BRONKIOLITIS
Oleh:
Aulia Rahmi
1740312106
Preseptor:
dr. Finny Fitry Yani, Sp.A (K)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2018
BAB 1
PENDAHULUAN
pada bayi akibat obstruksi saluran pernapasan kecil. Penyakit ini biasanya terjadi
pada 2 tahun pertama kehidupan dengan insiden puncak yaitu sekitar usia 6
bulan.1
Berdasarkan jenis kelamin, bronkiolitis lebih sering terjadi pada bayi laki-
laki berusia 3 sampai 6 bulan yang tidak mendapatkan ASI, dan hidup di
bertambahnya tahun di seluruh dunia. Penyakit ini akan menjadi lebih berat pada
bayi-bayi muda.3 Angka morbiditas dan mortalitas lebih tinggi pada negara-negara
berkembang dibandingkan dengan negara maju. Hal ini mungkin disebabkan oleh
rendahnya status gizi dan ekonomi, kurangnya tinjauan medis, serta kepadatan
respiratorik (VSR). VSR merupakan agen penyebab bronkiolitis lebih dari 50%
kasus.1 Keadaan yang paling sering menyerupai bronkiolitis akut adalah asma
sehingga bronkiolitis harus dapat dibedakan dengan asma terutama pada anak usia
kasus.1,4
besar penyebab penyakit ini adalah infeksi virus yaitu virus sinsisium respiratorik
1
(VSR) yang biasanya bersifat self limiting disease.5 Oleh karena itu, penting untuk
Metode penulisan case report ini adalah berdasarkan laporan kasus dan
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
pada bayi akibat obstruksi saluran pernapasan kecil. Penyakit ini biasanya terjadi
pada 2 tahun pertama kehidupan dengan insiden puncak yaitu sekitar usia 6
bulan.1
Episode pertama serangan, yang biasanya paling berat, terjadi paling sering
pada bayi usia 2 sampai 6 bulan. Kejadian bronkiolitis dapat terjadi pada bulan
pertama kehidupan dan episode berulang akan terjadi di tahun kedua kehidupan
2.2 Epidemiologi
Kejadian tersering terjadi pada usia 2 sampai 24 bulan, dengan puncak 2 sampai 8
bulan. 95% kasus di antaranya terjadi pada anak berusia di bawah 2 tahun, dengan
75% di antaranya terjadi pada usia di bawah 1 tahun. Berdasarkan jenis kelamin,
bronkiolitis lebih sering terjadi pada bayi laki-laki berusia 3 sampai 6 bulan yang
yang terjadi pada anak laki-laki sekitar 1,25 sampai 1,6 kali lebih banyak
dunia. Lama perawatan yang dibutuhkan berkisar 2 sampai 4 tahun, kecuali pada
bayi prematur dan yang memiliki penyakit jantung bawaan. Penyakit ini akan
3
menjadi lebih berat pada bayi-bayi muda. Hal ini ditunjukkan dengan lebih
rendahnya saturasi O2 pada bayi yang terpapar asap rokok paskanatal. Terdapat
beberapa prediktor lain untuk menentukan beratnya bronkiolitis atau yang akan
menimbulkan komplikasi, yaitu masa gestasi <34 minggu, usia <3 bulan, sianosis,
saturasi oksigen <90%, laju pernapasan >70 kali per menit, adanya rhonki, dan
berkembang dibandingkan dengan negara maju. Hal ini mungkin disebabkan oleh
rendahnya status gizi dan ekonomi, kurangnya tinjauan medis, serta kepadatan
2.3 Etiologi
respiratorik (VSR). VSR merupakan agen penyebab bronkiolitis lebih dari 50%
sisanya. Tidak ada bukti kuat bahwa bakteri sebagai penyebab dari bronkiolitis.1
akibat infeksi RSV setiap tahun. Infeksi saluran napas bawah disebabkan oleh
RSV pada 22 dari 100 anak terjadi pada tahun pertama kehidupan. Dari semua
infeksi RSV pada anak di bawah 12 bulan, sepertiga kasus diikuti penyakit
saluran napas bawah. Meskipun tingkat serangan RSV menurun seiring dengan
bertambahnya usia, frekuensi infeksi saluran napas bawah pada anak terinfeksi
4
Tabel 1.1 Agen penyebab infeksi virus di saluran napas pada anak5
2.4 Patogenesis
Infeksi virus pada epitel bersilia bronkiolus akan memicu respon inflamasi
akut, yang ditandai dengan obstruksi bronkiolus akibat edema, sekresi mukus,
infiltrasi limfoit peribronkial dan edema submukosa. Karena tahanan aliran udara
saja penebalan mukosa akan memberikan hambatan aliran udara yang besar,
terutama pada bayi yang memiliki penampang saluran respiratori kecil. Resistensi
pada bronkiolus meningkat selama fase inspirasi dan ekspirasi, tetapi karena
radius saluran respiratori lebih kecil selama ekspirasi, maka terjadi air trapping
dan hiperinflasi. Atelektasis dapat terjadi pada saat terjadi obstruksi total dan
Semakin tinggi laju respiratori, maka semakin rendah tekanan oksigen arteri.
5
Hiperkapnea baru terjadi jika respirasi mencapai 60 kali per menit. Pemulihan sel
epitel paru tampak setelah 3-4 hari, tetapi silia akan diganti setelah dua minggu.
2.5 Diagnosis
terpajan dengan anak yang lebih tua atau orang dewasa yang menderita penyakit
menderita infeksi saluran pernapasan atas yang ringan bisa disertai dengan ingus
yang serous dan bersin. Gejala ini biasanya berakhir dalam beberapa hari dan
mengi paroksismal, dispnea, dan iritabilitas. Anak sulit menyusu dengan ibu
maupun dengan botol karena frekuensi pernapasan yang cepat sehingga tidak
gejala menghilang 1-3 hari. Pada penyakit yang lebih berat, gejala-gejala dapat
dapat terjadi sianosis, napas cuping hidung dan penggunaan otot-otot asesoris
Depresi hati dan limpa akibat overinflasi paru dapat mengakibatkan teraba di
bawah tepi kosta. Fase ekspirasi memanjang dan dapat terdengar bunyi mengi.
Pada sebagian kasus berat suara pernapasan hampir tidak dapat di dengar bila
6
obstruksi bronkiolus hampir total.1
fisik, dan laboratorium. Dari ketiga komponen ini, perlu dipikirkan juga
kemungkinan diagnosis banding yang lain, seperti asma, bronkitis, gagal jantung
kongestif, dan edema paru yang memiliki gambaran klinis dan pemeriksaan
satu tahun.2,6,7
2. 5.1 Anamnesis
Pada anak usia di bawah 2 tahun, dari anamnesis didapatkan adanya gejala
infeksi saluran napas atas ringan akibat virus, seperti pilek ringan disertai rinorea,
batuk, dan demam. Demam biasanya tidak ada, namun jika ada, biasanya berkisar
antara 38,5oC sampai 39oC atau subfebris. Satu hingga dua hari kemudian timbul
batuk yang disertai dengan sesak napas yang makin hebat, yaitu bernapas dangkal
napas berbunyi, muntah setelah batuk, rewel, dan sulit makan karena terganggu
napas cuping hidung dan retraksi interkostal. Menangis dan makan dapat
memperberat tanda ini. Dapat ditemukan juga konjungtivitis ringan dan faringitis.
7
Adanya obstruksi pada saluran napas bawah akibat respon inflamasi akut akan
tidak ada obstruksi. Wheezing dan crackles dapat atau tidak dapat muncul,
bergantung pada derajat obstruksi saluran napas. Pada bayi dengan obstruksi
udara. Biasanya fase kritis dari penyakit ini terjadi pada 48 sampai 72 jam. Jika
obstruksi hebat, suara napas nyaris tidak terdengar. Selain itu, dapat juga
ditemukan rhonki pada auskultasi paru, yaitu rhonki basah halus nyaring pada
akhir atau awal ekspirasi. Sianosis sekitar hidung dan mulut dapat terjadi, dan
apabila gejala memberat, dapat terjadi apnea, terutama pada bayi berusia <6
minggu.2,6,7
demikian pula pada elektrolit. Analisis gas darah diperlukan untuk anak dengan
sakit berat, khususnya yang menggunakan ventilator mekanik. Pada analisis gas
darah dapat memberikan gambaran adanya hiperkarbia sebagai tanda air trapping,
tersebar (patchy infiltrate). Namun, gambaran ini tidak spesifik dan dapat
ditemukan pada asma, pneumonia viral atau atipikal, dan aspirasi. Gambaran lain
segmental.1,2,7,9
8
Untuk menemukan RSV dilakukan kultur virus, rapid antigen detection
ELISA) atau Polymerase Chain Reaction (PCR), dan pengukuran titer antibodi
Keadaan yang paling sering menyerupai bronkiolitis akut adalah asma. Satu
atau lebih dari hal berikut yang mendukung diagnosis asma adalah riwayat
keluarga asma, episode berulang pada bayi yang sama, mulainya mendadak tanpa
Bronkiolitis harus dibedakan dengan asma pada anak usia di bawah 2 tahun.
pada asma selain tanpa disertai demam kejadian seperti ini merupakan kejadian
yang berulang.4
2.7 Penatalaksanaan
konsumsi oksigen minimal, dan nutrisi. Setelah itu, baru digunakan bronkodilator,
9
dengan vaksin RSV, RSV immunoglobuline (polyclonal), atau humanized RSV
pernapasan cepat dan kesulitan minum. Jika tidak terjadi dehidrasi, dapat
memperberat sesak, akibat tekanan diafragma ke paru oleh lambung yang terisi
cairan. Pemberian cairan melalui jalur nasogastrik atau intravena perlu pada
3. Antibiotik
virus, kecuali jika dicurigai ada infeksi tambahan. Pemberian antibiotik dapat
dan ventilasi mekanik untuk mencegah gagal napas. Antibiotik yang dipakai
obat antibiotik karena demam, umur yang kecil, atau infeksi sekunder oleh
bakteri.9
10
Pemberian bronkodilator masih kontroversial. Beberapa literatur
tidak terdapat perbaikan pada oksigenasi atau angka perawatan di rumah sakit.
Hingga saat ini bronkodilator masih digunakan secara luas untuk bayi-bayi
dengan bronkiolitis. 5
rumah sakit, dan durasi penyakit. Nebulisasi hypertonic saline dapat diberikan
5. Antivirus
11
dan pada bayi-bayi prematur. Ribavirin dapat menurunkan angka morbiditas
dengan dosis 20 mg/mL diberikan dalam 12-18 jam per hari selama 3-7 hari.5
2.9 Prognosis
serangan apnea yang lama, asidosis respiratorik berat yang tak terkompensasi atau
dehidrasi berat akibat penguapan air dan takipnea serta ketidakmampuan anak
untuk minum. Angka mortalitas dan morbiditas meningkat pada bayi yang
12
BAB 3
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS
Identitas pasien
Nama (inisial) : AN
Suku : Minang
Kilangan, Padang
Seorang pasien perempuan usia 1 tahun 5 bulan datang ke IGD RSUP Dr.
Keluhan utama : Sesak napas yang meningkat sejak tiga hari sebelum masuk
rumah sakit.
- Demam sejak 6 hari sebelum masuk rumah sakit, demam dirasakan terus
menerus, tidak terlalu tinggi, tidak menggigil dan tidak berkeringat banyak.
Pasien dibawa berobat ke bidan dan mendapat obat sirup, demam hilang
- Penurunan nafsu makan sejak 6 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien
hanya minum ASI dan susu formula dengan frekuensi dan jumlah lebih
13
formula 3 kali/hari dengan satu kali pemberian 2 sendok susu dilarutkan
- Batuk yang meningkat sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Batuk
berdahak, tidak berdarah, dahak sulit dikeluarkan dan disertai pilek. Batuk
- Sesak napas sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Sesak tidak
seiring dengan batuk yang meningkat, terdengar seperti suara menciut, tidak
bersamaan dengan batuk sejak usia 10 bulan ± 3 kali, namun pasien tidak
pada pasien.
- Muntah sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, berisi apa yang dimakan
- Riwayat bersin-bersin berulang pagi hari disertai mata gatal dan berair tidak
ada.
14
- Bercak – bercak merah pada tubuh tidak ada, mimisan tidak ada, gusi
sekarang sebelumnya.
- Tidak ada anggota keluarga atau orang sekitar tempat tinggal pasien yang
- Tidak ada orang tua pasien yang mengalami bersin-bersin berulang disertai
mata gatal dan berair saat pagi hari serta bengkak-bengkak pada tubuh
Selama hamil ibu tidak pernah menderita penyakit berat, kontrol teratur ke
bidan, dan mendapat suntikan TT 2x, lama hamil 35-36 minggu (kurang bulan).
15
Riwayat persalinan :
Pasien anak pertama dan tunggal, lahir spontan ditolong oleh bidan, saat
lahir menangis kuat, berat badan lahir 2800 gr, panjang badan 46 cm.
Riwayat imunisasi :
- BCG : 1 bulan scar (+)
Riwayat Perkembangan
16
Riwayat Keluarga
Ayah Ibu
Nama Roni Hamdani Welda Fitri
Umur 27 tahun 24 tahun
Pendidikan SMA SMP
Pekerjaan Honorer Ibu rumah tangga
Perkawinan I I
Penyakit yang pernah diderita Tidak ada Tidak ada
Penghasilan 2.300.000 -
Pekarangan : sempit
PEMERIKSAAN FISIK
Vital Sign
Kesadaran : Sadar
Suhu : 37,1oC
Pemeriksaan Umum
17
Anemia : tidak ada
BB : 9,3 kg
TB : 72 cm
Status Internus
+/+
18
- Torak
Paru
Jantung
- Abdomen
Perkusi : timpani
- Genitalia : A1M1P1
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
DARAH
- Hb : 10,7 gr/dl
19
- Leukosit : 9. 500/mm3
- Trombosit : 364.000/mm3
- Hematokrit : 34%
Penatalaksanaan
- Ampisilin 4x200 mg IV
- Gentamisin 2x24 mg IV
- Dexametason 3x1,5 mg IV
Jantung kesan tidak membesar. Aorta dan mediastinum superior tidak melebar.
Kedua hilus tidak melebar. Tampak infiltrat di parakardial kanan. Diafragma kiri
dan kanan licin. Sinus kostofrenikus kanan dan kiri lancip. Tulang-tulang intak.
20
Kesimpulan: Bronkiolitis dd/ Bronkopneumonia.
Prognosis
FOLLOW UP
21
BAB 4
DISKUSI
Seorang pasien perempuan, usia 1 tahun 5 bulan datang ke IGD RSUP DR.
pemeriksaan penunjang.
masuk rumah sakit, sesak tidak disertai bunyi menciut, sesak tidak dipengaruhi
oleh cuaca dingin, tidak dipengaruhi oleh makanan dan aktivitas, maupun posisi
tubuh. Penyebab sesak napas sangat bervariasi, pada anak bisa karena proses
infeksi, alergi pada saluran napas termasuk asma, tersedak benda asing, dan
kelainan bawaan pada saluran napas. Pada pasien ini sesak napas diduga terjadi
terjadi pada usia kurang dari 2 tahun. Sesak yang terjadi pada pasien bronkiolitis
Selain itu, pasien demam sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit,
tidak tinggi dan tidak menggigil. Demam merupakan salah satu tanda adanya
infeksi. Pasien ini juga ditemukan batuk sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit,
batuk berdahak, dahak sulit dikeluarkan karena masih bayi dan tidak disertai pilek
sehingga menguatkan dugaan adanya infeksi, baik oleh virus atau bakteri.
Bronkiolitis akut terutama disebabkan oleh virus yaitu virus sinsisium respiratorik
22
bronkiolitis lebih dari 50% kasus.
dan riwayat penyakit keluarga tidak ada anggota keluarga yang pernah menderita
sesak seperti pasien atau mempunyai riwayat atopi seperti rinitis alergi dan
penyebab sesak napas pada pasien bukanlah karena asma, aspirasi pneumonia
ataupun bronkopneumonia.
lapangan paru pada auskultasi paru. Hal ini merupakan tanda dari adanya gejala
sesak napas dan bentuk kompensasi tubuh karena kurangnya suplai oksigen pada
pasien ini yang timbul akibat obstruksi bronkiolus karena edema, sekresi mukus,
kanan. Gambaran ini memang dapat ditemukan pada bronkiolitis tapi tidak
spesifik dan dapat ditemukan pada penyakit lain seperti asma, pneumonia, dan
Pada pasien diberikan terapi O2 1 liter/menit via nasal kanul, dan IVFD
maintenance pada anak dengan berat badan 3-10 kg. O2 diberikan untuk
meningkatkan suplai oksigen pada pasien ini akibat sesaknya. Selain itu juga
23
diberikan obat golongan kortikosteroid yaitu dexamethasone yang menurut hasil
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Nelson, Behrman, Kliegman, dkk. Ilmu kesehatan anak nelson edisi 15 vol 2.
Jakarta: EGC, 2000. P 1484-6.
2. Porth CM, Matfin G. Pathophysiology concepts of altered health states. Eight
edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2009. p.695-7.
3. Zain MS. Bronkiolitis. Dalam: Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB. Buku
Ajar Respirologi Anak. Edisi pertama. Jakarta: Badan Penerbit IDAI, 2012.
h.333-47.
4. Supriyatno B. Infeksi Respiratorik Bawah Akut pada Anak. Sari Pedatri, 2006;
8(2):100-6.
5. Junawanto I. Diagnosis dan penanganan terkini bronkiolitis padaanak. CDK-
241, 2016; 43(6): 427-30.
6. Sastroasmoro S. Bronkiolitis. Dalam: Sastroasmoro S. Panduan pelayanan
medis departemen ilmu penyakit anak. Jakarta: RSCM, 2007. h.424-5.
7. Watts KD, Goodman DM. Wheezing, bronchiolitis, and bronchitis. In:
Kliegman RM, Stanton BF, Schor NF, Geme JW, Behrman RE. Nelson
textbook of pediatrics. 19thed. Philadelphia: Elsevier, 2011. p.1456-9.
8. Leung AKC, Kellner JD, Davies HD. Respiratory synctial virus bronchiolitis.
Journal of National Medical Association; 2005; 97(12): 1708-12.
9. AAP. Diagnosis and management of bronchiolitis. Pediatrics; 2006; 118:
1774-88
25