Disusun oleh :
KELOMPOK 5
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Praktik Fisioterapi
Komprehensif I
Disusun oleh
KELOMPOK 5
Laporan kasus ini telah diperiksan dan disetuji oleh pembimbing untuk
dipertahankan dihadapan penguji
Laporan kasus ini telah diperiksan dan disetuji oleh pembimbing untuk
dipertahankan dihadapan penguji
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan kasus yang berjudul “Pengaruh
Konsep Bobath Terhadap Kemampuan Transfer dan Ambulasi pada Pasien Stroke
Intracerebral Hemoragik di RS PON Tahun 2019”. Laporan kasus ini bertujuan
untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Praktik Fisioterapi
Komprehensif I.
Dalam penyusunan ini kami merasa banyak kekurangan, mengingat
kemampuan kami. Untuk itu, kritik dan saran sangat kami harapkan demi
penyempurnaan laporan kasus ini.
Penyusunan laporan kasus ini penulis banyak mendapatkan bantuan
bimbingan dan dukungan serta doa dari berbagai pihak, untuk itu dengan segala
kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :
1. Direktur beserta jajaran manajemen dan staff Rumah Sakit Pusat Otak
Nasional
2. Ibu Ratu Karel Lina, SST.Ft. SKM. MPH selaku Ketua Jurusan Fisioterapi
Poltekkes Kemenkes Jakarta III.
3. Ibu Dewi Suci Mahayati, SST.Ft., M.Fis selaku penanggung jawab
Fisioterapi di RS Pusat Otak Nasional
4. Ibu Nia Kurniawati, SST.Ft., M.Fis. selaku dosen pembimbing pendidikan
yang selalu mendukung, membimbing, serta memberikan semangat kepada
kami
5. Seluruh fisioterapis RS.PON yang telah membimbing kami selama berada di
unit fisioterapi RS. PON
6. Ibu ES beserta keluarga yang telah bersedia menjadi pasien konferensi kasus
kami
Penulis
i
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang.......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 3
C. Tujuan Pendalaman Kasus ....................................................................................... 4
D. Manfaat Pendalaman Kasus ..................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 6
A. Anatomi Otak ........................................................................................................... 6
1. Definisi .......................................................................................................6
2. Anatomi Serebrum .......................................................................................6
B. Stroke Haemoragik ................................................................................................. 13
1. Definisi Stroke Haemoragik ............................................................................. 13
2. Etiologi Stroke Haemoragik ............................................................................. 13
3. Epidemiologi Stroke Haemoragik .................................................................... 14
4. Faktor Risiko Stroke Haemoragik .................................................................... 15
5. Patofisiologi Stroke Haemoragik ...................................................................... 23
6. Manifestasi Klinis Stroke Haemoragik ............................................................. 24
7. Prognosis Stroke Haemoragik .......................................................................... 25
2. Manfaat .............................................................................................................. 27
D. Teknologi Fisioterapi.............................................................................................. 28
1. Konsep Bobath ................................................................................................. 28
ii
E. Penatalaksanaan Fisioterapi .................................................................................... 32
1. Identitas Pasien ................................................................................................ 33
2. Assessment/Pemeriksaan ................................................................................. 33
3. Diagnosis Fisioterapi ....................................................................................... 42
4. Perencanaan Fisioterapi ................................................................................... 43
5. Intervensi Fisioterapi ....................................................................................... 43
6. Edukasi Pasien ................................................................................................. 43
7. Evaluasi ............................................................................................................ 44
F. Kerangka Berpikir .................................................................................................. 45
B. Saran ....................................................................................................................... 66
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang terjadi secara global yang diakibatkan oleh adanya gangguan fungsi otak
dengan gejala yang timbul lebih kurang 24 jam yang dapat mengakibatkan
pada pasien yang dirawat di rumah sakit. Menurut Yayasan Stroke Indonesia,
Riskesdas 2013, antara lain kanker, stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes
melitus, dan hipertensi. prevalensi kanker naik dari 1,4 persen (Riskesdas
2013) menjadi 1,8 persen di 2018, dan prevalensi stroke naik dari 7 persen
Nasional pada tahun 2018 sebanyak 22.747 untuk kasus stroke iskhemik
1
sebanyak 18.926 dan untuk stroke haemoragik sebesar 3.821, sedangkan pada
bulan Januari sampai bulan Juni 2019 berjumlah 12.561 pasien yang terdiri
otak yang dipengaruhi oleh pendarahan dapat menjadi rusak, dan darah dapat
kematian selama 30 hari dari 35% menjadi 52% dimana setengah dari angka
kematian tersebut terjadi dalam 2 hari pertama. Dalam suatu penelitian pada
1041 kasus ICH, didapatkan 50% pada lokasi yang dalam, 35% lobar, 10%
dunia pada tahun 2010 adalah sebanyak 33 juta, dengan 16,9 juta orang
terkena stroke serangan pertama. Dari data South East Asian Medical
et al., 2013)
Faktor resiko pada pasien dengan riwayat hipertensi yang tidak terkontrol
2
merupakan salah satu faktor resiko terjadinya stroke hemoragik. Stroke dapat
2016).
pendarahan pada Capsula Externa adalah adanya kelemahan pada salah satu
sisi anggota gerak dimana akan berperanguh terhadap pola jalan pasien
anggota gerak tubuh yang lemah, dengan harapan pasien dapat ikut
berpartisipasi dalam kegiatan lingkungan dan dapat kembali melakukan Commented [D1]: Hasil penelitian siapa kapan dan bagaiman
hasilnya
B. Rumusan Masalah
adalah :
3
C. Tujuan Pendalaman Kasus
1. Tujuan Umum
intracerebral hemoragik
2. Tujuan Khusus
intracerebral hemoragik
perkuliahaan
3. Bagi Penulis
Hemoragik
4
4. Bagi Pasien
keluraga pasien terhadap kondisi saat ini sehingga pasien dan keluarga
tepat sesuai kondisi pasien saat ini optional terapi yang teapt dan sesuai
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Otak
1. Definisi
pusat dari semua alat tubuh. Otak terdiri dari bagian sistem saraf pusat
2. Anatomi Serebrum
terdiri dari dua hemisfer. Setiap hemisfer terbentuk atas lapisan tipis
6
ketebalan 3mm dan menutupi lapisan tebal bagian inti substansi alba.
yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai parit
frontal, lobus parietal, lobus oksipital dan lobus temporal (CDC, 2004).
a. Lobus parietal
b. Lobus temporal
oleh garis yang ditarik secara vertikal ke bawah dari ujung atas
c. Lobus oksipital
7
memungkinkan manusia mampu melakukan interpretasi terhadap
d. Lobus frontal
sentral dari Rolando. Pada daerah ini terdapat area motorik untuk
seluruh otak.
8
Gambar 2. Basal Forebrain
REM tidur lambat. Basal Forebrain mempunya inti yang disebut Inti
lain selain asetilkolin yang ditemukan di luar basal forebrain tetapi ikut
9
of the spinal cord. Cholinergic neurotransmitter berfungsi
innominata.
pula suatu area yang dinamakan area asosiasi dimana area-area tersebut
spinalis, Lobus temporal, Lobus frontal, dan 9 macam region, baik dari
10
Berfungsi untuk merencanakan pola yang kompleks dan
sendiri.
lebih dalam pada Cerebrum dan Cerebellum dari pada Gray Matter,
pada spinal cord, White Matter terletak lebih luar dan mengelilingi
11
Gambar 3. White Matter pada Otak Gambar 4. White Matter pada Spinal Cord
Grey Matter (lokasi tubuh sel saraf) satu sama lain di otak, dan
matter adalah bagian penting dari sistem saraf pusat, bekerja untuk
kapsul internal yang terletak di dekat inti lenticular. White Matter yang
atau lapisan terluar, dari otak ke bagian anggota tubuh yang lain. White
12
Matter yang membentuk kapsul eksternal terdiri dari jaringan lemak
Kapsula Externa alah Heat Stroke. Heat stroke sendiri terjadi ketika
B. Stroke Haemoragic
1. Definisi
2005)
13
otak; infark hemoragik; penyakit perdarahan sistemik termasuk terapi
oleh hipertensi dan ruptur salah satu dari banyak arteri kecil yang
3. Epidemiologi Stroke
hasil angka kematian stroke sesuai ICD-10 sbb: I64 (stroke, not
14
specified as haemorrhage or infarction) sebesar 13,7%, I62 (other non
Pusat Otak Nasional pada tahun 2018 sebesar 3.821, sedangkan pada
4. Faktor Resiko
meningkatkan faktor risiko stroke. Gaya hidup yang tidak sehat seperti
2013).
faktor risiko stroke pada wanita muda. Merokok berisiko 2,6 kali
15
arteri, menurunkan jumlah HDL, menurunkan kemampuan HDL dalam
faktor risiko kejadian stroke pada usia muda adalah perilaku merokok,
perempuan.
Goldstein (2009), faktor risiko stroke dibagi menjadi dua yaitu, faktor
a. Usia
Stroke dapat terjadi pada semua orang dan pada semua usia,
16
dapat mempengaruhi tingkat kecemasan dimana individu yang
b. Jenis kelamin
Walaupun pada pria lebih rawan daripada wanita pada usia yang
lebih muda, tetapi para wanita akan menyusul setelah usia mereka
17
memiliki peluang yang sama untuk terkena stroke pada usia
c. Genetik (herediter)
stroke.
a. Hipertensi
18
Gambar 5. Klasifikasi Hipertensi
b. Hiperkolestrolemia
kolesterol sekitar 1000 mg setiap hari dari lemak jenuh. Selain itu,
19
(Burhanuddin et all, 2012). Kolestrol merupakan zat di dalam
atau pembuluh darah otak dan jantung. Kadar glukosa darah yang
20
riwayat diabetes melitus dan menderita stroke mungkin
d. Penyakit Jantung
e. Obesitas
21
dewasa muda (Madiyono, 2003). Oleh karena itu, penurunan berat
f. Merokok
all, 2012)
22
5. Patofisiologi
pembuluh darah otak sehingga pada tekanan darah yang sama aliran
> 60 tahun lebih besar risiko untuk terjadinya stroke ulang (Gofir,
tiga cara, yaitu (1) memperburuk aterosklerosis dalam arcus aorta dan
23
menyebabkan terjadinya aneurisma atau menipisnya dinding pembuluh
melukai jaringan otak secara langsung oleh karena tekanan yang tinggi
saat pertama kali pecah, serta mengiritasi selaput otak (Price, 2005).
sehari-harinya.
6. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala stroke yang dialami oleh setiap orang berbeda
24
d) Mulut mencong dan sulit untuk bicara
(Afasia)
sebabnya
h) Gangguan penglihatan
7. Prognosis
25
Menurut penelitian di Copenhagen Stroke Study pada tahun
ringan dengan sisi afeksi pada tungkai bawah, sedangkan perlu waktu
1. Definisi
dari bangun dan duduk disisi tempat tidur sampai pasien turun dari
tempat tidur, berdiri dan mulai belajar berjalan dengan bantuan alat
26
kemampuan dalam melakukan aktivitas terutama activity of daily
posisi lain ke posisi lainnya, seperti dari posisi tidur ke posisi duduk,
dari posisi duduk ke posisi berdiri, dan dari posisi berdiri ke berjalan.
2. Manfaat
distensi abdomen,
(Potter & Perry, 2010 ; Kozier, Erb, Berman & Snyder, 2010;
27
D. Teknologi Fisioterapi
yang ada pada pasien. Teknologi intervensi dapat berupa manual terapi,
terapi latihan, modalitas. Ada banyak metode yang saat ini digunakan
dalam fisioterapi. Salah satunya pada kasus ini konsep Bobath digunakan
untuk stimulasi dan fasilitasi gerak ektremitas atas dan ektremitas bawah
1. Konsep Bobath
konsep yang dikembangkan oleh Karel dan Bertha Bobath pada tahun
sistem saraf pusat pada bayi dan anak-anak. Konsep Bobath mempunyai
adalah :
pola patologis dan postur yang abnormal sertatonus otot yang berubah-
28
aktivitas keseharian Prinsip Teknik NDT Prinsip dasar teknik metode
a. Patterns of movement
Gerakan yang terjadi pada manusia saat bekerja adalah pada pola
sistem saraf pusat, pola gerak yang terjadi sangat terbatas, yang
b. Use of handling
29
2) Normal reciprocal innervations pada kelompok otot
Artha, n.d (2013)., Metode Bobath adalah suatu metode terapi latihan
pada stroke yang berasumsi bahwa penderita seolah olah pasien stroke
sesuai dengan pertumbuhan bayi normal. Oleh karena itu stroke harus
30
a. Transfer Supine ke Sitting.
31
Gambar 9. Fasilitasi Sitting to Standing
d. Ambulasi mandiri
E. Penatalaksanaan Fisioterapi
32
menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan
1. Identitas Pasien
Data yang terdapat dalam identitas pasien ini berupa nama, jenis
masuk, diagnosa medis dan medika mentosa. Data tersebut harus diisis
2. Asesmen/Pemeriksaan
a. Anamnesis
dilakukan meliputi:
1) Keluhan Utama
33
Keluhan utama merupakan alasan utama pasien untuk datang
2) Keluhan Penyerta
5) Riwayat Sosial
kesehatannya.
6) Kemampuan Sebelumnya
34
Kemampuan sebelumnya merupakan kemampuan yang
7) Goal/Harapan Pasien
b. Pemeriksaan Umum
1) Kesadaran
Interpretasi:
acuh.
35
dapat pulih bila dirangsang atau mudah dibangunkan tetapi
2) Tekanan Darah
3) Denyut Nadi
pasien.
4) Pernafasan
36
Penilaian kognisi dan persepsi dapat dilakukan oleh
c. Pemeriksaan Fisioterapi
1) Observasi
2) Kemampuan Sensorik
3) Kondisi Keseimbangan
tubuh.
4) Koordinasi
37
Kemampuan untuk melakukan gerakan dengan berbagai
5) Kemampuan Fungsional
sehari-hari.
6) Analisa Gerakan
b) Kualitas Gerakan
semestinya.
d) Pola Gerakan
e) Gerakan Involunter
38
Suatu gerakan spontan yang tidak disadari, tidak
7) Deformitas
b) Index Barthel
Interpretasi:
100: mandiri
39
c) Time Up and Go Test
Tata Cara :
penanda.
Interpretasi :
40
d) Five Times Sit to Stand
gerakan.
Interpretasi :
Risiko jatuh:
41
Bertujuan untuk mengetahui fase apa saja yang ada atau
9) Pemeriksaan Penunjang
d. Diagnosa Fisioterapi
1) Problematika Fisioterapi
pasien.
2) Activity Limitation
3) Participation Restriction
terhadap lingkungannya.
42
2) Diagnosa Fisioterapi Berdasarkan ICF
e. Perencanaan Fisioterapi
yaitu:
intervensi.
f. Intervensi Fisioterapi
43
h. Evaluasi
planning.
44
F. Kerangka Berpikir
Hipertensi Lansia
Capsula Externa
terletak di Cortex
Trombus dan Emboli Cerebri
Perdarahan Cerebral di
Capsula Externa kiri
sebanyak 5,9cc. Tepatnya di Basal
Forebrain yang
berfungsi
Fungsinya : mengelurkan
Asetilkolin untuk
mempercepat
Koordinasi Gerak Kognisi Perilaku impuls saraf
Berkurangnya
Asetilkolin akibat
Problem Fisioterapi Kelemahan anggota tubuh
adanya perdarahan
sisi kanan
mengakibatkan
koordinasi gerak
v
Aktivasi otot, latihan 45 yang terlambat dan
Intervensi transfer, latihan ambulasi kelemahan anggota
Fisioterapi mandiri tubuh
BAB III
STATUS KLINIS
I. IDENTITAS KLIEN
1. No. RM : 0006-85-70
2. Nama : Ny. ES
3. Jenis Kelamin : Wanita
4. Tempat/Tanggal Lahir : 22 Mei 1958 (Usia 61 tahun)
5. Alamat : Cipayung, Cilangkap, Jakarta Timur
6. Agama : Islam
7. Pekerjaan : Pensiunan
8. Hobi :
9. Tanggal Masuk Rumah Sakit : 31 Oktober 2019
10. Tanggal Pemeriksaan : 1 November 2019
11. Tanggal Keluhan : 1 November 2019
12. Diagnosis Medis : ICH
13. Medika Mentosa : Manitol 4 x 125cc, astarinex 3 x 500mg,
laxodin 3 x 10 ml, Omeprazol 1 x 40 mg, obat anti hipertensi.
A. Anamnesis :
1. Keluhan Utama :
Kelemahan anggota gerak atas dan bawah sisi kanan sehingga belum
bisa berjalan
2. Goal/Harapan Klien :
Dapat kembali beraktivitas mandiri dan berjalan
3. Keluhan Penyerta :
Tidak ada
46
4. Riwayat Penyakit Sekarang :
1 Hari yang lalu sebelum pasien masuk RS, tiba-tiba pasien
mengeluhkan tangan kanan yang berat dan kaki kanannya lemas,
bicara pelo lalu langsung dibawa ke Rumah Sakit B, setelah itu datang
ke RS PON. Di RS PON, pasien datang dengan keluhan bicara pelo
+/- 7,5 jam SMRS kemudian diikuti kelemahan sisi tubuh kanan +/-
6,5 jam SMRS, adanya nyeri di kepala dan juga mual. Hari pertama
pasien masuk rumah sakit bed rest tetapi tangan tetap bergerak aktif
mampu meraih benda sekitar dan mampu miring kanan kiri dengan
mandiri
5. Riwayat Penyakit Dahulu :
Hipertensi tidak terkontrol
6. Riwayat Sosial :
Pasien tinggal sendiri dirumah. Mempunyai anak yang tinggal cukup
jauh dari rumah pasien. Pada saat pasien diperbolehkan pulang, pasien
akan dibawa pulang kerumah anaknya di daerah Bekasi.
7. Kemampuan Sebelumnya
Aktivitas mandiri
B. Pemeriksaan Umum
1. Kesadaran : E4M6V5 compos mentis
2. Tekanan Darah : 160/40 mmHg
3. Denyut Nadi : 82x/menit
4. Pernapasan : 20x/menit
5. Kooperatif/Tidak Kooperatif : Kooperatuf
47
C. Pemeriksaan Fisioterapi
1. Observasi
Keterangan :
Nyeri
Hipertonus
Hipotonus
Kelemahan
Spastis
48
Tabel 3.1 Hasil Pemeriksaan Fisioterapi
49
a. Analisis gerakan (general postural alignment, kualitas gerakan, kompensasi, pola gerakan, involuntary movement)
Tabel 3.2
Posisi 1/11/2019 4/11/2019 5/11/2019 6/11/2019 7/11/2019
Supine 1. Kepala bebas 1. Kepala bebas
bergerak, bergerak,
senyum senyum
asimetris asimetris
2. Trunk simetris 2. Trunk
3. Saat simetris
mengangkat 3. Saat
lengan kanan, mengangkat
ada kompensasi lengan kanan,
di biceps kiri ada
4. Trunk simetris kompensasi
5. Saat di biceps kiri
50
quadriceps kiri
51
Sitting 1. Head control
adekuat
2. Trunk
roundback
3. Shoulder netral,
tidak ada
kecenderungan
protraksi
maupun
retraksi
4. Shoulder tidak
tinggi sebelah
5. Elbow netral
6. Wrist netral
7. Posterior tilting
(sitting on
sacrum)
Standing
52
3. BOS normal sejajar bahu
4. Tumpuan berdiri normal
tidak ada kecenderungan tumpuan ke sebelah
sisi
5. Mampu
keberdiri mandiri tanpa pegangan dan duduk
kembali
dengan mandiri
53
8. Deformitas/Kecacatan
Tidak ada
9. Pemeriksaan khusus dan pengukuran (menggunakan
assessment tools)
1. NIHSS
Tabel 3.3 Hasil NIHSS
No Kategori Skor
1a Derajat Kesadaran 0
1b Menjawab pertanyaan 1
1c Mengikuti Perintah 0
Gerakan mata konjugat
2 0
horizontal
3 Lapang Pandang 0
4 Paresis Wajah 1
Motorik lengan kanan
5 1
(angkat 90°, tahan 10s)
Motorik lengan kiri (angkat
6 0
90°, tahan 10s)
Motorik tungkai kanan
7 1
(angkat 30°, tahan 5s)
Motorik tungkai kiri (angkat
8 0
30°, tahan 5s)
10 Sensorik 0
11 Bahasa 0
12 Disartria 0
54
3) Tampak lesi berdensitas darah volume 5,9 cc di kapsula
externa kiri dengan pergeseran garis tengah ringan ke
sisi kanan.
4) Sistem ventrikel dan sisterna baik.
5) PONS, mesencephalon, dan cerebellum baik.
6) Orbita dan n.optikus kanan kiri baik.
7) Sinus paranasalis dan mastoid kanan kiri baik.
8) Tulang-tulang intak.
Kesan :
Perdarahan intraparenkim vol 5,9cc di kapsula externa kiri.
b. Rontgen (31/10/19)
Foto thorax AP supine.
1) Jantung kesan tidak membesar.
2) Aorta tidak elongasi.
3) Corakan bronkovaskuler ke 2 paru baik.
4) Tak tampak infiltrat.
5) Sinus dan diafragma dextra-sinistra baik.
6) Tulang dan jaringan lunak baik.
Kesan :
Foto thorax tak tampak kelainan.
55
III. DIAGNOSIS DAN INTERVENSI FISIOTERAPI
Tabel 3.4 Hipotesis
1/11/2019 4/11/2019 5/11/2019 6/11/2019 7/11/2019
Kelemahan otot Kelemahan otot • Kelemahan otot pada Kelemahan otot pada Kelemahan otot
pada tubuh dextra pada tubuh dextra tubuh dextra tubuh dextra Standing ekstremitas bawah
• Posterior tilt dan balance kurang karena sisi dextra
roundback terkait kelemahan otot sisi Fase heel strike dan
kelemahan core dextra swing kurang
muscle
56
5/11/2019 Kelemahan otot pada belum bisa duduk Belum bisa mengikuti Pasien belum bisa duduk
tubuh dextra Terutama mandiri pengajian madiri terkait kelemahan otot
pada core muscle. tubuh sisi dextra terutama
Trunk roundback core muscle karena ICH OH 3
Pelvic cenderung
posterior tilt
6/11/2019 Kelemahan otot pada Belum bisa berdiri Belum bisa mengikuti Pasien belum bisa beridir
tubuh dextra stabil pengajian stabil terkait kelemahan otot
tubuh dextra karena ICH OH 4
sehingga tidak dapat
mengikuti pengajian
7/11/2019 Fase heel strike dan Belum bisa berjalan Belum bisa mengikuti Pasien belum bisa berjalan
swing kurang terkait mandiri pengajian mandiri terkait kelemahan
kelemahan otot fleksor otot fleksor hip dan dorso
hip dan dorso fleksor fleksor ankle karena ICH OH 4
ankle sehingga tidak dapat
mengikuti pengajian
57
Faktor Personal Faktor Lingkungan
Kelemahan sisi tubuh atas dan bawah sisi Wajah merot bicara kadang pelo
sebelah kanan
1. ADL mandiri
58
IV. EVALUASI
According to
Fieldworker Senyum asimetris Belum bisa duduk stabil
NIHSS : 4
Gerakan fleksi, abduksi dan
adduksi AGA dan AGB dextra
lebih lambat
daripada dextra
According to
Fieldworker Motivasi pasien untuk sembuh Keluarga mendukung kesembuhan pasien
baik
Mampu mengikuti
instruksi dan latihan. Rutin
melakukan home program yang
diajarkan
59
Rehabilitation Problem Solving Form
Date: 5/11/2019
Health Condition:
According to
Fieldworker Senyum asimetris Belum bisa duduk stabil
Gerakan fleksi, abduksi dan
adduksi AGA dan AGB dextra
lebih lambat dari pada sisi dextra
According to
Fieldworker Motivasi pasien untuk sembuh Keluarga mendukung kesembuhan pasien
baik
Mampu mengikuti
instruksi dan latihan. Rutin
melakukan home program yang
diajarkan
60
Rehabilitation Problem Solving Form
Date: 6/11/2019
Health Condition:
According to
Fieldworker Kelemahan otot sisi dextra Belum bisa berdiri stabil
Head control adekuat Trunk dan
shoulder
simetris
BOS normal sejajar bahu
Tumpuan berdiri normal
According to
Fieldworker Motivasi pasien untuk sembuh Keluarga mendukung kesembuhan pasien
baik
Mampu mengikuti
instruksi dan latihan. Rutin
melakukan home program yang
diajarkan
61
Rehabilitation Problem Solving Form
Date: 7/11/2019
Health Condition:
According to
Fieldworker Motivasi pasien untuk sembuh Keluarga mendukung kesembuhan pasien
baik Mampu mengikuti
instruksi dan latihan. Rutin
melakukan homeprogram yang
diajarkan
62
BAB IV
PEMBAHASAN
Bobath untuk aktivasi otot, transfer, dan ambulasi mandiri yang dilakukan
NIHSS (National Institute Health Stroke Scale), Barthel Index, Five Times
63
Tabel 4.1. Evaluasi Hasil Intervensi Fisioterapi
NIHSS 4 - - - -
Barthel 40 40 50 50 75
Index
TUG - - - - Sebelum
Intervensi:
13s
Setelah
Intervensi :
11s
64
80
70
60
50
40
30
20
10
0
NIHSS BI Five times sit to GAIT TUG
stand
Series 1 Series 2 Series 3 Series 4 Series 5
pasien di setiap harinya serta pada diagram pula jelas terlihat adanya
peningkatan setiap hari nya dari nilai NIHSS, BI, Five Sit to Stand, Gait,
dan TUG.
literatur disebutkan bahwa fungsi otak yang hilang akibat serangan stroke
dan plastisitas. Di dalam otak manusia terdapat lebih dari satu triliun
65
Kompleksitas, dalam hal ini, memungkinkan terjadinya pemulihan
fungsional otak yang hilang akibat serangan stroke. Selain itu, mobilisasi
yang sangat dini pada pasien stroke juga telah terbukti dalam banyak
baik. Oleh karena itu, mobilisasi dini penting dilakukan sejak pasien masih
B. Keterbatasan
66
BAB V
A. Kesimpulan
didapatkan adanya :
ringan.
Times Sit To Stand dihasilkan pasien belum bisa melakukan 5 kali tanpa
ada kurangnya fase heel strike, swing phase dextra, dan kurangnya
B. Saran
67
Fisioterapis dapat memberikan program latihan yang tepat pada
2. Bagi pasien
3. Institusi Pendidikan
tersebut.
4. Untuk Masyarakat
68
DAFTAR PUSTAKA
Barret, K.E., Barman, S.M., Boitano, S., Brooks, H.L., 2010.Ganong’s Review of
Medical Physiology.23rd ed. New York: Mc Graw Hill. Page: 671 – 677.
Carr, JH dan Shepherd, RB, 2003. Stroke Rehabilitation, guideliness for exercise
& training optimize motor skills. UK : Butterworth Heinemann
Dinata C, Safrita Y, Sastri S. Gambaran Faktor Risiko dan Tipe Stroke pada
Pasien Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RSUD Kabupaten Solok
Selatan Periode 1 Januari 2010 - 31 Juni 2012. Jurnal Kesehatan Andalas.
2013; 2(2):57
Dubey, L., Karthikbabu, S. and Mohan, D. (2018) ‘Effects of Pelvic Stability
Training on Movement Control, Hip Muscles Strength, Walking Speed and
Daily Activities after Stroke: A Randomized Controlled Trial’, Annals of
Neurosciences, 25(2), pp. 80–89. doi: 10.1159/000486273.
Eshadri S, Beiser A, Kelly-Hayes M, et al.: The Lifetime risk of Stroke: Estimates
From the Framingham Study. Stroke 2006; 37: 345–50.
Fenderson, Claudia B., & Wen K. Ling. 2012. Pemeriksaan Neuromuskular.
Jakarta : Erlangga Medical Series.
Irfan M. 2010. Fisioterapi bagi Insan Stroke edisi pertama. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Kilinç, M. et al. (2016) ‘The effects of Bobath-based trunk exercises on trunk
control, functional capacity, balance, and gait: A pilot randomized
controlled trial’, Topics in Stroke Rehabilitation, 23(1), pp. 50–58. doi:
10.1179/1945511915Y.0000000011.
Knecht, S., Hesse, S. and Oster, P. (2011) ‘Rehabilitation nach schlaganfall’,
Deutsches Arzteblatt, 108(36), pp. 600–606. doi:
10.3238/arztebl.2011.0600.
Kollen B.J., Lennon S., Lyons B., Wheatley-Smith L., Scheper M., Buurke J.H.,
Halfens J., Geurts A.C., Kwakkel G. (2009) The effectiveness of the Bobath
concept in stroke rehabilitation: what is the evidence? Stroke, 40(4): e89-97.
Konadi, L. et al. (2016) ‘Angka Kematian dan Faktor Risiko Stroke Sebagai
Penyebab Dasar Kematian di Kabupaten Padang Pariaman Provinsi
Sumatera Barat’, Buletin Penelitian Kesehatan, 44(4), pp. 227–236. doi:
10.22435/bpk.v44i4.5503.227-236.
McErlean & Migliozzi (2017) , Fundamentals of anatomy and physiology for
nursing and healthcare students. Page 403.
Mikołajewska E. (2013) Value of NDT-Bobath metod in post-stroke gait training.
Adv. Clin. Exp. Med., 22(2): 261-272.
69
Mikołajewsk, Emilia. 2017. Bobath and traditional approaches in post-stroke gait
rehabilitation in adults. University in Toruń, Poland. De Guyter.
Paci M. (2003) Physiotherapy based on the Bobath concept for adults with
poststroke hemiplegia: a review of effectiveness studies. J. Rehabil. Med.,
35(1): 2-7.
Qurbany, Z. T. and Wibowo, A. (2016) ‘Stroke Hemoragik e.c Hipertensi Grade
II’, Jurnal Medula, 5(2), pp. 114–118.
Raisa, M. (2014) ‘Left Hemiparesis e . c Hemorhagic Stroke’, medical student of
universitas lampung, 2 No 4(Juni), p. 71.
Sherwood L. 2002. Human Physiology from Cell to System. 2nd ed. Thompson
Publishing Inc. hlm.: 212-253.
Syaifuddin, 2006, Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 3,
Editor Monica Ester, Jakarta : EGC
70
LAMPIRAN
71
Lampiran 2. Leaflet Edukasi Hal. 2
72
Lampiran 3. Glasglow Coma Scale
Verbal 5 Orientasi
(respon
verbal) 4 Disorientasi/bingung
4 Menghindari nyeri
3 Fleksi abnormal
2 Ekstensi abnormal
73
Lampiran 4. NIHSS
74
11 Pengabaian 0 : Tidak ada pengabaian
1: Pengabaian sedikit
2 : Pengabaian komplit
12 Dysatria (kejelasan 0 : Artikulasi normal
berbicara) 1 : Dysatria level ringan hingga sedang
2 : Mendekati tidak ada artikulasi atau lebih
13 Bahasa (menyebutkan 0 : Tidak ada aphasia
nama benda, menjelaskan 1 : Aphasia level ringan hingga berat
gambar) 2 : Aphasia level berat
Total
75
Lampiran. 6 Gait Analysis
76