Anda di halaman 1dari 52

A.

JUDUL

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA

MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BEBASIS MASALAH

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

MATEMATIS PESERTA DIDIK SMP PADA MATERI ARITMETIKA

SOSIAL

B. LATAR BELAKANG

Matematika merupakan ilmu universal yang berguna bagi

kehidupan manusia dan juga mendasari perkembangan teknologi

modern, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu

dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat dibidang

teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini didasari oleh

perkembangan matematika dibidang teori bilangan, aljabar, analisis,

teori peluang, dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan

menciptakan teknologi dimasa depan, diperlukan penguasaan dan

pemahaman atas matematika yang kuat sejak dini (Permendikbud

Nomor 58 Tahun 2014).

Tujuan pembelajaran matematika yang tercantum dalam kurikulum

2013 yaitu agar peserta didik dapat: (1) memahami konsep matematika;

(2) menggunakan pola sebagai dugaan dalam penyelesaian masalah

dan mampu membuat generalisasi berdasarkan fenomena atau data

yang ada; (3) menggunakan penalaran pada sifat, melakukan


menipulasi matematika baik dalam penyederhanaan, maupun

menganalisis komponen yang ada dalam pemecahan masalah dengan

konteks matematika maupun di luar matematika; (4)

mengkomunikasikan gagasan, penalaran, serta mampu menyusun bukti

matematika dengan menggunakan kalimat lengkap, simbol, tabel,

diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5)

memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan; (6)

memiliki sikap perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dalam matematika

dan pembelajarannya; (7) melakukan kegiatan-kegiatan motorik yang

menggunakan pengetahuan matematika, dan (8) menggunakan alat

peraga sederhana atau hasil teknologi untuk melakukan kegiatan-

kegiatan matematika (Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014).

Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika yang tercantum pada

Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014, dijelaskan bahwa peserta didik

diminta mampu memecahkan masalah, menemukan sendiri

pengetahuannya berdasarkan fenomena atau data yang disediakan

melalui proses ilmiah, memahami konsep matematika, dan menyusun

bukti matematika sehingga mampu mengembangkan kemampuannya.

Kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan salah

satu tujuan pembelajaran matematika. Menurut NCTM (dalam Hartini et

al. 2015) kemampuan matematika standar yang harus dimiliki oleh

siswa dalam belajar matematika adalah problem solving (pemecahan


masalah), reasoning and proof (penalaran dan pembuktian),

commmunication (komunikasi), connections (mengaitkan) dan

representation (representasi). Kemampuan pemecahan masalah

matematis diartikan sebagai kemampuan siswa dalam memahami

masalah, merencanakan pemecahan masalah, melaksanakan

pemecahan masalah, dan menafsirkan solusi yang diperoleh dari

masalah matematika termasuk masalah yang berkaitan dengan

kehidupan sehari-hari dengan benar. Menurut Polya (dalam Sutarto

Hadi dan Radiyatul, 2014), indikator dalam kemampuan pemecahan

masalah meliputi: (1) mengidentifikasi masalah; (2) merencanakan

pemecahan masalah; (3) menerapkan strategi untuk menyelesaikan

masalah; dan (4) memeriksa hasil dan solusi. Siswa dapat dikatakan

mampu menyelesaikan atau memecahkan suatu masalah, apabila ia

telah dapat melaksanakan empat tahapan pemecahan masalah yang

telah dikemukakan Polya.

Pemecahan masalah merupakan salah satu kemampuan yang

harus dikuasai siswa setelah belajar matematika. Kemampuan ini

sangat diperlukan siswa, terkait dengan kebutuhan siswa untuk

memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari

dan mampu mengembangkan diri mereka sendiri (Elvira Riska Harahap

dan Edy Surya, 2017).

Berdasarkan hasil studi PISA tahun 2012 Indonesia menempati


peringkat 64 dari 65 negara peserta, atau dengan kata lain

menempatiperingkat kedua terbawah dari seluruh negara peserta PISA

yang disurvey dengan skor rata-rata kemampuan matematika siswa

Indonesia yaitu 375, skor tersebut di bawah rata-rata skor internasional

yaitu 494 (OECD, 2013). Walaupun pada hasil survey PISA pada tahun

2015 nilai rata-rata kemampuan matematik siswa adalah 386 yang

apabila dibandingkan dengan hasil survei sebelumnya, yaitu tahun 2012

telah terjadi peningkatan. Namun, tetap saja pada kenyataannya nilai ini

masih berada di bawah nilai rata-rata yang telah ditetapkan oleh PISA

adalah 500 (OECD, 2016). Hal ini mengindikasikan bahwa perlunya

ditemukan cara-cara baru guna untuk meningkatkan kualitas

pendidikan.

Faktor yang menjadi penyebab dari rendahnya prestasi siswa

Indonesia dalam PISA yaitu lemahnya kemampuan pemecahan

masalah soal nonroutine atau level tinggi. Soal yang diujikan dalam

PISA terdiri atas 6 level (level 1 terendah dan level 6 tertinggi) dan soal-

soal yang diujikan merupakan soal kontekstual, permasalahannya

diambil dari dunia nyata. Sedangkan siswa di Indonesia hanya terbiasa

dengan soal-soal rutin pada level 1 dan level 2. Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika

siswa Indonesia rendah.


Peneliti melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran

matematika kelas VII SMPN 1 Siak Hulu bahwa soal-soal yang

diberikan kepada siswa hanya soal yang diambil dari buku sumber atau

buku teks yang dari penerbit. Guru tidak mengembangkan soal yang

diberikan untuk mengasah kemampuan pemecahan masalah

matematis. Guru hanya berpusat pada peningkatan hasil belajar siswa.

Peneliti melihat RPP yang dibuat oleh guru. Dari soal test yang

terdapat dalam RPP belum terdapat soal untuk mengasah kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa. RPP yang dibuat oleh guru

belum mengacu pada Permendikbud. Langkah-langkah pembelajaran

yang terdapat pada RPP masih menggambarkan proses pembelajaran

yang berpusat kepada guru, pada langkah pembelajaran telah memuat

kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup tetapi belum terlalu rinci dan

tidak memperlihatkan proses keaktifan peserta didik karena dalam

kegiatan pembelajaran lebih banyak terlihat kegiatan yang dilakukan

guru dibandingkan kegiatan yang dilakukan peserta didik.

Pada penilaian hasil belajar tidak terlihat jelas penilaian

pengetahuan dan penilaian keterampilan yang digunakan oleh guru,

karena hanya terdapat penilaian hasil belajar dan pada penilaian hasil

belajar hanya terdapat contoh soal tanpa ada jawaban penyelesaian.

Hal ini berarti silabus dan RPP yang digunakan oleh guru belum

memenuhi komponen minimal yang sesuai dengan standar proses pada


Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016.

LAS yang disajikan oleh guru untuk peserta didik pada SMPN 1

Siak Hulu adalah LAS yang dibeli kepada penerbit, bahkan kadang guru

tidak menggunakan LAS hanya menggunakan buku cetak saja.

Berdasarkan dokumentasi peneliti LAS yang digunakan hanya berisi

ringkasan materi, contoh soal dan latihan yang tidak mengajak peserta

didik menemukan konsep pembelajaran matematika, tidak

meningkatkan rasa ingin tahu peserta didik serta tidak membuat peserta

didik menjadi mandiri dalam menyelesaikan masalah yang disajikan

karena peserta didik hanya membaca ringkasan materi pada LAS,

melihat contoh soal serta mengerjakan latihan. Pada soal latihan yang

disajikan, tidak semua soal memuat soal kontekstual yang tidak

meningkatkan proses berfikir peserta didik. LAS seperti ini tidak

membantu peserta didik dalam menyelesaikan masalah matematika.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa perangkat

pembelajaran yang digunakan guru di Indonesia masih belum sesuai

dengan standar proses pada Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016.

Seperti penelitian Tanjung dan Nababan (2018) yang melakukan

observasi di SMA Se-Kuala Nagan Raya Aceh yaitu kurang sesuainya

materi yang diajarkan dengan kompetensi dasar pada silabus, RPP

yang dibual belum sesuai dengan pembelajaran kurikulum 2013, dan

tidak tersedianya lembar kerja siswa. Simanungkalit (2016) melakukan


observasi di SMP Negeri 12 Pematangsiantar menunjukkan bahwa

kegiatan pembelajaran pada RPP belum memuat pendekatan scientific.

Berdasarkan masalah yang peneliti temukan, diperlukan suatu

penelitian yang menghasilkan perangkat pembelajaran yang sesuai

dengan kurikulum sehingga dapat dijadikan pedoman dan penunjang

bagi guru selama proses pembelajaran dan dapat membantu siswa

dalam proses pembelajaran, serta meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah siswa. Untuk mengembangkan kemampuan

pemecahan masalah siswa maka diperlukan suatu model untuk

menunjang siswa dalam kegiatan pembelajarannya. Salah satunya

ialah model pembelajaran berbasis masalah.

Model pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu

model pembelajaran kurikulum 2013. Rizza Yustianingsih (2017)

mengatakan bahwa keterampilan pemecahan masalah peserta didik

dapat berkembang melalui model pembelajaran berbsis masalah.

Pembelajaran berbsis masalah merupakan salah satu model

pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara langsung

melakukan tahap-tahap kegiatan untuk memecahkan suatu masalah

dengan cara mereka sendiri dengan menggunakan berbagai informasi

atau referensi tanpa harus berpatokan dan meniru cara kerja yang

dilakukan oleh guru mereka dalam menyelesaikan permasalahan yang

diaplikasikan dalam kehidupan nyata sehingga dapat meningkatkan


kreativitas peserta didik dalam menyelesaikan suatu permasalahan

(Rizza Yustianingsih, 2017).

Aritmetika sosial merupakan materi yang erat kaitannya dengan

kehidupan sehari-hari namun siswa masih kesulitan dalam

menyelesaikannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Widyaningrum

(2015) bahwa pembelajaran aritmetika merupakan materi yang sering

dialami siswa. Walaupun begitu siswa masih saja kesulitan dalam

menyelesaikan masalah atau soal yang diberikan. Rendahnya

kemampuan pemecahan masalah siswa terjadi pada salah satu materi

yaitu materi aritmetika sosial.

Rahmi Fitria (2018) mengemukakan kemampuan pemecahan

masalah matematis siswa kelas VII pada materi aritmetika sosial masih

tergolong rendah. Faktor penyebabnya ialah siswa belum mampu

memahami soal yang diberikan dan siswa terbiasa dengan soal rutin.

Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitrie

Andayani (2019) yaitu memahami masalah dalam pemecahan soal

aritmetika sosial tergolong rendah. Siswa mencoba menyelesaikan soal,

meskipun mereka tidak memahami soal yang diberikan yang

mengakibatkan terjadinya kesalahan pada jawaban siswa. Selanjutnya,

tahap membuat model matematika tidak tampak pada jawaban di atas.

Siswa langsung ke tahap menyelesaikan masalah, pemilihan strategi

atau cara juga tidak tampak siswa tuliskan untuk menyelesaikan soal
tersebut. Karna terjadi kesalahan di awal tahap memahami masalah,

mengakibatkan siswa mengalami kesalahan pada tahap selanjutnya.

Sehingga untuk tahap memeriksa kebenaran hasil jawabanpun memiliki

kesalahan.

Berdasarkan temuan peneliti yang telah dipaparkan sebelumnya,

maka salah satu solusi dalam mengatasi masalah yang ditemukan

adalah dengan melakukan pengembangan perangkat pembelajaran

matematika berupa silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) dan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) pada materi aritmetika

sosial untuk mengembangkan Kemampuan Pemecahahan Masalah

Matematis (KPMM) peserta didik Kelas VII SMP/MTs melalui

pembelajaran model pembelajaran berbsis masalah.

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah apakah perangkat pembelajaran

matematika menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada

materi aritmetika sosial untuk peserta didik kelas VII SMP sudah

memenuhi kriteria valid, praktis dan efektif untuk meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah matematis?

D. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan perangkat

pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran berbasis


masalah pada materi aritmetika sosial untuk peserta didik kelas VII

SMP/MTs sudah memenuhi kriteria valid, praktis dan efektif untuk

meningkatkan kemampuan pemahaman matematis.

E. MANFAAT PENGEMBANGAN PRODUK

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagi Peserta didik

Tersedianya LKPD berbasis Pembelajaran berbasis masalah pada

materi Aritmetika Sosial yang dapat digunakan peserta didik untuk

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah sehingga peserta

didik semakin termotivasi untuk belajar.

2. Bagi Guru

Perangkat pembelajaran yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai

referensi atau masukan bagi guru untuk meningkatkan kreativitas

dalam mengembangkan perangkat pembelajaran yang nantinya

diterapkan di dalam kelas.

3. Bagi peneliti

Peneliti dapat menambah wawasan dan pengalaman mengenai

pengembangan perangkat pembelajaran. Peneliti juga dapat

meningkatkan kreatifitas dalam membuat perangkat pembelajaran

F. SPESIFIKASI PRODUK

Produk yang dihasilkan pada penelitian ini adalah berbentuk sebuah

buku (hard) yang berisi perangkat pembelajaran matematika berupa


Silabus, Rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan Lembar kerja

peserta didik (LKPD) yang mengacu pada kurikulum 2013 dengan model

pembelajaran berbasis masalah materi aritmetika sosial SMP/MTs kelas

VII dengan spesifikasi sebagai berikut :

a. Silabus

Silabus disusun berdasarkan Permendikbud Nomor 22 Tahun

2016 yang terdiri dari (1) identitas sekolah; (2) identitas mata pelajaran;

(3) kompetensi inti; (4) kompetensi dasar; (5) materi pokok; (6) kegiatan

pembelajaran; (7) penilaian; (8) alokasi waktu; dan (9) sumber belajar.

Kegiatan pembelajaran pada silabus menggunakan model

pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah matematis pada materi aritmetika sosial dengan

Kompetensi Dasar (KD) sebagai berikut.

3.9 Mengenal dan menganalisis berbagai situasi terkait aritmetika sosial

(penjualan, pembelian, potongan, keuntungan, kerugian, bunga

tunggal, persentase, bruto, neto, tara)

4.9 Menyelesaikan masalah berkaitan dengan aritmetika sosial (penjualan,

pembelian, potongan, keuntungan, kerugian, bunga tunggal,

persentase, bruto, neto, tara)

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RPP dikembangkang berdasarkan silabus dan Permendikbud No.22

tahun 2016 tentang standar proses yang teridiri dari: (1) identitas sekolah;
(2) identitas mata pelajaran; (3) kelas/semester; (4) materi pokok dari

silabus; (5) alokasi waktu; (6) tujuan pembelajaran; (7) kompetensi dasar

dan indikator pencapaian kompetensi; (8) materi pembelajaran; (9)

metode/model pembelajaran; (10) media pembelajaran; (11) sumber

belajar; (12) langkah-langkah pembelajaran; dan (13) penilaian.

c. LKPD

LKPD disusun dengan menggunakan pendekatan scientific dalam

model pembelajaran berbasis masalah dengan sajian sebagai berikut.

1) Pada bagian halaman sampul dilengkapi dengan tujuan pembelajaran,

petunjuk pengerjaan LKPD

2) Setiap kegiatan LKPD terdiri dari ayo mengamati, ayo menanya, ayo

mengumpulkan informasi, dan ayo menalar.

G. DEFINISI OPERASIONAL

Untuk menghindari kesalahan pemahaman dan perbedaan

penafsiran terhadap variabel yang digunakan, maka definisi operasional

yang perlu dijelaskan adalah:

1) Perangkat pembelajaran matematika adalah sekumpulan media atau

sarana yang digunakan oleh guru dan peserta didik dalam proses

pembelajaran.

2) Silabus adalah acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk

setiap bahan kajian mata pelajaran


3) Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah panduan bagi

guru dalam melaksanakan pembelajaran yang menggambarkan

prosedur dan pengorganisasian untuk mencapai kompetensi dasar

yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus.

4) Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) adalah panduan yang digunakan

peserta didik untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau

pemecahan masalah.

5) Pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang

menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi peserta

didikuntuk mengkonstruksi pengetahuan yang terdiri dari:(1) fase

orientasi peserta didik kepada masalah; (2) mengorganisasikan

peserta didik untuk belajar; (3) membimbing penyelidikan individual

maupun kelompok; (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya;

dan (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan

masalah.

6) Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kesanggupan

atau kecakapan untuk menerapkan pengetahuan yang telah

diperoleh sebelumnya untuk memecahkan suatu persoalan atau

masalah dalam matematika yang berhubungan dalam kehidupan

sehari-hari.
H. LANDASAN TEORITIS

1) Perangkat Pembelajaran Matematika

Menurut Andi Rusdi (2008), perangkat pembelajaran merupakan

sejumlah bahan, alat, media, petunjuk dan pedoman yang akan digunakan

dalam proses pembelajaran. Menurut Ibrahim(dalam Trianto, 2012),

perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam mengelola proses belajar

mengajar dapat berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), instrumen evaluasi atau Tes Hasil

Belajar (THB), media pembelajaran, dan buku ajar peserta didik.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa perangkat

pembelajaran adalah sejumlah media yang digunakan oleh guru dan

peserta didik untuk melakukan proses pembelajaran di kelas.

a. Silabus

Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran

untuk setiap bahan kajian mata pelajaran. Silabus paling sedikit memuat

yaitu:

1. Identitas mata pelajaran (khusus SMP/ MTs /SMPLB /Paket B dan

SMA/ MA/ SMALB /SMK /MAK /Paket C /Paket C Kejuruan);

2. Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas;

3. Kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial mengenai

kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang


harus dipelajari peserta didikuntuk suatu jenjang sekolah, kelas dan

mata pelajaran;

4. Kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakup

sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata

pelajaran;

5. Tema (khusus SD/MI/SDLB/Paket A);

6. Materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang

relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan

indikator pencapaian kompetensi;

7. Pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan

peserta didikuntuk mencapai kompetensi yang diharapkan;

8. Penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi

untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik ;

9. Alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur

kurikulum untuk satu semester atau satu tahun; dan

10. Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam

sekitar atau sumber belajar lain yang relevan.

Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan

Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan

pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu. Silabus digunakan

sebagai acuan dalam pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran

(Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016).


b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan

pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP

dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran

peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap

pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara

lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif,

inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta

didikuntuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi

prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun

berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan kali pertemuan atau

lebih. Komponen RPP terdiri dari (Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016):

1. Identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan;

2. Identitas mata pelajaran atau tema/subtema;

3. Kelas/semester;

4. Materi pokok;

5. Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian

KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam

pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai;


6. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan

menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur,

yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan;

7. Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi;

8. Materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur

yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan

rumusan indikator ketercapaian kompetensi;

9. Metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didikmencapai

KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didikdan KD yang

akan dicapai;

10. Media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk

menyampaikan materi pelajaran;

11. Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam

sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan;

12. Langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan

pendahuluan, inti, dan penutup; dan

13. Penilaian hasil pembelajaran.

c. Lembar Kerja Peserta Didik

Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). LKPD adalah lembaran-

lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik sesuai

dengan kompetensi dasar yang akan dicapai (Abdul Majid, 2008). Menurut
Trianto (2012), LKPD adalah panduan peserta didik yang digunakan untuk

melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Berdasarkan

pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa LKPD merupakan alat

pembelajaran tertulis yang dapat membantu guru untuk memfasilitasi

peserta didik dalam proses pembelajaran.

Struktur LKPD secara umum yaitu: (1) judul, mata pelajaran,

semester, tempat; (2) petunjuk belajar; (3) kompetensi yang akan dicapai;

(4) indikator; (5) informasi pendukung; (6) tugas-tugas dan langkah-

langkah kerja; dan (7) penilaian (Daryanto dan Aris Dwicahyono, 2014).

Menurut Darmojo dan Kaligis (dalam Das Salirawati, 2012), dalam

mengembangkan LKPD harus memenuhi syarat didaktik, syarat

konstruksi, dan syarat teknis. Syarat didaktik mengatur tentang

penggunaan LKPD yang bersifat universal dimana peserta didik yang

pandai atau kurang dapat menggunakan LKPD dengan baik. Syarat

konstruksi adalah syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan

bahasa, susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran, dan kejelasan,

yang pada hakekatnya harus tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh

peserta didik. Syarat teknis menekankan penyajian LKPD, yaitu berupa

tulisan, gambar, dan penampilan.

2) Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah adalah seperangkat model

mengajar yang menggunakan masalah sebagai fokus untuk


mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, materi, dan

pengaturan diri (Paul Eggen dan Don Kauchak, 2012). Sejalan dengan

Paul Eggen dan Don Kauchak, Suyatno menyatakan pembelajaran

berbasis masalah adalah proses pembelajaran yang titik awal

pembelajaran dimulai berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata

(Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014). Berdasarkan pendapat para ahli

dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah suatu

model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai

konteks bagi siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan. Pembelajaran

berbasis masalah mempunyai tiga ciri utama, yaitu: (1) pembelajaran

berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, (2)

aktifitas pembelajaran diorientasikan pada penyelesaian masalah, dan (3)

pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir

secara alamiah (Suyadi, 2013).

Ciri utama yang membedakan model pembelajaran dengan strategi

atau metode pembelajaran adalah adanya sintaks atau langkah-langkah

pembelajaran. Pembelajaran berbasis masalah terdiri atas lima tahap

pembelajaran yaitu:

Tahap/Sintaks Tingkah Laku Guru


Tahap 1 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
Orientasi siswa kepada menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan
masalah fenomena atau demontrasi atau cerita untuk
memecahkan masalah, memotivasi siswa untuk
terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilihnya.
Tahap/Sintaks Tingkah Laku Guru
Tahap 2 Guru membantu siswa mendefinisikan dan
Mengorganisasikan mengorganisasikan tugas belajar yang
siswa untuk belajar berhubungan dengan masalah.
Tahap 3 Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan
Membimbing informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen
penyelidikan individual untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
maupun kelompok maslah.

Tahap 4 Guru membantu siswa dalam merencanakan dan


Mengembangkan dan menyiapkan karya yang sesuai sebagai hasil
menyajikan hasil karya pelaksanaan tugas, misalnya berupa laporan, video,
dan model serta membantu mereka untuk berbagi
tugas dengan temannya.
Tahap 5 Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi
Menganalisis dan atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
mengevaluasi proses proses-proses yang mereka gunakan.
pemecahan masalah
Sumber: Rusman, 2010
3) Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Made Wena (2009) mengatakan bahwa pemecahan masalah adalah

suatu proses untuk menentukan kombinasi dari sejumlah aturan yang

dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi yang baru. Menurut

Polya (dalam Meliyani, 2013) mengatakan bahwa pemecahan masalah

sebagai suatu usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna

mencapai suatu tujuan yang tidak begitu segera dicapai. Sementara itu

Montague (dalam Syarifah Fadillah, 2009) mengatakan bahwa

pemecahan masalah matematis adalah suatu aktivitas kognitif yang

kompleks yang disertai sejumlah proses dan strategi.

Kusumah (dalam Sugiman, 2009) memandang pemecahan masalah


dari dua sudut pandang yang berbeda yaitu sebagai pendekatan

pembelajaran dan sebagai tujuan pembelajaran. Dalam konteks

pendekatan, peserta didik dilatih mampu menggunakan pemecahan

masalah sebagai alat atau cara yang dapat digunakan untuk

menyelesaikan masalah. Sebagai tujuan pembelajaran, pemecahan

masalah dipandang sebagai tujuan yang hendak dicapai melalui proses

belajar mengajar. Menurut Kusumah, tujuannya tersebut adalah peserta

didik memiliki tiga kemampuan, yakni memodelkan masalah sehari-hari

dengan menggunakan simbol dan notasi matematis, menerapkan strategi

untuk menyelesaikan berbagai masalah (masalah sejenis ataupun

masalah baru) di dalam atau di luar matematika, dan menafsirkan hasil

yang diperoleh secara bermakna dengan konteks masalah.

Ayu Yarmayani (2016) mengatakan bahwa ada beberapa manfaat

yang akan diperoleh oleh peserta didik melalui pemecahan masalah, yaitu

peserta didik akan belajar bahwa ada banyak cara untuk menyelesaikan

suatu soal dan ada lebih dari satu solusi yang mungkin dari suatu soal,

peserta didik terlatih untuk melakukan eksplorasi, berpikir komprehensif,

dan bernalar secara logis dan mengembangkan kemampuan komunikasi,

dan membentuk nilai-nilai sosial melalui kerja kelompok.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah

matematis merupakan suatu aktivitas kognitif yang kompleks, sebagai

proses untuk mengatasi suatu masalah yang ditemui dan untuk


menyelesaikannya diperlukan sejumlah strategi. Pada soal pemecahan

masalah peserta didik tidak mengetahui langsung bagaimana cara

penyelesaiannya, tetapi peserta didik tertarik dan tertantang untuk

menyelesaikannya.

Polya (dalam Sri Wardhani dkk., 2010) berpendapat bahwa terdapat

empat tahapan pemecahan masalah. Tahapan pemecahan masalah

menurut Polya dijabarkan sebagai berikut.

a. Memahami masalah

Langkah ini sangat penting dilakukan sebagai tahap awal dari

pemecahan masalah agar peserta didik dapat dengan mudah mencari

penyelesaian masalah yang diajukan. Peserta didik diharapkan dapat

memahami kondisi soal atau masalah yang meliputi: mengenali soal,

menganalisis soal, dan menerjemahkan informasi yang diketahui dan

ditanyakan pada soal tersebut.

b. Merencanakan penyelesaian

Masalah perencanaan ini penting untuk dilakukan karena pada saat

peserta didik mampu membuat suatu hubungan dari data yang diketahui

dan tidak diketahui, peserta didik dapat menyelesaikannya dari

pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya.

c. Menyelesaikan masalah sesuai rencana

Langkah perhitungan ini penting dilakukan karena pada langkah ini

pemahaman peserta didik terhadap permasalahan dapat terlihat. Pada


tahap ini peserta didik telah siap melakukan perhitungan dengan segala

macam yang diperlukan termasuk konsep dan rumus yang sesuai.

d. Melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah

dikerjakan

Pada tahap ini peserta didik diharapkan berusaha untuk mengecek

kembali dengan teliti setiap tahap yang telah ia lakukan. Dengan

demikian, kesalahan dan kekeliruan dalam penyelesaian soal dapat

ditemukan.

Dalam penelitian ini, pengukuran KPMM peserta didik mengacu pada

tahap-tahap pemecahan masalah menurut Polya (dalam Sri Wardhani

dkk., 2010) yaitu: (1) memahami masalah, meliputi mengidentifikasi unsur-

unsur yang diketahui, ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan;

(2) merencanakan pemecahan masalah, meliputi kemampuan menyusun

model matematis; (3) melaksanakan penyelesain masalah, meliputi

kemampuan menerapkan model matematis yang telah disusun serta

menyelesaikan masalah dengan benar; dan (4) melakukan pengecekan

kembali terhadap semua langkah yang telah dikerjakan, meliputi

menginterpretasikan hasil sesuai dengan masalah yang diberikan serta

menuliskan atau memeriksa kebenaran hasil atau jawaban.

I. METODE PENELITIAN

1. Model Pengembangan

Bentuk penelitian yang dilakukan adalah penelitian dan


pengembangan dengan istilah (research and development). Menurut

Endang Mulyatiningsih (2011) penelitian dan pengembangan merupakan

penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan produk baru atau

menyempurnakan suatu produk yang telah ada, yang dapat

dipertanggungjawabkan. Rancangan pengembangan yang digunakan

dalam penelitian ini menggunakan desain Borg and Gall tahun 1983

(dalam punaji, 2013).

2. Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan yang dengan desain Borg and Gall memiliki

tahapan antara lain, yaitu (1) penelitian dan pengumpulan data; (2)

perencanaan; (3) pengembangan draft produk awal; (4) uji coba lapangan

awal; (5) revisi hasil uji coba; (6) uji lapangan produk utama; (7) revisi

produk; (8) uji coba lapangan; (9) revisi produk final; dan (10) desiminasi

dan implementasi.

Penelitian dan Pengembangan Uji Coba


Perencanaan
Pengumpulan Draft Produk Lapangan
data Awal Awal

uji coba Revisi Uji Lapangan Revisi Hasil


Produk Produk Uji coba
Skala Luas Utama

Revisi Desiminasi dan


Produk Final Implementasi

Gambar 1. Desain Borg and Gall


a) Penelitian dan Pengumpulan Data

Pada tahap penelitian dan mengumpulkan data kegiatan yang

dilakukan meliputi anatara lain: 1) melakukan wawancara dengan guru

SMPN 1 Siak Hulu untuk mencari informasi antara lain: bagaimana

penerapan kurikulum 2013, model pembelajaran apa yang sering dipakai

dalam proses pembelajaran, bagaimana penerapan pendekatan saintifik,

sumber belajar apa yang dipakai dalam proses pembelajaran, bagaimana

tingkat keberhasilan tujuan pembelajaran, dan bagaimana kemampuan

peserta dididk dalam menyerap materi pembelajaran, 2) melakukan

observasi ke sekolah untuk melihat langsung perangkat yang mereka

gunakan untuk proses pembelajaran, seperti melihat silabus, RPP, LKPD

dan sumber belajar yang digunakan, melihat proses pembelajaran

langsung di dalam kelas, 3) menganalisis materi yang dikembangkan 4)

melakukan wawancara dengan beberapa orang peserta didik tentang

proses pembelajaran 5) melakukan uji kemampuan pemecahan masalah

matematis pada kelas VII SMPN 1 Siak Hulu.

b) Perencanaan

Pada tahap perancanaan, kegiatan yang dilakukan peneliti adalah:

(1) menentukan rancangan atau format perangkat pembelajaran yang

terdiri dari tiga komponen yaitu Silabus, RPP, dan LKPD; (2) menyusun

soal postes kemampuan pemecahan masalah matematis.


c) Pengembangan Draf Produk Awal

Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan antara lain: 1) menyusun

rancangan produk awal, 2) melakukan validasi dan revisi produk.

Perancangan produk awal dengan pemilihan kerangka Silabus dan RPP

mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22

Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.

Sedangkan Pemilihan format LKPD disesuaikan dengan format yang

diadaptasi dari beberapa ahli.

Berdasarkan kajian teori yang ada maka peneliti menyusun

rancangan perangkat pembelajaran matematika sebagai berikut:

1) Silabus pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan


kemampuan pemecahan masalah matematis
Silabus disusun berdasarkan Permendikbud No. 22 Tahun

2016.Komponen silabus terdiri dari: (1) identitas mata pelajaran (2)

identitas sekolah, (3) kompetensi inti, (4) kompetensi dasar, (5) tema/

satuan sekolah (6) materi pokok, (7) pembelajaran, (8) penilaian, (9)

alokasi waktu, dan (10) sumber belajar.

Kompetensi dasar berdasarkan Permendikbud No 37 Tahun 2018,

3.9 Mengenal dan menganalisis berbagai situasi terkait aritmetika sosial

(penjualan, pembelian, potongan, keuntungan, kerugian, bunga tunggal,

persentase, bruto, neto, tara), 4.9 Menyelesaikan masalah berkaitan

dengan aritmetika sosial (penjualan, pembelian, potongan, keuntungan,


kerugian, bunga tunggal, persentase, bruto, neto, tara)

2) RPP pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan


kemampuan pemecahan masalah matematis
RPP disusun mengacu pada silabus dan sesuai dengan

Permendikbud No. 22 Tahun 2016 yang memuat (1) identitas

sekolah/madrasah: SMP, (2) mata pelajaran: Matematika, (3)

kelas/semester : VII/II, (4) materi pokok: Aritmetika Sosial, (5) alokasi

waktu: 10×40 menit (4 kali pertemuan), (6) tujuan pembelajaran; (7)

kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi: 3.9 Mengenal

dan menganalisis berbagai situasi terkait aritmetika sosial (penjualan,

pembelian, potongan, keuntungan, kerugian, bunga tunggal, persentase,

bruto, neto, tara), 4.9 Menyelesaikan masalah berkaitan dengan aritmetika

sosial (penjualan, pembelian, potongan, keuntungan, kerugian, bunga

tunggal, persentase, bruto, neto, tara) (8) materi pembelajaran; (9) metode

pembelajaran, (10) media pembelajaran, (11) sumber belajar; (12)

langkah-langkah pembelajaran; (13) penilaian hasil pembelajaran.

Langkah-langkah pembelajaran pada RPP ini menggunakan tahapan

model pembelajaran pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan

saintifik.
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Pendahuluan 1. Peserta didik diberikan motivasi oleh guru.
2. Peserta didik diberikan apersepsi.
3. Peserta didik mendengarkan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai.
4. Peserta didik diminta untuk duduk dalam kelompok kecil yang
telah ditetapkan dan terdiri dari 4 − 5 orang peserta didik.
5. Guru memberikan LKPD kepada setiap anggota kelompok
dan kertas karton untuk tiap kelompok.
Inti Fase-1: Mengorientasikan peserta didik pada masalah
1. Peserta didik difasilitasi untuk membaca dan memahami
masalah pada kolom “Ayo Mengamati” di LKPD secara
individu.
2. Peserta didik difasilitasi untuk dapat mengajukan pertanyaan
tentang apa yang sudah diamati dan hal-hal yang belum
peserta didik pahami setelah membaca permasalahan.
3. Peserta didik diberikan kesempatan untuk menjawab
pertanyaan temannya.
Fase-2: Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar
4. Peserta didik diminta untuk mengidentifikasi apa yang
diketahui dan ditanya dari masalah yang diberikan dan
menuliskannya dikolom “Ayo Kita Menanya” pada LKPD
Fase-3: Membimbing penyelidikan individual dan kelompok
5. Peserta didik diminta untuk mendiskusikan masalah bersama
teman sekelompoknya.
6. Peserta didik diminta untuk menyelesaikan langkah demi
langkah dalam kegiatan “Ayo Mengumpulkan Informasi” pada
LKPD.
7. Peserta didik diminta untuk merencanakan langkah-
langkah pemecahan masalah dari masalah yang diberikan
8. Peserta didik dibimbing menyelesaikan masalah sesuai
dengan yang telah direncanakan kemudian memeriksa
kembali jawaban dan menuliskannya dikolom “Ayo Kita
Menalar”.
Penutup Fase-4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
9. Setiap kelompok diminta untuk menulisakan hasil diskusi
kelompok secara rapi, rinci dan sistematis pada kertas karton
yang telah disediakan.
10. Peserta didik difasilitasi untuk mengkomunikasikan hasil kerja
kelompoknya didepan kelas
Fase-5: menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah
11. Peserta didik difasilitasi untuk memberikan tanggapan
terhadap hasil presentasi kelompok meliputi tanya jawab
untuk mengkonfirmasi, memberikan tambahan informasi,
maupun melengkapi informasi peserta didik.
12. Peserta didik bersama guru membuat kesimpulan tentang
materi yang sudah dipelajari dan menyampaikan tujuan
pembelajaran yang berhasil dicapai.
13. Peserta didik diberikan tes tertulis secara individu untuk
mengecek pemahaman peserta didik terhadap materi.

3) LKPD dengan model pembelajaran berbasis masalah untuk


meningkatkan kemampuan pemahaman matematis
LKPD disusun dengan menggunakan model pembelajaran berbasis

masalah dengan pendekatan saintifik untuk meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah matematis peserta didik dengan sajian sebagai

berikut:

a. Bagian halaman sampul dilengkapi dengan judul, tujuan

pembelajaran, petunjuk pengerjaan LKPD, identitas kelompok dan

gambar pendukung.

b. Langkah-Langkah Pembelajaran dalam LKPD.

d) Uji coba lapangan

Pada tahap ini dilakukan kegiatan anatara lain : 1) uji coba lapangan

bertujuan untuk melihat praktikalitas perangkat dalam skala kecil

(terbatas). Peneliti mengambil delapan peserta didik SMP yang dipilih

secara acak dengan kemampuan yang heterogen. Pada tahap ini,

peserta didik diminta mengerjakan LKPD yang telah dikembangkan untuk

melihat keterbacaan LKPD. Peserta didik kemudian mengisi angket

respon yang bertujuan untuk menilai LKPD tersebut, 2) Melakukan uji


coba soal kemampuan pemecahan masalah matematis di kelas VIIIB

untuk melihat reliabilitas, indek kesukaran dan daya pembeda soal

tersebut dan dianalisis menggunakan bantuan aplikasi Anates.

e) Revisi Hasil uji coba

Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan yaitu merevisi produk yang

telah di uji cobakan pada uji coba lapangan dengan menganalisis

kekurangan yang terdapat pada produk yang telah dikembangkan.

Kemudian melakukan perbaikan terhadap produk. Revisi produk ini

dilakukan setelah data-data hasil analisis uji lapangan awal yang telah

diperoleh. Dari data tersebut dapat dilihat hasil sementara penggunaan

perangkat pembelajaran matematika.

f) Uji Lapangan Produk Utama

Uji lapangan produk utama bertujuan untuk melihat praktikalitas

dalam skala besar yang di uji cobakan di kelas VII G yang berjumlah 30

orang peserta didik atau satu kelas. Pada tahap ini dilihat keterpakaian

produk, guru mengajarkan dan mengarahkan peserta didik untuk belajar

sesuai dengan silabus dan RPP yang telah dikembangkan. Peserta didik

diminta untuk belajar menggunakan LKPD yang telah dikembangkan dan

direvisi sebelumnya. Setelah selesai peserta didik akan diberi angket

untuk mengetahui respon peserta didik terhadap LKPD. Angket respon

guru untuk mengetahui respon guru terhadap perangkat pembelajaran

dan lembar pengamatan diisi oleh peneliti yang mengamati proses


pembelajaran berlangsung, yang berguna untuk melihat keterlaksanaan

perangkat pembelajaran dalam proses pembelajaran.

g) Revisi Produk

Pada tahap ini, perangkat pembelajaran direvisi sesuai dengan hasil

yang diperoleh dalam uji coba lapangan produk utama. Revisi produk

dilakukan dengan menganalisis kekurangan-kekurangan yang ditemui

dalam uji coba lapangan.

h) Uji Coba Lapangan

Uji coba lapangan bertujuan untuk melihat efektivitas perangkat

pembelajaran yang dikembangkan. Pada tahap ini, perangkat

pembelajaran diujicobakan menggunakan dua kelas yaitu kelas VII H

sebagai kelas eksperimen dan kelas VIIJ sebagai kelas kontrol. Pada

kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan menggunakan perangkat

pembelajaran yang dikembangkan dalam proses pembelajaran,

sedangkan kelas kontrol tidak diberikan perangkat pembelajaran tersebut.

i) Revisi Produk Final

Penyempurnaan produk final dilakukan untuk lebih tepat perangkat

pembelajaran yang dikembangkan. Perbaikan penyempurnaan produk ini

didasarkan pada evaluasi hasil.

j) Desiminasi dan Implementasi

Tahap ini dilakukan seminar hasil di Universitas Riau kemudian

dipublikasikan dalam sebuah jurnal yang terakreditasi.


3. Objek dan Subjek Ujicoba

Objek dalam penelitian ini adalah kemampuan pemahaman

matematis peserta didik yang menggunakan perangkat pembelajaran

matematika pada materi aritmetika sosial. Subjek uji coba pada penelitian

ini adalah peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Siak Hulu. Subjek uji coba

pada kelompok kecil dilakukan 8 orang. subjek uji coba pada kelompok

besar sebanyak 30 orang, dan subjek uji coba efektivitas terdiri dari kelas

eksperimen dan kontrol. Dengan Validator adalah tiga orang dosen

4. Pengembangan Instrumen Penelitian

Data yang diperoleh digunakan untuk mengetahui kualitas

perangkat pembelajaran yaitu kevalidan, kepraktisan dan keefektifan

produk yang telah dilakukan pengembangan. Instrumen dan sumber data

dapat dilihat pada Tabel 3.

Table 3 Instrumen dan sumber


Kriteria Instrumen Sumber
Kevalidan Lembar validasi Silabus Dosen Ahli
Lembar validasi RPP Dosen Ahli
Dosen Ahli
Lembar validasi LKPD
Lembar validasi tes Dosen Ahli
kemampuan pemahaman
matematis
Kepraktisan Angket respon peserta didik Peserta didik
Angket respon guru Guru
Lembar Pengamatan Peneliti
Keefektifan Tes kemampuan Peserta didik
pemahaman matematis

a. Instrumen Validitas

Instrumen validasi pada penelitian pengembangan ini berupa lembar


validasi perangkat pembelajaran matematika. Instrumen yang disusun

adalah instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data terkait

dengan nilai kevalidan dan kepraktisan perangkat pembelajaran

matematika yang dikembangkan. Lembar validasi silabus, RPP dan

LKPD diisi atau dinilai oleh validator. Penilaian validator dapat dilihat

pada Tabel 3.3 berikut.

Tabel 4 Skala Penilaian Validator


Skala Penilaian Kriteria
5 Sangat Sesuai
4 Sesuai
3 Kurang Sesuai
2 Tidak Sesuai
1 Sangat Tidak Sesuai
Sumber : Sudaryono, dkk. 2013

Lembar validasi silabus dirancang berdasarkan beberapa

aspek,yaitu:

(1) aspek isi yang terbagi atas identitas mata pelajaran, pemilihan

kompetensi dasar (KD), rumusan indikator pencapaian kompetensi, teknik

penilaian, penentuan alokasi waktu dan pemilihan sumber belajar, (2)

aspek konstruk yang terbagi atas perumusan kegiatan pembelajaran.

Rincian aspek penilaian dan jumlah butir pernyataan dapat dilihat pada

Tabel 5 berikut:
Tabel 5 Kisi-Kisi Lembar Validasi Silabus
Aspek Indikator Penilaian
Penilaian
Identitas
Kelengkapan Identitas
Kelengkapan komponen silabus
Rumusan Indikator Pencapaian
kompetensi
Kejelasan Rumusan Indikator Pencapaian Kompetensi
Isi Teknik Penilaian
Kesesuaian Teknik Penilaian dengan Pendekatan Saintifik
Penentuan Alokasi Waktu
Ketetapan Alokasi Waktu
Pemilihan Sumber Belajar
Pemilihan Sumber Belajar Dengan Pencapaian KD dan
Karakteristik Peserts Didik
Kegitan Pembelajaran
Kesesuaian Kegiatan Yang Dilakukan dengan Pendekatan
Saintifik
Kontruksi
Kesesuaian Kegiatan Pembelajaran dengan Model Discovery Learning
Kesesuaian Pembelajaran
dengan Karakteristikpeserta Didik

Sumber : Adaptasi Sa’dun Akbar (2013)


Lembar validasi RPP dirancang berdasarkan beberapa aspek, yaitu:

(1) aspek isi yang terbagi atas identitas mata pelajaran, rumusan indikator

pencapaian kompetensi, perumusan tujuan pembelajaran, pemilihan

materi, teknik penilaian, pemilihan media, alat, dan sumber belajara, (2)

aspek konstruk yang terbagi atas kegiatan pembelajaran. Rincian aspek

penilaian dan jumlah butir pernyataan dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.

Tabel 6 Kisi-kisi Lembar Validasi pada RPP


Aspek
Indikator Penilaian
Penilaian
Identitas
Kelengkapan Identitas
Kelengkapan komponen RPP
Isi
Rumusan Indikator Pencapaian kompetensi
Kejelasan Rumusan Indikator Pencapaian Kompetensi
Rumusan Tujuan Pembelajaran
Kejelasan rumusan tujuan
pembelajaran
Teknik Penilaian
Kesesuaian Teknik Penilaian dengan tujuan
pembelajaran
Kesesuaian teknik penilaian dengan penilaian autentik
Pemilihan Media, Alat, dan Sumber Belajar
Kesesuaian media, alat dan sumber belajar dengan
tujuan
pembelajaran
Kesesuaian media, alat dan sumber belajar dengan
pendekatan pembelajaran
Perumusan Kegiatan Pembelajaran
Kesesuaian Pembelajaran
dengan Karakteristikpeserta Didik
Kontruksi Kesesuaian dengan standar proses
Ketetapan alokasi waktu
Kesesuaian Pembelajaran dengan model discovery
learning
Sumber : Adaptasi Sa’dun Akbar (2013)

Lembar validasi LKPD dirancang berdasarkan beberapa aspek yang

divalidasi berdasarkan modifikasi dari panduan pengembangan bahan ajar

yaitu: (1) aspek isi materi, (2) aspek didaktik, (3) aspek aspek konstruksi, (4)

aspek teknis. Rincian aspek penilaian dan jumlah butir pernyataan dapat

dilihat pada Tabel 7 berikut.

Tabel 7 Kisi-Kisi Lembar Validasi LKPD


Indikator Penilaian
Aspek Penilaian
Kualitas isi materi LKPD
Kesesuai materi pembelajaran
Ketercakupan materi pembelajaran
Isi Kesesuaian penyajian LKPD dengan model
Pembelajaran Berbasis Masalah
Kesesuaian isi LKPD dengan
Pembelajaran Berbasis Masalah
Kesesuaian dengan kemampuan Peserta didik
Didaktis
Kesesuaian penggunaan bahasa dan kalimat
Kontruksi Memperhatikan Pemilihan pertanyaan dan sumber
belajar
Tulisan
Teknis Penggunaan gambar pada LKPD
Tampilan LKPD
Sumber: Adaptasi Sa’dun Akbar (2013)

b. Instrumen Praktikalitas

Instrumen praktikalitas adalah lembar yang berisi pernyataan

mengenai perangkat pelajaran yang telah dikembangkan. Lembar

kepraktisan oleh guru digunakan untuk mengetahui kepraktisan perangkat

terdiri atas RPP dan LKPD. Lembar kepraktisan oleh peserta didik

digunakan untuk mengetahui kepraktisan perangkat menurut peserta

didik. Lembar kepraktisan oleh peserta didik hanya pada LKPD saja.

Penilaian guru dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.

Tabel 8 Skala Penilaian Guru


Skala Penilaian Kriteria
5 Sangat Sesuai
4 Sesuai
3 Kurang Sesuai
2 Tidak Sesuai
1 Sangat Tidak Sesuai
Sumber : Sudaryono, dkk. 2013
Angket respon guru untuk menilai kepraktisan silabus, RPP dan

LKPD yang peneliti buat dirancang berdasarkan beberapa aspek yaitu: 1)

keterbacaan, 2) isi, dan 3) ketermamfaatan. Rincian aspek penilaian dan

jumlah butir pernyataan dapat dilihat pada Tabel 9 berikut.


Tabel 9 Kisi-Kisi Angket Respon Guru

Aspek Indikator Penilaian


Penilaian
Silabus
Kejelasan Komponen Silabus
Penggunaan pendekatan saintifik pada kegiatan
pemebelajaran
Penggunaan model Pembelajaran Berbasis Masalah pada
kegiatan pemebelajaran
Pemahaman kalimat pada Silabus
RPP
Keterbacaan Kejelasan Komponen RPP
Penggunaan pendekatan saintifik pada kegiatan
pemebelajaran
Penggunaan model Pembelajaran Berbasis Masalah pada
kegiatan pemebelajaran
Pemahaman kalimat pada RPP
LKPD
Kejelasan Petunjuk pada LKPD
Pemahaman kalimat pada LKPD
Struktur Silabus
Tampilan penyajian silabus
Struktur RPP
Struktur/isi Tampilan penyajian RPP
Struktur(isi dan materi) LKPD
Tampilan LKPD
Kesesuaian gambar dengan materi
Kebermanfaatan Penggunaan Silabus
Kebermanfaatan penggunaan
silabus dalam pedoman pengembangan RPP
Kebermanfaatan penggunaan RPP
Kebermanfaatan penggunaan RPP
dalam proses belajar mengajar
Kebermanfaatan Kebermanfaatan penggunaan LKPD
Kebermanfaatan penggunaan LKPD dalam memahami
materi
Kebermanfaatan penggunaan LKPD dalam menyelesaikan
masalah

Kebermanfaatan penyajian langkah-langkah kegiatan


menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah
dalam proses pembelajaran
Sumber: Adaptasi Sa’dun Akbar (2013)

Angket respon peserta didik untuk menilai kepraktisan LKPD yang

peneliti buat dirancang berdasarkan beberapa aspek, yaitu: (1)

keterbacaan, (2) struktur isi, (3) kebermamfaatan. Rincian aspek penilaian

dan jumlah butir pernyataan dapat dilihat pada Tabel 10 berikut.

Tabel 10 Kisi-Kisi Angket Respon Peserta didik

Aspek Penilaian
Indikator Penilaian

Kejelasan Petunjuk pada LKPD


Keterbacaan Pemahaman kalimat pada LKPD
Tampilan penyajian LKPD
Struktur isi Kesesuaian gambar dengan materi
Kebermanfaatan penggunaan LKPD
Kebermanfaatan penggunaan LKPD dalam memahami
materi
Kebermanfaatan penggunaan LKPD dalam
menyelesaikan masalah
Belajar dengan LKPD menambahkan pengetahuan
Kebermanfaatan Kebermanfaatan penyajian langkah-langkah kegiatan
menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah
dalam proses pembelajaran
Sumber: Adaptasi Sa’dun Akbar (2013)

Lembar pengamatan digunakan untuk mengamati proses uji coba

perangkat pembelajaran tersebut. Pengamat mengisi lembar pengamatan

sesuai dengan kondisi yang terjadi di dalam kelas. Lembar pegamatan

yang peneliti buat dirancang berdasarkan beberapa aspek, yaitu: 1)

aspek pendahuluan, 2) kegiatan inti, dan 3) kegiatan penutup.


c. Instrumen Efektivitas

Instrumen efektivitas merupakan data yang digunakan untuk

mengukur efektivitas perangkat pembelajaran matematika. Instrumen

efektivitas bertujuan untuk melihat apakah hasil belajar peserta didik

meningkat yang dilihat dari nilai posttest. Tes kemampuan pemecahan

masalah matematis ini dibuat untuk mendeskripsikan kemampuan

pemecahan masalah matematis peserta didik setelah mengikuti

pembelajaran dengan LKPD model Pembelajaran Berbasis Masalah.

Bentuk tes adalah tes tertulis dengan jenis soal uraian.

5. Teknik Pengumpulan Data


a. Wawancara tidak terstruktur
Wawancara tidak terstruktur yang peneliti lakukan berupa diskusi

bersama guru dan peserta didik setelah pelaksanaan uji coba.

Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh data yang lebih akurat dan

mendalam tentang pendapat guru terhadap perangkat pembelajaran dan

respon peserta didik terhadap keterlaksanaan LKPD ketika digunakan

dalam pembelajaran. Dengan adanya wawancara ini akan diperoleh

informasi yang lebih mendetail sehingga dapat memperkuat data hasil

lembar validasi dan angket respon peserta didik.

b. Uji Validitas Perangkat Pembelajaran

Pengujian validitas yang peneliti lakukan pada penelitian ini adalah

validitas logis dengan menggunakan pendapat para ahli (judgement


expert). Lembar validasi merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pernyataan tertulis kepada

validator. Data validasi kemudian dianalisis secara deskriptif dengan

menelaah hasil penilaian validator terhadap perangkat pembelajaran

matematika. Hasil telaah digunakan sebagai masukan untuk merevisi

atau menyempurnakan perangkat pembelajaran sehingga diperoleh

silabus, RPP dan LKPD yang telah memenuhi aspek valid dan syarat

praktikalitas untuk digunakan di SMP/MTs.

c. Uji Coba Perangkat Pembelajaran


Pada penelitian ini, uji praktikalitas dilakukan untuk melihat

kepraktisan penggunaan LKPD yang dilakukan kepada peserta didik.

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pernyataan tertulis kepada peserta didik. Angket

respon peserta didik digunakan untuk memperoleh data terhadap LKPD

pada materi aritmetika sosial melalui penerapan model Pembelajaran

Berbasis Masalah.

d. Uji Coba efektivitas

Pada penelitian ini, uji efektivitas dilakukan untuk melihat dan

menganalisis hasil posttes di kelas ekperimen dan kontrol. Uji coba ini

dilakukan dengan memberikan soal kemampuan pemahaman matematis

pada materi aritmetika social. Hasil dari posstest digunakan untuk


memperoleh data kemampuan pemahaman matematis dengan kelas

yang menggunakan perangkat pembelajaran dengan model

Pembelajaran Berbasis Masalah dengan kelas yang tidak menggunakan

model Pembelajaran Berbasis Masalah.

e. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan cara mengambil data menggunakan

kamera dan dilampirkan atau ditampilkan pada laporan dalam bentuk

gambar.

6. Teknik Analisis Data

a. Analisis Data Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran

Data yang diperoleh dianalisis untuk menjawab tujuan penelitian yaitu

menghasilkan silabus RPP, LKPD dan hasil tes kemampuan pemecahan

masalah matematis yang layak pada kompetensi dasar 3.9 Mengenal dan

menganalisis berbagai situasi terkait aritmetika sosial (penjualan,

pembelian, potongan, keuntungan, kerugian, bunga tunggal, persentase,

bruto, neto, tara. Kriteria layak dalam penelitian ini adalah memenuhi

kriteria kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan dalam meningkatkan

pemahaman matematis.Penilaian validator menggunakan skala 1 - 5

dapat dilihat pada Tabel 12 berikut.


Tabel 12 Skala Penilaian Validator

Skala Penilaian Kriteria


5 Sangat Sesuai
4 Sesuai
3 Kurang Sesuai
2 Tidak Sesuai
1 Sangat Tidak Sesuai
Sumber: Sudaryono, dkk. 2013

Proses analisis lembar validasi dimulai dari proses tabulasi dari data

hasil validasi yang terkumpul. Lalu data tabulasi dikonversi ke bentuk

persentase dengan rumus:

∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟 𝑖𝑡𝑒𝑚


𝑃 = ∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 × 100%

Mendeskripsikan rata-rata skor tiap aspek yang diperoleh menjadi data

kualitatif menurut kriteria penilaian Eko Putro Widoyoko (2011), seperti

Tabel 13 di bawah ini:

Tabel 13 . Kriteria Validitas

Interval Kriteria
4,2 < 𝑥̅ Sangat Valid
3,4 < 𝑥̅ ≤ 4,2 ̅ Valid
2,6 < 𝑥̅ ≤ 3,4 ̅ Kurang Valid
1,8 < 𝑥̅ ≤ 2,6 ̅ Tidak Valid
𝑥̅ ≤ 1,8̅ Sangat Tidak Valid
Sumber: Eko Putro Widoyoko, 2011

Produk yang dikembangkan dikatakan layak untuk diuji cobakan jika

minimal tingkat kevalidan yang dicapai berdasarkan hasil penilaian

validator masuk dalam kategori valid 3,4 < 𝑥̅ ≤ 4,2 atau layak diuji

cobakan dengan revisi kecil.


b. Analisis Data Praktikalitas

1) Hasil Angket Respon Peserta Didik

Untuk menentukan kategorisasi kepraktisan LKPD oleh peserta didik

yang dimulai dari proses tabulasi dari data yang terkumpul. Data angket

respon peserta didik ini disajikan dalam bentuk tabel dengan skala

Guttman yang memuat pilihan jawaban Ya dan Tidak. Analisis data

angket respon peserta didik dilakukan dengan menggunakan rumus:


𝑇𝑠𝑎
𝑉𝑝 = 𝑇𝑠ℎ × 100%

Keterangan:

𝑉𝑝 = Skor responden

𝑇𝑠𝑎 = Total skor empiris dari responden

𝑇𝑠ℎ = Total skor maksimal yang diharapkan

Pada angket respon peserta didik ini terdapat kalimat pernyataan

yang bermakna positif dan negatif. Lembar penilaian tingkat keterbacaan

LKPD menggunakan skala Guttman dengan kategori penilaian seperti

Tabel 14 berikut:

Tabel 14Kategori Penilaian Angket Respon Peserta Didik


Skor Pernyataan
Kategori
Positif Negatif
Tidak (tidak sesuai
0 1
pernyataan)
Ya (sesuai pernyataan) 1 0
Sumber: Sugiyono, 2012
Hasil presentase data tersebut diorganisasikan berdasarkan kriteria

menurut Sa’dun Akbar (2013) yang disajikan dalam Tabel 15 berikut:

Tabel 15. Kriteria Kepraktisan Angket Respon Peserta Didik


No. Tingkat Pencapaian Kriteria Keterbacaan
1. 85,01% - 100,00% Sangat praktis.
2. 70,01% - 85,00% Praktis
3. 50,01% - 70,00% Kurang praktis
4. 01,00% - 50,00% Tidak praktis

Sumber: Sa’dun Akbar, 2013

Produk yang dikembangkan dikatakan praktis jika minimal tingkat

kepraktisan yang dicapai berdasarkan hasil penilaian peserta diidk masuk

dalam kategori praktis (70,01-85,00%). Kemudian hasil tersebut

diinterpretasikan dengan teknik deskriptif.

2) Hasil Angket Respon Guru

Untuk menentukan kategorisasi kepraktisan silabus, RPP dan LKPD

oleh guru yang dimulai dari proses tabulasi dari data yang terkumpul.

Data angket respon guru ini disajikan dalam bentuk tabel. Analisis data

angket respon guru dilakukan dengan menggunakan rumus:

∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟 𝑖𝑡𝑒𝑚


𝑉𝑝 = ∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 × 100%

Hasil presentase data tersebut diorganisasikan berdasarkan kriteria

menurut Eko Putro Widoyoko (2013) yang disajikan dalam Tabel 3.15

berikut:
Tabel 16 Kriteria Kepraktisan Angket Respon Guru
Interval Kriteria
4,2 < 𝑥̅ Sangat Valid
3,4 < 𝑥̅ ≤ 4,2 ̅ Valid
2,6 < 𝑥̅ ≤ 3,4 ̅ Kurang Valid
1,8 < 𝑥̅ ≤ 2,6 ̅ Tidak Valid
𝑥̅ ≤ 1,8̅ Sangat Tidak Valid
sumber: Eko Putro Widoyoko, 2011

Produk yang dikembangkan dikatakan layak untuk digunakan jika

minimal tingkat praktisan yang dicapai berdasarkan hasil penilaian

reponden masuk dalam kategori praktis (3,4 < 𝑥̅ ≤ 4,2) atau layak

digunakan dengan revisi kecil.

3) Hasil Pengamatan

Untuk menentukan kategorisasi kepraktisan RPP dan LKPD yang

diamati saat guru mengajar menggunakan perangkat yang dikembangkan

dimulai dari proses tabulasi dari data yang terkumpul. Untuk penilaian

menggunakan kriteria antara lain sangat terlaksana, terlaksana, kurang

terlaksana, tidak terlaksana dan sangat tidak terlaksana dengan nilai

berturut-turut 5, 4, 3, 2, 1. Data pengamatan ini disajikan dalam bentuk

tabel. Analisis data pengamatan dilakukan dengan menggunakan rumus:

∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟 𝑖𝑡𝑒𝑚


𝑉𝑝 = ∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 × 100%

Hasil presentase data tersebut diorganisasikan berdasarkan kriteria

menurut Eko Putro Widoyoko (2013) yang disajikan dalam Tabel 17

berikut:
Tabel 17 Kriteria Kepraktisan Angket Respon Guru
Interval Kriteria
4,2 < 𝑥̅ Sangat Valid
3,4 < 𝑥̅ ≤ 4,2 ̅ Valid
2,6 < 𝑥̅ ≤ 3,4 ̅ Kurang Valid
1,8 < 𝑥̅ ≤ 2,6 ̅ Tidak Valid
𝑥̅ ≤ 1,8̅ Sangat Tidak Valid
sumber: Eko Putro Widoyoko, 2011

Produk yang dikembangkan dikatakan layak untuk digunakan jika

minimal tingkat praktisan yang dicapai berdasarkan hasil penilaian

reponden masuk dalam kategori praktis (3,4 < 𝑥̅ ≤ 4,2) atau layak

digunakan dengan revisi kecil.

c. Analisis Efektifitas Perangkat Pembelajaran

Pada analisis efektivitas ini menggunakan metode penelitian Quasi

eksperimen. Dimana, peneltian Quasi eksperimen ini merupakan suatu

penelitian eksperimen semu, yang variabel-variabelnya tidak dikontrol

sepenuhnya.

Desain yang digunakan peneliti adalah Posttest-Only Control Design.

Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara langsung.

Kelompok pertama diberi perlakuan dan kelompok yang lain tidak.

kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan

kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol. Secara

rinci desain Posttest-Only Control Design dapat dilihat pada tabel 18

berikut:
Tabel 18 Rancangan Penelitian
Kelompok Perlakuan Posttest
KE X O2
KK O4
Keterangan :
KE : Kelompok eksperimen
KK : Kelompok Kontrol
X : Pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan
model Pembelajaran Berbasis Masalah
O2,4 : Postest (Tes Akhir)

Selanjutnya untuk menganalisis hasil postes menggunakan uji-t

independent. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis peneitian yang

menggunakan uji-t dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji

homogenitas.

1) Uji Normalitas

Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel

yang diteliti normal atau tidak. Uji normalitas di cari menggunakan SPSS

24.

2) Uji Homogenitas

Setelah dilakukan uji normalitas selanjutnya adalah homogenitas. Uji

homogenitas merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui kesamaan

antara dua keadaaan sampel. Uji homogenitas yang digunakan pada

penelitian ini menggunakan uji F yaitu dengan rumus:

Untuk mengetahui apakah sampel dalam penelitian bersifat

homogeny atau tidak, digunakan kriteria:


𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝐹ℎ𝑖𝑡 = 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙

Jika Fhitung ≤ Ftabel maka sampel dikatakan varians homogen.

Jika Fhitung Ftabel maka sampel dikatakan varians tidak homogen.

3) Pengujian Hipotesis

Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui ada tidak pengaruh

perangkat pembelajaran menggunakan model Pembelajran Berbasis

Masalah dengan melihat ada tidak perbedaan rata-rata kemampuan

pemahaman matematis antara peserta didik yang diajarkan

menggunakan model Pembelajran Berbasis Masalah dengan peserta

didik yang tidak diajarkan menggunakan model Pembelajran Berbasis

Masalah.

Jika data yang dianalisis berdistribusi normal dan homogen maka

pengujian hipotesis dilakukan dengan statistik uji-t. Jika data yang

dianalisis berdistribusi normal tetapi tidak homogen maka pengujian

hipotesis dilakukan dengan statistik uji-t’.

Adapun uji-t dan uji-t’ sebagai berikut:

a. Uji ”t’’ adalah salah satu uji statistik yang digunakan untuk

mengetahui ada atau tidaknya perbedaan dari dua buah sampel.

Adapun rumus uji “t” yang digunakan adalah sebagai berikut:


𝑀𝑥−𝑀𝑦
𝑡𝑜 =
2 𝑆𝐷 2
√( 𝑆𝐷𝑥 ) ( 𝑦 )
√𝑁−1 √𝑁−1

Keterangan :
Mx = Mean Variabel X
My = Mean Variabel Y
𝑆𝐷𝑥 = Standar Deviasi X
𝑆𝐷𝑌 = Standar Deviasi Y
N = Jumlah Sampel

b. Jika data berdistribusi normal tetapi tidak memiliki varians yang

homogen maka pengujian hipotesis menggunakan uji t’, yaitu:

𝑥̅1 −𝑥̅2
𝑡′ =
𝑠2 𝑠2
√ 1+ 2
𝑛1 𝑛2

Keterangan :
𝑥̅1 = Mean kelas eksperimen
𝑥̅2 = Mean kelas kontrol
𝑠12 = Variansi kelas eksperimen
𝑠22 = Variansi kelas kontrol
𝑛1 = Sampel kelas eksperimen
𝑛2 = Sampel kelas Kontrol

Cara memberi kesimpulan dari uji statistik ini dilakukan dengan

mengambil keputusan dengan ketentuan :

a. Jika t0 ttabel maka hipotesis nihil (H0) ditolak, artinya terdapat

perbedaan kemampuan pemahaman matematis antara peserta didik yang

menggunakan perangkat pembelajaran dengan model Pembelajaran

Berbasis Masalah dengan peserta didik yang tidak menggunakan

perangkat pembelajaran menggunakan model Pembelajaran Berbasis


Masalah.

b. Jika t0 < ttabel maka H0 diterima, artinya tidak terdapat perbedaan

kemampuan pemahaman matematis antara peserta didik yang

menggunakan perangkat pembelajaran dengan model Pembelajaran

Berbasis Masalah dengan peserta didik yang tidak menggunakan

perangkat pembelajaran menggunakan model Pembelajaran Berbasis

Masalah.

J. Daftar Pustaka

Abdul Majid. 2008. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar


Kompetensi Guru. PT Remaja Rosdakarya Offset. Bandung

Daryanto dan Aris Dwicahyono. 2014. Pengembangan Perangkat


Pembelajaran (silabus, RPP, PHB, bahan ajar). Gaya Media.
Yogyakarta

Das Salirawati. 2012. Penyusunan dan Kegunaan LKS dalam Proses


Pembelajaran. Diunduh dari htt-://staff.un .ac.id/sites/default/tiles/
soen:abdian/das-salirawati-msidr/l'oensunan-dan-lke:naan-lks.
Diakses pada tanggal: 20 Maret 2018

Elvira Riska Harahap dan Edy Surya. 2017. Kemampuan Pemecahan


Masalah Matematis Siswa Kelas VII Dalam Menyelesaikan
Persamaan Linear Satu Variabe. Jurnal Edumatica Vol.7 No.1

Endang Mulyatiningsih. 2011. Metode Penelitian Terapan Bidang


Pendidikan. Alfabet. Yogyakarta.

Fitria, R., Program, M., Magister, S., Matematika, P., & Riau, U. (2018).
Analisis kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada
materi aritmatika sosial kelas vii smp dalam pembelajaran
matematika, 2, 786–792.
Hartini, S., Perangkat, P., Berstandar, P., Dewi, S. H., Diah, N., & Lestari,
S. (2015). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berstandar
NCTM ( National Council of Teachers of Mathematics ) di Sekolah
Menengah Pertama ( SMP ) Kelas VII Pada Pokok Bahasan
Statistika ( The Development of Instructional Design Standard
NCTM ( National Council of Teachers of Mathematics ) About
Statistics Topic for Seventh Grade of Junior High School ), 25–30.

OECD. 2016. PISA 2015 Result in Focus. Columbia University. New York.

Permendikbud No.22 Tahun 2016. Kurikulum 2013 Sekolah Menengah


Pertama Madrasah Tsanawiyah. Kemendikbud. Jakarta.

Permendikbud No.24 Tahun 2016. Kurikulum 2013 Sekolah Menengah


Pertama Madrasah Tsanawiyah. Kemendikbud. Jakarta.

Permendikbud No. 58 Tahun 2014. Kurikulum 2013 Sekolah Menengah


Pertama Madrasah Tsanawiyah. Kemendikbud. Jakarta.

Permendikbud No. 81 Tahun 2013. Kurikulum 2013 Sekolah Menengah


Pertama Madrasah Tsanawiyah. Kemendikbud. Jakarta.

Ridwan Abdullah Sani. 2013. Inovasi Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta.

Setyosari. 2015. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan Edisi


ke Empat. Prenadamedia Group. Jakarta

Siliwangi, I. (2019). Analisis kemampuan pemecahan masalah siswa SMP


dalam menyelesaikan soal pada materi aritmatika sosial, 3(1), 1–
10.

Simanungkalit, R. H. (2016). Journal of Mathematics Education, Science


and Technology, 1(1), 39–56.

Sutarto Hadi dan Radiyatul. 2014. Metode Pemecahan Masalah Menurut


Polya Untuk Mengembangkan Kemampuan Siswa Dalam
Pemecahan Masalah Matematis Di Sekolah Menengah Pertama.
Jurnal Edu-Mat Vol.2 No.1

Tanjung, H. S., & Nababan, S. A. (2018). Matematika Berorientasi Model


Pembelajaran Berbasis Masalah ( PBM ) Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA Se-Kuala Nagan Raya
Aceh, IX(2), 56–70.Volume, E. (2017). 1 , 2 1, 07(April), 44–54.
Trianto. 2008. Mendesain pembelajaran Kontekstual di Kelas. Surabaya:
Cerdas Pustaka.

. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif Konsep


Landasan dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkah Satuan
Pendidikan. Prenada Media. Jakarta

. 2012. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan


impelementasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Jakarta: Kencana.

Trianto, Ibnu Badar. 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif,


Progresif, Dan Konstektual : Konsep, Landasan, dan
Implementasinya pada Kurikulum 2013 (Kurikulum Tematik
Integrative/TKI). Jakarta: Prenadamedia Group

Widyaningrum, I. (2015). Desain Pembelajaran Materi Aritmatika Sosial


Dengan Model Permainan Pasar-Pasaran. Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan Matematika (SNAPTIKA), (19), 247–709.

Anda mungkin juga menyukai