Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak

Sebelum membahas tentaang cara meningkatkan kwalitas akhlak

siswa MAN 1 Ogan Komering Ilir, disini penulis kaji dulu tentang pengertian

akhlak. Apa itu akhlak ? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KUBI ),

akhlak berarti budi pekerti, watak, tabiat.1 Secara etimologis akhlak berasal

dari Bahasa Arab yang merupakan bentuk jamak dari kata khuluq, yang

berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. 2Akhlak pribadi yang

ada pada diri seseorang meliputi akhlak shidiq yang berarti benar atau jujur,

amanah yang berarti dapat dipercaya, istiqamah yang berarti teguh pendirian,

iffah yang berarti menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik, syaja’ah yang

berarti berani, tawadu’ yang berarti rendah hati, malu, sabar, dan pemaaf.3

Sedangkan menurut istilah, akhlak adalah suatu keadaan yang

melekat pada jiwa manusia yang melahirkan perbuatan-perbuatan yang

mudah tanpa melalui roses pemikiran, pertimbangan, atau penelitian.4 Oleh

karena itu seseorang akan mudah sekali untuk menjadi berakhlak baik atau

buruk.

Keberhasilan sekolah sebagai lembaga pendidikan dalam membina

siswanya agar berahlakul karimah tidak lepas dari usaha siswa itu sendiri dan

juga lingkungan yang mendukungnya. Seperti semua warga sekolah yang

1
W.J.S Poerwadarminta, KUBI, ( Jakarta, Balai Pustaka), hlm. 18
2
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak,( Jakarta, Rajawali Pers, 2008), hlm.1-2
3
Ibid, hlm. 81-140
4
Buku paket.com,Buku Siswa , hlm.32

3
meliputi karyawan, guru, para siswa, dan kepala sekolah harus tercermin

dalam kehidupan sehari-hari dan membiasakan berperilaku jujur, amanah,

tanggung jawab, rasa hormat, peduli, santun, lapang dada, toleran, tekun dan

sabar. Dengan membiasakan sikap dan perilaku tersebut maka pada waktunya

kelak akan terbangun kultur akhlak mulia di lingkungan sekolah. Namun,

menerapkan kebiasaan tersebut merupakan hal yang sangat sulit dan tidak

jarang memerlukan waktu yang cukup lama.

B. Metode atau Cara Meningkatkan Kwalitas Akhlak

Dalam hal meningkatkan kwalitas akhlak, para ulama berbeda

pendapat. Sebagian ada yang berpendapat bahwa akhlak tidak perlu dibentuk

karena akhlak merupakan insting yang dibawa sejak lahir. Namun sebagian

berpendapat bahwa akhlak merupakan hasil dari pendidikan, latihan ,

pembinaan, perjuangan keras dan sungguh-sungguh. Dalam hal ini penulis

sepakat dengan pandangan yang kedua bahwa walaupun sejak lahir manusia

memang sudah memiliki insting tentang akhlak, namun akhlak tetap harus

dibina agar dari waktu ke waktu ada peningkatan kwalitas akhlak.

Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis akan menguraikan cara

atau metode peningkatan kwalitas akhlak. Adapun cara atau metode

penikatan kwalitas akhlak tersebut adalah sebagai berikut :

1. Metode keteladanan (uswah hasanah)

Metode ini sangatlah penting dan dianggap besar pengaruhnya terhadap

keberhasilan peningkatan kualitas akhlak terutama bagi anak. Menurut

4
Ahmad D. Marimba dengan keteladanan timbullah gejala identifikasi

positif, hal ini sangat penting untuk membentuk kepribadian seseorang

khususnya anak. Metode ini harus didorong oleh keseimbangan suasana

antara keluarga, masyarakat, dan tempat belajar. Sebab jika ketiga suasana

tersebut berbeda akan menimbulkan konflik pada jiwa.

2. Metode nasihat

Seseorang harus banyak mendengarkan nasihat. Hal tersebut diharapkan

dapat menjadikan hatinya spontan dalam melakukan kebaikan. Jika

seseorang banyak mendengarkan nasihat sedikit demi sedikit kualitas

akhlaknya akan baik. Oleh Karena itu Allah perintahkan kepada umatNya

untuk saling nasehat menasehati, sebagaimana firmanNya dalam surat al-

asr ayat 2-3.

     

  

 

 

 

Artinya : Sesungguhnya manusia dalam kerugian, kecuali orang-orang yang

beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan

saling menasehati untuk kesabaran. (QS: Al-Asr ( 103 ) : 2-3 ).5

3. Metode Pembiasaan

5
M. Fihir Iriandi,Amd,Lutfi Septianto,Amd., Al-Qur’an Tajwid 12 Warna dan Terjemah,
PT. Suara Agung, Jakarta,2008,hlm. 1237

5
Kedua metode di atas tidak akan berhasil apabila tanpa pembiasaan. Kita

sering mendengar suatu ungkapan “bisa karena terbiasa”. Begitu juga

dalam meningkatkan kualitas akhlak. Jika tidak dibiasakan kualitas akhlak

tidak akan terus meningkat namun akan seperti perbukitan, naik-turun.

Pembiasaan ini berperan sebagai efek latihan yang terus menerus.

Disamping itu metode pembiasaan juga berperan penting dalam

membentuk kepribadian.

4. Metode Hukuman

Metode ini merupakan tindakan tegas untuk mengembalikan persoalan di

tempat yang benar. Ada beberapa prinsip pokok yang harus dipegang

dalam mengaplikasikan hukuman yaitu nahwa hukuman adalah jalan

terakhir yang harus dilakukan secara terbatas dan tidak menyakiti. Tujuan

utamanya adalah menyadarkan dari kesalahan yang dilakukan. Metode ini

sering dilakukan oleh Rasulullah dalam banyak haditsnya. Sebagaimana

hadits Rosulullah yang diriwayatkan oleh Abu Dawud No. 495 yang

artinya “Dari ‘Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu anhu, ia berkata bahwa

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Suruhlah anak kalian

shalat ketika berumur tujuh tahun dan pukullah mereka ketika berusia

sepuluh tahun (jika mereka meninggalkan shalat). Dan pisahkanlah tempat

tidur mereka (antara anak laki-laki dan anak perempuan)!”

5. Metode Ganjaran

Ganjaran adalah salah satu alat atau metode yang diberikan sebagai

imbalan terhadap peningkatan yang dicapai. Banyak cara Rasulullah

6
mendorong umatnya untuk melakukan kebaikan. Diantaranya baru berniat

saja sudah mendapatkan pahala atau ganjaran. Rasulullah bersabda :

َ ‫سلَّ َم فِ ْي َمـا َي ْر ِو ْي ِه‬


‫ع ْن َر ِب ِه‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاه‬ َ ِ‫س ْو ِل للا‬ َ ، ‫ع ْن هه َمـا‬
‫ع ْن َر ه‬ َ ‫ي للاه‬
َ ‫ض‬
ِ ‫َّاس َر‬
ٍ ‫عب‬َ ‫ع ِن اب ِْن‬
َ

َ ‫ فَ َم ْن َه َّم بِ َح‬، َ‫ ث ه َّم َبيَّنَ ذَلِك‬، ‫ت‬


‫سنَ ٍة فَلَ ْم‬ ِ ‫س ِيـئ َا‬
َّ ‫ت َوال‬ َ ‫َب ْالـ َح‬
ِ ‫سنَا‬ َ ‫ « ِإ َّن للاَ َكت‬: ‫ قَا َل‬، ‫اركَ َوت َ َعالَى‬
َ ‫ت َ َب‬

َ ‫ َو ِإ ْن َه َّم ِبـ َها فَ َع ِملَ َها َكت َ َبهه اللـهه‬، ً‫املَة‬


َ ‫ع َّز َو َج َّل ِع ْندَهه‬
‫ع ْش َر‬ َ ‫ َكت َ َب َها للاه ِع ْندَهه َح‬، ‫َي ْع َم ْل َها‬
ِ ‫سنَةً َك‬

‫سيِـئ َ ٍة فَلَ ْم يَ ْع َم ْل َها ؛ َكتَبَ َها للاه ِع ْندَهه‬ ْ َ ‫ض ْعفٍ إِلَى أ‬


َ ِ‫ َوإِ ْن َه َّم ب‬، ٍ‫ضعَافٍ َكثِي َْرة‬ َ ‫ت إِلَى‬
ِ ‫س ْب ِع ِمائ َ ِة‬ ٍ ‫سنَا‬
َ ‫َح‬

ِ ‫سيِئَةً َو‬
ً ‫احدَة‬ َ ‫ َكتَبَ َها للاه‬، ‫ َوإِ ْن َه َّم بِ َهـا فَعَ ِملَ َها‬، ً‫املَة‬
ِ ‫سنَةً َك‬
َ ‫» َح‬. ‫ـي‬
ْ ِ‫ي َو هم ْس ِل ٌم ف‬ ِ ‫َر َواهه ْالـبهخ‬
ُّ ‫َار‬

ِ ‫ص ِح ْي َح ْي ِه َمـا بِ َه ِذ ِه ْالـ هح هر ْو‬


‫ف‬ َ

Dari Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahu anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa


sallam tentang hadits yang beliau riwayatkan dari Rabb-nya Azza wa
Jalla . Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allâh
menulis kebaikan-kebaikan dan kesalahan-kesalahan kemudian
menjelaskannya. Barangsiapa berniat melakukan kebaikan namun dia
tidak (jadi) melakukannya, Allâh tetap menuliskanya sebagai satu
kebaikan sempurna di sisi-Nya. Jika ia berniat berbuat kebaikan kemudian
mengerjakannya, maka Allâh menulisnya di sisi-Nya sebagai sepuluh
kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat sampai kelipatan yang banyak.
Barangsiapa berniat berbuat buruk namun dia tidak jadi melakukannya,
maka Allâh menulisnya di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna.
Dan barangsiapa berniat berbuat kesalahan kemudian mengerjakannya,
maka Allâh menuliskannya sebagai satu kesalahan.” [HR. al-Bukhâri dan
Muslim dalam kitab Shahiih mereka]6

6. Berbaik sangka

Berbaik sangka dapat dilakukan dengan cara berprasangka baik

pada Allah, diri sendiri dan pada orang lain. Mereka yang dalam keadaan

putus asa, umumnya cenderung, berburuk sangka pada sang Allah. Hal ini

merupakan tindakan yang harus dihindari. Bersikap optimis dan tidak

6
https://almanhaj.or.id/12399-niat-untuk-berbuat-baik-mendapat-pahala-2.html

7
mudah berputus asa merupakan cara kita dalam berbaik sangka kepada

Allah. Segala sesuatu yang telah Allah tentukan adalah jalan terbaik bagi

kita. Tugas kita hanyalah bersabar dan berusaha untuk menjadi lebih baik

lagi sehingga target yang ingin kita capai dapat segera dicapai.

Tanamkan pada diri untuk selalu percaya jika kegagalan yang anda

alami hari ini, mengandung hikmah yang dapat kita ambil pelajaran

darinya. Allah selalu memiliki maksud tersendiri saat memberikan cobaan

bagi para umatnya. Jangan lantas bersedih saat gagal meraih cita-cita dan

jangan lantas berburuk sangka jika Allah tidak sayang pada hambanya

ketika anda berada dalam keterpurukan. Dalam keadaan apapun, kita

sebaiknya senantiasa melontarkan kalimat syukur atas kebesaran Allah

yang maha kuasa. Sebagaimana firman Allah swt :

   


  
   
   
    
     
    
 

Artinya : Allah lah yang menundukkan laut untukmu agar kapal-kapal


dapat berlayar diatasnya dengan perintah Nya dan agar kamu dapat
mencari sebagian karunia Nya dan agar kamu besyukur. Dan Dia
menunjukkan apa yang ada di langit dan di bumi untukmu semuanya (
sebagai rahmat) dari Nya. Sungguh dalam hal yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda tanda ( kebesaran Allah ) bagi orang-orang yang
berfikir.7

7. Bertaubat

7
M. Fihir Iriandi,Amd,Lutfi Septianto,Amd, Op cit., hlm. 987

8
Setiap manusia tentu pernah berbuat salah. Bahkan mereka yang

dianggap sebagai orang baik pun, tentu tidak luput dari yang namanya

dosa. Dosa yang dibiarkan berlarut-larut dan terus menerus dilakukan

merupakan hal yang buruk dan harus dijauhi. Dalam hal ini, segera

bertaubat merupakan langkah baik bagi untuk memperbaiki kesalahan

yang telah dilakukan. Taubat merupakan kembalinya manusia dari

berbuat buruk ke arah yang lebih baik dengan cara menata sifat serta

kelakuannya supaya kembali bersih. Dengan sifat serta kelakuan yang baik

melalui jalan bertaubat, maka akhlak kita akan semakin meningkat. Bagi

mereka yang bertaubat dengan bersungguh-sungguh, Allah akan

memaafkan kesalahan yang telah diperbuatnya. Allah berfirman :

  


  
  

  
   
   
  
Artinya : Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan
perbuatan keji atau mendzolimi diri sendiri ( segera ) mengingat Allah lalu
memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa lagi yang dapat
mengampuni dosa-dosa selain Allah ? Dan mereka tidak meneruskan
perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui.8

8. Taat pada Syari’at

Mentaati syariat agama merupakan salah satu cara kita dalam

meningkatkan kualitas akhlak kita menuju ke arah yang lebih baik.

8
Ibid, hlm. 120

9
Menatati syariat dapat dilakukan dengan cara membiasakan diri

melakukan hal yang baik dan bermanfaat. Bermanfaat dalam hal ini, tentu

bermanfaat bagi diri sendiri serta bagi orang lain. Jauhi hal-hal yang buruk

dan bertentangan dengan aturan. Hasil dari mengikuti syariat supaya

akhlak semakin terpuji adalah kehidupan yang menjadi lebih tenang,

terbentuknya sikap dan perilaku yang positif serta bebas dari semua

pelanggaran hukum, baik itu hukum agama, negara maupun hukum sosial.

9. Bergaul dengan orang yang berakhlak baik

Cara meningkatkan akhlak yang paling mujarab adalah dengan

cara bergaul dengan mereka yang berakhlak baik. Hal ini dapat membuat

kita yang tadinya masih memiliki sifat kurang terpuji, dapat dengan

sendirinya terbawa sifat baik teman-teman kita, sehingga kita mampu

membangun karakter diri yang berkualitas. Berteman dengan teman yang

berakhlak baik, mampu menjauhkan kita dari teman yang gemar berbuat

maksiat, yang dapat meracuni akal dan tindakan kita menuju ke arah

keburukan.

Dalam hal peningkatan kwalitas akhlak, Al-Ghazali berpendapat

bahwa untuk membentu akhlak dapat dilakukan melalui pendidikan

semenjak kecil secara kontinu dan melalui keteladanan.9 Sedangkan

menurut Bimo Walgito dalam Pengantar Psikologi umum menjelaskan

bahwa ada 3 ( tiga ) cara untuk membentuk perilaku sesuai dengan yang

diharpkan yaitu :

9
Drs. H. Thoyib Sah Saputra,M.Pd, Drs. H. Wahyudin,M.Pd, Pendidikan Agama Islam
Aqidah Akhlak kelas X, Toha Putra, Semarang , 2014, hlm. 23

10
1. Dengan Conditioning atau kebiasaan yaitu dengan cara

membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang diharapkan.

2. Dengan cara pengertian ( Insight ) yaitu memahami suatu

konsep sebagaimana teori belajar kognitif.

3. Dengan cara menggunakan model, yaitu memberi contoh atau

keteladanan.10

Selain dari metode atau cara yang telah penulis paparkan ini,

tentunya masih banyak metode atau cara-cara yang lain.

10
Ibid, hal. 23

11

Anda mungkin juga menyukai