Sirosis Hepatik PDF
Sirosis Hepatik PDF
PENDAHULUAN
Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. Di dalam hati terjadi
proses-proses penting bagi kehidupan kita, yaitu proses penyimpanan energi,
pengaturan metabolisme kolesterol, dan penetralan racun/obat yang masuk dalam
tubuh kita, sehingga dapat kita bayangkan akibat yang akan timbul apabila terjadi
kerusakan pada hati.
Masalah ini menjadikan bahasan yang menarik untuk di angkat dan di pelajari
kelompok kami, semoga apa yang kami tulis dalam karya kamidapat menjadi
1
sesuatu yang berguna bagi kami mahasiswa keperawatan khususnya dan khalayak
ramai pada umumnya.
1.4 Manfaat
a. Mendapatkan pengetahuan mengenai Konsep Penyakit dari Sirosis hati
b. Mendapatkan Pengetahuan mengenai Pemeriksaan Penunjang dari Sirosis hati
c. Mendapatkan Pengetahuan mengenai Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Sirosis hati
2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.2 Penyebab
1. Alkohol adalah suatu penyebab yang paling umum dari sirosis, terutama
didunia barat. Perkembangan sirosis tergantung pada jumlah dan keteraturan
dari konsumsi alkohol. Konsumsi alkohol pada tingkat-tingkat yang tinggi dan
kronis melukai sel-sel hati. Tiga puluh persen dari individu-individu yang
meminum setiap harinya paling sedikit 8 sampai 16 ounces minuman keras
3
(hard liquor) atau atau yang sama dengannya untuk 15 tahun atau lebih akan
mengembangkan sirosis. Alkohol menyebabkan suatu jajaran dari penyakit-
penyakit hati; dari hati berlemak yang sederhana dan tidak rumit (steatosis),
ke hati berlemak yang lebih serius dengan peradangan (steatohepatitis atau
alcoholic hepatitis), ke sirosis.
2. Hepatitis Virus Yang Kronis adalah suatu kondisi dimana hepatitis B atau
hepatitis C virus menginfeksi hati bertahun-tahun. Kebanyakan pasien-pasien
dengan hepatitis virus tidak akan mengembangkan hepatitis kronis dan sirosis.
Contohnya, mayoritas dari pasien-pasien yang terinfeksi dengan hepatitis A
sembuh secara penuh dalam waktu berminggu-minggu, tanpa
mengembangkan infeksi yang kronis. Berlawanan dengannya, beberapa
pasien-pasien yang terinfeksi dengan virus hepatitis B dan kebanyakan pasien-
pasien terinfeksi dengan virus hepatitis C mengembangkan hepatitis yang
kronis, yang pada gilirannya menyebabkan kerusakan hati yang progresif dan
menjurus pada sirosis, dan adakalanya kanker-kanker hati.
3. Kelainan-Kelainan Genetik Yang Diturunkan/Diwariskan berakibat pada
akumulasi unsur-unsur beracun dalam hati yang menjurus pada kerusakkan
jaringan dan sirosis. Contoh-contoh termasuk akumulasi besi yang abnormal
(hemochromatosis) atau tembaga (penyakit Wilson). Pada
hemochromatosis, pasien-pasien mewarisi suatu kecenderungan untuk
menyerap suatu jumlah besi yang berlebihan dari makanan. Melalui waktu,
akumulasi besi pada organ-organ yang berbeda diseluruh tubuh menyebabkan
sirosis, arthritis, kerusakkan otot jantung yang menjurus pada gagal jantung,
dan disfungsi (kelainan fungsi) buah pelir yang menyebabkan kehilangan
rangsangan seksual. Perawatan ditujukan pada pencegahan kerusakkan pada
organ-organ dengan mengeluarkan besi dari tubuh melaui pengeluaran darah.
Pada penyakit Wilson, ada suatu kelainan yang diwariskan pada satu dari
protein-protein yang mengontrol tembaga dalam tubuh. Melalui waktu,
tembaga berakumulasi dalam hati, mata-mata, dan otak. Sirosis, gemetaran,
gangguan-gangguan psikiatris (kejiwaan) dan kesulitan-kesulitan syaraf
lainnya terjadi jika kondisi ini tidak dirawat secara dini. Perawatan adalah
dengan obat-obat oral yang meningkatkan jumlah tembaga yang dieliminasi
dari tubuh didalam urin.
4. Hepatitis Autoimun adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh suatu
kelainan sistim imun yang ditemukan lebih umum pada wanita-wanita.
Aktivitas imun yang abnromal pada hepatitis autoimun menyebabkan
4
peradangan dan penghancuran sel-sel hati (hepatocytes) yang progresif,
menjurus akhirnya pada sirosis.
5. Bayi-bayi yang dilahirkan tanpa pembuluh-pembuluh empedu (biliary atresia)
dan akhirnya menyebabkan sirosis. Bayi-bayi lain dilahirkan dengan
kekurangan enzim-enzim vital untuk mengontrol gula-gula yang menjurus
pada akumulasi gula-gula dan sirosis. Pada kejadian-kejadian yang jarang,
ketidakhadiran dari suatu enzim spesifik dapat menyebabkan sirosis dan luka
parut pada paru (kekurangan alpha 1 antitrypsin).
6. Penyebab-penyebab sirosis yang lebih tidak umum termasuk reaksi-reaksi
yang tidak umum pada beberapa obat-obat dan paparan yang lama pada racun-
racun, dan juga gagal jantung kronis (cardiac cirrhosis). Pada bagian-bagian
tertentu dari dunia (terutama Afrika bagian utara), infeksi hati dengan suatu
parasit (schistosomiasis) adalah penyebab yang paling umum dari penyakit
hati dan sirosis.
Sirosis di tahap awal tidak menimbulkan gejala apapun. Oleh karena itu, pasien
sirosis ringan mungkin menderita untuk waktu yang lama tanpa menyadari
penyakitnya. Pada tahap ini tes fungsi hati dapat mendeteksi perubahan yang
mengarah pada disfungsi hati, seperti:
Pada tahap akhir, sirosis hati terkait dengan banyak gejala. Sebagian besar
gejalanya adalah akibat dari jaringan hati fungsional yang tersisa terlalu sedikit untuk
melakukan tugas-tugas hati. Gejala yang dapat timbul pada fase ini adalah:
Kelelahan.
Tubuh terasa lemah
5
Cairan yang bocor dari aliran darah dan menumpuk di kaki (edema) dan perut
(ascites).
Kehilangan nafsu makan, merasa mual dan ingin muntah.
Kecenderungan lebih mudah berdarah dan memar.
Penyakit kuning karena penumpukan bilirubin.
Gatal-gatal karena penumpukan racun.
Gangguan kesehatan mental dapat terjadi dalam kasus berat karena pengaruh
racun di dalam aliran darah yang memengaruhi otak. Hal ini dapat
menyebabkan perubahan kepribadian dan perilaku, kebingungan, pelupa dan
sulit berkonsentrasi.
2.4 Patofisiologi
Infeksi hepatitis viral tipe B/C menimbulkan peradangan sel hati. Peradangan ini
menyebabkan nekrosis meliputi daerah yang luas (hepatoselular), terjadi kolaps
lobules hati dan ini memacu timbulnya jaringan parut disertai terbentuknnya septa
fibrosa difus dan nodul sel hati. Walaupun etiologinya berbeda, gambaran histologi
sirosis hati sama atau hampir sama. Septa bisa dibentuk dari sel reticulum penyangga
yang kolaps dan berubah menjadi parut jaringan parut ini dapat menghubungkan
daerah porta yang satu dengan yang lainnya atau porta dengan sentral (bridging
necrosis)
Beberapa sel tumbuh kembali dan membentuk nodul dengan berbagai ukuran dan
ini menyebabkan distorsi percabangan pembuluh hepatic dan gangguan darah porta,
dan menimbulkan hipertensi portal. Hal demikian dapat pula terjadi pada sirosis
alkoholik tapi prosesnya lebih lama. Tahap berikutnya terjadi peradangan dan
nekrosis pada sel duktules, sunusoid, retikulo endotel, terjadi fibrogenesis dan septa
aktif jaringan kolagen berubah dari reversible menjadi irreversible bila telah
terbentuk septa permanen yang aselular pada daerah porta dan parenkim hati.
Gambaran septa ini bergantung pada etiologi sirosis pada sirosis dengan etiologi
hemokromatosis, besi mengakibatkan fibrosis daerah periportal, pada sirosis
alkoholik timbul fibrosis di daerah sentral. Sel limfosit T dan makrofag menghasilkan
limfokin dan monokin, mungkin sebagai mediator timbulnnya fibrinogen. mediator
ini tidak memerlukan peradangan dan nekrosis aktif septal aktif ini berasal dari
daerah porta menyebar ke parenkim hati.
6
2. Sinusoid
3. Jaringan retikulin
4. Membrane basal
1. Mekanik
2. Imunologis
3. Campuran
Dalam hal terjadinnya mekanisme secara mekanik dimulai dari kejadian hepatitis
viral akut , timbul peradangan luas, dan pembentukan jaringan ikat yang luas disertai
pembentukan nodul regenerasi oleh sel parenkim hati yang masih baik jadi fibrosis
pasca nekrotik adalah dasar timbulnya sirosis hati.
Pada mekanisme imunologis dimulai dengan kejadian hepatitis viral akut yang
menimbulkan peradangan sel hati , nekrosis / nekrosis bridging dengan melalui
hepatitis kronik agresifdiikuti timbulnnya sirosis hati
Klasifikasi morfologi
1. Mikronodular
2. Makronodular
3. Campuran
Sirosis campuran umumnya adalah jenis campuran dari kedua sirosis diatas.
7
2.5 Pemeriksaan Diagnostik
8
u. Pemeriksaan marker sorologi pertanda virus seperti HBsAg/HBsAb
,HBeAg/HBeAb,HBV,DNA,HCV RNA , adalah penting dalam penentuan
etiologi sirosis hati .
v. Pemeriksaan AFP ( alfa feto protein) penting dalam menentukan apakah telah
terjadi transformasi apakah telah terjadi kearah keganasan .Nilai AFP yang
terus naik mempunyai nilai diagnostic terhadap suatu hepatoma/kanker hati
primer . Nilai AFP >500-1000 mempunyai nilai diagnostic suatu kanker hati
primer.
2.6 Komplikasi
Bila penyakit sirosis hati berlanjut progresif maka gambaran klinis , prognosis
dan pengobatan tergantung pada dua kelompok besar komplikasi:
Bila penyakit berlanjut maka dari kedua komplikasi terebut dapat timbul komplikasi
lain berupa :
9
parasentesis abdominal atau pembedahan (pirau peritoneovena)
c. Untuk perdarahan varises esofagus sekunder terhadap hipertensi portal:
transfusi darah
lavase salin es
infus IV dari vasopresin atau propranolol
sklerosis endoskopik atau pembedahan (pirau protokaval atau splenorenal)
d. Untuk sindrom hepatorenal:
penggantian cairan bila disebabkan oleh dehidrasi
e. Untuk ketidak seimbangan endokrin:
tak ada tindakan khusus
f. Untuk ensefalopati hepatik:
laktosa (Cephulac) atau neomisin sulfat
transplantasi hepar
10
BAB III
PEMBAHASAN
INSPEKSI
1. Area Tangan
Turgor kulit
Telapak Tangan ( Halus/kasar ( jika kasar indikasi gangguan
hepar )
Kuku ( normal = putih , kuning = terjadi gangguan di hepar )
Shap Diamond untuk mengetahui clubbing fingger
2. Wajah
Sklera pada mata ( normal = putih )
Mulut ( melihat membran mukosa mulut , adanya stomatitis )
3. Abdomen
Memeriksa hernia dengan disuruh batuk ( jika ada benjolan
maka indikasi ada hernia )
Lihat bentuk perut (simetris/asimetris)
AUSKULTASI
1. Bising usus ke 4 kuadran dalam semenit terdapat 5-20 suara bising
usus
PERKUSI
1. Untuk mengetahui isi dalam rongga perut terdapat bunyi dullnes
terdengar dibagian lien . bunyi paru resonan di midklavikula ics 1-5 .
normal jarak 6-12 cm pada orang dewasa
11
PALPASI
Ascites (+), Shifting Dulnes (+)
3.1.2 Pengkajian
Aktivitas/Istirahat
Sirkulasi
Tanda: Disritmia, buny i jantung ekstra (S3, S4); DVJ; vena abdomen
distensi.
Eliminasi
Gejala:Flatus
Makanan/Cairan
Neurosensori
12
Gejala:Orang terdekat dapat melaporkan perubahan kepribadian, penurunan
mental.
Nyeri/Kenyamanan
Pernapasan
Gejala: Dispnea
Keamanan
Gejala: Pruritus
Seksualitas
Penyuluhan/Pembelajaran
Tanda: Riwayat penyakit empedu, hepatitis, terpajan pada toksin; trauma hati;
13
perdarahan GI atas; episode perdarahan varises esofageal; penggunaan
obat yang mempengaruhi fungsi hati.
DO :
Kelainan jaringan
Terdapat oedema di parenkim hati
abdomen
Kronis
Abdomen keras
Hipertensi portal
Asites
DO : Gangguan pembentukan
empedu
Pasien terlihat
lemah.
Lemak tidak dapat
Pasien terpasang diemulsikan dan tidak
NGT
dapat diserap oleh usus
Warna cairan NGT halus
hitam
14
kebutuhan
Anemia
Kelemahan
Intoleransi Aktivitas
DO :
Fungsi Hati Terganggu
Kulit terlihat ikterik
Gangguan metabolisme
Mulut kotor dan bau
bilirubin
Bilirubin tidak
terkonjugasi
15
Gangguan harga diri
Perencanaan
Diagnosa
No
Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
a. Tidak terdapat
edema di
abdomen
3. Ukur lingkar
abdomen 3. Menunjukan
akumulasi
cairan (asites)
16
4. Batasi
Natrium dan
cairan
4. Natrium untuk
meminimalkan
retensi cairan
5. Kolaborasi
dengan dokter
dalam 5. Obat diuretik
pemberian dapat
obat diuretik mengurangi
cairan
17
tipe diet. baik bila
keluarga
terlibat.
5. Untuk
mengurangi
iritasi pada
gaster
6. Untuk
5. Batasi masukan mengistirahatk
kafein, dan an GI dan
bumbu kerja hati
penyedap dalam
produksi
amonia/urea
6. Pertahankan GI
status puasa
7. Untuk
memberikan
nutrien bila
pasien terlalu
mual.
7. Berikan
makanan
melalui selang
18
melakukan pasien dan
Dengan kriteria : aktivitas/ambu ditingkatkan
lansi secara
a. Pasien tidak perlahan
pusing, badan sesuai dengan
lemah toleransi
individu
b. Sklera tidak
ikterik
c. Tidak
terdapat
oedema di
abdomen
19
4. Pasien dapat
menunjukan
penampilan
yang kurang
4. Bantu menarik
pasien/orang sehubungan
terdekat untuk dengan ikterik,
mengatasi asites.
perubahan Sehingga
penampilan; pemberian
anjurkan dukungan
memakai baju dapat
yang tidak meningkatkan
menonjolkan harga diri
kekuranganny
a 5. Untuk
menghilangka
n bau dan
mengurangi
rasa tak enak
pada mulut
5. Berikan
perawatan
mulut sering
20
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sirosis hepatik adalah penyakit kronis progresif yang dikarakteristikan oleh
penyebaran inflamasi dan fibrosis pada hepar. Jaringan parut menggantikan sel-sel
parenkim hepar normal sebagai upaya hepar untuk meregenerasi sel-sel nekrotik.
Penyakit ini di tandai oleh adanya peradangan difusi dan menahun pada hati,
Diikuti dengan proliferasi jaringan ikat, degerenasi dan regenerasi sel hati sehingga
timbul kekacauan dalam susunan parenkim hati (arif mansjoer, FKUI 1999).
Sirosis di tahap awal tidak menimbulkan gejala apapun. Oleh karena itu, pasien
sirosis ringan mungkin menderita untuk waktu yang lama tanpa menyadari
penyakitnya. Dan pada tahap lanjut, terdapat gejala seperti kelelahan, tubuh terasa
lemah, cairan yang bocor dari aliran darah dan menumpuk di kaki (edema) dan perut
(ascites), kehilangan nafsu makan, merasa mual dan ingin muntah, kecenderungan
lebih mudah berdarah dan memar, penyakit kuning karena penumpukan bilirubin dan
lain-lain.
4.2 Saran
Untuk semua rumah sakit, khususnya kepala ruangan agar memahami gaya
kepemimpinan, sehingga dapat mencapai kepuasan perawat maupun pasien dalam
melaksanakan tugasnya.
21
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif, et al. (1999). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, cetakan
kedua. Jakarta: Media Aesculapius
22