Penyembuhan Luka
Penyembuhan Luka
1 Penyembuhan Luka
a. Fase Homeostasis
Pada saat jaringan terluka, pembuluh darah pada luka akan terputus sehingga
pembuluh darah yang putus (retraksi) dan reaksi haemostasis (Primadina, 2019)
Reaksi haemostasis akan terjadi saat darah pada luka berkontak dengan matriks
ekstraseluler dan kolagen, hal tersebut akan memicu pengeluaran platelet atau dikenal
juga dengan trombosit yang mengekspresi glikoprotein pada membran sel yang
nantinya akan menempel satu sama lain dan membentuk massa (clotting). Massa ini
akan mengisi cekungan luka membentuk matriks provisional sebagai scaffold untuk
Proses ini memerlukan peranan platelet dan fibrin. Ketika pembuluh darah
pecah, proses pembekuan dimulai dari rangsangan collagen terhadap platelet. Platelet
menempel dengan platelet lainnya dimediasi oleh protein fibrinogen dan faktor Von
Willebrand. Agregasi platelet bersama dengan eritrosit akan menutup kapiler untuk
Fibrin berlekatan dengan sel darah merah membentuk bekuan darah dan menutup luka.
(Suryadi, 2013).
b. Fase Inflamasi
Fase inflamasi dimulai segera setelah terjadi luka sampai hari ke-5 setelah
terjadinya luka. Tujuan utama dari fase ini yaitu menghilangkan jaringan yang mati
dan pencegahan infeksi oleh agen mikrobial patogen (Gutner, 2007). Reaksi inflamasi
merupakan respon fisiologis normal tubuh dalam mengatasi luka, inflamasi ditandai
adanya rubor (kemerahan), tumor (pembengkakan), calor (hangat), dan dolor (nyeri)
(Suryadi, 2013) Netrofil, limfosit dan makrofag merupakan sel yang pertama kali
mencapai daerah luka. Pada saat proses hemostasis tercapai, sel radang akut serta
neutrofil akan menginvasi daerah radang dan menghancurkan semua debris dan bakteri
yang akan memfagosit debris, bakteri, dan jaringan yang rusak, serta pelepasan sitokin
c. Fase Proliferasi
. Pada fase ini fibroblas mengalami proliferasi dan mensintesis kolagen. Serat
kolagen akan terbentuk dan menyebabkan adanya kekuatan untuk menyatukan tepi
luka pada fase ini mulai terjadi granulasi, kontraksi dan epitelisasi (Perdanakusuma,
2007).
Fase ini terjadi pada hari ke 3-14, fase proliferasi dapat dimulai setelah jaringan
yang mati, dan sisa material yang tidak berguna pada luka telah dibersihkan.
Pembentukan jaringan granulasi pada luka menjadi tanda bahwa fase proliferasi
dimulai (Triyono, 2005). Fibroblas muncul pertama kali pada hari ke 3 dan mencapai
puncak pada hari ke 7. Peningkatan jumlah fibroblas pada daerah luka merupakan
kombinasi dari proliferasi dan migrasi. Proses perbaikan untuk pembentukan protein
struktural yang berperan dalam pembentukan jaringan merupakan peran penting dari
fibroblas (Triyono, 2005). Pada fase ini luka diisi oleh sel-sel radang, fibroblas, serat-
Reepitelisasi terjadi beberapa jam setelah luka, sel epitel tumbuh dari tepi luka,
lalu bermigrasi ke jaringan yang masih hidup, dalam 24 jam epidermis akan mendekati
tepi luka dan menebal. Sel basal marginal pada tepi luka menjadi longgar ikatannya
dari dermis di dekatnya, membesar dan bermigrasi ke permukaan luka yang sudah
mulai terisi matriks sebelumnya. Sel basal pada daerah dekat luka mengalami
pembelahan yang cepat dan bermigrasi dengan pergerakan menyilang hingga defek
yang terjadi tertutup semua. Sel epitel yang bermigrasi berubah bentuk menjadi lebih
Proses reepitelisasi sempurna kurang dari 48 jam pada luka sayat yang tepinya saling
berdekatan dan memerlukan waktu lebih panjang pada luka dengan defek lebar
(Triyono, 2005).
d. Fase Remodeling
Fase remodeling ini berlangsung mulai dari hari ke-21 hingga sekitar 1 tahun,
fase ini membutuhkan waktu yang lama dengan tujuan untuk memaksimalkan
kekuatan dan integritas struktural jaringan baru pengisi luka, pertumbuhan epitel dan
pembentukan jaringan parut (Velnar, 2009) Fase ini dimulai saat luka sudah terisi oleh
jaringan granulasi dan proses reepitelisasi usai. Fase ini terjadi kontraksi dari luka dan
remodeling kolagen.
Meskipun jumlah kolagen sudah maksimal, kekuatan tahanan luka hanya 15 %
dari kulit normal. Proses ini didasari pergantian dari kolagen tipe III menjadi kolagen
tipe I dan proses remodeling akan meningkatkan kekuatan tahanan luka secara drastis.
Peningkatan kekuatan terjadi secara signifikan pada minggu ketiga hingga minggu
keenam setelah luka. Kekuatan tahanan luka maksimal akan mencapai 90% dari
kekuatan kulit normal. Hasil akhir dari fase ini berupa jaringan parut yang pucat, tipis,