Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bangunan utama dapat didefenisikan sebagai. “Semua bangunan yang
direncanakan disepanjang sungai atau aliran air untuk membelokkan air ke
dalam jaringan saluran irigasi agar dapat dipakai untuk keperluan irigasi,
biasanya dilengkapi dengan kantong lumpur agar bisa mengurangi sedimen
yang berlebihan serta kemungkinan untuk mengukur air masuk. Yang
termasuk bangunan utama ini adalah Waduk, Bendung, Stasiun Pompa, dan
Bangunan Pengambilan Bebas.
Bendung adalah suatu bangunan yang dibangun melintang pada aliran
sungai (palung sungai) yang terbuat dari pasangan batu kali, bronjong, atau
beton yang berfungsi untuk meninggikan taraf muka air sungai dan
membendung aliran sungai sehingga aliran sungai bisa bisa disadap dan
dialirkan secara gravitasi ke daerah yang membutuhkan. Tipe bendung dapat
dibedakan yaitu :
1. Bendung Tetap yang terbuat dari pasangan batu, beton.
2. Bendung Gerak (Barrage) yaitu bendung yang terbuat dari pintu sorong
atau pintu radial.
Bendung gerak terdiri dari tubuh bendung dan mercu bendung. Tubuh
bendung merupakan ambang tetap yang berfungsi untuk meninggikan taraf
muka air sungai. Mercu bendung berfungsi untuk mengatur tinggi
minimum, melewatkan debit banjir, dan untuk membatasi tinggi genangan
yang akan terjadi di udik bendung.
Dalam masa pembangunan Indonesia sejak tahun 1970-an hingga
kini, khususnya dalam penyediaan prasarana bangunan air untuk irigasi,
telah ribuan bangunan bendung dibangun. Salah satu jenis bendung yang
dibangun ialah bendung tetap dari bahan pasangan batu. Bendung itu
dirancang dan dibangun oleh tenaga teknik Indonesia, juga oleh tenaga
teknik asing yang datang ke Indonesia dengan membawa konsep baru.

Laporan Irigasi dan Bangunan Air 1


Rancangan itu baik oleh tenaga teknik Indonesia maupun oleh tenaga
teknik asing memberikan suatu perkembangan tipe, bentuk, dan tata letak
bendung. Ribuan bendung yang telah dibangun dapat beroperasi dan
berfungsi dengan baik, namun sebagian diantara ribuan bendung baru itu
mengalami masalah yang disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya
masalah gangguan penyadapan aliran, gangguan angkutan sedimen, masalah
penggerusan setempat, sampai hancurnya bangunan. Untuk penyebutan
suatu bendung, biasanya diberi nama sungai atau sama dengan nama
kampong atau desa disekitar bendung itu.
Bagian – bagian bangunan utama dari bendung antara lain :
• Bangunan pengelak
• Bangunan pengambilan
• Bangunan pembilas (penguras)
• Kantong lumpur
• Pekerjaan sungai
• Bangunan-bangunan pelengkap
Manfaat dari pembangunan bendung ini jaringan irigasi Belutu akan
mampu mendukung peningkatan produksi padi dan peningkatan efisiensi,
dimana suplai air ke daerah irigasi menjadi kontinyu ke seluruh daerah
irigasi; debit air irigasi dapat diatur dan terjamin, tidak tergantung lagi pada
level muka air sungai dan O&P jaringan yang lebih efisien karena sedimen
yang masuk ke saluran irigasi dapat lebih terkontrol.

1.2 Batasan Masalah


Adapun yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah
Pada pembahasan kali ini kita akan membahas dan merencanakan mengenai
Duiker.
Duiker adalah gorong – gorong yang nantinya akan menghubungkan
pembuangan Air menuju ke aliran sungai melalui Drainase. Fungsinya
adalah mengaliri air hujan kealiran sungai.

Laporan Irigasi dan Bangunan Air 2


1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas (Perencanaan Duiker Yang
Melalui Sungai), maka dapat di rumuskan masalah sebagai berikut,
diantaranya adalah :
1. Apa saja Jenis Bangunan Bendungan ?
2. Apa itu Duiker?
3. Seperti Apa Desain Duiker yang benar ?
4. Apa manfaatnya bagi kehidupan?
5. Bagaimana pemeliharaan Duiker.

1.4 Maksud dan Tujuan


Tujuan pembuatan suatu bangunan air di sungai adalah sebagai upaya
manusia untuk meningkatkan faktor yang menguntungkan dan memperkecil
atau menghilangkan faktor yang merugikan dari suatu sumber daya air
terhadap kehidupan manusia.
Manfaat dari suatu bangunan air di sungai adalah untuk membantu
manusia dalam kelangsungan hidupnya, dalam upaya penyediaan makanan
nabati dan memperbesar rasa aman dan kenyamanan hidup manusia
terutama yang hidup di lembah dan di tepi sungai.
Tujuan irigasi pada suatu daerah adalah upaya untuk penyediaan dan
pengaturan air untuk menunjang pertanian, dari sumber air ke daerah yang
memerlukan dan mendistribusikan secara teknis dan sistematis.
Adapun manfaat suatu sistem irigasi dan Duiker adalah :
a. Untuk membasahi tanah, yaitu membantu pembasahan tanah pada daerah
yang curah hujannya kurang atua tidak menentu.
b. Untuk mengatur pembasahan tanah, yang dimaksudkan agar daerah
pertanain dapat di airi sepanajng waktu, baik pada musim kemarau
mupun pada musim penghujan.
c. Untuk menyuburkan tanah, yaitu dengan mengalirkan air yang
mengandung lumpur pada daerah pertanian sehingga tanah dapat
menerima unsur-unrur penyubur.

Laporan Irigasi dan Bangunan Air 3


d. Untuk kolmatase, yaitu meninggikan tanah yang rendah (rawa)
dengan endapan lumpur yang dikandung oleh air irigasi.
e. Memberikan penjelasan secara luas mengenai gorong - gorong.
f. Memberikan penjelasan mengenai manfaat gorong - gorong.
g. Memberikan penjelasan tentang pemeliharaan gorong - gorong.

1.5 Manfaat Penelitian


a. Memasuk dan menyediakan air untuk lahan pertanian
b. Menjamin ketersediaan air ketika musim kemarau
c. Melancarkan aliran air ke pertanian
d. Sebagai sarana pendukung kebutuhan pangan
e. Menyuburkan tanah
f.Pengaturan suhu tanah

Laporan Irigasi dan Bangunan Air 4


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Bangunan Utama


Bangunan utama dapat didefinisikan sebagai semua bangunan yang
direncanakan di sungai atau aliran air untuk membelokkan air ke dalam
jaringan irigasi, biasanya dilengkapi dengan kantong lumpur agar bisa
mengurangi kandungan sedimen yang berlebihan serta memungkinkan
untuk mengukur dan mengatur air yang masuk. Di Indonesia sebagian besar
sumber air untuk irigasi, diambil dari air sungai. Untuk mengambil air
sungai biasanya dibuat bangunan penangkap di mana sebelumnya air sungai
tersebut dinaikkan permukaannya dengan cara dibendung.
Bendung adalah bangunan yang dibuat melintang pada alur sungai,
dengan maksud menaikkan taraf muka air sungai, agar dapat dialirkan
secara gravitasi ke seluruh daerah irigasi yang biasanya lebih tinggi dari air
sungai setempat. Bendung merupakan salah satu bagian dari bangunan
utama.
Bangunan Utama adalah bangunan air (hydraulic structure) yang
terdiri dari bagian-bagian: bendung (weir structure), bangunan pengelak
(diversion structure), bangunan pengambilan (intake structure), bangunan
pembilas (flushing structure) dan bangunan kantong lumpur (sediment trap
structure).
Fungsi utama dari bangunan utama/bendung adalah untuk
meninggikan elevasi muka air dari sungai yang dibendung sehingga air bisa
disadap dan dialirkan ke saluran lewat bangunan pengambilan (intake
structure).

Laporan Irigasi dan Bangunan Air 5


2.2 Jenis-Jenis Bangunan Utama
Pengaliran air dari sumber air berupa sungai atau danau ke jaringan
irigasi untuk keperluan irigasi pertanian, pasokan air baku dan keperluan
lainnya yang memerlukan suatu bangunan disebut dengan bangunan utama.
Untuk kepentingan keseimbangan lingkungan dan kebutuhan daerah di hilir
bangunan utama, maka aliran air sungai tidak diperbolehkan disadap
seluruhnya. Akan tetapi, harus tetap dialirkan sejumlah 5% dari debit yang
ada. Salah satu bangunan utama yang mempunyai fungsi membelokkan air
dan menampung air disebut bendung ada enam bangunan utama yang sudah
pernah atau sering dibangun di Indonesia, antara lain:
1. Bendung Tetap
Bangunan air ini dengan kelengkapannya dibangun melintang
sungai atau sudetan, dan sengaja dibuat untuk meninggikan muka air
dengan ambang tetap sehingga air sungai dapat disadap dan dialirkan
secara gravitasi ke jaringan irigasi. Kelebihan airnya dilimpahkan ke hilir
dengan terjunan yang dilengkapi dengan kolam olak dengan maksud
untuk meredam energi.
Desain Dimensi Peredam Energy
- Kedalaman air di hilir: D2 = Y
Q = C . L . Y3/2
Q = 140 m3/dt
C = 2,10 (diperkirakan)
L = bentang sungai rata-rata di hilir
Y = (Q/C . L)2/3
= (140 / 2,10 . 50) 2/3
= 223.14 m

- Kecepatan awal loncat air (v1)


v1 = [2g (1/2 Ha + P)]1/2
= [ 2 . 9,81 m/dt2 ( 1/2 103 m + 4,55 m ) ] ½
= 35,156 m/dt

Laporan Irigasi dan Bangunan Air 6


- Debit desain persatuan lebar (q)
q = Q / Be
= 140 / 40,29
= 3.47 m3/dt/m

- Perbedaan tinggi muka air di udik dan hilir (z)


V1 = √(2g.z)
35,156 = √(2 . 9,81 . z)
35,156= 4,43 √z
√z = 35.156 / 4,43
z = 2,817 m

- Parameter energi (E)


E = q / √(gz3)
= 3.47 / √(9,81 . 2,817 3)
= 0.234

- Panjang lantai dan kedalaman lantai peredam energi


E = 0.015 L/D2 = 1.70
L = 1.70 x 223.14 = 379.78 m
E = 0,234 D/D2 = 1.13
D = 1.13 x 223.14 = 252.442 m

2. Bendung Gerak Vertikal


Bendung ini terdiri dari tubuh bendung dengan ambang tetap yang
rendah dilengkapi dengan pintu-pintu yang dapat digerakkan vertikal
maupun radial. Tipe ini mempunyai fungsi ganda, yaitu mengatur tinggi
muka air di hulu bendung kaitannya dengan muka air banjir dan

Laporan Irigasi dan Bangunan Air 7


meninggikan muka air sungai kaitannya dengan penyadapan air untuk
berbagai keperluan. Operasional di lapangan dilakukan dengan membuka
pintu seluruhnya pada saat banjir besar atau membuka pintu sebagian
pada saat banjir sedang dan kecil. Pintu ditutup sepenuhnya pada saat
kondisi normal, yaitu untuk kepentingan penyadapan air. Tipe bendung
gerak ini hanya dibedakan dari bentuk pintu-pintunya antara lain:
a. Pintu geser atau sorong, banyak digunakan untuk lebar dan tinggi
bukaan yang kecil dan sedang. Diupayakan pintu tidak terlalu berat
karena akan memerlukan peralatan angkat yang lebih besar dan
mahal. Sebaiknya pintu cukup ringan tetapi memiliki kekakuan yang
tinggi sehingga bila diangkat tidak mudah bergetar karena gaya
dinamis aliran air.
b. Pintu radial, memiliki daun pintu berbentuk lengkung (busur) dengan
lengan pintu yang sendinya tertanam pada tembok sayap atau pilar.
Konstruksi seperti ini dimaksudkan agar daun pintu lebih ringan
untuk diangkat dengan menggunakan kabel atau rantai. Alat
penggerak pintu dapat dapat pula dilakukan secara hidrolik dengan
peralatan pendorong dan penarik mekanik yang tertanam pada tembok
sayap atau pilar.

3. Bendung Karet (Bendung Gerak Horizontal)


Bendung karet memiliki dua bagian pokok, yaitu :
a. Tubuh bendung yang terbuat dari karet
b. Fondasi beton berbentuk plat beton sebagai dudukan tabung karet,
serta dilengkapi satu ruang kontrol dengan beberapa perlengkapan
(mesin) untuk mengontrol mengembang dan mengempisnya tabung
karet. Bendung ini berfungsi meninggikan muka air dengan cara
mengembungkan tubuh bendung dan menurunkan muka air dengan
cara mengempiskannya. Tubuh bendung yang terbuat dari tabung
karet dapat diisi dengan udara atau air. Proses pengisian udara atau air

Laporan Irigasi dan Bangunan Air 8


dari pompa udara atau air dilengkapi dengan instrumen pengontrol
udara atau air (manometer).

4. Bendung Saringan Bawah


Bendung ini berupa bendung pelimpah yang dilengkapi dengan
saluran penangkap dan saringan. Bendung ini meloloskan air lewat
saringan dengan membuat bak penampung air berupa saluran penangkap
melintang sungai dan mengalirkan airnya ke tepi sungai untuk dibawa ke
jaringan irigasi. Operasional di lapangan dilakukan dengan membiarkan
sedimen dan batuan meloncat melewati bendung, sedang air diharapkan
masuk ke saluran penangkap. Sedimen yang tinggi diendapkan pada
saluran penangkap pasir yang secara periodik dibilas masuk sungai
kembali.

5. Pompa
Pompa digunakan bila bangunan-bangunan pengelak yang lain
tidak dapat memecahkan permasalahan pengambilan air dengan gravitasi,
atau kalau pengambilan air relatif sedikit dibandingkan dengan lebar
sungai. Dengan instalasi pompa pengambilan air dapat dilakukan dengan
mudah dan cepat. Namun dalam operasionalnya memerlukan biaya
operasi dan pemeliharaannya cukup mahal terutama dengan makin
mahalnya bahan bakar dan tenaga listrik. Dari cara instalasinya pompa
dapat dibedakan atas pompa yang mudah dipindah karena ringan dan
mudah dirakit ulang setelah dilepas komponennya dan pompa tetap
(stationary) yang dibangun/dipasang dalam bangunan rumah pompa
secara permanen. Ada beberapa jenis pompa didasarkan pada tenaga
penggeraknya, antara lain:
a. Pompa air yang digerakkan oleh tenaga manusia (pompa tangan),
b. Pompa air dengan penggerak tenaga air (air terjun dan aliran air),
c. Pompa air dengan penggerak berbahan bakar minyak
d. Pompa air dengan penggerak tenaga listrik.

Laporan Irigasi dan Bangunan Air 9


6. Pengambilan Bebas
Pengambilan air untuk irigasi ini langsung dilakukan dari sungai
dengan meletakkan bangunan pengambilan yang tepat di tepi sungai,
yaitu pada tikungan luar dan tebing sungai yang kuat atau masif.
Bangunan pengambilan ini dilengkapi pintu, ambang rendah dan saringan
yang pada saat banjir pintu dapat ditutup supaya air banjir tidak meluap
ke saluran induk. Kemampuan menyadap air sangat dipengaruhi elevasi
muka air di sungai yang selalu bervariasi tergantung debit pengaliran
sungai saat itu. Pengambilan bebas biasanya digunakan untuk daerah
irigasi dengan luasan yang kecil sekitar 150 ha dan masih pada tingkat
irigasi .(setengah) teknis atau irigasi sederhana.

2.3 Pemilihan Lokasi Bendung


Dalam pemilihan lokasi bendung hendaknya dipilih lokasi yang
paling menguntungkan dari beberapa segi. Misalnya dilihat dari segi
perencanaan, pengamanan bendung, pelksanaan, pengoperasian, dampak
pembangunan dan sebagainya. Dari beberapa pengalaman dalam memilih
lokasi bendung, tidak semua persyaratan yang dibutuhkan dapat terpenuhi.
Sehingga lokasi bendung ditetapkan pada persyaratan yang dominan.
Pemilihan lokasi bendung didasarkan pada beberapa faktor, yaitu :
a. Keadaan Topografi
 Dalam hal ini semua rencana daerah irigasi dapat terairi, sehingga
harus dilihat elevasi sawah tertinggi yang akan dicari.
 Bila elevasi sawah tertinggi yang akan diairi telah diketahui maka
elevasi mercu bendung dapat ditetapkan;
 Dari kedua hal di atas, lokasi bendung dilihat dari segi topografi dapat
diseleksi.

b. Keadaan Hidrologi
Dalam pembuatan bendung, yang patut diperhitungkan juga adalah
faktor – faktor hidrologinya, karena menentukan lebar dan panjang

Laporan Irigasi dan Bangunan Air 10


bendung serta tinggi bendung tergantung pada debit rencana. Faktor –
faktor yang diperhitungkan, yaitu masalah banjir rencana, perhitungan
debit rencana, curah hujan efektif, distribusi curah hujan, unit hidrograf,
dan banjir di site atau bendung.

c. Kondisi Topografi
Dilihat dari lokasi, bendung harus memperhatikan beberapa aspek,
yaitu :
 Ketinggian bendung tidak terlalu tinggi; bila bendung dibangun di
palung sungai, maka sebaiknya ketinggian bendung dari dasar sungai
tidak lebih dari tujuh meter, sehingga tidak menyulitkan
pelaksanaannya.
 Trase saluran induk terletak di tempat yang baik; misalnya
penggaliannya tidak terlalu dalam dan tanggul tidak terlalu tinggi –
untuk tidak menyulitkan pelaksanaan, penggalian saluran induk
dibatasi sampai dengan kedalaman delapan meter.
 Penempatan lokasi intake yang tepat dilihat dari segi hidraulik dan
angkutan sedimen; sehingga aliran ke intake tidak mengalami
gangguan dan angkutan sedimen yang akan masuk ke intake juga
dapat dihindari.

d. Kondisi Hidraulik dan Morfologi


 Pola aliran sungai meliputi kecepatan dan arahnya pada waktu debit
banjir, sedang dan kecil;
 Kedalaman dan lebar muka air pada waktu debit banjir, sedang dan
kecil;
 Tinggi muka air pada debit banjir rencana;
 Potensi dan distribusi angkutan sedimen.

Laporan Irigasi dan Bangunan Air 11


e. Kondisi Tanah Pondasi
Bendung harus ditempatkan di lokasi dimana tanah pondasinya
cukup baik sehingga bangunan akan stabil. Faktor lain yang harus
dipertimbangkan pula yaitu potensi kegempaan dan potensi gerusan
karena arus dan sebagainya.

f. Biaya Pelaksanaan
Biaya pelaksanaan pembangunan bendung juga menjadi salah satu
faktor penentu pemilihan lokasi pembangunan bendung. Dari beberapa
alternatif lokasi ditinjau pula dari segi biaya yang paling murah dan
pelaksanaan yang tidak terlalu sulit.

2.4 Bagian-Bagian Bendung


a. Tubuh Bendung (Weir)
Tubuh bendung merupakan struktur utama yang berfungsi untuk
membendung laju aliran sungai dan menaikkan tinggi muka air sungai
dari elevasi awal. Bagian ini biasanya terbuat dari urugan tanah,
pasangan batu kali, dan bronjong atau beton. Tubuh bendung umumnya
dibuat melintang pada aliran sungai. Tubuh bendung merupakan bagian
yang selalu atau boleh dilewati air baik dalam keadaan normal maupun
air banjir. Tubuh bendung harus aman terhadap tekanan air, tekanan
akibat perubahan debit yang mendadak, tekanan gempa,dan akibat berat
sendiri.

b. Pintu Air (Gates)


Pintu air merupakan struktur dari bendung yang berfungsi untuk
mengatur, membuka, dan menutup aliran air di saluran baik yang terbuka
maupun tertutup. Bagian yang penting dari pintu air, yaitu:
 Daun Pintu (Gate Leaf)
Adalah bagian dari pintu air yang menahan tekanan air dan dapat
digerakkan untuk membuka, mengatur, dan menutup aliran air.

Laporan Irigasi dan Bangunan Air 12


 Rangka pengatur arah gerakan (guide frame)
Adalah alur dari baja atau besi yang dipasang masuk ke dalam beton
yang digunakan untuk menjaga agar gerakan dari daun pintu sesuai
dengan yang direncanakan.
 Angker (anchorage)
Adalah baja atau besi yang ditanam di dalam beton dan digunakan
untuk menahan rangka pengatur arah gerakan agar dapat
memindahkan muatan dari pintu air ke dalam konstruksi beton.
 Hoist
Adalah alat untuk menggerakkan daun pintu air agar dapat dibuka dan
ditutup dengan mudah.

c. Pintu Pengambilan (Intake)


Pintu pengambilan berfungsi mengatur banyaknya air yang masuk
saluran dan mencegah masuknya benda-benda padat dan kasar ke dalam
saluran. Pada bendung, tempat pengambilan bisa terdiri dari dua buah,
yaitu kanan dan kiri, dan bisa juga hanya sebuah, tergantung dari letak
daerah yang akan diairi. Bila tempat pengambilan dua buah, menuntut
adanya bangunan penguras dua buah pula. Kadang-kadang bila salah
satu pintu pengambilam debitnya kecil, maka pengambilannya lewat
gorong-gorong yang di buat pada tubuh bendung. Hal ini akan
menyebabkan tidak perlu membuat dua bangunan penguras dan cukup
satu saja.
Dimensi lubang intake dihitung dengan rumus berikut.
Qi = μ b a √(2gz)
dimana:
Qi : debit intake
Μ : koefisien debit
B : lebar bukaan,
A : tinggi bukaan,
G : percepatan gravitasi = 9,81 m/dt2

Laporan Irigasi dan Bangunan Air 13


Z : kehilangan tinggi energi pada bukaan
Perbandingan antara lebar bukaan dan tinggi bukaan ditetapkan 2:1
(pendekatan). Tinggi bukaan dihitung dari gambar 5 sehingga
diperoleh nilai sebesar 1,20 m.

Pemeriksaan diameter sedimen yang masuk ke intake, rumus yang


akan digunakan untuk memperkirakan diameter partikel yang akan
masuk ke intake, yaitu:
v = 0,396 [(Qs – 1) d]0,5

Laporan Irigasi dan Bangunan Air 14


dimana : v : kecepatan aliran, m/dt
Qs : berat jenis partikel = 2,65
d : diameter partikel,

- Kecepatan aliran yang mendekat ke intake


Q = A*v
dimana : Q : debit intake
A : luas penampang basah
v : kecepatan aliran, m/d

Perhitungan bangunan ukur pada intakeTipe bangunan ukur pada


intake yang dipilih yaitu jenis Crum de Gruyter, karena debit intake
besar.
Q = Cd * B * Y √[2 g (H * Y)]
K = Y / H atau Y = 0,63 H
dimana:
Q : debit intake = 12,3 m3/dt
Cd : koefisien debit = 0,94
B : lebar bukaan pintu, m
Y : bukaan pintu
H : tinggi energi total di atas ambang di udik pintu

Laporan Irigasi dan Bangunan Air 15


d. Pintu Penguras
Penguras ini bisanya berada pada sebelah kiri atau sebelah kanan
bendung dan kadang-kadang ada pada kiri dan kanan bendung. Hal ini
disebabkan letak daripada pintu pengambilan. Bila pintu pengambilan
terletak pada sebelah kiri bendung, maka penguras pun terletak pada
sebelah kiri pula. Bila pintu pengambilan terletak pada sebelah kanan
bendung, maka penguras pun terletak pada sebelah kanan pula.
Sekalipun kadang-kadang pintu pengambilan ada dua buah, mungkin
saja bangunan penguras cukup satu hal ini terjadi bila salah satu pintu
pengambilan lewat tubuh bendung. Pintu penguras ini terletak antara
dinding tegak sebelah kiri atau kanan bendung dengan pilar, atau antara
pilar dengan pilar. Lebar pilar antara 1,00 sampai 2,50 meter tergantung
konstruksi apa yang dipakai. Pintu penguras ini berfungsi untuk
menguras bahan-bahan endapan yang ada pada sebelah udik pintu
tersebut. Untuk membilas kandungan sedimen dan agar pintu tidak
tersumbat, pintu tersebut akan dibuka setiap harinya selama kurang lebih
60 menit. Bila ada benda-benda hanyut mengganggu eksploitasi pintu
penguras, sebaiknya dipertimbangkan untuk membuat pintu menjadi dua
bagian, sehingga bagian atas dapat diturunkan dan benda-benda hanyut
dapat lewat diatasnya.

e. Kolam Peredam Energi


Bila sebuah konstruksi bendung dibangun pada aliran sungai baik
pada palung maupun pada sodetan, maka pada sebelah hilir bendung
akan terjadi loncatan air. Kecepatan pada daerah itu masih tinggi, hal ini
akan menimbulkan gerusan setempat (local scauring). Untuk meredam
kecepatan yang tinggi itu, dibuat suatu konstruksi peredam energi.
Bentuk hidrolisnya adalah merupakan suatu bentuk pertemuan antara
penampang miring, penampang lengkung, dan penampang lurus. Secara
garis besar konstruksi peredam energi dibagi menjadi 4 (empat) tipe,
yaitu :

Laporan Irigasi dan Bangunan Air 16


1. Ruang Olak Tipe Vlughter
Ruang olak ini dipakai pada tanah aluvial dengan aliran sungai
tidak membawa batuan besar. Bentuk hidrolis kolam ini akan
dipengaruhi oleh tinggi energi di hulu di atas mercu dan perbedaan
energi di hulu dengan muka air banjir hilir.
2. Ruang Olak Tipe Schoklitsch
Peredam tipe ini mempunyai bentuk hidrolis yang sama sifatnya
dengan peredam energi tipe Vlughter. Berdasarkan percobaan, bentuk
hidrolis kolam peredam energi ini dipengaruhi oleh faktor-faktor,
yaitu tinggi energi di atas mercu dan perbedaan tinggi energi di hulu
dengan muka air banjir di hilir.
3. Ruang Olak Tipe Bucket
Kolam peredam energi ini terdiri dari tiga tipe, yaitu solid
bucket, slotted rooler bucket atau dentated roller bucket, dan sky
jump. Ketiga tipe ini mempunyai bentuk hampir sama dengan tipe
Vlughter, namun perbedaanya sedikit pada ujung ruang olakan.
Umumnya peredam ini digunakan bilamana sungai membawa batuan
sebesar kelapa (boulder). Untuk menghindarkan kerusakan lantai
belakang maka dibuat lantai yang melengkung sehingga bilamana ada
batuan yang terbawa akan melanting ke arah hilirnya.
4. Ruang Olak Tipe USBR
Tipe ini biasanya dipakai untuk head drop yang lebih tinggi dari
10 meter. Ruang olakan ini memiliki berbagai variasi dan yang
terpenting ada empat tipe yang dibedakan oleh rezim hidraulik aliran
dan konstruksinya. Tipe-tipe tersebut, yaitu ruang olakan tipe USBR I
merupakan ruang olakan datar dimana peredaman terjadi akibat
benturan langsung dari aliran dengan permukaan dasar kolam, ruang
olakan tipe USBR II merupakan ruang olakan yang memiliki blok-
blok saluran tajam (gigi pemencar) di ujung hulu dan di dekat ujung
hilir (end sill) dan tipe ini cocok untuk aliran dengan tekanan
hidrostatis lebih besar dari 60 m, ruang olakan tipe USBR III

Laporan Irigasi dan Bangunan Air 17


merupakan ruang olakan yang memiliki gigi pemencar di ujung hulu,
pada dasar ruang olak dibuat gigi penghadang aliran, di ujung hilir
dibuat perata aliran, dan tipe ini cocok untuk mengalirkan air dengan
tekanan hidrostatis rendah, dan ruang olakan tipe USBR VI
merupakan ruang olakan yang dipasang gigi pemencar di ujung hulu,
di ujung hilir dibuat perata aliran, cocok untuk mengalirkan air
dengan tekanan hidrostatis rendah, dan Bilangan Froud antara 2,5 - 4,5.

f. Kantong Lumpur
Kantong lumpur berfungsi untuk mengendapkan fraksi-fraksi
sedimen yang lebih besar dari fraksi pasir halus ( 0,06 s/d 0,07mm ) dan
biasanya ditempatkan persis disebelah hilir bangunan pengambilan.
Bahan-bahan yang telah mengendap dalam kantung lumpur kemudian
dibersihkan secara berkala melalui saluran pembilas kantong lumpur
dengan aliran yang deras untuk menghanyutkan endapan-endapan itu ke
sungai sebelah hilir.

g. Bangunan Pelengkap
Terdiri dari bangunan-bangunan atau pelengkap yang akan
ditambahkan ke bangunan utama untuk keperluan :
 Pengukuran debit dan muka air di sungai maupun di saluran sungai.
 Pengoperasian pintu.
 Peralatan komunikasi, tempat berteduh serta perumahan untuk tenaga
eksploitasi dan pemeliharaan.
 Jembatan diatas bendung agar seluruh bagian bangunan utama mudah
dijangkau atau agar bagian-bagian itu terbuka untuk umum.

Laporan Irigasi dan Bangunan Air 18


2.5 Tipe-Tipe Mercu Bendung
a. Tipe Mercu Bulat
Untuk bendung dengan mercu bulat memiliki harga koefisien debit
yang jauh lebih tinggi (44%) dibandingkan koefisien bendung ambang
lebar. Pada sungai – sungai, type ini banyak memberikan keuntungan
karena akan mengurangi tinggi muka air hulu selama banjir. Harga
koefisien debit menjadi lebih tinggi karena lengkung stream line dan
tekanan negatif pada mercu. Untuk bendung dengan 2 jari – jari hilir
akan digunakan untuk menemukan harga koefisien debit.

b. Tipe Mercu Ogee


Bentuk mercu type Ogee ini adalah tirai luapan bawah dari
bendung ambang tajam aerasi. Sehingga mercu ini tidak akan
memberikan tekanan sub atmosfer pada permukaan mercu sewaktu
bendung mengalirkan air pada debit rencananya. Untuk bagian hulu
mercu bervariasi sesuai dengan kemiringan permukaan hilir. Salah satu
alasan dalam perencanaan digunakan Tipe Ogee adalah karena tanah
disepanjang kolam olak, tanah berada dalam keadaan baik, maka tipe
mercu yang cocok adalah tipe mercu ogee karena memerlukan lantai
muka untuk menahan penggerusan, digunakan tumpukan batu sepanjang
kolam olak sehingga dapat lebih hemat.

c. Tipe Mercu Vlughter


Tipe ini digunakan pada tanah dasar aluvial dengan kondisi sungai
tidak membawa batuan-batuan besar. Tipe ini banyak dipakai di
Indonesia.

d. Tipe Mercu Schoklitsch


Tipe ini merupakan modifikasi dari tipe Vlughter terlalu besar yang
mengakibatkan galian atau koperan yang sangat besar.

Laporan Irigasi dan Bangunan Air 19


2.6 Pemilihan Tipe Bendung
Pemilihan tipe bendung ( bendung tetap ataupun bendung gerak)
didasarkan pada pengaruh air balik akibat pembendungan (back water). Jika
pengaruh air balik akibat pembendungan tersebut berdampak pada daerah
yang luas maka bendung gerak (bendung berpintu) merupakan pilihan yang
tepat.
Jika pengaruh air balik akibat pembendungan tersebut berdampak
pada daerah yang tidak terlalu luas (misal di daerah hulu ) maka bendung
tetap merupakan pilihan yang tepat.
Jika sungai mengangkut batu-batuan bongkahan pada saat banjir,
maka peredam energi yang sesuai adalah tipe bak tenggelam. Bagian hulu
muka pelimpah direncanakan mempunyai kemiringan untuk mengantisipasi
agar batu-batu bongkah dapat terangkut lewat di atas pelimpah. Jika sungai
tidak mengangkut batu-batuan bongkahan pada saat banjir, maka peredam
energi yang sesuai adalah tipe kolam olakan (stilling basin).

2.7 Perencanaan Tubuh Bendung


Bangunan tubuh bendung (weir) terdiri dari: pelimpah (spilway),
peredam energi (energy dissipator), pondasi bendung dan lantai hulu
bendung.
a. Pelimpah (spilway).
Pelimpah berfungsi untuk menaikkan elevasi muka air. Elevasi
puncak pelimpah direncanakan berdasarkan banyak hal antara lain :
elevasi muka air rencana di bangunan bagi paling hulu, kehilangan tinggi
energi pada alat ukur, kehilangan tinggi energi pada pengambilan saluran
primer, kehilangan tinggi energi pada pengambilan, faktor keamanan dan
kemiringan saluran antara bangunan intake dengan bangunan bagi paling
hulu.
Ada beberapa macam profil pelimpah antara lain : pelimpah profil
bulat, pelimpah profil Bazin, pelimpah profil Modified Creager,

Laporan Irigasi dan Bangunan Air 20


pelimpah menurut standard WES (Waterways Experiment Station) serta
banyak lagi bentuk profil lainnya.
Rumus debit melalui pelimpah :
Dengan :
Q = Debit banjir rencana periode ulang 100 tahunan (Q100),
diperoleh dari analisis hidrologi.--> (Q100 = 800 m3/dt)
Cd = Koefisien debit, hasil perkalian antara C1xC2xC3
Be = Lebar efektif bendung (m)
H1 = Tinggi energi di hulu pelimpah (m)
B = Lebar pelimpah, tidak termasuk pilar dan bangunan
pembilas (m)
N = Jumlah pilar
Kp = Koefisien kontraksi pilar (untuk pilar dengan penampang
bulat,
Kp = 0.01
Ka = Koefisien konstraksi abutment/dinding (ka = 0.1)

b. Menentukan Tinggi Muka Air Maksimum Pada Sungai


Dalam menentukan tinggi muka air maksimum pada sungai dipengaruhi
oleh:
- Kemiringan dasar sungai ( I );
- Lebar dasar sungai (b);
- Debit maksimum (Qd).

c. Menentukan Tinggi Mercu Bendung


Tinggi mercu bendung dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
- Elevasi sawah bagian hilir tertinggi dan terjauh;
- Elevasi kedalaman air di sawah;
- Kehilangan tekanan dari saluran tersier ke sawah;
- Kehilangan tekanan dari saluran sekunder ke saluran tersier;
- Kehilangan tekanan dari saluran primer ke saluran sekunder;

Laporan Irigasi dan Bangunan Air 21


- Kehilangan tekanan karena kemiringan saluran;
- Kehilangan tekanan di alat – alat ukur;
- Kehilangan tekanan dari sungai ke saluran primer;
- Persediaan tekanan untuk eksploitasi;
- Persediaan untuk bangunan lain.
Tinggi mercu bendung, p, yaitu ketinggian antara elevasi lantai
udik atau dasar sungai di udik bendung dan elevasi mercu. Dalam
menentukan tinggi mercu bendung maka harus dipertimbangkan
terhadap :
- Kebutuhan penyadapan untuk memperoleh debit dan tinggi tekan;
- Kebutuhan tinggi energi untuk pembilasan;
- Tinggi muka air genangan yang akan terjadi;
- Kesempurnaan aliran pada bendung;
- Kebutuhan pengendalian angkutan sedimen yang terjadi di bendung;
- Tinggi mercu bendung, dianjurkan tidak lebih dari 4,00 meter dan
minimum 0,5 H (H = tinggi energi di atas mercu).
- Tinggi mercu bendung (p) dianjurkan tidak lebih dari 4.00 meter dan
minimum 0.5

d. Menentukan Tinggi Muka Air di Atas Mercu Bendung


Tinggi muka air di atas mercu bendung dapat dihitung dengan
persamaan tinggi energy – debit, yaitu :
Qd = Cd ⅔ ⅔ g b H3/2
Dimana :
Qd = debit desain, m3/det
Cd = koefisien debit = Cd = C0 . C1. C2
G = percepatan gravitasi
B = lebar mercu efektif
H = tinggi energy di atas mercu

Laporan Irigasi dan Bangunan Air 22


e. Panjang atau Lebar Mercu Bendung
Dalam penentuan panjang mercu bendung, maka harus
diperhitungkan terhadap :
- Kemampuan melewatkan debit desain dengan tinggi jagaan yang
cukup;
- Batasan tinggi muka air genangan maksimum yang diijinkan pada
debit desain.

Berkaitan dengan itu panjang mercu dapat diperkirakan, yaitu


- Sama lebar dengan lebar rata-rata sungai stabil atau pada debit penuh
alur (bank full discharge);
- Umunya diambil sebesar 1,2 kali lebar sungai rata-rata, pada ruas
sungai yang telah stabil.

Pengambilan lebar mercu tidak boleh terlalu pendek dan tidak pula
terlalu lebar. Bila desain panjang mercu bendung terlalu pendek, akan
memberikan tinggi muka air di atas mercu lebih tinggi. Akibatnya
tanggul banjir di udik akan bertambah tinggi pula. Demikian pula
genangan banjir akan bertambah luas. Sebaliknya bila terlalu lebar dapat
mengakibatkan profil sungai bertambah lebar pula sehingga akan terjadi
pengendapan sedimen di udik bendung yang dapat menimbulkan
gangguan penyadapan aliran ke intake.

f. Lebar Efektif Mercu Bendung


Lebar mercu bendung efektif , Be, yaitu panjang mercu bendung
bruto, Bb, dikurangi dengan lebar pilar dan pintu pembilas. Artinya
panjang mercu bendung yang efektif melewatkan debit banjir desain.
Lebar mercu bendung efektif dapat dihitung dengan cara yaitu :
- Be = Bb – 20% Σb – Σt
- Be = Bb – 2 (n . kp + ka)H
Dimana :
Be = lebar mercu efektif (meter)

Laporan Irigasi dan Bangunan Air 23


Bb = lebar mercu bruto (meter)
Σb = jumlah lebar pembilas
Σt = jumlah pilar-pilar pembilas
n = jumlah pilar pembilas dan pilar jembatan
kp = koefisien kontraksi pilar
ka = koefisien kontraksi pangkal bendung
H = tinggi energy, yaitu h + k; h = tinggi air; k = v2/2g
Harga koefisien kontraksi pilar dapat dilihat pada Standar Perencanaan
Irigasi, KP-02.

g. Menentukan Panjang dan Dalam Kolam Olak


Kolam olak adalah suatu konstruksi yang berfungsi sebagai
peredam energi yang terkandung dalam aliran dengan memanfaatkan
loncatan hidraulis dari suatu aliran yang berkecepatan tinggi. Kolam olak
sangat ditentukan oleh tinggi loncatan hidraulis, yang terjadi di dalam
aliran.

h. Menentukan Panjang Lantai Muka


Akibat dari pembendungan sungai akan menimbulkan pebedaan
tekanan, selanjutnya akan terjadi pengaliran di bawah bendung. Karena
sifat air mencari jalan dengan hambatan yang paling kecil yang disebut
“Creep Line”, maka untuk memperbesar hambatan, Creep Line harus
diperpanjang dengan memberi lantai muka atau suatu dinding vertical.
Untuk menentukan Creep Line, maka dapat dicari dengan rumus atau
teori :
- Teori Bligh
Menyatakan bahwa besarnya perbedaan tekanan di jalur pengaliran
adalah sebanding dengan panjang jalan Creep Line.
- Teori Lane

Laporan Irigasi dan Bangunan Air 24


Teori Lane ini memberikan koreksi terhadap teori Bligh, bahwa energi
yang diperlukan oleh air untuk mengalir ke arah vertical lebih besar
daripada arah horizontal dengan perbandingan 3:1.

i. Menentukan Stabilitas Bendung


Untuk mengetahui kekuatan bendung, sehingga konstruksi
bendung sesuai dengan yang direncanakan dan memenuhi syarat yang
telah ditentukan. Stabilitas bendung ditentukan oleh gaya – gaya yang
bekerja pada bendung, seperti:
- Gaya berat
- Gaya gempa
- Tekanan Lumpur
- Gaya hidrostatis
- Gaya Uplift Pressure (Gaya Angkat).

j. Perencanaan Pintu
Perencanaan pintu berfungsi mengatur banyaknya air yang masuk
ke saluran dan mencegah masuknya benda-benda padat dan kasar ke
dalam saluran (pintu pengambilan atau intake gate). Pada bendung
tempat pengambilan bisa terdiri dari 2 pintu yaitu kanan dan kiri, bisa
juga hanya satu tergantung letak daerah yang akan dialiri. Tinggi ambang
tergantung pada material yang terbawa oleh sungai. Ambang makin
tinggi makin baik, untuk mencegah masuknya benda padat dan kasar ke
saluran, tapi tinggi ini ditentukan atau dibatasi oleh ukuran pintu. Pada
waktu banjir, pintu pengambilan cukup ditutup untuk mencegah
masuknya benda kasar ke saluran. Penutupan pintu tidak berakibat apa
apa karena saat banjir di sungai biaanya tidak lama. Maka yang dianggap
air normal pada sungai adalah setinggi mercu. Ukuran pintu ditentukan
dari segi praktis dan estetika. Lebar pintu biasanya maksimal 2 m untuk
pintu dari kayu. Jika terdapat ukuran yang lebih besar dari 2 m, harus
dibuat lebih dari satu pintu dengan pilar-pilar diantaranya.

Laporan Irigasi dan Bangunan Air 25


k. Pintu Penguras
Lebar pintu penguras biasanya diambil dari 1/10 lebar bendung
(B), sedangkan pada saat banjir pintu penguras ditutup. Bila banjir lewat
di atas pintu, maka tinggi pintu penguras harus setinggi mercu bendung.
Oleh karena itu, tebal pintu juga harus diperhitungkan untuk tinggi air
setinggi air banjir

2.8 Stabilitas Bendung


Stabilitas suatu bendung harus memenuhi syarat – syarat konstruksi
dari bendung, antara lain:
- Bendung harus stabil dan mampu menahan tekanan air pada waktu
banjir
- Bendung harus dapat menahan bocoran yang disebabkan oleh aliran
sungai dan aliran air yang meresap di dalam tanah
- Bendung harus diperhitungkan terhadap daya dukung tanah di
bawahnya
- Tinggi ambang bendung atau crest level harus dapat memenuhi tinggi
muka air minimum yang diperlukan untuk seluruh daerah irigasi.

2.9 Pengertian Duiker


Pengertian Duiker atau Gorong – gorong itu sendiri berarti konstruksi
aliran air yang nantinya akan menghubungkan pembuangan air menuju ke
aliran sungai. Sebutan lain dari duiker ini adalah Drainase. Selayaknya
struktur lain anda juga harus memperhitungkan kebutuhan material yang
akan di gunakan, mulai dari bahan hingga anggaran biaya yang digunakan
untuk membangun sebuah gorong – gorong.
Duiker adalah bangunan yang dipakai untuk membawa aliran air
(saluran irigasi atau pembuang) melewati bawah jalan air lainnya (biasanya
saluran), bawah jalan, atau jalan kereta api.
Pada duiker aliran bebas, benda-benda yang hanyut dapat lewat
dengan mudah, tetapi biaya pembuatannya umumnya lebih mahal dibanding

Laporan Irigasi dan Bangunan Air 26


duiker tenggelam. Dalam hal duiker tenggelam, seluruh potongan melintang
berada dibawah permukaan air. Biaya pelaksanaan lebih murah, tetapi
bahaya tersumbat lebih besar.
Karena alasan-alasan pelaksanaan harus di bedakan antara duiker
pembuangan silang dan duiker jalan
- Pada duiker pembuang silang, semua bentuk kebocoran harus dicegah.
Untuk itu diperlukan sarana-sarana khusus
- Duiker jalan harus mampu menahan berat beban kendaraan

2.10 Jenis Duiker / Gorong - Gorong


a. Duiker / Gorong - Gorong Baja
Duiker / gorong - gorong baja ini terutama dari jenis Multi Plate
Pipe telah menjadi alternative penggantikan jembatan kayu dan box
culvert beton , hal ini disebabkan gorong – gorong baja memiliki
beberapa keuntungan dibanding dengan penggunaan kayu ataupun beton,
di antara keuntungan tersebut antara lain :
1. Harga murah
2. Waktu pengerjaan cepat
3. Instalasi yang mudah, tidak memerlukan tenaga ahli khusus
4. Memiliki umur pakai yang panjang (bisa sampai 25 tahun)
5. Mudah dalam pengangkutan
6. Bisa dipindahkan dari satu titik ke titik lainnya apabila sudah tidak
digunakan.

b. Duiker / Gorong - Gorong PVC


Duiker / orong-gorong PVC merupakan gorong-gorong yang
terbuat dari pipa PVC. Gorong-gorong biasanya digunakan untuk gorong-
gorong dengan ukuran kecil.

c. Duiker / Gorong - Gorong Beton

Laporan Irigasi dan Bangunan Air 27


Duiker / gorong-gorong beton disebut juga culvert box adalah
gorong - gorong cor di pabrik (precast) ataupun dicor ditempat, dimensi
tergantung kepada debit air yang akan dialirkan melalui gorong-gorong.
Gorong-gorong yang dicor di pabrik dapat utuh dengan bentuk profil
bulat atau persegi ataupun [[trapesium]], ataupun modular yang terpisah
atas dengan bawah.

2.11 Fungsi Duiker


Fungsi duiker adalah mengaliri air hujan kealiran sungai atau ke
persawahan masyarakat atau mengalirkan air dari sisi jalan kesisi lainnya.
Untuk itu desainnya harus juga mempertimbangkan faktor hidrolis dan
struktur, supaya duiker dapat berfungsi mengalirkan air dan mempunyai
daya dukung terhadap beban lalu lintas dan timbunan tanah.

2.12 Manfaat Duiker


Manfaat duiker tentunya sangat banyak bagi kehidupan manusia
dewasa ini. Duiker merupakan salah satu solusi pemaksimalan lahan yaitu
bangunan yang mampu mengalirkan air di bawah permukaan tanah sehingga
bagian atasnya masih bisa dipakai untuk jalan raya, rel kereta, dll.
Adanya duiker juga sangat bermanfaat untuk menanggulangi banjir
karena air tidak hanya dialirkan lewat sungai namun juga melewati duiker.

2.13 Standar Ukuran Duiker Dan Perencanaannya


Duiker umumnya berukuran lebih kecil daripada jembatan yaitu mulai
dari diameter atau lebar 0,3 m (1 ft) sampai dengan ukuran yang besar.
Duiker juga harus memiliki penutup atas lebih luas daripada penampang
bawahnya dan mampu untuk menahan beban tanah dan aktivitas lain di
atasnya supaya bagian atas duiker bisa digunakan untuk aktivitas lalu lintas.
Untuk perencanaannya duiker harus direncanakan dengan sistem
konstruksi permanen dengan desain umur rencana 10 tahun.

Laporan Irigasi dan Bangunan Air 28


2.14 Pemeliharaan Duiker
Duiker harus dipelihara secara berkala sehingga manfaat dari duiker
tetap terjaga. Pemeliharaan Duiker antara lain yaitu dengan pemeriksaan
keadaan duiker, pembersihan duiker dari sampah, pembersihan endapan
lumpur.

2.15 Perhitungan Duiker


Panjang duiker, L = 10 m Karena L < 20 m, maka termasuk gorong-
gorong pendek.Vduiker direncanakan = 2 m/dt
A= O
Vduiker

Direncanakan Duiker segi empat dari pasangan batu (K = 60)


dengan penutup dari plat beton bertulang. Dianggap duiker terisi penuh.
A = b x h ; dengan b = 2h

Control kecepatan : Vduiker Vduiker


K . R2/3
Vduiker = K . R2/3 . ( Iduiker )1/2 =

Besar kehilangan energi yang terjadi untuk pipa persegi

Dimana:
z = Kehilangan tinggi energi pada duiker persegi (m)
F = Luas penampang basah duiker (m2) = A
L = Panjang duiker (m)
S = Keliling basah duiker (m) = R
g = Percepatan gravitasi = 10 m/dt2
v = Kecepatan dalam duiker (m/dt)
a = 0,5
 = 1,5

Laporan Irigasi dan Bangunan Air 29


Gambar 3 Potongan memanjangdan melintang duiker

Laporan Irigasi dan Bangunan Air 30

Anda mungkin juga menyukai