Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENGANTAR AKUNTANSI

“PRINSIP AKUNTANSI SYARIAH DAN


KONVENSIONAL”

UMI NADHIROH, SE.,MM.

Disusun Oleh :
1. FAJAR AVIS SAFITRI ( 17130120210 )
2. SITI WASI’ATUL KHOIRIYAH ( 17130210221 )
3. FENI HILDA KARTIWI ( 17130210230 )
4. IVAN RILO PAMBUDI ( 17130210269 )
5. FAUZHAN ANANDITHA ( 17130210255 )

Kelas Manajemen 2A5

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN


UNIVERSITAS ISLAM KADIRI KEDIRI
TAHUN 2018
i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT karena berkat limpahan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kami semua, makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan
waktunya, yang diharapkan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengantar Akuntansi.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadai masih banyak yang perlu diperbaiki,
untuk itu kritik dan saran perlu untuk disampaikan kepada kami. Agar penyusunan makalah
selanjutnya akan lebih baik dan sekaligus upaya perbaikan dan penyempurnaan dimasa yang
akan datang. Kurang dan lebihnya kami ucapkan terima kasih, penulis berharap makalah ini
bermanfaat bagi penulis sendiri lebih-lebih kepada seluruh pembaca pada umumnya.

Kediri, 18 Maret 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL.................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG ...........................................................................................
1.2 RUMUSAN MASALAH ......................................................................................
1.2 TUJUAN.............................................................................................................

BAB II
PEMBAHASAAN
2.1. DEFINISI AKUNTANSI SYARI’AH ...................................................................
2.2. PRINSIP AKUNTANSI SYARI’AH ....................................................................
2.3. PRINSIP SYARI’AH DALAM PERKEMBANGAN AKUNTANSI .......................
2.4. DEFINISI AKUNTANSI KONFENSIONAL ........................................................
2.5. PRINSIP DASAR AKUNTANSI KONVENSIONAL ...........................................
2.6.PERSAMAAN DAN PERBEDAAN AKUNTANSI KONVENSIONAL
DENGAN AKUNTANSI SYARI’AH....................................................................

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN ...................................................................................................
3.2 SARAN ..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................


LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Seiring berkembangnya zaman,makin berkembang pula keberagaman yang
ada di Indonesia. Salah satunya yaitu dalam bidang ekonomi akuntansi. Awalnya
hanya ada satu akuntansi (yang sekarang disebut dengan akuntansi konvensional),
dan sekarang mulai berkembang akuntansi syari’ah diindonesia. Akuntansi syariah
sendiri merupakan akuntansi yang berorientasi sosial, yaitu akuntansi tidak hanya
sebagai alat untuk mengartikan fenomena ekonomi dalam bentuk ukuran moneter
tetapi juga sebagai suatu metode yang menjelaskan bagaimana fenomena ekonomi
itu berjalan di dalam masyarakat islam. Akuntansi syariah sendiri menyajikan
mengenai hal-hal yang tidak disajikan oleh akuntansi konvensional. Akuntansi syariah
sendiri merupakan suatu hisab yang menganjurkan yang baik dan melarang apa yang
jelek. Di dalam Al-qur’an telah digariskan mengenai konsep akuntansi mengenai
penekanan pertanggungjawaban yang bertujuan menjaga keadilan dan kebenaran.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Definisi Akuntansi Syari’ah?
2. Prinsip Akuntansi Syari’ah?
3. Pengembangan Prinsip Akuntansi Syari’ah?
4. Definisi Akuntansi Konfensional?
5. Prinsip Dasar Akuntansi Konvensional?
6. Persamaan dan Perbedaan Akuntansi Konvensional dengan Akuntansi Syari’ah?

1.3 TUJUAN
1. Mengetahui prinsip-prinsip akuntansi syari’ah
2. Mengetahui prinsip-prinsip akuntansi konvensional
3. Mengetahu perbedaan dan persamaan anatar akuntansi syari’ah dengan akuntansi
konvensional

1
BAB II
PEMBAHASAN

AKUNTANSI SYARIAH DAN AKUNTANSI KONVENSIONAL

2.1 DEFINISI AKUNTANSI SYARI’AH

Kaidah Akuntansi dalam konsep Syariah Islam dapat didefinisikan sebagai


kumpulan dasar-dasar hukum yang baku dan permanen, yang disimpulkan dari
sumber-sumber Syariah Islam dan dipergunakan sebagai aturan oleh seorang
Akuntan dalam pekerjaannya, baik dalam pembukuan, analisis, pengukuran,
pemaparan, maupun penjelasan, dan menjadi pijakan dalam menjelaskan suatu
kejadian atau peristiwa.
Dasar hukum dalam Akuntansi Syariah bersumber dari Al Quran, Sunah Nabawiyyah,
Ijma (kespakatan para ulama), Qiyas (persamaan suatu peristiwa tertentu), dan ‘Uruf
(adat kebiasaan) yang tidak bertentangan dengan Syariah Islam. Kaidah-kaidah
Akuntansi Syariah, memiliki karakteristik khusus yang membedakan dari kaidah
Akuntansi Konvensional. Kaidah-kaidah Akuntansi Syariah sesuai dengan norma-
norma masyarakat islami, dan termasuk disiplin ilmu sosial yang berfungsi sebagai
pelayan masyarakat pada tempat penerapan Akuntansi tersebut.
Dalam Akuntansi Islam ada “meta rule” yang berasal diluar konsep akuntansi yang
harus dipatuhi, yaitu hukum Syariah yang berasal dari Tuhan yang bukan ciptaan
manusia, dan Akuntansi Islam sesuai dengan kecenderungan manusia yaitu “hanief”
yang menuntut agar perusahaan juga memiliki etika dan tanggung jawab sosial,
bahkan ada pertanggungjawaban di akhirat, dimana setiap orang akan
mempertanggungjawab kan tindakannya di hadapan Tuhan yang memiliki Akuntan
sendiri (Rakib dan Atid) yang mencatat semua tindakan manusia bukan saja pada
bidang ekonomi, tetapi juga masalah sosial dan pelaksanaan hukum Syariah lainnya.

2
2.2 PRINSIP AKUNTANSI SYARI’AH
Akuntansi syari’ah juga memiliki beberapa prinsip,adapun prinsip-prinsip tersebut
yaitu:

1. Berdasarkan pemegang kuasa dan pelaksana


a. Prinsip Pertanggungjawaban
Karenadasar yang digunakan adalah al-qur’an,maka prinsip
pertanggungjawaban merupakan salah satu bentuk implementasi hal tersebut.
Dimana setiap hal yang dilakukan harus dipertanggungjawabkan. Transaksi yang
dilakukan seorang pembisnis harus di pertanggungjawabkan,salah satunya adalah
melalui laporan keuangan atau laporan akuntansi.

b. Prinsip Keadilan
Prinsip ini memiliki dua pengertian. Pertama adalah keadilan yang
berkaitan
Dengan praktikmoral, yaitu kejujuran,merupakan faktor yang sangat dominan.
Tanpa kejujuran informasi akuntansi akan menyesatkan dan sangat merugikan
masyarakat.
Kedua, kata adil bersifat lebih fundamental (tetap berpijak pada nilai-nilai etika,
syariah,moral),pengertian ini yang merupakan sebagai pendorong untuk
melakukan upaya dekonstruksi terhadap bangun akuntansi modern menuju
bangun akuntansi (alternative) yang lebih baik.

c. Prinsip Kebenaran
Prinsip kebenaran akan menciptakan keadilan dalam mengakui,
mengukurdan melapor kantransaksi-transaksi ekonomi, misalnya pada aktivitas
pengukuran,pengakuan dan pelaporan yang tentu saja akan berjalan dengan baik
jika dibarengi dengan rasa kebenaran.

2. Berdasarkanpengukurandanpenyingkapan
a. Zakat
Zakat sebagai jumlah hartater tentu yang memiliki sifat wajib untuk dibayarkan
para pemeluk agama islam guna diberikan pada golongan yang membutuhkan dan
berhak menerimanya. Golongan ini terdiri dari fakir miskin, anak-anak terlantar dsb.
Pembayaran zakat sudah ditetapkan melalui ketentuan yang dibuat berdasarkan
prinsip syari’ah.

3
a. Bebas Bunga
Ketika anda memiliki akun tabungan di bank syariah,anda tidak akan
mendapatkan bunga menabung. Beda halnya dengan tabungan di bank konvensional
yang menawarkan keuntungan dari suku bunga yang ditetapkan. Jika ada keuntungan
kedua belah pihak menyepakati system bagi hasil atau sistem lain yang orientasinya
bukan dengan cara pemberian bunga.

b. Halal
Prinsip ini berusaha menghindarkan entitas dari pelaksanaan bisnis yang
berhubungan dengan hal-hal yang diharamkan syariah. Prinsip ini memastikan bahwa
pelaksanaan akuntansi syariah di Indonesia tidak menyeleweng dari aturan yang
sudah ditetapkan apalagi dengan merugikan orang lain.

2.3 PRINSIP SYARI’AH DALAM PENGEMBANGAN AKUNTANSUI


Akuntansi modern yang berkembang saat ini hanya mementingkan kekayaan
ekonomi (materi) tanpa memperhatikan aspek yang non materi, karena tujuannya
hanya untuk mengoptimalkan seluruh sumberdaya ekonomi melalui kapital ataupun
permodalan agar dicapai keuntungan yang sebesar-besarnya (memaksimalkan
keuntungan). Hal inilah perlu upaya untuk melakukan rekonstruksi dalam rangka
pengembangan dari prinsip yang ada sehingga muncul alternatif baru yang bisa
mencerminkan nilai-nilai yang lebih baik sesuai dengan tuntutan masyarakat dan
perkembangan jaman. Akuntansi syari’ah tuntutannya adalah kebenaran hakiki atau
kebenaran moral yang harus dipertanggungjawabkan dihadapan Allah, walaupun di
satu sisi akuntansi syari’ah juga harus merujuk pada standar tetapi standar tidak
dimaksudkan sebagai pembenaran, artinya laporan yang dibuat sesuai dengan
standar tidak selalu benar menurut syari’ah, bila secara substansi laporan
menyimpang dari prinsip-prinsip syari’ah. Akuntansi syari’ah, mencoba menemukan
apa yang seharusnya dibuat sesuai dengan anjuran Tuhan (wahyu), dalam tataran ini
akuntansi syari’ah tidak hanya diikat agar berada pada koridor standar akuntansi tetapi
diikat pula dengan pertanggungjawaban dihadapan Tuhan (normatif religius).

Implikasi dalam bisnis dan akuntansi adalah bahwa individu yang terlibat dalam
praktik bisnis harus selalu mempertanggungjawabkan amanah kepada pihak-pihak
yang terkait.Wujud pertanggungjawabannya biasanya dalam bentuk laporan
akuntansi. Prinsip pertanggungjawaban (accountability) merupakan konsep yang tidak
asing lagi dikalangan masyarakat muslim. Pertanggungjawaban selalu berkaitan
dengan konsep amanah. Bagi kaum muslim, persoalan amanah merupakan hasil

4
transaksi manusia dengan sang khalik mulai dari alam kandungan.. manusia dibebani
oleh Allah untuk menjalankan fungsi kekhalifahan di muka bumi. Inti kekhalifahan
adalah menjalankan atau menunaikan amanah. Banyak ayat Al-Qur’an yang
menjelaskan tentang proses pertanggungjawaban manusia sebagai pelaku amanah
Allah dimuka bumi. Implikasi dalam bisnis dan akuntansi adalah bahwa individu yang
terlibat dalam praktik bisnis harus selalu melakukan pertanggungjawaban apa yang
telah diamanatkan dan diperbuat kepada pihak-pihak yang terkait .

Keadilan adalah pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak-hak dan
kewajiban. Keadilan terletak pada keharmonisan menuntuk hak dan menjalankan
kewajiban. Atau dengan kata lain, keadilan adalah keadaan bila setiap orang
memperoleh apa yang menjadi hak nya dan setiap orang memperoleh bagian yang
sama dari kekayaan bersama.
Prinsip keadilan ini tidak saja merupakan nilai yang sangat penting dalam etika
kehidupan sosial dan bisnis, tetapi juga merupakan nilai yang secara inheren melekat
dalam fitrah manusia. Dalam konteks akuntansi keadilan mengandung pengertian
yang bersifat fundamental dan tetap berpijak pada nilai-nilai etika/syariah dan moral,
secara sederhana adil dalam akuntansi adalah pencatatan dengan benar setiap
transaksi yang dilakukan oleh perusahaan.

Keadilan dalam konteks akuntansi mengandung dua pengertian:


a. Berkaitan dengan praktik moral : Tanpa kejujuran , informasi akuntansi
yang disajikan akan menyesatkan masyarakat.
b. Bersifat lebih fundamental (dan tetap berpijak pada nilai-nilai etika/syariah
dan moral).
Pengertian inilah yang merupakan pendorong untuk melakukan upaya-upaya
dekonstruksi terhadap bangun akuntansi modern menuju pada bangun akuntansi
(alternatif) yang lebih baik.
Dalam akuntansi kita akan selalu dihadapkan pada masalah pengakuan,
pengukuran dan pelaporan. Aktivitas ini akan dapat dilakukan dengan baik apabila
dilandaskan pada nilai kebenaran. Kebenaran ini akan mencipatakan keadilan dalam
mengakui, mengukur dan melaporkan transaksi-transaksi ekonomi. Dengan demikian
pengembangan akuntansi , nilai-nilai kebenaran, kejujuran dan keadilan harus
diaktualisasikan dalam praktik akuntansi. Secara garis besar, bagaimana nilai-nilai
kebenaran membentuk akuntansi islam dapat diterangkan. Akuntan muslim harus
meyakini bahwa Islam sebagai way of life (Q.S. 3 : 85).Akuntan harus memiliki karakter
yang baik, jujur, adil, dan dapat dipercaya (Q.S. An-Nisa135).Akuntan bertanggung

5
jawab melaporkan semua transaksi yang terjadi (muamalah) dengan benar jujur serta
teliti, sesuai dengan syariah Islam (Q.S. Al-Baqarah : 7 – 8) . Dalam penilaian
kekayaan (aset), dapat digunakan harga pasar atau harga pokok. Keakuratan
penilaiannya harus dipersaksikan pihak yang kompeten dan independen (Al-Baqarah
: 282). Standar akuntansi yang diterima umum dapat dilaksanakan sepanjang tidak
bertentangan dengan syariah Islam. Transaksi yang tidak sesuai dengan ketentuan
syariah, harus dihindari, sebab setiap aktivitas usaha harus dinilai halal-haramnya.
Faktor ekonomi bukan alasan tunggal untuk menentukan berlangsungnya kegiatan
usaha.

2.4 DEFINISI AKUNTANSI KONVENSIONAL


Akuntansi Konvensional dipengaruhi oleh berbagai macam ideologi,
akan tetapi dapat dilihat ideologi yang paling dominan memepengaruhinya adalah
ideologi kapitalisme. Hal ini terlihat dari beberapa pendapat ahli akuntansi yang
menjelaskan mengenai hal tersebut.
Diantaranya, Harahap (2001) menyatakan bahwa ilmu akuntansi konvensional
yang berkembang saat ini ndilandasi jiwa kapitalisme dan sebaliknya
perkembangan ekonomi kapitalisme sangat dipengaruhi oleh perkembangan
akuntansi konvensional.
Sisitem kapitalisme didasari oleh individualis yang kuat, sisitem kapitalisme
menetapkan laba sebagai nilai tertinggi. Ekonomi kapitalis hanya melihat sesuatu
berdasarkan materi semata, tanpa adanya kecenderungan-kecenderungan
spiritual, pemikiran-pemikiran tentang budi pekerti, dan tujuan-tujuan yang bersifat
non-materi.

2.5 PRINSIP DASAR AKUNTANSI KONVENSIONAL

1. LANDASAN BERFIKIR AKUNTANSI KONVENSIONAL


Akuntansi kapitalis dibangun berdasarkan landasan pikir sekuler terkonstruksi
sebagai ilmu yang bebas nilai ( Value Free ), sehingga satu-satunya landasannya
adalah rasional tanpa memiliki dimensi teologis ketauhidan serta moral. Akuntansi
yang dibangun pada ranah peradaban ekonomi kapitalis lahir sebagai perangkat
konstruktif peradaban tersebut. Seluruh dimensi penyajian laporan keuangan selalu
mencerminkan kebutuhan dan kepentingan stockholder sesuai dengan filosofi induk
yang melahirkannya.

6
Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Karl Max bahwa akuntansi kapitalis
hanya merupakan legalisasi kaum kapitalis untuk tetap eksis.

2. KRITIK TERHADAP AKUNTANSI KONVENSIONAL

Trueblood Committee ( Harahap, 2001, h. 92 ), menyampaikan kritik terhadap


akuntansi konvensional sebagai berikut :
1. Akuntansi hanya menyangkut laporan historis sehingga tidak dapat
menggambarkan secara eksplisit prospek masa depan.
2. Angka-angka akuntansi umumnya didasarkan pada hasil transaksi pertukaran
sehingga hanya menggambarkan nilai pada saat itu.
3. Dalam akuntansi sering digunakan metode dari beberapa metode yang sama-
sama diterima yang menghasilkan laporan dan informasi berbeda.
4. Akuntansi menekankan pada laporan keuangan yang bersifat umum yang dapat
digunakan semua pihak. Sehingga terpaksa selalu memperhatikan semua pihak
padahal pemakaiannya yang sebenarnya memiliki perbedaan kepentingan.
5. Angka-angka disatu laporan berkaitan dengan angka-angka dilaporan lainnya.
6. Diakui bahwa laporan keuangan yang sekarang tidak menggambarkan likuiditas dan
arus kas.
7. Perubahan dalam daya beli uang jelas ada, namun hal ini tidak tergambarkan dalam
laporan keuangan.
8. Konsep "materiality" merupakan konsep pelaporan. Batasan terhadap istilah ini agak
abu-abu.

2.6 PERSAMAAN DAN PERBEDAAN AKUNTANSI KONVENSIONAL DENGAN


AKUNTANSI SYARI’AH

Persamaan kaidah Akuntansi Syariah dengan Akuntansi Konvensional


terdapat pada hal-hal sebagai berikut:
1. Prinsip pemisahan jaminan keuangan dengan prinsip unit ekonomi;
2. Prinsip penahunan (hauliyah) dengan prinsip periode waktu atau tahun
pembukuan keuangan;
3. Prinsip pembukuan langsung dengan pencatatan bertanggal;
4. Prinsip kesaksian dalam pembukuan dengan prinsip penentuan barang;
5. Prinsip perbandingan (muqabalah) dengan prinsip perbandingan income dengan
cost (biaya);
6. Prinsip kontinuitas (istimrariah) dengan kesinambungan perusahaan;

7
7. Prinsip keterangan (idhah) dengan penjelasan atau pemberitahuan.

Sedangkan perbedaannya, menurut Husein Syahatah, dalam buku Pokok-


Pokok Pikiran Akuntansi Islam, antara lain, terdapat pada hal-hal sebagai berikut:

Akuntansi konvensional:
1. konsep modal pokok (capital) belum ditentukan, sehingga cara menentukan
nilai/harga untuk melindungi modal pokok sering berbeda pendapat
2. modal terbagi 2, yakni modal tetap (aktiva tetap) dan modal yg beredar (aktiva
lancar)
3. mempraktekkan teori pencadangan & ketelitian dari menanggung semua
kerugian dalam perhitungan
4. mengeyampingkan laba yg bersifat mungkin
5. menerapkan prinsip laba universal, mencakup laba dagang, modal pokok,
transaksi, juga uang dari sumber yg haram
6. laba hanya ada ketika adanya jual beli

Akuntansi Syari’ah:
1. konsep modal pokok dalam islam berdasarkan nilai tukar yang berlaku, dengan
tujuan melindungi modal pokok dari segi kemampuan produksi di masa yg akan
datang dlm ruang lingkup perusahaan yg kontinuitas
2. barang-barang pokok dibagi menjadi harta berupa uang (cash) dan harta berupa
barang (stock), dst barang dibagi menjadi barang milik dan barang dagang
3. mata uang (emas, perak, dll) bukan tujuan segalanya, melainkan hanya sebagai
perantara utk pengukuran & penentuan nilai/harga (sbg sumber harga/nilai)
4. penentuan nilai dan harga berdasarkan nilai tukar yg berlaku
5. membentuk cadangan untuk kemungkinan bahaya dan resiko
6. membedakan laba dari aktivitas pokok dan laba yg berasal dari capital/modal
pokok dengan yang berasal dari transaksi dan wajib menjelaskan pendapatan
dari sumber yang haram jika ada, serta berusaha menghindari & menyalurkan
pada tempat-tempat yg tlh ditentukan oleh para ulama fiqh
7. laba dari sumber yang haram tidak boleh dibagi untuk mitra usaha/dicampurkan
pada pokok modal
8. laba akan ada ketika adanya perkembangan dan pertambahan pada nilai barang,
baik yg telah terjual/belum. Akan tetapi jual beli adalah suatu keharusan utk
menyatakan laba, dan laba tdk boleh dibagi sebelum nyata laba itu diperoleh.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Akuntansi Syari’ah adalah suatu ilmu yang berupaya memandang, meninjau,


meneliti, dan akhirnya menyelesaikan permasalahan ekonomi dengan cara-cara yang islami,
dengan tujuan mencapai falah di dunia dan akhirat dan mencapai kesejahteraan dan keadilan
bagi rakyat.
Akuntansi Konvensional adalah teori yang mempunyai kaitan dengan kebebasan
bergerak kearah menuju pasar bebas dan sisitem berpaham perdagangan bebas dalam era
globalisasi untuk menghilangkan kebijakan proteksionisme, dengan tujuan semata-mata
untuk kesejahteraan duniawi, dan mencapai kesejahteraan individu.

3.2 SARAN
Berdasarkan uraian diatas tentang akuntansi konvensional dan akuntansi
syari’ah,sudah sewajarnya kita harus mematuhi peraturan-peraturan yang ada di akuntansi
syari’ah yang menganut ketentuannya pada al-qur’an.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.co.id/amp/s/dosenakuntansi.com/prinsip-akuntansi-syariah/amp

http://rocketmanajemen.com/akuntansi-syariah/

http://www.google.co.id/akuntansi-konvensional-prinsip-definisi//

http://www.e-akuntansi.com

http://akuntansi-konvensional.com

10
11
12

Anda mungkin juga menyukai