Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

STUDI KELAYAKAN PROYEK


PEMBANGUAN JEMBANTAN PANTURA
DISTRIK PANTURA MANOKWARI UTARA

Disusun Oleh :

WOLTER SIRANDAN

81 60505 18 1302

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM MAGISTER TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS
MAKASSAR
2019
I. Pendahuluan
Pantura merupakan salah satu distrik di Kabupaten Manokwari Papua
Barat. Distrik ini merupakan daerah pertanian hortikultura dengan memiliki
banyak anak sungai. Salah satu kendala yang dihadapi masih kurangnya
pembangunan jembatan untuk memudahkan akses ke daerah tersebut.
Pembangunan jembatan diharapkan akses yang menghubungkan simpul-
simpul daerah pertumbuhan baru ke daerah pusat pertumbuhan maupun
dengan simpul daerah pertumbuhan baru lainnya dapat dilalui dengan
lancer.

II. Aspek-Aspek Studi Kelayakan Proyek Pembangunan Jembatan Pantura


1. Aspek sosial
Pembangunan Jembatan Pantura berkat karena langsung daerah
Pantura dan kota Manokwari. Manokwari Merupakan Ibukota Provinsi
Papua yangmempunyai kelengkapan akses kebutuhan hidup. Dengan
demikian diharapkan masyarakat dapat dengan mudah memasok
akses kebutuhan hidupnya karena adanya pembangunan jembatan
Pantura ini. Sedangkan dampak negatif berkaitan dengan semakin
banyaknya angka kriminalitas.
Tiga macam ukuran untuk menilai pertumbuhan ekonomi yaitu
pertumbuhan output, pertumbuhan output per pekerja, dan
pertumbuhan output per kapita. Pertumbuhan output digunakan untuk
menilai pertumbuhan kapasitas produksi yang dipengaruhi oleh adanya
peningkatan tenaga kerja dan modal di wilayah tersebut. Pertumbuhan
output per tenaga kerja sering digunakan sebagai indikator adanya
perubahan daya saing wilayah tersebut (Campbell, 1908).
Melihat model pertumbuhan Rostow dalam konsep pembangunan,
dapat dikatakan bahwa intervensi pemerintah dalam pembangunan
jembatan Pantura membuat masyarakat di Distrik Pantura dan
Manokwari ini menjadi masyarakat yang naik level menjadi masyarakat
prakondisi lepas landas. Hal ini karena intervensi pemerintah dalam
pembangunan mengakibatkan kemajuan dalam mobilitas sosial.
Dampak pembangunan jembatan Pantura dari segi pendidikan
diharapkan akan membawa dampak yang positif bagi masyarakat di
Pantura yakni dibangunnya Sekolah Dasar dan SMP. Terlihat bahwa ada
usaha untuk membangun SDM yang berkualitas sehingga masyarakat
menjadi pelaksana dalam pembangunan di daerahnya sendiri sebagai
persiapan ketika kawasan ini di kembangkan lebih baik. Dampak positif
lain adalah masyarakat di Distrik Pantura yang mendapatkan training,
dan sosialisasi khususnya kepada petani dan nelayan dalam rangka
membangun SDM berkualitas yang nantinya akan dilaksanakan baik
oleh pemerintah daerah maupun pemerintah di tingkat pusat. Karena
akan adanya intervensi pemerintah dalam pembangunan
mengakibatkan sedikit kemajuan pada wawasan dan pengetahuan
masyarakat yang tadinya tidak tahu menjadi tahu. Selain itu, jika melihat
pada dampak sosial pembangunan infrastruktur secara langsung juga
dapat mempengaruhi perubahan sosial seperti yang diungkapkan.
Selain itu juga memudahkan akses pelajar yang melanjutkan studi di
Manokwari.
Dampak dalam Bidang Budaya. Dampak positif lainnya yang
diharapkan akan terjadi dengan adanya Jembatan Pantura adalah
berkaitan dengan mulai berubahnya status di Distrik Panturadan
Manokwari dari daerah pelosok menjadi daerah yang lebih hidup. Selain
itu, terdapat kerjasama budaya antar suku yang ada di Manokwari
dengan suku Arfak. Dampak negatif yang mungkin muncul adalah
berkaitan tatanan nilai dan budaya dalam masyarakat yang
berbasiskan nilai agama menjadi semakin luntur.
2. Aspek Ekonomi
Dampak Dalam Bidang Kelancaran Arus Transportasi

Dengan adanya pembangunan jembatan Pantura diharapkan


akan membawa dampak positif bagi masyarakat di Distrik Pantura dan
Manokwari. Arus transportasi semakin lancar sehingga mempermudah
masyarakat untuk menyebrang dan mendistribusikan barang/jasa ke
Manokwari dan sebaliknya. Waktu dan biaya dalam distribusi
barang/jasasemakin efektif dan efisien.
Dampak Dalam Bidang Kegiatan Ekonomi Masyarakat Adanya
pembangunan jembatan Pantura bukan hanya membawa dampak
positif. Akan tetapi juga membawa dampak negatif bagi kegiatan
ekonomi masyarakat di Distrik Pantura dan Manokwari. Dengan
adanyan jembatan Panturaini nantinya membuat mereka yang aktif
dan kreatif mempunyai pekerjaan yang baru. Sedangkan bagi
merekayang kurang aktif menjadi korban akibat adanya pembangunan
jembatan tersebut. Hal ini akan sangat mempengaruhi tingkat
pendapatan masyarakat di sekitar wilayah pembangunan jembatan
Pantura tersebut.

3. Aspek Hukum
Undang-undang No 18/1999 Jasa konstruksi tentang kegagalan
bangunan, BAB VI Pasal 25:
Ayat 1.
Pengguna jasa dan penyedia jasa wajib bertanggung jawab atas
kegagalan bangunan.
Ayat 2.
Kegagalan bangunan yang menjadi tanggung jawab penyedia jasa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan terhitung sejak
penyerahan akhir pekerjaan konstruksi dan paling lama 10 (sepuluh)
tahun.
Ayat 3
Kegagalan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan oleh pihak ketiga selaku penilai ahli. Pasal 26 : 1) Jika terjadi
kegagalan bangunan yang disebabkan karena kesalahan perencana
atau pengawas konstruksi, dan hal tersebut terbukti menimbulkan
kerugian bagi pihak lain, maka perencana ataupengawas konstruksi
wajib bertanggung jawab sesuai dengan bidang profesi dan dikenakan
ganti rugi. 2) Jika terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan karena
kesalahan pelaksana konstruksi dan hal tersebut terbukti menimbulkan
kerugian bagipihak lain, maka pelaksana konstruksi wajib bertanggung
jawab sesuai dengan bidang usaha dan dikenakan gantirugi. Pasal 27 :
Jika terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan karena kesalahan
pengguna jasa dalam pengelolaan bangunan dan hal tersebut
menimbulkan kerugian bagi pihak lain, maka pengguna jasa wajib
bertanggung jawab dan dikenai gantirugi. Pasal 28 : Ketentuan
mengenai jangka waktu dan penilai ahli. Seba Jairnana dimaksud
dalam Pasal 25, tanggung jawab perencana konstruksi, pelaksana
konstruksi, dan pengawas konstruksi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 26 serta tanggung jawab pengguna jasa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 27 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Untuk menyatakan kegagalan sesuai terminologi yang dikemukakan


diatas, dibutuhkan ada 3 kriteriayang harus ditetapkan sebelum
penandatanganan kontrak yaitu :
a) Batasan untuk menyatakan tidak berfungsinya bangunan jembatan
dan atau tidak memenuhi spesifikasi.
b) Batasan ketidak sesuaian produk dengan ketentuan-ketentuan
kontrak kerja konstruksi.
c) Batasan kesalahan pengguna dan penyedia jasa selamatahap
pelaksanaan proyek konstruksi dan pascakonstruksi. Batasan tersebut
harusjelas dimengerti oleh pihak-pihak yang terlibat sebelum
pelaksanan konstruksi. Jika ketiga hal yang dikemukakan diatas tidak
ditegaskan dalam kontrak kerja konstruksi, maka kegagalan
bangunan menjadi salahs atusum bermasalah khususnya perselisihan
dalam dunia jasa konstruksi. Sifat unik produk konstruksi,
menyebabkan pendefinisian kegagalan prematur, harus dilihat kasus
perkasus karena sangat tergantung dari strategi disain yang
ditetapkan padaa walkonstruksi atau pada saat pengambilan
keputusan investasi. Kegagalan prematur sanga teratkaitannya
dengan keandalan dankinerja fasilitas/produk yang diinginkan atau
diharapkan. Penetapan keandalan, sekaligus merupakan
penetapan resiko kegagalan yang dapat diterima. (Budiono n.d.)
Daftar Pustaka

Budiono. n.d. “KEGAGALAN KONSTRUKSI PADA MUSIBAH JEMBATAN


SURAMADU (SURABAYA-MADURA).” 12–20.
Campbell, Robert Argyll. 1908. “Capital Stock.” American Political Science
Review 2(4):562–64.
Campbell, Robert Argyll. 1908. “Capital Stock.” American Political Science
Review 2(4):562–64
Gray, Clive., Simanjuntak, Payaman., Sabur, Lien K., Maspaitella, P. F. L.,
Varley, R. C. G. 2007. Pengantar Evaluasi Poyek. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai