PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
diketahui oleh masyarakat. Penyakit gangguan mental pada anak salah satunya
adalah down syndrome. Faktor penyebab yang sering ditemukan antara lain
faktor genetik, infeksi, radasi, umur ayah dan ibu (Soetjiningsih, 2016).
yang dapat terjadi pada pria dan wanita. Kelainan ini merupakan kelainan
Menurut hasil Riset kesehatan dasar (2013), anak umur 24-50 bulan
yang mengalami kecacatan (tuna netra, tuna wicara, tuna daksa, tuna rungu,
bibir sumbing, dan down syndrome) di Provinsi Jawa Tengah mencapai 0,13
%.
Menurut Fadli (2010) ciri khas penderita down sydrom antara lain :
memiliki wajah yang khas dengan mata sipit yang membujur ke atas, jarak
kedua mata yang saling berjauhan dengan hidung yang rata dan kecil, mulut
1
2
dan letak telinga rendah. Ciri khas lainnya telapak tangannya pendek dan
huruf M).
down syndrome di sekolah inklusi yang dilakukan oleh Rizkie (2012) anak
dengan down syndrome berada satu kelas dengan anak normal dan ada
syndrome sering tidak fokus sehingga guru menggunakan metode belajar dari
mengajar anak normal yang hanya dengan sekali atau dua kali penjelasan bisa
mengerti. Hambatan lain dalam mengajar anak down syndrome adalah emosi
yang masih labil dari setiap anak. Terkadang mereka benar-benar tidak mau
belajar, sehingga guru harus mencari cara lain agar anak down syndrome mau
mulai belajar berbeda dengan anak normal yang sudah mengetahui kewajiban
emosi tidak tekontrol yang tidak disadari dan berlebihan. Anak dengan down
penulis kepada kepala sekolah luar biasa (SLB) C Yakut Purwokerto dari 41
3
anak dengan down syndrome, terdapat 11 anak yang orang tuanya mengeluh
tentang emosi anak yang belum stabil, sering menangis dan mengamuk.
Dampak dari terlambat atau tidak ditanganinya kontrol emosi labil pada anak
down syndrome dapat menyebabkan perilaku anak yang tidak terkontrol, anak
sekitar, lebih sulit diatur dan bisa mencederai diri dan orang lain.
B. Batasan Masalah
Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada asuhan keperawatan pada
anak down syndrome dengan fokus studi kontrol emosi labil di SLB C Yakut
Purwokerto.
C. Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan pada anak down syndrome dengan
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
terapi bermain.
E. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perawat
syndrome.
d. Bagi Penulis
tentang karya tulis ilmiah khususnya kontrol emosi pada anak down
syndrome.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(Soedjatmiko, 2012).
oleh :
a. Faktor Genetik
6
7
Hormone).
c. Radiasi
d. Autoimun
e. Umur Ayah
ayahnya.
khusus yang terdapat pada setiap sel tubuh manusia dan mengandung
bahan genetik yang menentukan sifat seseorang. Pada bayi normal terdapat
wajah khas, kelainan pada tangan dan retardasi mental. Anak dengan down
syndrome lahir semua perbedaan sudah terlihat dan karena memiliki sel
otak yang lebih sedikit maka anak dengan down syndrome lebih lambat
4. Pathway
Terdapat ekstrakromosom 21
5. Manifestasi Klinis
khas seperti memiliki wajah yang khas dengan mata sipit yang membujur
ke atas, jarak kedua mata yang berjauhan, jembatan hidung yang rata
dengan ukuran hidung kecil, mulut kecil dengan lidah yang besar sehingga
cenderung dijulurkan dan letak telinga rendah. Telapak tangan pendek dan
9
M) dan bercak brushfield pada mata (bintik mata pada iris dan bulu mata
tipis)
6. Penatalaksanaan
melakukan kerja sama dengan ahli gizi untuk menentukan diit, dan
Medikamentosa
terhadap risiko toksisitas yang lebih besar pada pasien Down syndrome
1. Definisi
secara fisik namun juga ukuran organ dan otak. Pertumbuhan otak anak
jaringan tubuh, organ dan sistem organ yang berkembang dan memenuhi
(Soetjiningsih, 2016).
kesehatan jasmani anak normal pada umur yang sama berada dalam
syndrome berada setingkat lebih rendah daripada anak normal pada umur
yang sama.
12
1. Monitori umum
a. Duduk sendiri 11 bulan 6-30 bulan 6 bulan 5-9 bulan
b. Merangkak 15 bulan 8-22 bulan 9 bulan 6-12 bulan
c. Berdiri 20 bulan 1-3 ,5 tahun 11 bulan 8-19 bulan
d. Berjalan sendiri 26 bulan 1-4 tahun 14 bulan 9-18 bulan
2. Bahasa
a. Kata pertama 23 bulan 1-4 tahun 12 bulan 8-23 bulan
b. Ungkapan 3 tahun 2-7,5 tahun 2 tahun 15-23 bulan
kalimat
3. Pribadi/sosial
a. Senyum responsif 3 bulan 1,5-5 bulan 1,5 bulan 1-3 bulan
b. Makan dari jari 18 bulan 10-24 bulan 10 bulan 7-14 bulan
c. Minum dari 23 bulan 12-32 bulan 13 bulan 9-17 bulan
cangkir (tanpa
dibantu)
d. Menggunakan 29 bulan 13-39 bulan 14 bulan 12-20 bulan
sendok
e. Mengontrol 3-4 tahun 2-7 tahun 22 bulan 16-42 bulan
buang air besar
f. Berpakaian 7-8 tahun 3,5-8,5 tahun 4 tahun 3,5-5 tahun
sendiri (tanpa
mengancing)
kecepatan yang lebih lambat daipada anak normal. Pada anak normal
tidak terkontrol yang tidak disadari dan berlebihan. Anak dengan down
kepribadian dan juga kontrol emosi. Kontrol emosi labil memiliki batasan
pencetus, menangis tidak terkontrol, menarik diri dari situasi sosial, tidak ada
Faktor yang berhubungan dengan kontrol emosi labil salah satunya adalah
stressor.
Kontrol emosi labil pada anak down syndrome dapat diatasi dengan
lain supaya emosinya berkurang, memberikan rasa percaya diri pada anak
keadaan anak agar kemampuan kognitif dan pengaturan emosi anak berjalan
maksimal
Down Syndrom
1. Pengkajian
b. Keluhan utama
tentang apa yang dikeluhkan saat ini yang terjadi pada anaknya.
15
keturunan).
e. Riwayat perkembangan
halus.
f. Riwayat fungsional
g. Pemeriksaan fisik
2. Diagnosa Keperawatan
3. Rencana Keperawatan
Classification (NIC).
baik.
Kriteria hasil dari diagnosa kontrol emosi labil dapat dilihat dalam tabel
Tabel 2.2
Kriteria hasil dan skala dalam perencanaan kontrol emosi labil pada anak
down syndrome.
Skala
Indikator
Awal Tujuan
Menunjukkan afek yang sesuai dengan - 5
situasi.
Menunjukkan alam perasaan yang stabil. - 5
Menunjukkan konsentrasi.
Mempertahankan perawatan dan kebersihan - 5
diri.
Menunjukkan minat terhadap sekeliling. - 5
Menunjukkan tingkat energi yang stabil. - 5
Menyelesaikan tugas sehari-hari. - 5
17
Keterangan skala :
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
Intervensi :
c. Cegah anak menyakiti diri sendiri atau orang lain jika marah.
mondar-mandir).
anak.
emosinya.
emosinya.
sedih.
4. Implementasi
tindakan keperawatan pada kontrol emosi labil pada anak down syndrome
Perlu kita ingat bahwa anak dengan down syndrome adalah anak
yang menarik agar anak dengan down syndrome tertarik dan bersedia
melakukan perawatan.
5. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan berdasarkan intervensi keperawatan pada
diagnose kontrol emosi labil pada anak dengan down syndrome tertera
pada tabel 2.3 di bawah ini.
Tabel 2.3
Kriteria hasil dan skala dalam evaluasi kontrol emosi labil pada anak
down syndrome.
Skala
Indikator
Awal Tujuan Akhir
Menunjukkan afek yang sesuai - 5 -
dengan situasi.
Menunjukkan alam perasaan yang - 5 -
stabil.
Menunjukkan konsentrasi. - 5 -
Mempertahankan perawatan dan - 5 -
kebersihan diri.
Menunjukkan minat terhadap - 5 -
sekeliling.
Menunjukkan tingkat energi yang - 5 -
stabil.
Menyelesaikan tugas sehari-hari. - 5 -
Keterangan skala :
2. Jarang menunjukkan.
3. Kadang menunjukkan.
4. Sering menunjukkan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
ini adalah metode deskriptif dimana metode deskriptif adalah metode yang
B. Batasan Istilah
ledakan emosi tidak tekontrol yang tidak disadari dan berlebihan. Anak
dengan down syndrome memiliki kesulitan dalam hal belajar, aktivitas sehari-
C. Partisipan
anak down yndrome dengan fokus studi kontrol emosi labil di SLB C Yakut
Purwokerto dengan fokus keperawatan terhadap dua klien (dua kasus) dengan
19
20
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
dengan focus study labil dari bulan September pada saat penyusunan
pengambilan kasus
E. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan pada studi kasus ini adalah:
arsip, jurnal, buku, internet dan foto yang masih berhubungan dengan
peneliti.
pasien, atau tenaga pengajar di SLB yang berkaitan dengan masalah pasien.
21
G. Analisa Data
syndrome dan kontrol emosi labil pada anak down syndrome. Dilanjutkan
dengan menelaah seluruh data yang diperoleh dari hasil wawancara dan
observasi pada orang tua anak down syndrome dan anak yang mengalami
H. Etik Penelitian
yang akan dilakukan dan informasi terkait dengan hak dan kewajiban
3. Confidentiality (kerahasiaan)