Anda di halaman 1dari 38

HUBUNGAN ANTARA UMUR, RIWAYAT KELUARGA, IMT DENGAN

KEJADIAN DIABETES MELLITUS TYPE II DI PUSKESMAS


BATUA DINAS KESEHATAN KOTA
MAKASSAR

OLEH:
TINA RUANI
NIM: PO714201161090

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MAKASSAR


JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI DIPLOMA IV
KEPERAWATAN MAKASSAR
2020

1
2

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) yang biasa diketahui oleh masyarakat umum

disebut dengan kencing manis merupakan penyakit kronik yang ditandai

dengan peningkatan kadar gula darah dari pada nilai normal (hiperglikemia)

karena insulin yang dihasilkan oleh pangkres tidak mencukupi untuk

menyeimbangi kadar gula yang masuk dalam tubuh seseorang (WHO, 2013)

dalam (Kesehatan et al., 2016)

Menurut IDF pada tahun 2017 prevalensi Diabetes Melitus sejumlah

425 juta jiwa di dunia. Pasifik barat berada pada wilayah dengan prevalensi

terbesar sekitar 159 juta dan Afrika wilayah terendah dengan jumlah 16 juta

jiwa. Pada tahun 2019 penderita Diabetes meningkat menjadi 463 juta orang

penderita dan diperkirakan akan meningkat pada tahun 2045 menjadi 700 juta

jiwa dengan peningkatan 51%. Pasifik barat berada pada wilayah tertinggi

penderita diabetes melitus dengan jumlah 163 juta jiwa dan Afrika wilayah

terendah dengan jumlah 19 juta jiwa (IDF,2019).

Indonesia menduduki Negara peringkat ke-4 kasus DM setelah India,

China, dan USA (Hu, 2011). Indonesia menempati urutan ke-2 kasus DM

terbanyak di wilayah barat Pasifik setelah China yang berada di urutan

pertama (IDF,2015). Prevalensi DM di Indonesia pada tahun 2014 yakni

sebesar 5,81%. Kasus DM di Indonesia pada tahun 2000 yakni 8,4 juta orang
3

dan WHO (2015) memperkirakan pada tahun 2030 akan mencapai 21,3 juta

kasus DM (Hu, 2011) dalam (Fathurohman et al., 2016).

Berdasarkan hasil riskesdas tahun 2018 prevalensi Diabetes Melitus di

Indonesia jumlah Penduduk umur 15 tahun keatas 2,0% dan untuk semua

umur adalah 1,5% dimana umur dengan prevalensi tertinggi adalah umur 55-

64 dengan prevalensi 6,3%, kemudian umur 65-74 dengan 6,0% dan umur 45-

54 dengan prevalensi 3,9%. (kementrian kesehatan RI,2018).

Berdasarkan uraian latar belakang teresebut, terjadi peningkatan

jumlah penderita diabetes mellitus setiap tahunnya. Jumah peningkatan rata-

rata setiap tahunya berdasarkan data dari IDF pada tahun 2017-2045

peningkatan terjadinya diabetes melitus diperkirakan 48% dan pada tahun

2019-2045 diperkirakan 51%. Sedangkan menurut RISKESDAS pada tahun

2013 mengalami peningkatan sebesar 6,9 % meningkat pada tahun 2018

sebesar 8,5%.

Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2017), sebanyak 90%

kasus diabetes melitus merupakan kasus diabetes melitus tipe 2. Peningkatan

kejadian diabetes melitus disebabkan oleh beberapa faktor risiko penyebab

terjadinya DM tipe 2, seperti faktor keturunan/riwayat keluarga, usia, obesitas

(berdasarkan IMT maupun berdasarkan lingkar perut atau obesitas sentral),

jenis kelamin, kurang beraktifitas, dan diet tidak sehat, riwayat bayi lahir

kurang dari 2500 gram (BBLR) dan dislipidemia, (Perkumpulan

Endrokinologi Indonesia, 2015) dalam (Di et al., 2019)


4

Beberapa teori mengungkapkan bahwa faktor genetik adalah salah satu

penyebab terjadinya penyakit diabetes mellitus. Selain faktor genetik, umur,

indeks massa tubuh, dianggap sebagai faktor risiko terjadinya penyakit

diabetes mellitus. Beberapa penelitian yang meneliti tentang penyakit diabetes

mellitus ini adalah; Penelitian menurut (Tipe et al., 2017) tersebut menunjukan

bahawa ada hubungan yang signifikan antara riwayat diabetes mellitus dengan

kejadian diabetes mellitus tipe 2. Sebesar 15% resiko menderita diabetes

melitus jika salah satu orang tuanya menderita diabetes melitus, dan jika

kedua orang tua menderita diabetes melitus maka resiko untuk menderita

penyakit diabetes melitus sebesar 75%.

Penelitian menurut (Luthansa & Pramono, n.d.) menunjukan bahwa

Terdapat hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan kejadian diabetes

melitus. Dimana Indeks massa tubuh normal memiliki risiko 2,07 kali lipat

mengalami diabtes melitus dibanding dengan mereka yang bertubuh kurus

(memiliki IMT kurang). Demikian juga dengan responden yang memiliki IMT

lebih (gemuk), memiliki risiko 3,07 kali lipat menderita DM dibandingkan

dengan responden yang bertubuh kurus. Berat badan berlebih atau obesitas

merupakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit diabetes

melitus tipe 2, dan kelompok usia lanjut atau > 45 tahun merupakan faktor

risiko diabetes melitus, dimana besar risiko 5,71 kali dibandingkan usia

dewasa (26-45 tahun). Di Amerika Serikat, peningkatan diabetes melitus

terjadi seiring betambahnya usia. Diperkirakan 3,7% menderita diabetes


5

melitus Pada usia 20-44 tahun, dan usia 45-64 tahun meningkat menjadi

13,7%, sedangkan pada kelompok usia 65 tahun atau lebih, mencapai 26,9%.

Berdasarkan konsep tersebut maka dianggap perlu untuk melakukan

penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara umur, riwayar

keluarga dan indeks masa tubuh (IMT) dengan kejadian diabetes melitus di

Puskesmas Batua Kota Makassar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat

disimpulkan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Apakah ada hubungan antara umur dengan kejadian DM tipe 2 pasien

rawat jalan di puskesmas Batua Kota Makassar?

b. Apakah ada hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian DM tipe 2

pasien rawat jalan di puskesmas Batua Kota Makassar ?

c. Apakah ada hubungan antara umur dengan kejadian DM tipe 2 pasien

rawat jalan di puskesmas Batua Kota Makassar ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara umur,

riwayar keluarga, dan indeks masa tubuh (IMT) dengan kejadian diabetes

melitus di Puskesmas Batua Kota Makasar.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk menganalisis hubungan antara umur dengan kejadian diabetes

melitus di Puskesmas Batua Kota Makassar.


6

b. Untuk menganalisis hubungan antara riwayat keluarga dengan

kejadian diabetes melitus di Puskesmas Batua Kota Makassar.

c. Untuk menganalisis hubungan antara IMT dengan kejadian diabetes

melitus di Puskesmas Batua Kota Makassar.

D. Ruang lingkup

Ruang lingkup penelitian ini berfokus pada penderita Diabetes Melitus

adalah keperawatan komunitas untuk mengetahui hubungan umur, riwayat

keluarga dan indeks masa tubuh di Puskesmas Batua Kota Makssar.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi tambahan sumber

referensi bagi institusi yang menaungi peneliti, yaitu Politeknik

Kesehatan Kemenkes Makassar.

b. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

pengetahuan dan dapat memperkaya sumber ilmu bagi dari peneliti.

2. Manfaat Praktis

a. Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam mengetahui

hubungan antara umur,riwayat keluarga dan IMT dengan kejadian


7

DM agar mampu mengatur gaya hidup yang baik untuk mencegah

terjadinya diabetes melitus tipe 2.

b. Bagi instansi terkait/ Puskemas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk

masukan bagi Puskesmas dalam memberikan informasi kepada

pasien,melakukan tindakan pencegahan dan penanganan diabetes

melitus tipe 2.
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Tentang Diabetes Melitus

1. Defenisi Diabetes Melitus

Diabetes Melitus berasal dari kata Diabetes yang artinya terus

mengalir dan Melitus yang artinya manis. Istilah dari Diabetes yaitu sering

minum dalam jumlah yang banyak, disususl dengan sering keluar kembali

dalam jumlah yang banyak pula, sedangkan sebutan Melitus disebabkan

air kencing yang keluar manis mengandung gula dan penyakit ini sampai

sekarang disebut kencing manis atau Diabetes Melitus. (Marewa, 2015)

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit yang disebabkan oleh

gangguan metabolisme yang terjadi pada organ pankreas yang ditandai

dengan peningkatan glukosa darah (hiperglkemia). Kadar gula yang tinggi

dikeluarkan melauli urine (air seni), disebut penyakit kencing manis

dikarenakan urine mengandung gula atau manis yang dapat menimbulkan

komplikasi baik akut maupun kronik.(Marewa, 2015)

Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik yang berlangsung

lama dan bertambah parah yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia

dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein, yang

disebabkan oleh gangguan kerja insulin, gangguan pengeluaran insulin,

atau keduanya. (Yahya, 2018)

Menurut (Yatim, 2018) .Diabetes melitus merupakan keadaan

dimana pankreas tidak cukup menghasilkan insulin atau sel kurang


9

merespon baik terhadap insulin yang dikeluarkan oleh pangkreas sehingga

gula yang beredar didalam darah tidak bisa diserap kedalam sel diseluruh

tubuh. Gejala yang mencolok adalah sering buang air kecil, badan lemah,

mengeluh kehausan, dan kelaparan.

2. Etiologi

Penyebab atau pemicu meningkatnya kadar gula darah:

a. Keturunan

Seseorang yang secara keturunan mempunyai keluarga yang

menderita Diabetes Melitus, akan mempunyai resiko terserang

penyakit yang sama dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak

menderita penyakit diabetes melitus. Resiko mengidap diabetes

terdapat sebesar 5% jika orang tua atau saudara kandung juga

mengidap diabetes. Seseorang mempunyai kemungkinan terkena

diabetes tergantung pada jumlah anggota keluarga yang mengidap

diabetes. Makin banyak jumlah saudara yang mengidap diabetes, maka

makin tinggi resiko menderita diabetes. Jika memiliki kelebihan berat

badan, resiko dapat meningkat menjadi 50%.(Yahya, 2018)

b. Obesitas/Kegemukan

Sekitar 80% orang yang terjangkit diabetes di usia lanjut

biasanya memiliki peningkatan kegemukan. Kelebihan berat badan

akan meningkatkan kebutuhan insulin pada tubuh. sel-sel lemak yang

lebih besar pada tubuh, dimiliki oleh orang dewasa yang kegemukan .

Diyakini,sel-sel lemak yang lebih besar tidak merespon insulin dengan


10

baik. Gejala- gejala diabetes mungkin dapat menghilang seiring

menurunnya berat badan.(Yahya, 2018)

c. Pola Makan Tidak Sehat

Bermacam-macam makanan jajanan tidak sehat banyak kita

temui. Salah satu faktor penyebab terjadinya penyakit diabetes yaitu

Pola makan yang tidak sehat. Kita perlu menjaga diri dari makanan

yang terlalu banyak mengandung gula dan makanan dengan indeks

glikemik yang tinggi. Makanan berisiko yaitu yang mengandung

lemak tinggi dan kolesterol tinggi karena dapat menyebabkan

terjadinya kegemukan juga dapat memicu terjadinya penyakit

diabetes.(Yahya, 2018)

d. Usia

Risiko terkena diabetes akan meningkat sejalan dengan

bertambahnya usia, terutama setelah usia 40 tahun. Hal ini terjadi

karena menurunnya kemampuan sel beta pankreas untuk memproduksi

hormon insulin seiring bertambahnya usia.(Yahya, 2018)

e. Jenis Kelamin

Baik pada laki-laki maupun perempuan memiliki risiko yang

sama besar terkena penyakit diabetes hingga usia dewasa awal.

Perempuan meiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki

setelah usia 30 tahun. Perempuan yang terkena penyakit diabetes

selama kehamilan memiliki risiko lebih tingggi terkena Diabtes tipe 2

pada usia lanjut.(Yahya, 2018)


11

f. Kurang Aktivitas Fisik (olahraga)

Kebanyakan orang zaman modern tidak sempat untuk

melakukan aktivitas fisik. Padahal demi tubuh yang sehat seseorang

dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik setiap hari. Kurangnya

melakukan aktivitas fisik akan menyebabkan obesitas. Sudah

dijelaskan bahwa obesitas menjadi penyebab penyakit

diabetes.(Yahya, 2018)

g. Merokok

Bahaya rokok terhadap kesehatan tidak diragukan lagi. Banyak

hasil penelitian bahwa rokok selain dapat menyebabkan kerusakan

pada paru-paru, yang mula hanya sekedar infeksi, rokok juga

menyebabkan kanker paru-paru dan saluran pernapasan lainnya.

Rokok juga membawa dampak pada meningkatnya kadar kolesterol

jahat dan trigliserida.

Rokok merugikan kesehatan terutama bagi penderita diabetes

melitus dikarenakan asap rokok yang mengandung nikotin bisa

menyebabkan insulin tidak bekerja dengan baik atau resistensi insulin,

memperburuk metabolisme gula didalam darah, menyebabkan

terjadinya peradangan pankreas sampai dengan pencetus terjadinya

kanker pankreas. (Marewa, 2015)


12

h. Tekanan darah tinggi (Hipertensi )

Penyakit hipertensi (Tekanan darah tinggi) adalah salah satu

faktor yang menyebabkan kerja insulin tidak berfungsi (resistensi),

yang akhirnya mengakibatkan kerusakan sel beta.(Marewa, 2015).

i. Sress

Sulit bagi kita menghubungkan pengaruh sres dengan

timbulnya diabetes. Namun,yang pasti adalah stress yang hebat,seperti

infeksi berat, trauma hebat, operasi besar, atau penyakit berat

lainnya,menyebabkan hormon counter-insulin atau yang kerjanya

berlawanan dengan insulin lebih aktif. Akibatnya, gula darah

meningkat. Diabetes ini biasanya hilang bila pengaruh sresnya teratasi.

Diabetes ini kadang ditemukan secara kebetulan pada waktu si pasien

memeriksa gula darahnya.(Tandra, 2017).

3. Klasifikasi Diabetes Melitus

Menurut (Yahya, 2018) Klasifikasi Klinisnya diabetes melitus

dibedakan menjadi:

a. DM Tipe 1

Diabetes melitus Tipe 1 merupakan penyakit diabetes

melitus yang bergantung pada pemberian insulin. penyakit ini

muncul sebagai akibat dari kerusakan pada organ pankreas yang

menyebabkan tubuh tidak memiliki cukup hormon insulin untuk

menyalurkan glukosa ke dalam darah ke seluruh sel di dalam

tubuh.
13

Ketika tidak dapat disalurkan untuk diubah menjadi energi,

glukosa hanya dibiarkan mengendap didalam darah. Akibatnya,

dalam waktu yang cukup lama, kadar glukosa didalam darah

meningkat dan menyebabkan penyakit diabetes melitus.

Diabetes melitus tipe 1, biasa terjadi di usia muda maupun

tua, baik laki-laki, maupun perempuan. Namun, kebanyakan

penderita diabetes melitus tipe 1 masih berusia anak-anak dan

remaja.

Beberapa faktor yang dapat memicu kemunculan penyakit

Diabetes Melitus Tipe 1 yaitu:

1) Memiliki faktor genetik penderita diabetes melitus

2) Mengalami gangguan pada sistem imun didalam tubuh

3) Kekurangan nutrisi

4) Serangan virus tertentu yang merusak organ pankreas.

Diabetes melitus yang terjadi pada anak merupakan

faktor autoimun bukan faktor keturunan. Pada diabetes melitus

tipe 1 ini, sel pembuat insulin rusak sehingga untuk bertahan

hidup penderita diabetes melitus tipe 1 akan menggunakan

insulin seumur hidup.

b. DM Tipe 2

Jika diabetes melitus tipe 1 muncul akibat kerusakan pada

organ pankreas, diabetes melitus tipe 2 disebabkan akibat gaya

hidup yang tidak sehat. Penderita diabetes melitus tipe 2 ini tidak
14

memiliki masalah apapun pada organ pankreas. Hormon insulin

dapat diproduksi sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan oleh

tubuh.

Namun persoalannya adalah sel didalam tubuh mengalami

masalah resistensi atau tidak peka terhadap hormon insulin. Karena

masalah tersebut, hormon insulin tidak dapat menyalurkan glukosa

ke sel-sel didalam tubuh sehingga menyebabkan penumpukan

glukosa didalam darah seingga menyebabkan terjadilah penyakit

diabetes.

Penderita diabetes melitus tipe 2 sebenarnya dapat

mengalami kerusakan organ pankreas. Hal tersebut dapat terjadi

jika masalah kepekaan sel di dalam tubuh untuk menerima insulin

tidak segera di atasi.

Tubuh akan terus memproduksi lebih banyak insulin agar

dapat menyalurkan glukosa. Secara tidak langsung, organ pankreas

harus bekerja lebih keras dari biasanya. Hal itulah yang

menyebabkan kemungkinan besar bagi penderita diabets tipe 2

akan mengalami kerusakan organ pankreas.

Beberapa faktor pemicu DM Tipe 2 yaitu:

1) Obesitas

2) Jarang berolahraga

3) Tidak mengatur pola makan

4) Sering mengalami stres akibat pekerjaan.


15

c. Diabetes kehamilan (gestasional)

Diabetes kehamilan (Gestasional) adalah satu-satunya tipe

diabetes melitus yang hanya menyerang wanita, khususnya wanita

pada waktu hamil. Penyakit Diabetes Gastasional biasanya

menghilang sesudah melahirkan. Namun, jika seorang wanita

sudah pernah menderita Diabetes gestasional ia akan memiliki

risiko yang lebih tinggi untuk menderita penyakit diabetes melitus

Tipe 2 jika tidak biasa mengatur pola hidupnya.

Oleh karena itu, sebaiknya selama mengandung, disarankan

untuk terus melakukan control gula darah. Bukan hal mudah bagi

wanita yang sedang hamil untuk mengontrol nutrisi yang

dibutuhkan di dalam tubuh. Wanita hamil dituntut untuk

mencukupi asupan nutrisi dengan mengkonsumsi banyak makanan

dan minuman sehat.

4. Tanda dan Gejala Diabetes Melitus

Tanda dan Gejala Diabetes Melitus (Kurniadi & Nurrahmani, 2015)

antara lain:

a. Sering Kencing (Poliuria)

Sering buang air kecil dengan volume yang banyak, yaitu

lebih sering dari pada biasanya, apalagi pada malam hari

(Poliuria).

Poliuria terjadi jika kadar gula darah melebihi nilai ambang

ginjal (>180 mg/dl), maka gula akan keluar bersama urine. Untuk
16

menjaga agar urine yang keluar (yang mengandung gula itu) tidak

terlalu pekat,tubuh akan menarik air sebanyak mungkin kedalam

urine sehingga urine keluar dalam volume yang banyak dan

kencing pun menjadi sering. Dalam keadaan normal, urine akan

keluar sekitar 1,5 liter per hari, tetapi penderita diabetes yang tidak

terkontrol dapat memproduksi lima kali jumlah itu. Ia akan lebih

sering buang air kecil, terlebih pada malam hari sehingga dapat

mengggangu tidur. Baru tidur sesaat, harus bangun karena ingin

buang air kecil. Hal tersebut yang membuat para penderita tak

jarang bangun tidur dengan tidak nyaman karena kurang tidur.

b. Meningkatnya Rasa Haus (pollidipsi)

Dengan banyaknya urine yang keluar, menyebabkan tubuh

akan kekurangan cairan atau dehidrasi. Hal ini merangsang pusat

haus yang mengakibatkan peningkatan rasa haus sehingga

seseorang ingin selalu minum terutama yang manis, dingin, segar,

dan banyak. Tidak jarang, yang dipilih adalah minuman soft drink

dingin, menyegarkan, dan manis tentu saja hal ini akan sangat

merugikan karena akan membuat kadar gula semakin tinggi.

Namun, hal tersebut biasanya dilakukan oleh seseorang yang

awalnya belum sadar bahwa dia menderita diabetes.

c. Nafsu makan meningkat (polifagia)

Jika pada diabetes karena insulin bermasalah, pemasukan

gula ke dalam sel-sel tubuh kurang sehingga energi yang dibentuk


17

menjadi kurang. Inilah yang menyebabkan orang merasa kurang

tenaga. Selain itu, sel juga menjadi miskin gula sehingga otak juga

berfikir bahwa kurang energi itu karena kurang makan, maka tubuh

pun kemudian berusaha meningkatkan asupan makanan dengan

menimbulkan rasa lapar. Maka, timbullah perasaan selalu ingin

makan dan ngemil.

d. Penurunan berat badan.

Ketika tubuh tidak bisa mendapatkan energi yang cukup

dari gula karena kekurangan insulin, tubuh akan bergegas

mengolah lemak dan protein yang ada didalam tubuh untuk diubah

menjadi energi. Apabila hal tersebut berlangsung cukup lama,

maka seseorang akan tampak kurus dan berat badan akan menurun

karena massa lemak dan protein yang tersimpan dijaringan lemak

dan otot menyusut.

Gejala penurunan berat badan menjadi kurus ini terkadang

dianggap sebagai suatu berkah bagi orang yang obesitas yang telah

lama menginginkan agar berat badannya turun secara drastis.

Dengan angapan seperti itu, penderita tidak akan segera datang ke

rumah sakit untuk memeriksakan diri. Oleh karena itu, penurunan

berat badan yang drastis tanpa didahului dengan upaya diet yang

benar dan signifikan dalam kurun waktu dua bulan perlu dicurigai

sebagai tanda awal diabetes.


18

1. Patofisiologi

Badan memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan

mengganti sel yang rusak. Di samping itu badan juga memerlukan

energi supaya sel badan dapat berfungsi dengan baik. Pada manusia

bahan itu berasal dari bahan makanan yang kita makan sehari-hari,

yang terdiri dari karbohidrat (gula dan tepung-tepung), protein (asam

amino) dan lemak (asam lemak).

Pengolahan bahan makanan dimulai dari mulut kemudian

kelambung dan selanjutnya ke usus. Di dalam saluran pencernaan

makanan dipecah menjadi bahan dasar dari makanan tersebut.

Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi asam amino dan lemak

menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan tersebut akan diserap oleh

usus kemudian masuk ke dalam pembuluh darah dan disebarkan ke

seluruh tubuh untuk dipergunakan oleh organ-organ di dalam tubuh

sebagai bahan bakar.

Supaya dapat berfungsi sebagai bahan bakar, zat makanan

tersebut harus masuk dulu ke dalam sel supaya diolah. Di dalam sel,

zat makanan terutama glukosa dibakar melalui proses kimia yang

rumit, yang hasil akhirnya adalah timbulnya energi, proses ini disebut

metabolisme.

Dalam proses metabolisme tersebut insulin memegang peran

yang sangat penting yaitu bertugas memasukkan glukosa kedalam sel,


19

untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan bakar. Insulin ini

adalah hormon yang dikeluarkan oleh sel beta di pankreas.

Dalam keadaan normal artinya kadar insulin cukup dan

sensitif, insulin akan ditangkap oleh reseptor insulin yang ada pada

permukaan sel otot, kemudian membuka pintu masuk sel sehingga

glukosa dapat masuk sel untuk kemudian dibakar menjadi energi atau

tenaga. Akibatnya kadar glukosa dalam darah normal.

Pada diabetes dimana didapatkan jumlah insulin yang kurang

atau pada keadaan kualitas insulinnya tidak baik atau resistensi

insulin. Meskipun insulin ada dan reseptor juga ada, tapi karena ada

kelainan di dalam sel itu sendiri pintu masuk sel tetap tidak dapat

terbuka sehingga glukosa tidak dapat masuk sel untuk dibakar atau

dimetabolism. Akibatnya glukosa tetap berada diluar sel hingga kadar

glukosa dalam darah meningkat.(Soegondo et al., 2018).

2. Komplikasi Diabetes Melitus

Komplikasi diabetes digolongkan menjadi komplikasi

mendadak (akut) dan komplikasi menahun (kronik).(Nurrahmani,

2015)

a. Komplikasi Mendadak (Akut)

1) Infeksi yang sulit sembuh dan lebih sering terjadi

Penderita diabetes dapat mengalami infeksi, yaitu

masuknya kuman didalam tubuh, seperti flu, atau radang paru-

paru. Bedanya, penderita diabetes lebih mudah terkena infeksi


20

dan lebih sulit sembuh. Terlebih ketika kadar gula daranya

tinggi, dikarenakan pada penderita diabetes melitus ditemukan

lebih banyak kuman dan jamur di tubuhnya.

Penderita dengan kendali gula darah yang buruk sering

mengalami infeksi pada gigi dan mulut. Pada keadaan

hiperglikemia kuman gram positif akan lebih subur tumbuhnya.

Pada keadaan normal, kuman-kuman yang masuk ke

dalam tubuh akan dilawan dan dibunuh oleh pasukan

pertahanan tubuh, yaitu leukosit atau sel darah putih.

2) Koma hiperglikemik (koma diabetik)

Kadar gula darah yang sangat tinggi atau hiperglikemia

dimana gula darah di atas 200 mg/dl. Keadaan hiperglikemik

bisa menyebabkan koma pada penderita. Penyebab

hiperglikemik yaitu kurangnya dosis insulin atau obat. Asupan

makanan yang terlalu banyak dan dilanjutkan dengan lupa

mengkonsumsi obat atau insulin juga dapat mengakibatkan

kondisi hiperglikemik.

Biasanya gejala yang terjadi sebelum koma adalah

keluhan khas diabetes yang bertambah hebat, yaitu semakin

cepat haus, semakin banyak minum, dan badan semakin lemah

serta napas akan tercium bau khas aseton, selain itu, penderita

juga akan mengalami mual, gelisah, dan kram otot. Jika tidak

cepat diobati dan gula darah cepat diatur, peyakit ini bisa
21

menjadi lebih berat lagi dan terjadilah penurunan kesadaran

atau koma.

3) Hipoglikemik dan koma hipoglikemik

Gula darah rendah (hipoglikemik) dimana kadar gula

darah <60% mg/dl. Gejala yang biasanya muncul ketika

hipoglikemik yaitu banyak berkeringat, palpitasi atau berdebar-

debar, pucat, angina/nyeri dada, cemas, gemetar, lapar,

penglihatan kabur, sakit kepala, bicara tidak jelas, kejang,

bingung, penderita bisa mengalami salah satu atau lebih dari

gejala tersebut. Hipoglikemik terjadi apabila pasien yang sudah

minum obat golongan syfonulurea atau suntikan insulin, lalu

terlambat makan, lupa makan, makan tetapi jumlahnya kurang,

tiba-tiba muntah, atau tiba-tiba melakukan kerja fisik berat.

Penyebab lainnya, karena penderita mengkonsumsi

obat/menyuntikan insulin dengan dosis berlebih.

Gejala hipoglikemik Jika tidak segera diatasi, kesadaran

turun, sampai akhirnya tidak sadarkan diri atau koma. Kondisi

inilah yang disebut koma hipoglikemik. Koma hipoglikemik

keadaan yang sangat gawat karena jika tidak cepat diatasi akan

mengakibatkan kematian.
22

b. Komplikasi menahun (kronis)

Komplikasi kronis khas diabetes disebabkan kelaianan pada

pembuluh darah besar, pembuluh darah kecil dan halus, atau pada

susunan saraf.

1) Komplikasi kronis yang disebabkan kelainan pembuluh darah

halus (mikroangiopati) dapat bermanifestasi atau terwujud pada

organ-organ: mata (retinopati) dan ginjal (nefropati yang

akhirnya perlu cuci darah).

2) Komplikasi yang disebabkan kelainan pembuluh darah besar

(aterosklerosis) dapat terwujud sebagai penyakit kardiovaskuler

(PVK) pada organ jantung (yang bisa menyebabkan serangan

jantung), otak (bisa menyebabkan stroke), dan ditungkai

bawah.

3) Komplkasi yang disebabkan kelainan saraf atau disebut

neuropati. Walaupun pembuluh darah dan saraf ada dimana-

mana, menifestasi wujudnya biasanya tampak di beberapa

organ saja.

B. Tinjauan Teori Tentang Faktor Yang Berkontribusi Terhadap Diabetes

Melitus

1. Usia

Diabetes tipe 2 biasanya disebut diabetes yang terjadi pada usia

dewasa, Kebanyakan kasus diabetes tipe 2 memang terjadi pada usia

dewasa, lebih banyak sesudah umur 40 tahun, serta mereka yang kurang
23

gerak badan, massa ototnya berkurang, dan berat badannya makin

bertambah. (Tandra, 2017).

Trisnawati & Setyorogo (2013) dalam penelitiannya menyatakan

bahwa kelompok pada umur > 45 tahun memiliki resiko lebih tinggi

mengalami diabetes melitus dibandingkan dengan kelompok umur <45

tahun. Peningkatan resiko diabetes melitus pada umur >40 tahun,

disebabkan karena pada usia 40 tahun mulai terjadi peningkatan

intoleransi glukosa sehingga menyebabkan menurunnya kemampuan sel

beta pankreas untuk memproduksi hormon insulin (Riskesdas,

2013).dalam (Overweight, 2019)

2. Riwayat Keluarga

Diabetes merupakan penyakit keturunan, apabila orang tua

mengidap diabetes, kemungkinan anak-anaknya terkena diabetes juga.

Sekitar 50% pasien diabetes tipe 2 mempunyai orang tua yang menderita

diabetes, dan lebih dari sepertiga pasien diabetes mempunyai saudara yang

mengidap diabetes.

Diabetes tipe 2 lebih banyak terkait dengan faktor riwayat keluarga

atau keturunan ketimbang diabetes tipe 1. Pada diabetes tipe 1,

kemungkinan orang terkena diabetes hanya 3-5 % bila orang tua dan

saudaranya adalah pengidap diabetes. Namun, bila penderita diabetes

mempunyai saudara kembar satu telur (identical twins), kemungkinan

saudaranya terkena diabetes tipe 1 adalah 35-40 %.


24

Pada diabetes tipe 2, bila saudara identical twins kemungkinan

saudaranya mengidap diabetes tipe 2 adalah 90%. Bila salah satu orang tua

terkena diabetes, kemungkinan 40% terkena diabetes. Apabila kedua orang

tua terkena diabetes, kemungkinan akan menderita diabetes menjadi lebih

dari 50%.

Banyak penelitian dilakukan untuk mencari penanda genetik pada

kromosom penderita diabetes tipe 1 dan 2, dan ditemukan pada penderita

diabetes tipe 1 memng ada gen yang terkait dengan terjadinya diabetes.

Hal ini penting dilakukan screening dalam keluarga guna mendeteksi

sedini mungkin.(Tandra, 2017).

3. Index Massa Tubuh (Body Mass Index=BMI)

Index Massa Tubuh adalah alat ukur untuk menentukan apakah

tubuh masuk ke dalam kategori obesitas (kegemukan) atau belum yaitu

dengan membagi Berat Badan (BB) terhadap kuadrat tinggi badan.

Pada anak-anak disebut obesitas karena lemak tubuh berlebihan,

sedangkan pada orang dewasa disebut berbadan gemuk (overweigh)

apabila nilai BMI lebih besar dari 30.

Penumpukan lemak tubuh dibadan bagian tengah, lebih berbahaya

menggangu kesehatn dari pada penumpukan lemak di sekitar pinggul.

Pada perempuan dengan ukuran pinggang >35 inci (35x2,54 cm=sekitar

89 cm) berisiko terseret pada penyakit akibat dari obesitas, sedangkan

pada lelaki, dengan ukuran pinggang lebih dari 40 inci (101 cm) juga

sudah masuk berisiko terancam kesehatannya dari komplikasi


25

obesitas.Pada orang Asia, kelihatannya lingkaran pinggang lebih kecil,

ukuran pinggang 32-36 inci (sekitar 81-91 cm) sudah berisiko terseret

pada komplikasi obesitas.(Yatim, 2018)

Menurut (Damayanti, 2015). Dalam menentukan status gizi dapat dipakai

Indeks Massa Tubuh (IMT) dan rumus Broca yaitu:

IMT=BB(Kg)/TB(m))2

Kriteria :

1. IMT normal wanita =18,5-23,5

2. IMT normal pria =22,5-25

3. BB kurang =<18,5

4. BB lebih dengan risiko =23,0-24,9

5. Obesitas I =25,0-29,9

6. Obesitas II =30
26

C. Karangka Teori

Gambar 2.1 Karangka Teori

Faktor tetap

1. Riwayat Keluarga
2. Umur
3. Jenis kelamin

Faktor sosial-ekonomi

1. Status kerja
2. pendidikan
Diabetes Melitus

Tipe 2
Faktor perilaku

1. Kebiasaan merokok
2. Kurang aktivitas
3. Pola makan tidak
sehat

Faktor intermediat

1. Obesitas
2. Hipertensi
3. Kondisi psikologis
27

D. Karangka Konsep

Di dalam karangka konsep ini, penilis membuat dua variabel, yaitu

variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen yaitu kejadian

diabetes melitus,sedangkan variabel independen terdiri dari umur, riwayat

keluarga dan IMT.

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Umur

Kejadian
Riwayat Keluarga
Diabetes
Melitus Tipe 2
IMT

Keterangan

: Variabel independen

: Variabel Dependen

Dalam membuat karangka konsep ini, penulis tidak mengambil

keseluruhan dari karangka teori yang ada, tetapi hanya mengambil

sebagian saja sesuai dengan tujuan penelitian.


28

E. Hipotesis

Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai,maka hipotesis yang

diajukan sebaga berikut:

1. Ada hubungan antara umur dengan kejadian Diabetes Melitus di

Puskesmas Batua Kota Makassar.

2. Ada hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian Diabetes Melitus

di Puskesmas Batua Kota Makassar.

3. Ada hubungan antara IMT dengan kejadian Diabetes Melitus di

Puskesmas Batua Kota Makassar.


29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menegetahui hubungan antara umur,

riwayat keluarga dan IMT dengan kejadiam diabetes melitus. Untuk mencapai

tujuan penelitian maka dilakukan analisis penelitian. Desain penelitian ini

adalah desain penelitian observasional analitik dengan mencari hubungan

antar variabel yang akan diteliti, penelitian ini menggunakan rancangan desain

cross sectional. Desain penelitian cross sectional merupakan penelitian non

eksperimen dalam rangka mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor

risiko atau paparan (independen) dengan efek atau akibat (dependen) yang

berupa penyakit atau status kesehatan tertentu, dengan pengumpulan data yang

dilakukan bersamaan secara serentak dalam waktu antara independen dan

dependen atau model pendekatan point time. Variabel yang termasuk faktor

risiko (independen) dan variabel yang termasuk efek (dependen) diobservasi

sekaligus pada waktu yang sama.(Sumantri, 2015).

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian yang akan

dikenai generalisasi hasil penelitian (suharsini Arikunto,1997). Populasi

menurut Sutrisno Hadi (2004) adalah seluruh individu yang akan dikenai

sasaran generalisasi dari sampel yang akan diambil dalam suatu penelitian.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa populasi


30

merupakan keseluruhan unit analisis yang karakteristiknya akan

diduga.(Sumantri, 2015).

Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh penderita Diabetes

Melitus yang berobat di Puskesmas Batua Kecamatan Manggala Kota

Makassar tahun 2019 sebanyak 112 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan sebagian dari jumlah populasi yang secara

nyata diteliti dan ditarik kesimpulan.(Masturoh & T, 2018).

Sampel penelitian ini ditentukan berdasarkan jenis penelitian,

tujuan, jumlah populasi dan data yang digunakan. Adapun jumlah sampel

dalam penelitian ini adalah:

N. z 2 p. q
𝑛=
d2 (N − 1) + z 2 . p. q

112.1,962 . 0.5(1 − 0,5)


=
(0, 1)2 (112 − 1) + (1,96)2 0,5(1 − 0,5)

112.3,84.0,5.0,5
=
0,01.111 + 3,84.0.5.0.5

430,08.0,25
=
1,11 + 0,96

107,52
=
2,07

= 51,94 dibulatkan menjadi 52 orang


31

Keterangan:

n=perkiraan besar sampel

N=perkiraan besar populasi

z=nilai standar normal (1,96)

p=perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50%(0,5)

q=1-p (100%-p)

d=tingkat kesalahan yang dipilih (d=0,1)

jumlah sampel yang dibutuhkan peneliti sebanyak 52 responden.

3. Teknik sampling

Teknik sampling menurut (Sastroasmoro & Ismail, 1995 &

Nursalam, 2008) merupakan suatu proses yang ditempuh dalam

pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai

dengan keseluruhan subjek penelitian. Cara pengambilan sampel dapat

digolongkan menjadi dua, yaitu pengambilan sampel secara acak

(probability sampling) dan pengambilan secara tidak acak (non probability

sampling).(Nursalam, 2015).

Dalam penelitian ini pemilihan sampel dengan cara Non

Probability Sampling jenis Purposive sampling adalah suatu teknik

penentuan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai

dengan yang dikehendaki peneliti atau (tujuan/masalah dalam penelitian),

sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah

dikenal sebelumnya. (Nursalam, 2015)


32

4. Kriteria Sampel

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari

suatu popolusi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2015).

1) Pasien yang berobat di Puskesmas Batua Kecamatan Manggala

Kota Makassar

2) Bersedia menjadi responden penelitian

3) Tidak mengalami gangguan mental

b. Kriteria ekslusi

Kriteria ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan

subjek yang tidak memenuhi kriteria inklusi dari studi (Nursalam, 2015).

1) Tidak bersedia menjadi responden

2) Menderita dementia (pikun)

3) Tidak mendatangani lembar persetujuan

C. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Batua Kota Makassar dan

penelitian ini dilaksanakan selama February-Mei 2020 di Puskesmas Batua

Kota Makassar.

D. Variabel Penelitian dan aspek-aspek yang diteliti/diamati

Dalam penelitian ini terdapat Variabel Independent (Variabel Bebas)

yaitu hubungan antara Umur, Riwayat Keluarga, dan Indeks Masa Tubuh.

Variabel Dependent (Variabel Terkait) yaitu Diabetes Melitus Tipe 2.


33

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

N Variabel Definisi Alat Ukur Kriteria Skala

o Operasional Objektif

Dependen: Gejala yang Catatan 1. Pender Nominal

Diabetes timbul pada Medik ita DM

Melitus Tipe seseorang yang pasien Tipe 2

2 disebabkan 2. Bukan

oleh karena pender

adanya ita DM

peningkatan Tipe 2

kadar gula

(glukosa)

Variabel

Independen

Umur Lama waktu Menggunaka 1. ≥ 45 Nominal

hidup n kuesioner tahun

responden 2. <45

dihitung dalam tahun

tahun sejak

lahir sampai

ulang tahun

terakhir pada
34

saat penelitian

berlangsung

yang

dinyatakan

dalam tahun.

Umur

dikelompokan

menjadi 2

kategori

Riwayat Ada atau Menggunaka 1. Tidak Nominal

Keluarga tidaknya orang n kuesioner ada

tua responden keturu

yang nan

menderita DM 2. Ada

Tipe 2 keturu

nan

Indeks Keadaan Menggunaka 1. IMT Nominal

Massa fisik,banyakny n kuesioner ≥25

Tubuh a lemak dalam kg/m2

(IMT) tubuh dengan 2. IMT

cara mengukur <25

indeks massa kg/m2

tubuh (IMT)
35

dengan cara

membagi berat

badan (kg)

dengan tinggi

badan.

F. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang didapatkan atau dikumpulkan secara

langsung oleh peneliti dari sumber datanya. Data primer diperoleh melalui

kuesioner dengan responden dengan menggunakan daftar pertanyaan yang

telah tersedia.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dari berbagai sumber yang telah ada. Data sekunder diperoleh dari

hasil pencatatan dan pelaporan data tentang prevalensi kejadian DM di

Puskesmas Batua Kota Makassar.

3. Instrumen Penelitian

Menyusun instrumen merupakan langkah penting dalam pola

prosedur penelitian. Instrumen berfungsi sebagai alat bantu dalam

mengumpulkan data yang diperlukan. Bentuk instrumen berkaitan dengan

metode pengumpulan data, misal metode wawancara yang instrumennya

pedoman wawancara. (Black, 2006).(Siyoto & Sodik, 2015)


36

Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang berisi

pertanyaan untuk menilai hubungan antara umur, riwayat keluarga dan

indeks massa tubuh dengan kejadian diabetes melitus tipe 2.

4. Pengelolahan dan Penyajian Data

Proses pengolahan data dalam penelitian menurut (Masturoh & T, 2018)

a. Editing

Editing atau penyuntingan data adalah tahapan dimana data

yang dikumpulkan dari hasil pengisian kuesioner yang telah diberikan

respoden diperiksa kelengkapan jawabannya.

Jika terdapat data yang meragukan ataupun salah maka dapat

ditanyakan lagi kepada responden

b. Coding

Coding adalah melakukan pemberian kode yang terdiri dari

tabel dibuat sesuai dengan data yang diambil dari alat ukur yang

digunakan.

c. Data entry

Data entry merupakan kegiatan memasukan data dengan kode

sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan.

d. Tabulasi Data

Tabulasi data adalah membuat penyajian data,yang disesuai

dengan tujuan penelitian. Pengolahan data menggunakan aplikasi

pengolah data hampir sama debgan pengolahan data manual, hanya

beberapa tahapan dilakukan dengan aplikasi tersebut.


37

5. Analisa Data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk menjabarkan secara

deskritif mengenai frekuensi dan proporsi tiap variabel yang diteliti,

baik variabel bebas maupun variabel terikat. Analisis univariat

bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap

variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya

menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel.

Misalnya distribusi frekuensi respnden berdasarkan: umur, jenis

kelamin. Tingkat pendididkan, dan sebagainya.

b. Analisis Bivariat

Apabila telah dilakukan analisis univariat tersebut sebelumnya,

hasilnya akan diketahui karakteristik atau distribusi setiap variabel, dan

dapat dianjurkan analisis bivariat.

Analisis bivariat yang dilakukan unruk melihat terhadap dua

variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Analisis ini

digunakan untuk menguji hipotesis dengan melalui Uji Statistik Chi-

Square. (Sumantri, 2015)


38

6. Etika Penelitian

Etika penelitian menurut (Nursalam, 2015)

a. Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (respect to self determination)

Dimana subjek mempunyai hak untuk memutuskan apakah

bersedia menjadi subjek atau tidak.

b. Informed consent

Subjek mendapatkan informasi tentang tujuan penelitian yang

akan dilaksanakan, subjek mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi

atau menolak menjadi responden.

c. Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, untuk

menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama responden

(anonymity) tetapi hanya diberikan kode pada lembar tersebut.

Anda mungkin juga menyukai