Anda di halaman 1dari 12

TUGAS K3

SMK3 & OHSAS 18001

Disusun Oleh :

Yose Christofer 25117096

Dosen Pengampu :

Bambang Prasetio, S.Hut,M.EM

Sillak Hasiany Siregar, S.Si,M.Si

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR DAN KEWILAYAHAN

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

2020

|1
A. Pengertian Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3)

Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara


keseluruhan yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan
pemeliharan kewajiban K3, dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif
(PER.05/MEN/1996 pasal 1).

B. Prinsip Dasar Penerapan SMK3

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah penerapan peraturan/stadar


K3 secara terpadu dalam sistem manajemen perusahaan. Prinsip-prinsip penerapan
SMK3 mengacu kepada 5 prinsip dasar SMK3 sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. PER 05/MEN/1996 tentang Sistem
Manajemen Kese-lamatan dan Kesehatan Kerja BAB III ayat (1) yaitu :

1. Komitmen dan kebijakan.


Menetapkan kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap penerapan SMK3 di
perusahaan.
2. Perencanaan SMK3.
Merencanakan pemenuhan kebijaksanaan, tujuan dan sasaran penerapan SMK3.
3. Penerapan SMK3.
Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif dengan
mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk
mencapai kebijakan, tujuan, serta sasaran keselamatan dan kesehata kerja.
4. Pengukuran dan Evaluasi.
Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan dan kesehatan kerja serta
melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.
5. Peninjauan ulang dan peningkatan manajemen.
Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan Sistem Manajemen K3 secara
berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja.

C. Dasar Hukum Penerapan SMK3

1. UUD 1945 pasal 27 ayat (2) :


Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.

2. UU No.13 tahun 2003 pasal 87:


Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 yang terintegrasi dengan sistem. -
Manajemen – Ketentuan mengenai penerapan SMK3 sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) diatur dengan peraturan pelaksana.

3. UU No.1 tahun 1970 pasal 4 :

|2
(1) Dengan peraturan perundang-undangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja
dalam perecanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan,
pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang, produk
teknis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya
kecelakaan.
(2) Syarat-syarat tersebut memuat prinsip-prinsip teknis ilmiah menjadi suatu kumpulan
ketentuan yang disusun secara teratur, jelas dan praktis yang mencakup bidang
konstruksi, bahan pengolahan dan pembuatan, perlengkapan alat-alat perlindungan,
pengujian, dan pengesahan pengepakan atau pembungkusan, pemberian tanda-tanda
pengenal atas bahan, barang produksi teknis dan aparat produksi guna menjamin
keselamatan barang-barang itu sendiri keselamatan tenaga kerja yang melakukannya
dan keselamatan umum.
(3) Dengan peraturan perundangan dapat dirobah perincian seperti tersebut dalam ayat
(1) dan (2); dengan peraturan perundangan ditetapkan siapa yang berkewajiban
memenuhi dan mentaati syarat-syarat keselamatan tersebut.

4. UU No.18 tahun 1999


PASAL 2: Pengaturan Jakon berlandaskan pada asas kejujuran dan keadilan, manfaat,
keserasian, keseimbangan, kemandirian, keterbukaan, kemitraan, keamanan dan
keselamatan demi kepentingan masyarakat, bangsa, dan Negara.
PASAL 22 (l): Perlindungan pekerja, yang memuat ketentuan tentang kewajiban para
pihak dalam pelaksanaan K3 serta jaminan social.
PASAL 23 (2): Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi ketentuan tentang
keteknikan, keamanan, K3, perlindungan tenaga kerja, serta tata lingkungan setempat
untuk menjamin terwujudnya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi PP. NO. 28 /
2000 (Usaha & Peran Masyarakat Jakon) PP. 29 /2000 (Penyelenggaraan Jakon) PP. 30 /
2000 (Pembinaan Jakon).

5. UU No. 28 tahun 2002 :


PASAL 2 : Bangunan Gedung diselenggarakan berlandaskan asas kemanfaatan,
keselamatan, keseimbangan, serta keserasian bangunan gedung dengan lingkungan.
PASAL 3 (2): Mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan gedung yang menjamin
keandalan teknis bangunan gedung dari segi keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan
kemudahan.
PASAL 16 (1): Persyaratan keandalan bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (3), meliputi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan,dan
kemudahan.
PASAL 17 (1), (3) & (4) : Persyaratan keselamatan bangunan gedung sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) meliputi persyaratan kemampuan bangunan gedung
untuk mendukung beban muatan, serta kemampuan bangunan gedung dalam mencegah
dan menanggulangi bahaya kebakaran dan bahaya petir. Persyaratan kemampuan
bangunan gedung dalam mencegah menanggulangi bahaya kebakaran sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) merupakan kemampuan bangunan gedung untuk melakukan
pengamanan terhdaap bahaya kebakaran melalui system proteksi pasif/atau proteksi aktif.
Persyaratan kemampuan bangunan gedung dalam mencegah bahaya petir sebagaimana

|3
dimaksud dalam ayat (1), merupakan kemampuan bangunan gedung untuk melakukan
pengamanan terhadap bahaya petir melalui sistem penangkal petir. RPP. Persyaratan
Bangunan Gedung RPP. Pengelolaan Bangunan Gedung RPP. Peran Masyarakat Dalam
Pengelolaan Bangunan Gedung RPP. Pembinaan Pengelolaan Bangunan Gedung.

D. Tujuan Penerapan SMK3

Adapun tujuan penerapan SMK3 adalah sebagai berikut:


1. Menempatkan tenaga kerja sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia
2. Meningkatkan komitmen pimpinan dalam melindungi tenaga kerja
3. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja untuk menghadapi globalisasi
4. Proteksi terhadap industri dalam negeri
5. Meningkatkan daya saing dalam perdagangan internasional
6. Mengeliminir boikot LSM internasional terhadap produk ekspor nasional
7. Meningkatkan pencegahan kecelakaan melalui pendekatan system
8. Pencegahan terhadap problem sosial dan ekonomi terkait dengan penerapan K3L

E. Alasan dan Manfaat Penerapan SMK3

Sesuai Pasal 3 Permenaker 05/MEN/1996, perusahaan yang mempekerjakan minimal 100


tenaga kerja dan atau ada potensi bahaya ledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat
kerja, wajib menerapkan SMK3 . Alasan dari penerapan SMK3 di tempat kerja karena SMK3
bukan hanya tuntutan pemerintah, masyarakat, pasar, atau dunia internasional saja tetapi juga
tanggung jawab pengusaha untuk menyediakan tempat kerja yang aman bagi pekerjanya.

Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja,beberapa diantaranya adalah:

1. Melindungi Pekerja.
Tujuan utama penerapan SMK3 adalah untuk melindungi pekerja dari segala bentuk
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Bagaimanapun pekerja adalah asset perusahaan
yang paling penting. Dengan menerapkan K3 angka kecelakaan dapat dikurangi atau
ditiadakan sama sekali,hal ini juga akan menguntungkan bagi perusahaan,karena pekerja
yang merasa aman dari ancaman kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja akan bekerja
lebih bersemangat dan produktif.

2. Patuh Terhadap Peraturan dan Undang-Undang.


Perusahaan-perusahaan yang mematuhi peraturan atau perundang-undangan yang
berlaku pada umumnya terlihat lebih sehat dan exist. Karena bagaimanapun peraturan atau
perundang-undangan yang dibuat bertujuan untuk kebaikan semua pihak. Dengan
mematuhi peraturan dan perundang-undangan yang berlaku maka perusahaan akan lebih
tertib dan hal ini dapat meningkatkan citra baik perusahaan itu sendiri. Berapa banyak
perusahaan yang melakukan pembangkangan terhadap peraturan yang berlaku mengalami
kebangkrutan atau kerugian karena mengalami banyak permasalahan baik dengan
karyawan,pemerintah dan lingkungan setempat.

|4
3. Meningkatkan Kepercayaan dan Kepuasan Pelanggan.
Penerapan SMK3 secara baik akan berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan. Betapa
banyak pelanggan yang mensyaratkan para pemasok atau supplier mereka untuk
menerapkan SMK3 atau OHSAS 18001. Karena penerapan SMK3 akan dapat menjamin
proses yang aman,tertib dan bersih sehingga bisa meningkatkan kualitas dan mengurangi
produk cacat. Para pekerja akan bekerja secara lebih baik,karena mereka terlindungi
dengan baik sehingga bisa lebih produktif. Kecelakaan dapat dihindari sehingga bisa
menjamin perusahaan beroperasi secara penuh dan normal untuk menjamin kontinuitas
supplai kepada pelanggan. Tidak jarang pelanggan melakukan audit K3 kepada para
pemasok mereka untuk memastikan bahwa pekerja terlindungi dengan baik dan proses
produksi dilakukan secara aman. Tujuan mereka tidak lain adalah untuk memastikan
bahwa mereka sedang berbisnis dengan perusahaan yang bisa menjamin kontinuitas
supplai bahan baku mereka. Disamping itu dengan memiliki sertifikat SMK3 atau OHSAS
18001 akan dapat meningkatkan citra perusahaan sehingga pelanggan semakin percaya
terhadap perusahaan tersebut.

4. Membuat Sistem Manajemen Yang Efektif.


Dengan menerapkan SMK3 atau OHSAS 18001 maka sistem manajemen keselamatan
akan tertata dengan baik dan efektif. Karena didalam SMK3 ataupun OHSAS 18001
dipersyaratkan adanya prosedur yang terdokumentasi,sehingga segala aktivitas dan
kegiatan yang dilakukan akan terorganisir,terarah,berada dalam koridor yang teratur dan
dilakukan secara konsisten. Rekaman-rekaman sebagai bukti penerapan sistem disimpan
untuk memudahkan pembuktian identifikasi akar masalah ketidaksesuaian. Sehingga
analisis atau identifikasi ketidaksesuaian tidak berlarut-larut dan melebar menjadi tidak
terarah,yang pada akhirnya memberikan rekomendasi yang tidak tepat atau tidak
menyelesaikan masalah. Dalam sistem ini juga dipersyaratkan untuk dilakukan
perencanaan,pengendalian,tinjau ulang,umpan balik,perbaikan dan pencegahan. Semua
itu merupakan bentuk sistem manajemen yang efektif. Sistem ini juga meminta komitmen
manajemen dan partisipasi dari semua karyawan,sehingga totalitas keterlibatan line
manajemen dengan pekerja sangat dituntut dalam menjalankan semua program yang
berkaitan dengan K3. Keterlibatan secara totalitas ini akan memberikan lebih banyak
peluang untuk melakukan peningkatan atau perbaikkan yang lebih efektif bagi
perusahaan.

Selain itu ada pula manfaat secara langsung dan tidak langsung dari penerapan SMK3
bagi industri kita antara lain:

Manfaat Langsung :

1. Mengurangi jam kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja.


2. Menghindari kerugian material dan jiwa akibat kecelakaan kerja.
3. Menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif karena tenaga kerja merasa aman
dalam bekerja.

|5
Manfaat tidak langsung :

1. Meningkatkan image market terhadap perusahaan.


2. Menciptakan hubungan yang harmonis bagi karyawan dan perusahaan.
3. Perawatan terhadap mesin dan peralatan semakin baik, sehingga membuat umur alat
semakin lama.
.

F. Langkah-langkah Penerapan SMK3

Dalam menerapkan Sistem Manajemen K3 (SMK3) ada beberapa tahapan yang harus
dilakukan agar SMK3 tersebut menjadi efketif,karena SMK3 mempunyai elemen-elemen atau
persyaratan-persyaratan tertentu yang harus dibangun didalam suatu organisasi atau
perusahaan. Sistem Manajemen K3 juga harus ditinjau ulang dan ditingkatkan secara terus
menerus didalam pelaksanaanya untuk menjamin bahwa system itu dapat berperan dan
berfungsi dengan baik serat berkontribusi terhadap kemajuan perusahaan.

a. Tahap Persiapan.
Merupakan tahapan atau langkah awal yang harus dilakukan suatu
organisasi/perusahaan. Langkah ini melibatkan lapisan manajemen dan sejumlah
personel,mulai dari menyatakan komitmen sampai dengan kebutuahn sumber daya yang
diperlukan,adapun tahap persiapan ini,antara lain:
1. Komitmen manajemen puncak.
2. Menentukan ruang lingkup
3. Menetapkan cara penerapan
4. Membentuk kelompok penerapan
5. Menetapkan sumber daya yang diperlukan

b. Tahap pengembangan dan penerapan


Dalam tahapan ini berisi langkah-langkah yang harus dilakukan oleh
organisasi/perusahaan dengan melibatkan banyak personel,mulai dari menyelenggarakan
penyuluhan dan melaksakan sendiri kegiatan audit internal serta tindakan perbaikannya
sampai melakukan sertifikasi.

Langkah 1. Menyatakan Komitmen


Pernyataan komintmen dan penetapan kebijakan untuk menerapan sebuah Sistem
Manajemen K3 dalam organisasi/perusahaan harus dilakukan oleh manajemen puncak.
Persiapan Sistem Manajemen K3 tidak akan berjalan tanpa adanya komintmen terhadap
sistem manajemen tersebut. Manajemen harus benar-benar menyadari bahwa merekalah
yang paling bertanggung jawab terhadap keberhasilan atau kegagalan penerapan Sistem
K3.

Langkah 2. Menetapkan Cara Penerapan


Dalam menerapkan SMK3,perusahaan dapat menggunakan jasa konsultan dengan
pertimbangan sebagai berikut:

|6
1. Konsultan yang baik tentu memiliki pengalaman yang banyak dan bervariasi sehingga
dapat menjadi agen pengalihan pengentahuan secara efektif,sehingga dapat
memberikan rekomendasi yang tepat dalam proses penerapan Sistem Manajemen K3.
2. Konsultan yang independen kemungkinan konsultan tersebut secara bebas dapat
memberikan umpan balik kepada manajemen secara objektif tanpa terpengaruh oleh
persaingan antar kelompok didalam organisasi/perusahaan.
3. Konsultan jelas memiliki waktu yang cukup. Berbeda dengan tenaga perusahaan yang
meskipun mempunyai keahlian dalam Sistem Manajemen K3 namun karena desakan
tugas-tugas yang lain di perusahaan,akibatnya tidak punya cukup waktu.

Langkah 3. Membentuk Kelompok Kerja Penerapan.


Jika perusahaan akan membentuk kelompok kerja sebaiknya anggota kelompok kerja
tersebut terdiri atas seorang wakil dari setiap unit kerja. Biasanya manajer unit kerja,hal
ini penting karena merekalah yang tentunya paling bertanggung jawab terhadap unit kerja
yang bersangkutan.

Langkah 4. Menetapkan Sumber Daya Yang Diperlukan

Sumber daya disini mencakup orang/personel,perlengkapan,waktu dan dana. Orang yang


dimaksud adalah beberapa orang yang diangkat secara resmi diluar tugas-tugas pokoknya
dan terlibat penuh dalam proses penerapan. Perlengkapan adalah perlunya
mempersiapkan kemungkinan ruangan tambahan untuk menyimpan dokumen atau
komputer tambahan untuk mengolah dan menyimpan data. Tidak kalah pentingnya adalah
waktu. Waktu yang diperlukan tidaklah sedikit terutama bagi orang yang terlibat dalam
penerapan,mulai mengikuti rapat,pelatihan,mempelajari bahan-bahan pustaka,menulis
dokumen mutu sampai menghadapi kegiatan audit assessment.

Penerapan Sistem Manajemen K3 bukan sekedar kegiatan yang dapat berlangsung dalam
satu atau dua bulan saja. Untuk itu selama kurang lebih satu tahun perusahaan harus siap
menghadapi gangguan arus kas karena waktu yang seharusnya dikonsentrasikan untuk
memproduksikan atau beroperasi banyak terserap ke proses penerapan ini. Keadaan
seperti ini sebetulnya dapat dihindari dengan perencanaan dan pengelolaan yang baik.
Sementara dana yang di perlukan adalah dengan membayar konsultan (bila menggunakan
konsultan),lembaga sertifikasi,dan biaya untuk pelatihan karyawan diluar perusahaan.
Disamping itu juga perlu dilihat apakah dalam penerapan Sistem Manajemen K3 ini
perusahaan harus menyediakan peralatan khusus yang selama ini belum dimiliki. Sebagai
contoh adalah:apabila perusahaan memiliki kompresor dengan kebisingan diatas rata-
rata,karena sesuai dengan persyaratan Sistem Manajemen K3 yang mengharuskan adanya
pengendalian resiko dan bahaya yang ditimbulkan,perusahaan tentu harus menyediakan
peralatan yang dapat menghilangkan/mengurangi tingkat kebisingan tersebut. Alat
pengukur tingkat kebisingan juga harus disediakan,dan alat ini harus dikalibrasi. Oleh
karena itu besarnya dana yang dikeluarkan untuk peralatan ini tergantung pada masing-
masing perusahaan.

|7
Disamping itu juga perlu dilihat apakah dalam penerapan Sistem Manajemen K3 ini
perusahaan harus menyediakan peralatan khusus yang selama ini belum dimiliki. Sebagai
contoh adalah:apabila perusahaan memiliki kompresor dengan kebisingan diatas rata-
rata,karena sesuai dengan persyaratan Sistem Manajemen K3 yang mengharuskan adanya
pengendalian resiko dan bahaya yang ditimbulkan,perusahaan tentu harus menyediakan
peralatan yang dapat menghilangkan/mengurangi tingkat kebisingan tersebut. Alat
pengukur tingkat kebisingan juga harus disediakan,dan alat ini harus dikalibrasi. Oleh
karena itu besarnya dana yang dikeluarkan untuk peralatan ini tergantung pada masing-
masing perusahaan.

Langkah 5. Kegiatan penyuluhan


Penerapan Sistem Manajemen K3 adalah kegiatan dari dan untuk kebutuhan personel
perusahaan. Oleh karena itu harus dibangun rasa adanya keikutsertaan dari seluruh
karyawan dalam perusahan memlalui program penyuluhan.

Kegiatan ini harus diarahkan untuk mencapai tujuan,antara lain:


4. Menyamakan persepsi dan motivasi terhadap pentingnya penerapan Sistem
Manajemen K3 bagi kinerja perusahaan.
5. Membangun komitmen menyeluruh mulai dari direksi,manajer,staf dan seluruh
jajaran dalam perusahaan untuk bekerja sama dalam menerapkan standar sIstem ini.

Kegiatan penyuluhan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara,misalnya dengan


pernyataan komitmen manajemen,melalui ceramah,surat edaran atau pembagian buku-
buku yang terkait dengan Sistem Manajemen K3.

Langkah 6. Peninjauan sistem


Kelompok kerja penerapan yang telah dibentuk kemudian mulai bekerja untuk
meninjau system yang sedang berlangsung dan kemudian dibandingkan dengan
persyaratan yang ada dalam Sistem Manajemen K3.

Peninjauan ini dapat dilakukan melalui dua cara yaitu dengan meninjau dokumen
prosedur dan meninjau pelaksanaan
1. Apakah perusahaan sudah mengikuti dan melaksanakan secara konsisten prosedur
atau instruksi kerja dari OHAS 18001 atau Permenaker 05/men/1996.
2. Perusahaan belum memiliki dokumen,tetapi sudah menerapkan sebagian atau seluruh
persyaratan dalam standar Sistem Manajemen K3.
3. Perusahaan belum memiliki dokumen dan belum menerapkan persyaratan standar
Sistem Manajemen K3 yang dipilih.

Langkah 7. Penyusunan jadwal kegiatan


Setelah melakukan peninjauan system maka kelompok kerja dapat menyusun suatu
jadwal kegiatan. Jadwal kegiatan dapat disusun dengan mempertimbangkan hal-hal
berikut:

|8
Ruang lingkup pekerjaan
Dari hasil tinjauan sistem akan menunjukan beberapa banyak yang harus disiapkan
dan berapa lama setiap prosedur itu akan diperiksa,disempurnakan,disetujui dan diaudit.
Semakin panjang daftar prosedur yang harus disiapkan,semakin lama waktu penerapan
yang diperlukan.
Kemampuan wakil manajemen dan kelompok kerja penerapan
Kemampuan disini dalam hal membagi dan menyediakan waktu. Seperti diketahui
bahwa tugas penerapan bukanlah satu-satunya pekerjaan para anggota kelompok kerja dan
manajemen representative. Mereka masih mempunyai tugas dan tanggung jawab lain
diluar penerapan standar Sistem Manajemen K3 yang kadang-kadang juga sama
pentingya dengan penerapan standar ini. Hal ini menyangkut kelangsungan usaha
perusahaan seperti pencapaian sasaran penjualan,memenuhi jadwal dan taget produksi.
Keberadaan proyek
Khusus bagi perusahaan yang kegiatanya berdasarkan proyek (misalnya kontraktor
dan pengembangan),maka ketika menyusun jadwal kedatangan asesor badan
sertifikasi,pastikan bahwa pada saat asesor datang proyek yang sedang dikerjakan.

Langkah 8. Pengembangan Sistem Manajemen K3


Beberapa kegiatan yang perlu dilakukan dalam tahap pengembangan Sistem Manajemen
K3 antara lain mencakup dokumentasi,pembagian kelompok,penyusunan bagan
air,penulisan manual Sistem Manajemen K3,Prosedur,dan instruksi kerja.

Langkah 9. Penerapan Sistem


Setelah semua dokumen selesai dibuat,maka setiap anggota kelompok kerja kembali
ke masing-masing bagian untuk menerapkan system yang ditulis.

Adapun cara penerapannya adalah:


1. Anggota kelompok kerja mengumpulkan seluruh stafnya dan menjelaskan mengenai
isi dokumen tersebut. Kesempatan ini dapat juga digunakan untuk mendapatkan
masukan-masukan dari lapangan yang bersifat teknis operasional.
2. Anggota kelompok kerja bersama-sama staf unit kerjanya mulai mencoba menerapkan
hal-hal yang telah ditulis. Setiap kekurangan atau hambatan yang dijumpai harus
dicatat sebagai masukan untuk menyempurnakan system.
3. Mengumpulkan semua catatan K3 dan rekaman tercatat yang merupakan bukti
pelaksanaan hal-hal yang telah ditulis. Rentang waktu untuk menerapkan system ini
sebaiknya tidak kurang dari tiga bulan sehingga cukup memadai untuk menilai efektif
tidaknya system yang telah dikembangkan tadi. Tiga bulan ini sudah termasuk waktu
yang digunakan untuk menyempurnakan system dan memodifikasi dokumen.

Dalam praktek pelaksanaannya,maka kelompok kerja tidak harus menunggu seluruh


dokumen selesai. Begitu satu dokumen selesai sudah mencakup salah satu elemen standar
maka penerapan sudah dapat dimulai dikerjakan. Sementara proses penerapan system
berlangsung,kelompok kerja dapat tetap melakukan pertemuan berkala untuk memantau
kelancaran proses penerapan system ini. Apabila langkah-langkah yang terdahulu telah
dapat dijalankan dengan baik maka proses system ini relative lebih mudah dilaksanakan.

|9
Penerapan system ini harus dilaksanakan sedikitnya tiga bulan sebelum pelaksanaan audit
internal. Waktu tiga bulan ini diperlukan untuk mengumpulkan bukti-bukti ( dalam bentuk
rekaman tercatat) secara memadai dan untuk melaksanakan penyempurnaan system serta
modifikasi dokumen.

Langkah 10. Proses sertifikasi

Ada sejumlah lembaga sertifikasi Sistem Manajemen K3. Misalnya Sucofindo


melakukan sertifikasi terhadap Permenaker 05 /Men/1996. Namun Untuk OHSAS
18001:1999 organisasi bebas menentukan lembaga sertifikasi manapun yang diinginkan.
Untuk itu organisasis disarankan untuk memilih lembaga sertifikasi OHSAS 108001 yang
paling tepat.

G. Langkah-langkah Pengembangan SMK3

Langkah-langkah dalam mengembangkan Sistem manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Peraturan Perundang-undangan dan Standar.
Sebelum implementasi harus diidentifikasi semua peraturan perundang-undangan dan
standar K3 yang berlaku dalam perusahaan yang bersangkutan. Sebaiknya dibentuk tim
untuk mendokumentasikan peraturan perundang-undangan dan standar dibidang K3. Dari
hasil identifikasi ini kemudian disusun Peraturan K3 perusahaan dan Pedoman
pelaksanaan K3. Praktek pada banyak perusahaan, peraturan keselamatan dan kesehatan
kerja dicetak dalam bentuk buku saku yang selalu dibawa oleh tenaga kerja, agar setiap
pekerja memahami peraturan tersebut harus menjelaskan peraturan perundangan dan
persyaratan lainnya kepada setiap tenaga kerja.
2. Menetapkan Kebijakan K3 Perusahaan
Pernyataan mengenai komitmen dari organisasi untuk melaksanakan K3 yang
menegaskan keterikatan perusahaan terhadap pelaksanaan K3 dengan melaksanakan
semua ketentuan K3 yang berlaku sesuai dengan operasi perusahaan, melindungi
keselamatan dan kesehatan semua pekerja termasuk kontraktor dan stacholder lainnya
seperti pelanggan dan pemasok.
3. Mengorganisasikan, untuk melaksanakan kebijakan K3 secara efektif dengan peran serta
semua tingkatan manajemen dan pekerja. Bagaiana Top Manajemen menempatkan
organisasi K3 diperusahaan serta dukungan yang diberikan merupakan pencerminan dari
komitmen terhadap K3.
4. Merencanakan SMK3
Perusahaan harus membuat perencanaan yang efektif guna mencapai keberhasilan
penerapan dan kegiatan Sistem Mana-jemen K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat
diukur.
5. Penerapan SMK3
Perusahaan harus menyediakan personil yang memiliki kualifikasi, sarana yang memadai
sesuai sistem Manajemen K3 yang diterapkan dengan membuat prosedur yang dapat
memantau manfaat yang akan didapat maupun biaya yang harus dikeluarkan.

| 10
6. Mengukur dan memantau hasil pelaksanaan, dengan menggunakan standar yang telah
ditetapkan terlebih dahulu.
Ada dua macam ukuran yang dapat digunakan yaitu ukuran yang bersifat reaktif yang
didasarkan pada kejadian kecelakaan dan ukuran yang bersifat proaktif, karena didasarkan
kepada upaya dari keseluruhan sistem.
7. Melakukan audit dan meninjau ulang secara menyeluruh.
Dengan melaksana-kan audit K3, manajemen dapat me-meriksa sejauh mana organisasi
telah melaksanakan komitmen yang telah disepakati bersama, mendeteksi berbagai
kelemahan yang masih ada, yang mungkin terletak pada perumusan komitmen dan
kebijakan K3, atau pada pengorganisasian, atau pada perencanaan dan pelaksanaannya.

H. Pemahaman tentang OHSAS 18001

OHSAS secara harafiah singkatan dari Occupational Health and Safety Assessment System.
OHSAS adalah sertifikasi untuk Sistem Manajemen Kesehatan internasional. Kerja Keselamatan
yang dan berstandar OHSAS 18001 ini tidak diterbitkan oleh Lembaga Standarisasi Dunia (ISO),
tapi oleh British Standards Institute (BSI) melalui kesepakatan badan-badan sertifikasi yang ada
di beberapa Negara, yaitu kerja sama organisasi-organisasi dunia.

OHSAS 18001 ini juga memiliki struktur yang mirip dengan ISO 14001 (Sistem Manajemen
Lingkungan). Dengan demikian OHSAS lebih mudah diitergrasikan dengan ISO 9000 (Sistem
Manajemen Mutu). OHSAS 18001 merupakan persyaratan penilaian Keselamatan dan Kesehatan
Kerja ini menyatakan persyaratan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3),
agar organisasi mampu mengendalikan dan memudahakan pengelolaan resiko-resiko K3 yang
terkait dengan struktur organisasi, perencanaan kerja, tanggung jawab, praktek, prosedur, proses,
tinjauan dan pemeliharaan kebijakan K3 organisasi dan meningkatkan kinerjanya. Secara fisik
persya-ratan ini tidak menyatakan kriteria kinerja, ataupun memberikan persyaratan secara lengkap
dan merancang sistem manajemen.

OHSAS 18001 ini sesuai untuk berbagai organisasi yang berkeinginan untuk:
1. Membuat sebuah Sistem Manajemen K3 yang berguna untuk mengurangi atau menghilangkan
tingkat resiko yang menimpa karyawan/pihak terkait yang terkena dampak aktivitas organisasi.
2. Menerapkan, memelihara dan melakukan perbaikan berkelanjutan sebuah Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).
3. Melakukan sertifikasi untuk melakukan penilaian sendiri.

Elemen-elemen kunci pada OHSAS 18001 memiliki sub-sub elemen yang terdiri atas :
1. Persyaratan Umum
2. Kebijakan K3
3. Perencanaan
4. Operasional dan Implementasi
5. Pemeriksaan dan Tindakan Koreksi
6. Tinjauan Manajemen

| 11
Referensi

Ervianto, Wulfram. 2002. Manajemen Proyek Konstruksi, Andi, Yogyakarta.


Gempur, Santoso. 2004. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Prestasi Pustaka, Jakarta.
Soehatman, R. (2010). Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja OHSAS 18001, Seri
Manajemen K3. Penerbit PT. Dian Rakyat.
Toha, R. (1997). Pengaruh Penerapan 5S/5R pada Produktivitas Kerja Karyawan di PT Pindad
(Persero). Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IPWI. Jakarta.
Fresner, J. and Engelhardt, G. (2004) Experiences with integrated management systems for two
small companies in Austria. Journal of Cleaner Production, 12(6):623-631.
http://disnakertransduk.jatimprov.go.id
http://healthsafetyprotection.com
http://aswinsh.wordpress.com
http://hopelmar.com
http://www.kompasiana.com
notoprasetio.blogspot.com
www.a2k4-ina.net
http://sentralsistem.com
http://metroconsulting.co.id
http://isoindonesiacenter.com
Jurnal Ilmiah MEDIA ENGINEERING Vol. 2, No. 2, Juli 2012 ISSN 2087-9334 (100-113)
Jurnal Standardisasi Vol. 13, No. 3 Tahun 2011: 192 - 200
Jurnal Kejuruteraan Awam 16(1): 24-37 (2004)

| 12

Anda mungkin juga menyukai