Pengujian

Kriteria penerimaan pada penjaminan dan pengendalian mutu terdiri atas :


 Standar kualitas dan standar pengujian (SNI, ASTM, dsb)
 Destructive vs. non-destructive test
 Tingkat penerimaan (tingkat kepercayaan)
 Teknik sampling
 Laboratorium independen (lembaga pengujian)

10
Laporan Tugas Besar SI-3151 Manajemen Konstruksi

3 BAB III
DESKRIPSI PERUSAHAAN

3.1 Profil Perusahaan


PT Kereta Cepat Indonesia China (PT KCIC) adalah perusahaan yang
mengoperasikan kereta cepat pertama di Indonesia yang menghubungkan
Jakarta dengan Bandung. Perusahaan ini adalah bentuk konsorsium dari PT
Pilar Sinergi BUMN (PT Wijaya Karya, PT Kereta Api Indonesia, PT
Perkebunan Nusantara VIII, dan PT Jasamarga) dengan Beijing Yawan
HSR Co. Ltd. (China Railway International Co., Ltd., China Railway Group
Limited (CREC), Sinohydro Corporation Limited, CRRC Corporation
Limited (CRRC), dan China Railway Signal and Communication Corp.
(CRSCC)).
Saham dari PT KCIC berasal 60% dari PT Pilar Sinergi BUMN dan
40% dari Beijing Yawan HSR Co., tidak ada sumber dana satupun yang
berasal dari pemerintah, melainkan pemerintah hanya sebagai regulator saja.
Sumber dana PT KCIC dalam melaksanakan proyek kerete cepat ini terdiri
dari 25% ekuitas dan 75% pinjaman. Porsi pinjaman bersumber dari China
Development Bank dengan spesifikasi:
1. Sebesar 63% dalam mata US$ (Dolar Amerika Serikat) dengan suku
bunga tetap sebesar 2% per tahun;
2. Sebesar 37% dalam mata uang RMB (Reiminbi/Yuan) dengan suku
bunga 3,46% per tahun; dan
3. Jangka waktu pengembalian 40 tahun termasuk grace period 10 tahun.

3.2 Struktur Organisasi


PT KCIC terdiri dari 4 direktorat, yaitu Direktorat Keuangan
(Finance), Direktorat TOD (Transit-Oriented Development), Direktorat
HSR (High Speed Railway), dan Direktorat HR (Human Resources) & GA
(General Affairs). Adapun struktur organisasi PT. KCIC dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.

11
Laporan Tugas Besar SI-3151 Manajemen Konstruksi

Gambar 3-1 Struktur Organisasi PT KCIC

1. Direktorat Keuangan

Direktorat keuangan merupakan bidang yang bertanggung jawab atas


keuangan PT. KCIC, mulai dari perencangaan, pengadaan, pengalokasian
hingga pengawasan terhadap keuangan perusahaan. Direktorat Keuangan
sendiri terdiri dari 3 departemen, yaitu Investment and Risk Management,
Finance and Accounting, dan Budget Monitoring and Control.
a. Investment and Risk Management

Departemen ini bertugas untuk menghitung besarnya risiko


dalam investasi yang dilakukan oleh perusahaan. Tujuannya adalah
untuk memastikan bahwa kerugian dari investasi perusahaan tidak
melewati batasan yang ditentukan.

12
Laporan Tugas Besar SI-3151 Manajemen Konstruksi

b. Finance and Accounting

Departemen ini bertugas untuk melakukan pengendalian


terhadap aset perusahaan sehingga aset dapat menghasilkan nilai
ekonomi yang maksimal. Departemen ini juga bertugas untuk
melakukan pencatatan terhadap alur keuangan perusahaan sehingga
dapat memberikan kondisi keuangan perusahaan yang aktual yang
dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi
perusahaan.
c. Budget Monitoring and Control

Departemen ini memiliki tugas untuk melakukan


pengawasan dan pengaturan terhadap penggunaan aset perusahaan.
Departemen ini juga turut memastikan bahwa aset yang digunakan
sudah sesuai peruntukannya sehingga tidak ada investasi yang tidak
pada tempatnya.
2. Direktorat TOD (Transit Oriented Development)
Direktorat TOD merupakan bidang yang bertanggung jawab atas
investasi yang dilakukan perusahaan terhadap wilayah sekitar titik transit
kereta cepat. Direktorat TOD terdiri dari 3 departemen, yaitu Planning
and Marketing, Project Development, dan QSSHE (Quality, Safety,
Security, Health, and Environment).
a. Planning and Marketing

Departemen ini bertugas untuk melakukan perencanaan


terhadap investasi di daerah transit sehingga investasi dapat
memberikan manfaat yang optimal.
b. Project Development

Departemen ini bertugas untuk melakukan perencanaan


terhadap daerah transit sesuai dengan perkembangan dari daerah
transit tersebut. Departemen ini dituntut untuk terus melakukan
perencanaan terhadap daerah transit sehingga daerah transit dapat
terus berkembang dengan menghasilkan manfaat yang seluas-
luasnya.
13
Laporan Tugas Besar SI-3151 Manajemen Konstruksi

c. QSSHE (Quality, Safety, Security, Health, and Environment)

Departemen yang bertanggung untuk menjamim kualitas


hasil pekerjaan, keselamatan, keamanan, dan kesehatan dari pihak-
pihak yang terlibat dalam pengembangan daerah transit mulai dari
proses konstruksi hingga operasional daerah transit.
3. Direktorat High Speed Railway (HSR)
Direktorat High Speed Railway merupakan bidang yang bertanggung
jawab terhadap segala aspek yang berhubungan langsung dengan
pengadaan kereta cepat mulai dari perencanaan, perancangan,
konstruksi, hingga operasional kereta cepat. Direktorat HSR terdiri dari
4 departemen, yakni Technical/Design Management, Project
Management, Material/Equipment, dan QSSHE (Quality, Safety,
Security, Health, and Environment).
a. Techical/Design Management

Departemen ini bertugas untuk memastikan aspek


perancangan yang sudah dilakukan oleh pihak kontraktor EPC sesuai
dengan kebutuhan KCIC. Aspek perancangan dalam hal ini adalah
berkaitan dengan gambar desain dari setiap jenis pekerjaan untuk
kereta cepat.
b. Material/Equipment

Departemen ini bertugas untuk memastikan sumber daya


baik material ataupun peralatan yang akan digunakan untuk proses
konstruksi kereta cepat dapat tersedia tepat waktu dan digunakan
dengan baik selama pada proses konstruksi kereta cepat.
c. Project Management

Departemen ini bertugas untuk memastikan setiap kegiatan


dalam proses konstruksi di lapangan berjalan dengan baik mulai dari
perencanaan metode kerja hingga proses pelaksanaan metode kerja
di lapangan. Departemen ini juga melakukan pengendalian jadwal
proyek dengan mengadakan rapat mingguan, bulanan, dan empat
bulanan.
14
Laporan Tugas Besar SI-3151 Manajemen Konstruksi

d. QSSHE (Quality, Safety, Security, Health, and Environment)

Departemen ini bertugas tugas untuk memastikan


kualitas,dari hasil pekerjaan, keselamatan, keamanan, kesehatan dari
pihak-pihak terkait proses konstruksi kereta cepat. Departemen ini
juga bertugas untuk memastikan lingkungan sekitar pekerjaan
konstruksi dapat terpelihara dengan baik mulai dari tahap awal
hingga berakhirnya proses konstruksi.
4. Direktorat Human Resource and General Affairs

Direktorat Human Resource and General Affairs adalah


bidang yang bertanggung jawab mengenai aspek ketenagakerjaan
perusahaan dan segala urusan yang bersifat menunjang
operasional perusahaan. Direktorat HR & GA terdiri dari 3
departemen, yakni Human Resources, Contract Administration,
dan Legal and Acquisition.
a. Human Resources

Departemen ini bertugas dalam mengelola sumber daya


manusia perusahaan. Pengelolaan sumber daya manusia ini
dilakukan mulai dari tahap penerimaan pegawai hingga
pengembangan setiap pegawai dalam perusahaan baik secara
finansial maupun kompetensi.
b. Contract Administration

Departemen yang bertanggung jawab mengenai administrasi


kontrak proyek. Administrasi yang dimaksud adalah pendataan dan
pengarsipan mengenai kontrak proyek mulai dari tahap awal proyek
sampai proyek selesai.
c. Legal dan Acquisition

Departemen yang bertanggung jawab dalam urusan mengenai


kontrak proyek. Departemen ini berperan sebagai ujung tombak owner
dalam pengintepretasian dokumen kontrak sehingga keputusan yang
diambil owner tidak merugikan perusahaan. Selain itu, departemen ini

15
Laporan Tugas Besar SI-3151 Manajemen Konstruksi

juga bertanggung jawab untuk melakukan akuisisi lahan yang akan


digunakan dalam proyek mulai dari pendekatan kepada masyarakat
sampai serah terima lahan yang akan diakuisisi.

3.3 Lingkup Usaha


Lingkup usaha dari PT KCIC adalah pengoperasian kereta cepat yang
menghubungkan Jakarta di Halim dengan Bandung di Tegalluar dengan
jarak 142,3 km, yang selanjutnya disebut Kerete Cepat Jakarta Bandung
(KCJB). Kereta cepat ini memiliki kecepatan maksimum hingga 350
km/jam, sehingga rute Jakarta-Bandung dapat ditempuh hanya dalam waktu
sekitar 30 menit. Tiket kereta cepat ini direncanakan untuk dijual pada harga
yang sama selama 50 tahun dari saat mulai dioperasikan yaitu rata-rata
seharga $16 atau setara kurang lebih dengan Rp200.000 (versi Maret 2018).

16
Laporan Tugas Besar SI-3151 Manajemen Konstruksi

4 BAB IV
DESKRIPSI PROYEK

4.1 Latar Belakang Pelaksanaan


Pelaksanaan Proyek Kereta Api Cepat Jakarta China dilatar belakangi
oleh urgensi perkembangan infrastruktur nasional untuk meratakan dan
memperkuat konektivitas nasional, yang dapat diawali dengan
pembangunan sentra ekonomi baru di koridor Jakarta-Bandung. Sentra
ekonomi ini akan berpusat di kota Walini yang sudah dimulai sejak tahun
2009. Hal lain yang mendasari proyek kereta cepat ini adalah padatnya rute
jalan tol dan kereta regular yang menghubungkan Jakarta-Bandung,
sehingga diharapkan Kereta Api Cepat Jakarta Bandung menjadi salah satu
alternatif transportasi untuk mengurangi kepadatan tersebut. Kereta cepat ini
juga sebagai peningkatan pelayanan transportasi sehingga dapat memenuhi
keinginan masyarakat.
Pembangunan Kereta Api Cepat Indonesia Cina rute Jakarta-Bandung
ini juga menghasilkan beberapa manfaat. Pertama, proyek yang cukup besar
ini menyerap tenaga kerja dengan jumlah yang besar. Tenaga kerja langsung
yang dibutuhkan yaitu sebanyak 87.000 orang, dan untuk kebutuhan masa
konstruksi selama 3 tahun memerlukan 39.000 pekerja. Selain itu, setelah
masa konstruksi kereta juga dibutuhkan pekerja untuk pengorperasian kereta
cepat ini, yaitu 28.000 pekerja saat masa operasi 25 tahun dan 20.000
pekerja untuk konstruksi kawasan stasiun dan sekitarnya selama 15 tahun.
Lalu, manfaat lainnya adalah mengurangi kemacetan di tol Jakarta-Bandung
karena penambahan moda. Selanjutnya, manfaat yang dapat diperoleh
adalah mempercepat waktu tempuh Jakarta-Bandung menjadi 35-40 menit,
dan juga mengurangi tingkat kecelakaan dan polusi. Keberadaan Kereta Api
Cepat Indonesia Cina ini juga dapat meningkatkan pendapatan pemerintah
(PDB), salah satunya melalui pajak yang berkontribusi saat masa konstruksi
kereta serta pengembangannya.

17
Laporan Tugas Besar SI-3151 Manajemen Konstruksi

4.2 Identitas Proyek


Kereta Api Cepat Indonesia China rute Jakarta-Bandung ini
menghubungkan empat stasiun, yaitu stasiun Tegalluar, Walini, Karawang,
dan Halim. Jarak tempuh total dari stasiun Halim (Jakarta) ke stasiun
Tegalluar (Bandung) adalah sejauh 142.3 km dengan 82.7km jalur elevated
dan 59.6 km jalur darat. Denah jalur KCIC adalah sbb

Gambar 4-1 Denah Jalur KCIC

Data Umum
Nama Proyek Kereta Api Cepat Jakarta - Bandung
Ruas Cikarang
Lokasi Administratif Jalan D.I. Panjaitan Kav. 9 Jakarta
Timur, Indonesia 13340
Waktu Pelaksanaan 3 tahun
Pemilik PT. Kereta Api Cepat Indo China
Konsultan Supervisi KKJTJ
Kontraktor Utama Sinohydro, Wika,
Nilai Kontrak Rp. 84 triliun

18
Laporan Tugas Besar SI-3151 Manajemen Konstruksi

5 BAB V
DATA HASIL OBSERVASI

5.1 Konstruksi yang Baik dan Layak


a. Menerapkan keamanan konstruksi yang baik dan layak, serta
penerapan sistem manajemen yang sesuai standardisasi, dan
pengaturan pengerjaan konstruksi yang baik dan wajar
b. Melakukan pemeriksaan dan pemeliharaan rutin terhadap berbagai
fasilitas keamanan, pemadam kebakaran, dan penggunaan listrik
serta sigap menindak segala kemungkinan bahaya yang tersembunyi
untuk memastikan semuanya aman dan efektif
c. Akses jalan di area konstruksi harus rata dan bebas hambatan, dan
harus dibuat perencanaan drainase
d. Material, perlengkapan, dan peralatan harus tertata agar tetap kuat
e. Pagar pengaman dipasang di sekitar area konstruksi, dan dipasang
pengaman pada scaffolding. Area konstruksi hanya boleh dimasuki
oleh pekerja konstruksi yang memiliki tanda pengenal.
f. Harus ada tindakan perlindungan lingkungan di sekitar wilayah
konstruksi.

5.2 Pengujian Mutu pada Proses Pengerjaan Girder


Pengujian mutu girder dilakukan dimulai dari tahap persiapan sampai
dengan girder terpasang. Tahapan-tahapan yang dilakukan terdiri atas:
a. Persiapan
Tahap persiapan merupakan tahap yang dilakukan sebelum
dilakukan ereksi girder. Tahap ini yaitu tahapan casting girder. Pada
tahapan casting ini, terdiri atas :
- Pendatangan material
Pengecekan material dilakukan berdasarkan quality plan
yang telah direncanakan serta disetujui oleh pihak terlibat
melalui kontrak. Quality Plan berbentuk seperti daftar-daftar
spesifikasi yang harus dipenuhi kualitasnya oleh material
yang digunakan. Pengecekan material tersebut dilakukan
19
Laporan Tugas Besar SI-3151 Manajemen Konstruksi

oleh petugas khusus dan waktu tertentu. Apabila material


tidak lolos spesifikasi pada proses pengecekan, maka bahan
yang digunakan akan direject.
- Proses Konstruksi Casting
Pada tahapan konstruksi casting, pengecekan mutu dilakukan
pada saat pengecoran, penentuan jarak tulangan, posisi,
ukuran, perawatan beton, serta beton hasil casting tersebut.
Pada manajemen mutu di proses ini, terdapat dua pendekatan
yang dilakukan, yaitu end result specification dan method
specification. Pada proses pemasangan tulangan dan
pengecoran, dlakukan pendekatan method specifiation, yaitu
pengecekan kesesuaian jarak tulangan dengan spesifikasi
yang telah ditentukan, serta dilakukan uji slump sehingga
workability beton sesuai dengan yang telah disepakati pada
kontrak.Dilakukan juga pengecekan pada tahapan pekerjaan
yang dilakukan sehingga sesuai dengan prosedur yang
berlaku. Setelah dilakukan pengecekan dan dilakuakn proses
pengecoran, dilakukan juga pengecekan pada metode
perawatan beton yang dilakukan.Pada pengujian hasil beton,
dilakukan pendekatan end result specification. Pengujian
yang dilakukan adalah sampling dan uji tekan beton. Apabila
finish product sesuai spesifikasi, maka produk diterima, jika
tidak, dilakukan evaluasi kembali pada proses sebelumnya.
Selain uji tekan, kontrol hasil casting beton dilakukan dengan
pengamatan visual, yaitu memperhatikan cacat yang terjadi
pada beton. Penanganan pada cacat berbeda sesuai dengan
jenis cacatnya. Apabila terjadi cacat struktural yang tidak
sesuai dengan spesifikasi, maka beton tidak dapat digunakan
(reject). Apabila terjadi cacat nonstruktural dilakukan
peninjauan metode kembali, sedangkan apabila terjadi cacat
permukaan (seperti retak halus) dilakukan pemolesan. Selain

20
Laporan Tugas Besar SI-3151 Manajemen Konstruksi

pada kualitasdan proses casting, juga dilakukan pengecekan


pada peralatan-peralatan dan jumlah pekerja dilapangan..

b. Proses Ereksi Girder


Proses ereksi girder dilakukanmelalui tahapan sebagai berikut.
- Gantry crane 1 akan mengangkat dan memindahkan girder
dari stockiest ke site.
- Gantry crane 2 akan mengangkat girder untuk dibawa ke atas
dengan posisi sudah berada di site dan diletakkan di beam
traveler (kaki seribu).
- Kaki seribu akan berjalan menyusuri girder yang sudah
terpasang hingga ujung lainnya.
- Launcher yang sudah berdiri di ujung akan memajukan
kakinya ke pier berikutnya dan didalamnya terdaoat rel dan
mekanisme khusus didalamnya unruk mengambil girder dari
kaki seribu.

Pengujian yang dilakukan pada tahapan ini adalah pengujian


kualitas alat yang digunakan, yaitu gantry crane, kaki seribu, dan
mekanisme lainnya. Pengecekan kelayakan alat tersebut sudah
dilakukan dengan uji beban di waktu lampau, dan juga dilakukan
pengecekan kelayakan alat di waktu berkala. Lalu dilakukan
juga inspeksi alat setiap sebelum pengangkatan girder, yaitu
terdiri atas:
- Pemeriksaan tali kawat
- Pemeriksaan titik angkat
- Pemeriksaan hook
- Pemeriksaan alat
- Pemeriksaan lingkungan
- Koordinasi kontak sinyal
- Pemeriksaan status pekerja.

21
Laporan Tugas Besar SI-3151 Manajemen Konstruksi

BAB VI
ANALISIS DATA

6.1 Perbandingan Ereksi Girder Secara Umum dengan KCIC di


Bidang Pengujian Mutu
Pada pengujian mutu ereksi girder di proyek KCIC, hal pertama yang
dilakukan adalah pendatangan material berdasarkan quality plan yang sama
dengan di proyek pada umumnya yang diawali dengan tahapan quality plan.
Selanjutnya terdapat tahapan quality assurance dan quality control pada
bagian konstruksi casting seperti pada proyek pada umumnya.
Pada tahapan quality plan di proyek KCIC terdapat proses
pendatangan dan pengecekan material yang dilakukan oleh petugas khusus.
Jika material yang dicek tidak memenuhi spesifikasi yang digunakan.
Pada tahapan quality control di proyek KCIC terdapat proses
pengecekan kesesuaian jarak tulangan dengan spesifikasi yang telah
ditentukan dan pengujian slump yang telah disepakati kontrak. Lalu langkah
selanjutnya yaitu sampling beton dan diuji kekuatan tekannya, lalu ada
proses lainnya yaitu pengecekan terhadap cacat struktural dan nonstruktural.
Pada tahapan quality assurance di proyek KCIC terdapat proses
pengevaluasian terhadap metode mix design jika hasil uji tekan beton pada
tahapan quality control sebelumnya tidak memenuhi persyaratan desain.
Lalu jika ada terjadi cacat secara struktural seperti beton yang retak pada
girder yang mengakibatkan beton tidak bisa digunakan sehingga harus
diganti dengan yang baru.
Selain itu juga ada tahapan pendekatan end result specifications dan
method specifications yang dilakuakn di proyek KCIC seperti proyek pada
umumnya. Pendekatan end result specifications dilakukan pada tahapan
pengujian kekuatan tekan beton. Sementara pendekatan method
specification

22
Laporan Tugas Besar SI-3151 Manajemen Konstruksi

6.2 Analisis dan Saran Perbandingan Pengujian Mutu Ereksi Girder


Dari hasil analisis kami, pengujian mutu pada ereksi girder pada
proyek KCIC sudah memenuhi standar yang telah diutarakan pada BAB
teori dasar sebelumnya. Pengecekan/ Quality Control pada setiap kegiatan
dimulai dari persiapan hingga ereksi girder dilakukan dengan step by step
dan memenuhi proserdur-prosedur yang ada.
Hal baik yang dilakukan oleh perusahaan besar yang menangani
proyek ini dapat menjadi contoh yang baik bagi perusahaan-perusahaan lain
khususnya di Indonesia. Saran yang kami kemukakan merupakan saran
untuk perusahaan lain agar dapat mencontoh hal yang baik dari proyek ini.

23
Laporan Tugas Besar SI-3151 Manajemen Konstruksi

7 BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Dari hasil observasi kami ke lokasi casting girder dan ereksi girder
pada proyek KCIC didapatkan kesimpulan bahwa
 Perbandingan antara teori yang kami dapat dengan keadaaan
lapangan pada proyek KCIC dalam hal pengujian mutu ereksi
girder dilakukan dengan baik dan sesuai standar yang telah
ada.
 Proses ereksi girder di lapangan memiliki metode berbeda
dengan teori yang telah kami paparkan. Di lapangan, ereksi
girder menggunakan metode kaki seribu
7.2 Saran
 Pada observasi kali ini, waktu yang diperlukan sangat sedikit,
sehingga kami tidak dapat menggali lebih dalam untuk
pengujian mutu pada ereksi girder tersebut.
 Pada waktu kami observasi, tidak ada jadwal ereksi girder,
sehingga kami tidak dapat melihat secara langsung proses
ereksi girder tersebut terjadi, dan hanya mendapatkan
informasi dengan cara menanyakan langsung kepada petugas.

24
Laporan Tugas Besar SI-3151 Manajemen Konstruksi

8 LAMPIRAN

25
Laporan Tugas Besar SI-3151 Manajemen Konstruksi

26
Laporan Tugas Besar SI-3151 Manajemen Konstruksi

9 DAFTAR PUSTAKA

http://concern.itb.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/8.-Sesi-KCIC_Paparan-
KCIC_ITB_271118.pdf
Rumane, Abdul Razzak.2010.Quality Management in Construction
Projects.Portland:Taylor & Francis Inc

27

Anda mungkin juga menyukai